Anda di halaman 1dari 7

Learning Objective !

1. penyakit yang erat dengan sistem reproduksi (infeksi, keganasan, trauma,


kongenital) yang dapat menyebabkan infertilitas
2. bagan tentang spermatogenesis dan oogenesis
3. bagaimana cara teknik rekayasa genetic (bayi tabung)
4. jenis-jenis infertilitas yang terjadi pada tuba
5. tatalaksana infertilitas pada wanita
6. pemeriksaan penunjang infertilitas
jawaban !
1. penyakit sistem reproduksi
a. endometriosis
endometriosis merupakan kelainan ginekologi jinak yang sering diderita oleh
perempuan usia reproduksi yang ditandai dengan adanya glandula dan
stroma endometrium diluar letaknya yang normal. Gejala yang sering
ditemukan adalah subfertilitas, dismenore, dyspareunia, atau nyeri panggul
kronik, namun bisa pula asimtomatik. Endometriosis meningkatkan volume
cairan peritoneal, peningkatan konsentrasi makrofag yang teraktivasi,
prostaglandin, IL-1, TNF dan protease. Cairan peritoneum mengandung
inhibitor penangkap ovum yang menghambat interaksi normal fimbrial
cumulus. Perubahan ini dapat memberikan efek buruk baik oosit, sperma,
embrio, dan fungsi tuba.
b. penyakit radang panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
adalah infeksi pada alat genital bagian atas. Proses penyakitnya dapat
meliputi endometrium, tuba fallopi, ovarium, meiometrium, parametria, dan
peritoneum panggul. Salah satu teori patofisiologi adalah bahwa organisme
menular seksual seperti N. gonorrheae atau C. trachomatis memulai proses
inflamasi akut yang menyebabkan kerusakan jaringan sehingga
memungkinkan akses oleh organisme lain dari vagina atau serviks ke alat
genital atas.
c. mioma uteri
Miomauterimerupakantumor jinak uterusyangberasaldaripeningkatan
aktivitas prol,iferasi selsel miometrium. Berdasarkan iokasi mioma uteri
terhadap miometrium, serviks dan kavum uteri, maka mioma uteri dapat
dibagi menjadi 5 klasifikasi sebagai berikut. Mioma subserosum, mioma
intramural, mioma submukosum, mioma serviks, dan mioma di rongga
peritoneum. Pengaruh mioma uteri terhadap kejadian infertilitas hanyalah
berkisar antara 30 5O%. Mioma uteri mempengaruhi fertilitas kemung
kinanterkaitdengansumbatanpadatuba,sumbatanpadakanalisservikalis,
ataumempengaruhiimplantasi.
d. PolycysticOvariumSyndrome(PCOS)
Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat adanya
sindrom ovarium polisistik atau Polocycstic Ovary Syndrome (PCOS).

Sindroma ini ditandai banyaknya kista ovarium dan produksi androgen


(hormonlakilaki)berlebihan,terutamatestosteron.Akibatnya,seltelursulit
matangdanterjebakdifolikel(tidakovulasi).
PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel telur) tidak
berkembang dengan baik, sehingga tidak terjadi ovulasi (pematangan sel
telur). Wanita yang mengalami PCOS ini menjadi infertile (tidak subur)
karena tidak ada sel telur yang matang, sehingga tidak akan terjadi
pembuahan.GejalayangtimbuldariPCOSinibiasanyaadalahsiklushaid
yangtidakteratur(terlambat,tidakhaid,atauhaid23kalidalamsebulan).
e. klamidiatrakomatis
merupakanorganismoyangpalingseringditularkansecaraseksual.Faktor
resikonya adalah umur dibawah 25 tahun dan aktif secara seksual, status
ekonomi rendah, pasangan seksual banyak, dan status tidak kawin. C.
Trachomatis adalah organismo intraseluler wajib yang lebih menyukai
menginfeksiselselskuamokolumner,yaitupadazonatransisiserviks.
Referensi:
Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;Jakarta.
2. Baganspermatogenesisdanoogenesis

