Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kandidiasis oral merupakan salah satu penyakit jaringan lunak mulut yang mulai banyak
ditemukan, terutama sekali disebabkan karena gangguan sistem kekebalan4. Sejauh ini, Kandida
albikan merupakan yang paling patogen dari semua spesies Kandida menjadi etiologi utama
kandidiasis oral. Fakta bahwa kandidiasis oral merupakan infeksi jamur yang paling banyak
ditemukan tidaklah mengherankan mengingat hampir 50% dari rongga mulut manusia yang sehat
membawa jamur ini sebagai komponen normal mikroflora mulut.4
Pada rongga mulut candida albicans merupakan spesies yang paling sering menimbulkan
penyakit. Secara klinis dapat ditemukan berbagai penampilan berupa lesi putih atau lesi
eritematus 4. Pada keadaan akut candidiasis dapat menimbulkan keluhan seperti rasa terbakar
(burning sensation), rasa sakit biasanya pada lidah, mukosa bukal,atau labial dan rasa kering atau
xerostomia 5.
Pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak menyebabkan masalah apapun dalam
rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur tersebut dapat tumbuh secara berlebihan dan
menginfeksi rongga mulut5. Pertumbuhan kandida dapat dipermudah oleh kekebalan tubuh yang
menurun misalnya pada penderita demam Chikungunya.
Chikungunya merupakan sejenis penyakit atau sejenis demam virus yang disebabkan oleh
alphavirus dari keluarga Togaviridae. Penyakit ini disebarkan oleh gigitan nyamuk Aedes
aegypti. Manifestasi linis dari Chikungunya adalah Demam dari penyakit ini ditandai dengan
demam tinggi mencapai 39 0C, menggigil, sakit kepala, sakit perut disertai nyeri sendi dan otot,
disusul dengan bintik-bintik merah (ruam) disekujur tubuh, terutama badan dan lengan. Kadangkadang penderita mual dan muntah-muntah.
Meskipun masalah oral dijelaskan dalam literature ini, masalah ini kurang umum daripada
masalah medis lainnya. Masalah medis seperti myelomeningoensefalitis, sindrom guillain Barre,
hepatitis fulminan, miokarditis, dan perikarditis lebih banyak dilaporkan1.

1.2 Rumusan Masalah


Apakah demam chikungunya berpengaruh terhadap candidiasis oral?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh demam chikungunya terhadap candidiasi oral.
1.4 Manfaat Penelitian
Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan ilmu gigi dan mulut pada
khususnya

BAB II
METODE PENELITIAN

2.1 Latar Belakang Penelitian


Wabah chikungunya yang belum pernah sebelumnya terjadi pada awal 2006 di banyak tempat
di India dan kembali mewabah pada India selatan sekitar Juni 2007. Pada penelitian terakhir,
berdasarkan hasil analisa laboratorium dari 157 pasien demam chikunguya didokumentasikan
limfopenia dan hipokalsemia adalah komplikasi yang palin banyak. Chikungunya juga
menunjukkan limfopenia dengan penurunan tingkat limfosit CD4.
Jurnal ini merupakan jurnal kasus pertama yang memuat tentang limfopeni CD4 pada
penderita chikungunya dengan infeksi oportunistik kandidiasis oral. Dan jurnal ini dapat juga
berguna dalam membantu tenaga medis untuk mengelola pasien dengan kekebalan menurun
seperti pada HIV, kanker, dll.
Meskipun masalah oral dijelaskan dalam literature ini, masalah ini kurang umum daripada
masalah medis lainnya. Masalah medis seperti myelomeningoensefalitis, sindrom guillain Barre,
hepatitis fulminan, miokarditis, dan perikarditis lebih banyak dilaporkan1.