Referensi : Kuliah pakar, dr. Daniel Sp.Og tentang Infertilitas


3. beberapahalteknisyangharusdipahamidalamteknikreproduksibuatan,antara

lain
a. Fertilisasi invitro danpemindahanembrio(IVFdanET)yaituprosedur
pembuahan ovum dan sperma di laboratorium yang kemudian dilanjutkan
denganpemindahanembriokedalamuterus.
b. Gamettefallopiantransfer(GIFT)yaituprosedurmemindahkanovumyang
telah di aspirasi dari ovarium bersama dengan se jumlah sperma yang
dialirkanlangsungketubaFalopidengantujuanterjadipembuahandituba
Falopi.
c. Zygote intrafallopian transfer (ZIPT) yaitu prosedur pemindahan zigot
sebagaihasilIVFkedalamtubaFalopidengantujuanzigottumbuhdidalam
tubaFalopi.
d. Cryopreservation yaitu teknik simpan beku ovum, sperma, embrio, serta
pencairannyakembalipadasaatyangditetapkan
e. Intracytoplasmic sperm injection yaitu penyuntikan satu sel sperma yang
berasal dari ejakulat ke dalam ooplasma. Apabila sel sperma berasal dari
epididimisdisebutMESA(microsurgicalepididymalspermaspiration),bila
berasaldaritestisdisebutTESE(testicularspermextraction).
Teknikpertamaataufertilisasiinvitrodanpemindahanembriomerupakanteknik
yangpalingseringdigunakandipraktikklinikseharihari.
FERTILISASI in vitro (IVF)
Definisi
Fertilisasi in vitro atau umumnya disebut bayi tabung adalah proses fertilisasi
dengan mem- pertemukan sel telur dan sperma secara manual di dalam cawan
laboratorium (American Preg- nancy Association). Apabila proses ini berhasil
maka akan dilanjutkan dengan proses lain yaitu pemindahan embrio yang
bertujuan menem- patkan embrio di dalam uterus
Prosedur
Secara umum dapat dibagi dalam beberapa tahap. Tahap pertama adalah
mengawasi dan menstimulasi perkembangan sel telur yang sehat dalam ovarium.
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan sel-sel telur yang siap dibuahi.
Setelah persiapan sel telur, sperma sehat dari laki-laki diambil untuk membuahi
sel telur. Tahap yang menentukan adalah mem- pertemukan sel telur dan sel
sperma bersama di dalam wadah steril di laboratorium. Penye- diaan lingkungan
yang sesuai untuk fertilisasi dan perkembangan awal juga merupakan hal yang
wajib diperhatikan. Embrio yang telah terbentuk di dalam cawan steril
dipindahkan ke dalam uterus ibunya.
Pelaksanaan
a. Tahap 1
Digunakan obat untuk mengontrol waktu pematangan sel telur dan
meningkatkan kemungkinan mendapatkan jumlah sel telur yang lebih banyak

b.

c.
d.

e.

selama satu siklus ovulasi wanita; disebut induksi ovulasi. Jumlah sel telur
yang banyak sangat diharapkan karena beberapa sel telur terkadang tidak
dapat matang atau tidak dapat berkembang setelah dibuahi. Perkembangan sel
telur diawasi dengan meng- gunakan ultrasonografi untuk memeriksa
ovarium, dan urin atau darah untuk memeriksa kadar hormon pasien.
Tahap 2
Sel telur kemudian diambil melalui operasi minor dengan bantuan
ultrasonografi untuk menuntun jarum yang digunakan untuk mengambil sel
telur melalui rongga pelvis. Pembiusan atau anestesi lokal diperlukan dalam
prosedur ini. Sel telur diambil dari ovarium menggunakan jarum, tindakan ini
biasa disebut aspirasi folikuler. Beberapa wanita mengalami kram pada saat
pengambilan, selain itu rasa penuh atau tekanan pada perut yang dapat
dirasakan hingga beberapa minggu setelah tindakan.
Tahap 3
Pengumpulan sperma yang akan membuahi sel telur.
Tahap 4
Proses tahap ini biasa disebut inseminasi, sel telur dan sperma ditempatkan
pada inkubator di laboratorium dimana fertilisasi dapat terjadi. Pada beberapa
kasus dengan fertilisasi di- duga rendah, digunakan metode lain yaitu
intracytoplasmic sperm injection (ICS). Melalui prosedur ini, sperma tunggal
dapat diinjeksikan secara langsung ke sel telur agar terjadi fertilisasi. Sel telur
akan diawasi untuk meng- konfirmasi terjadinya fertilisasi dan pembelahan
sel. Apabila telah terjadi pembelahan sel, maka sel telur yang telah dibuahi
tersebut disebut embrio.
Tahap 5
Embrio biasanya dipindahkan ke dalam uterus antara hari pertama hingga
keenam setelah terbentuk, paling sering pada hari kedua atau ketiga; pada saat
sel embrio telah membelah menjadi dua hingga empat sel. Proses pemindahan ini dilakukan dengan menggunakan spekulum agar serviks jelas
terlihat. Kemudian beberapa embrio di dalam cairan akan ditempatkan ke
dalam uterus melalui kateter. Proses ini dilakukan dengan bantuan ultrasonografi. Tindakan ini biasanya tidak menim- bulkan nyeri, namun pada
beberapa pasien dapat mengakibatkan kram ringan. Setelah tahap ke lima,
istirahat dan diawasi apakah ada gejala kehamilan. Tes ultrasonografi dan tes
darah dapat digunakan untuk melihat apakah telah terjadi implantasi dan
kehamilan.

Skrining sebelum fertilisasi in vitro


Sebelum melakukan prosedur fertilisasi in vitro, setiap pasangan harus menjalani
beberapa tes dan pemeriksaan; di antaranya analisis semen, pemeriksaan saluran
reproduksi wanita menggunakan hysterosalpingography, USG transvaginal atau
keduanya, serta tes untuk mendeteksi ovulasi.
Karena respons dan fertilitas pada usia yang sudah lanjut bervariasi besar,
dilakukan tes tambahan untuk deteksi ovarian reserve pada wanita yang akan

melakukan fertilisasi in vitro. Berkurangnya ovarian reserve bermanifestasi


sebagai kurangnya respon ovarium terhadap pengobatan untuk menstimulasi
ovulasi, sehingga hanya terdapat sedikit sel telur yang dihasilkan, mengakibatkan
lebih sedikit embrio dan tingkat kehamilan yang lebih rendah. Banyak wanita
dengan masalah infertilitas tenyata disebabkan oleh berkurangnya ovarian
reserve. Berkurangnya ovarian reserve biasanya didiagnosis berdasarkan serum
FSH yang meningkat (>12mIU per millimeter) pada siklus hari ketiga atau
dengan menemukan volume ovarium yang rendah dengan USG transvaginal
(<3ml per ovarium). Diagnosis juga dapat ditegakkan apabila hanya terdapat
sedikit folikel antrum (<10 folikel antrum dengan diameter antara 2-10 mm). Testes tersebut sebenarnya bukan merupakan tes yang ideal. Hasil tes positif
menunjukkan abnormalitas; angkanya lebih rendah pada wanita dengan usia di
bawah 35 tahun daripada wanita dengan usia yang lebih tua.
Risiko Fertilisasi in vitro
a. gestasi multiple
b. efek samping perinatal
c. kelainan kongenital
d. resiko gangguan kesehatan maternal
referensi :
Sugiarto, N. 2011. Tinjauan Teknik Reproduksi Buatan dari Aspek Ilmu
Pengetahuan, Etika, Moral, dan Hukum. CDK. 38(5). 378-390. From
http://www.kalbemed.com
4. Tuba fallopi memiliki peran yang besar di dalam proses fertilisasi, karena tuba
berperan di dalam proses transport sperma, kapasitas sperma proses fertilisasi,
dan transport embrio. Adanya kerusakan/kelainan tuba tentu akan berpengaruh
terhadap angka fertilitas.
Kelainan tuba seringkali dijumpai pada penderita infertilitas adalah sumbatan
tuba baik pada pangkal, pada bagian tengah tuba, maupun pada ujung distal dari
tuba. Berdasarkan bentuk ukurannya, tuba yang tersumbat dapat tampil dengan
bentuk dan ukuran yang normal, tetapi dapat pula tampil dalam bentuk
hidrosalping. Sumbatan tuba dapat disebabkan oleh infeksi atau dapat disebabkan
oleh endometriosis. Infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan erat dengan
terjadinya kerusakan tuba.
Referensi :
Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;Jakarta.
5. penatalaksanaan:
a. Penatalaksanaan
Pasangan suami istri harus dipandang sebagai suatu kesatuan biologis
Kekurangan salah satu dari mereka akan dapat diatasi oleh yang lainnya
sehingga kehamilan dapat berlangsung.
Pemeriksaan penyebabnya harus diketahui, diselesaikan selama tiga
siklus (tiga bulan).