2.2 Masalah Penelitian


Seorang pasien pria India berusia 32 tahun datang dengan keluhan utama demam tinggi,
eritema di telinga, nyeri sendi & pembengkakan, tidak ada pitting edema pada ekstremitas
bawah, terdapat bengkak pada wajah dan gatal sejak empat hari yang lalu. Pasien tidak punya
riwayat medis dan obat serta pemeriksaan serologis sebelumnya yang menunjukkan bahwa
pasien

pernah

mengidap

Chikungunya.

Pemeriksaan

rongga

mulut

didapatkan adanya plak berwarna keputihan pada palatum, permukaan bukal dan dasar rongga
mulut yang kemudian melalui pemeriksaan mikrobiologis adalah Kandidiasi. Uji HIV pada
pasien didapat hasil negative, leukopenia dengan CD4 T-lymphocytopenia. Ini adalah laporan
pertama dari infeksi oportunistik dengan T CD4-lymphocytopaenia pada demam Chikungunya.

2.3 Hasil Penelitian


Pada bulan Mei 2008, seorang pasien 32 tahun laki-laki India datang dengan keluhan utama
demam tinggi dengan eritema di telinga, nyeri sendi & pembengkakan sendi, non pitting edema,
didapatkan bengkak wajah dan gatal-gatal selama empat hari. Dinyatakan virus Chikungunya
mewabah di wilayah kabupaten Canara Selatan, Karnataka, India. Pasien tidak punya riwayat
medis dan obat serta pemeriksaan serologis sebelumnya yang menunjukkan bahwa pasien pernah
mengidap Chikungunya. Dia tidak memiliki riwayat merokok. Tekanan Darah 110 /
70 mmHg, nadi 98/min dan pernapasan adalah 16/min tanpa tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan
klinis gastrointestinal dan sistem neurologis tidak ada kelainan. Diagnosis klinis sementara
adalah Chikungunya. Antibodi IgM spesifik untuk virus Chikungunya terdeteksi menggunakan
MAC-ELISA. Pemeriksaan darah hasilnya leukopenia(2000 sel / liter mikro) bersama dengan
limfopenia (500cells/Micro liter). Pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit, tes fungsi hati dan
tes fungsi ginjal tidak ada kelainan. EKG pasien normal. Pasien diberi Parasetamol 500mg tiga
kali

sehari

dengan

Diklofenak50

mg

Ranitidin

150mg

selama

dua

hari

dan disarankan untuk datang untuk control setelah dua hari. Inspeksi rongga mulut didapatkan
adanya plak berwarna keputihan pada palatum, permukaan bukal dan dasar rongga mulut yang
kemudian melalui pemeriksaan mikrobiologis adalah Kandidiasis. Setelah mencatat plak
Candidiasis, sampel darah pasien kembali dikirim untuk limfosit CD4 menghitung analisis dan
diagnostik tes HIV konklusif menggunakan ELISA dan Western blot. Hasil penelitian
menunjukkan HIV negatif dan limfosit CD4 260 sel/mikro.
2.4 Kesimpulan Penelitian
Demam Chikungunya yang diakibatkan virus dapat menyebabkan kekebalan tubuh tertekan
dan menurun sehingga dapat menyebabkan masuknya Infeksi oportunistik potensial seperti pada
kasus yaitu Kandidiasis oral.