Pasangan infertilitas sebaiknya dapat mengikuti pemeriksaan yang telah


dijadwalkan.
Suami dilakukan pemeriksaan fisik umum, fisik khusus, dan
pemeriksaan analisis sperma
b. Pencegahan
Mengobati infeksi yang terjadi pada organ reproduksi. Diketahui bahwa
infeksi yang terjadi pada prostat maupun saluran sperma, dapat
menyebabkan infertilitas pada laki-laki.
Mengobati penyebab infertilitas pada perempuan
Menghindari bahan-bahan yang menyebabkan penurunan kualitas dan
jumlah dari sperma dan sel telur seperti rokok dan alcohol.
Berperilaku hidup sehat
Referensi :
Holmes, Debbie,dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Kebidanan.Jakarta:EGC
6. pemeriksaan infertilitas
a. Pemeriksaan dasar yang dianjurkan untuk mendeteksi atau mengonfirmasi
adanya ovulasi dalam sebuah siklus haid adalah penilaian kadar progesteron
pada fase luteal madia, yaitu kurang lebih 7 hari sebelum perkiraan datangnya
haid. Adanya ovulasi dapat ditentukan jika kadar progesteron fase luteal
madia dijumpai lebih besar dari 9,4 mg/ml (30 nmol/l).
b. Penilaian kadar progesteron pada fase luteal madia menjadi tidak memiliki
nilai diagnostik yang baik jika terdapat siklus haid yang tidak normal seperti
siklus haid yang jarang (lebih dari 35 hari), atau siklus haid yang terlalu
sering (kurang dari 2l hari).
c. Pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH) dan prolaktin hanya
dilakukan jika terdapat indikasi berupa siklus yang tidak berovulasi, terdapat
keluhan galaktore atau terdapat kelainan fisik atau gejala klinik yang sesuai
dengan kelainan pada kelenjar tiroid.
d. Pemeriksaan kadar luteinizing hormone (LH) dan follicles stimulating
hormone (FSH) dilakukan pada fase proliferasi awal (hari 3 - 5) terutama jika
dipertimbangkan terdapat peningkatan nisbah LH/FSH pada kasus sindrom
ovarium polikistik (SOPK). Jika dijumpai adanya tanda klinis
hiperandrogenisme, seperti hirsutisme atau akne yang banyak, maka perlu
dilakukan pemeriksaan kadar testosteron atau pemerlksaan free androgen
index (FAI), yaitu dengan melakukan kajian terhadap kadar testosteron yang
terikat dengan sex bormone binding (SHBG) dengan formula FAI = 100 x
testosteron total/SHBG. Pada perempuan kadar FAI normal jika dijumpai
lebih rendah dari 7.
e. Pemeriksaan uji pascasanggama atau postcoial test (PCT) merupakan metode
pemeriksaan yang bertujuan untuk menilai interaksi antara sperma dan lendir
serviks. Metode ini sudah tidak dianjurkan untuk digunakan karena
memberikan hasil yang sulit untuk dipercaya.