BAB III
PEMBAHASAN

Pada studi ini disebutkan wabah chikungunya yang belum pernah sebelumnya terjadi pada
awal 2006 di banyak tempat di India dan kembali mewabah pada India selatan sekitar Juni 2007.
Pada penelitian terakhir, berdasarkan hasil analisa laboratorium dari 157 pasien demam
chikunguya didokumentasikan limfopenia dan hipokalsemia adalah komplikasi yang paling
banyak. Chikungunya juga menunjukkan limfopenia dengan penurunan tingkat limfosit CD4.
Pada bulan Mei 2008, seorang pasien 32 tahun laki-laki India datang dengan keluhan utama
demam tinggi dengan eritema di telinga, nyeri sendi & pembengkakan sendi, non pitting edema,
didapatkan bengkak wajah dan gatal-gatal selama empat hari. Dinyatakan virus Chikungunya
mewabah di wilayah kabupaten Canara Selatan, Karnataka, India. Pasien tidak punya riwayat
medis dan obat serta pemeriksaan serologis sebelumnya yang menunjukkan bahwa pasien pernah
mengidap Chikungunya. Dia tidak memiliki riwayat merokok. Tekanan Darah 110 /
70 mmHg, nadi 98/min dan pernapasan adalah 16/min tanpa tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan
klinis gastrointestinal dan sistem neurologis tidak ada kelainan. Diagnosis klinis sementara
adalah Chikungunya. Antibodi IgM spesifik untuk virus Chikungunya terdeteksi menggunakan
MAC-ELISA. Pemeriksaan darah hasilnya leukopenia(2000 sel / liter mikro) bersama dengan
limfopenia (500cells/Micro liter). Pemeriksaan laboratorium untuk elektrolit, tes fungsi hati dan
tes fungsi ginjal tidak ada kelainan. EKG pasien normal. Pasien diberi Parasetamol 500mg tiga
kali

sehari

dengan

Diklofenak50

mg

Ranitidin

150mg

selama

dua

hari

dan disarankan untuk datang untuk control setelah dua hari. Inspeksi rongga mulut didapatkan
adanya plak berwarna keputihan pada palatum, permukaan bukal dan dasar rongga mulut yang
kemudian melalui pemeriksaan mikrobiologis adalah Kandidiasis. Setelah mencatat plak
Candidiasis, sampel darah pasien kembali dikirim untuk limfosit CD4 menghitung analisis dan
diagnostik tes HIV konklusif menggunakan ELISA dan Western blot. Hasil penelitian
menunjukkan HIV negatif dan limfosit CD4 260 sel/mikro.
Berdasar data di atas, dapat dikatakan bahwa Demam Chikungunya yang diakibatkan virus
dapat menyebabkan kekebalan tubuh tertekan dan menurun sehingga dapat menyebabkan
masuknya Infeksi oportunistik potensial seperti pada kasus yaitu Kandidiasis oral. Seperti

disebutkan dari literature sebelumnya pada orang yang sehat, Kandida albikan umumnya tidak
menyebabkan masalah apapun dalam rongga mulut, namun karena berbagai faktor, jamur
tersebut dapat tumbuh secara berlebihan dan menginfeksi rongga mulut 5. Pertumbuhan kandida
dapat dipermudah oleh kekebalan tubuh yang menurun

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Demam Chikungunya yang diakibatkan virus dapat menyebabkan kekebalan tubuh
tertekan dan menurun sehingga dapat menyebabkan masuknya Infeksi oportunistik
potensial seperti pada kasus yaitu Kandidiasis oral
4.2 Saran
a. Dalam jurnal ini pembahasan yang lebih mendalam tentang patofisiologo
kandidiasis oral karena demam chikungunya
b. Perlu penelitian lebih lanjut tentang terapi spesifik
c. Perlunya ketelitian bagi para klinisi dalam pemeroksaan rongga mulut terutama
pada pasien demam chikungunya

DAFTAR PUSTAKA

1. Borgherini G, Poubeau P, Staikowsky F, Lory M, Le Moullec N, Becquart JP, Wengling


C, Michault A, Paganin F: Outbreak of chikungunya on Reunion Island: early clinical and
laboratory features in 157 adult patients. Clinical
2. Infectious Diseases 2007, 44:1401-1407.Simatupang, Maria Magdalena. 2009. Candida
Albicans. Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU. Sumatera Utara.
3. Miftahullaila. 2010. Kandidiasis. USU.
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17808/4/Chapter%20I.pdf
4. Silverman. S Jr at al, 2001, Essential of Oral Med, BC. Decker Inc, Hamilton, London, h.
170 177
5. Greenberg. M.S et al,2003 Burkets Oral Medicine, 10 ed, , Bc Decker Inc, Hamilton
Ontario, h. 94-8

Anda mungkin juga menyukai