f. Pemeriksaan analisis sperma


Pemeriksaan analisis sperma sangat penting dilakukan pada awal kunjungan
pasutri dengan masalah infertilitas, karena dari berbagai penelitian
menunjukan bahwa faktor lelaki turut memberikan kontribusi sebesar 4O%
terhadap kejadian infertilitas. Dua atau tiga nilai analisis sperma diperlakukan
untuk menegakkan diagnosis analisis sperma yang abnormal. Namun, cukup
hanya melakukan analisis sperma tunggal jika pada pemeriksaan telah
dijumpai hasil analisis sperma normal, karena pemeriksaan yang ada
merupakan metode pemeriksaan yang sangat sensitif. Untuk mengurangi nilai
positif palsu, maka pemeriksaan analisis sperma yang berulang hanya
dilakukan jika pemeriksaan analisis sperma yang pertama menunjukkan hasil;
yang abnormal. Pemeriksaan analisis sperma kedua dilakukan dalam kurun
waktu 2 4 minggu.
Referensi :
Anwar, M. 2011. Ilmu Kandungan. Edisi 3. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo;Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • LO Kejang
    LO Kejang
    Dokumen8 halaman
    LO Kejang
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Nyeri
    LO Nyeri
    Dokumen14 halaman
    LO Nyeri
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • KLH
    KLH
    Dokumen7 halaman
    KLH
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • REFARAT
    REFARAT
    Dokumen14 halaman
    REFARAT
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok21scene2
    LO Blok21scene2
    Dokumen8 halaman
    LO Blok21scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok19scene3
    LO Blok19scene3
    Dokumen15 halaman
    LO Blok19scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Struktur dan Fisiologi Organ Sensorik
    Struktur dan Fisiologi Organ Sensorik
    Dokumen4 halaman
    Struktur dan Fisiologi Organ Sensorik
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1psiko
    LO Blok20scene1psiko
    Dokumen8 halaman
    LO Blok20scene1psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene1Alergi
    LO Blok20scene1Alergi
    Dokumen3 halaman
    LO Blok20scene1Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok16scene1
    LO Blok16scene1
    Dokumen19 halaman
    LO Blok16scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok17scene1
    LO Blok17scene1
    Dokumen7 halaman
    LO Blok17scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOPK Blok20scene1
    LOPK Blok20scene1
    Dokumen6 halaman
    LOPK Blok20scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok20scene4Psiko
    LO Blok20scene4Psiko
    Dokumen10 halaman
    LO Blok20scene4Psiko
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 18 Scene 3 Betul
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    Dokumen18 halaman
    LOblok 18 Scene 3 Betul
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok 20 Scene 2 Alergi
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    Dokumen9 halaman
    LOblok 20 Scene 2 Alergi
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok13scene3
    LO Blok13scene3
    Dokumen9 halaman
    LO Blok13scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Dapus
    Dapus
    Dokumen2 halaman
    Dapus
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LOblok11 Scene3
    LOblok11 Scene3
    Dokumen11 halaman
    LOblok11 Scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo !
    Lo !
    Dokumen4 halaman
    Lo !
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Fungsi otot dan faktor yang mempengaruhinya
    Fungsi otot dan faktor yang mempengaruhinya
    Dokumen5 halaman
    Fungsi otot dan faktor yang mempengaruhinya
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Blok6 Scene2
    LO Blok6 Scene2
    Dokumen4 halaman
    LO Blok6 Scene2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Grafik
    Grafik
    Dokumen1 halaman
    Grafik
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Lo 2
    Lo 2
    Dokumen4 halaman
    Lo 2
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO 3 Blok12scene3
    LO 3 Blok12scene3
    Dokumen15 halaman
    LO 3 Blok12scene3
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • LO Block18scene1
    LO Block18scene1
    Dokumen16 halaman
    LO Block18scene1
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Learning Objective Blok 5
    Learning Objective Blok 5
    Dokumen10 halaman
    Learning Objective Blok 5
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Jurnal Critical PDF
    Jurnal Critical PDF
    Dokumen6 halaman
    Jurnal Critical PDF
    Nanda Nabilah Ubay
    Belum ada peringkat
  • Tutorial
    Tutorial
    Dokumen7 halaman
    Tutorial
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat
  • Papan Nama
    Papan Nama
    Dokumen1 halaman
    Papan Nama
    AdeLia Nur Fitriana
    Belum ada peringkat