Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN HERNIA

A. PENGERTIAN
Hernia merupakan penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga bersangkutan (Jong, 2004).
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi hernia adalah sebagai berikut :
1. Hernia Reponiblis
Hernia yang dapat masuk kembali ketika penderita tidur terlentang atau dapat
dimasukkan oleh penderita atau ahli bedah.
2. Hernia Ireponiblis
Apabila isinya tidak dapat dikembalikan ke dalam abdomen dan tidak tampak
adanya komplikasi.
3. Hernia Obstruksi
Merupakan hernia ireponiblis yang berisi usus dimana lumennya mengalami
onstruksi dari luar atau adanya gangguan suplai darah dari usus.
4. Hernia Strangulasi
Hernia akan mengalami strangulasi bila suplai darah terhadap isinya sangat
terganggu yang dapat mengakibatkan gangren.
C. ETIOLOGI
Hernia dapat disebabkanoleh beberapa, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Congenital
2. Obesitas
3. Ibu hamil
4. Mengejan
5. Pengangkatan beban berat
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali
sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali
secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan
ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong
hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan
mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehinggaaktivitas akan
terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan
mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu
gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan
menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini
akan menjadi nekrosis.
Kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut.
Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan
konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung,

muntah dan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu,
daerah benjolan menjadi merah.

E. PATHWAY
F.

Faktor pencetus :
aktivitasberat, bayi kelemahan
dinding abdominal, adanya
tekanan, DLL.

HERNIA

Hernia
umbilikalis
kongenital

Masuknya omentum
organ intestinal ke
kantong umbilikalis

Hernia para
umbilikalis

Kantung hernia
melewati
dinding
abdomen

Hernia
inguinalis

Nekrosis
intestinal

Gangguan suplai
darah ke intestinal

Ketidaknyamana
n abdominal

Prostusi
hilang timbul

Benjolan pada
region inguinal

Dinding posterior
canalis inguinal
yang lemah

Diatas ligamentum
inguinal mengecil bila
berbaring

Pembedahan

Intervensi bedah
relative/konservatif

Insisi
pembedahan

Terputusnya jaringan
syaraf

Nyeri

Resti
perdarahan

Resti
infeksi

Asupan gizi
kurang

Gangguan
eliminasi

Peristaltik usus
menurun

Gangguan rasa
nyaman

Kantung hernia
memasuki celah
inguinal

Mual

Intake makanan
inadekuat

Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh

G. MANIFESTASI KLINIS
1. Berupa benjolan keluar masuk/keras dan yang tersering tampak benjolan dilipat
paha.
2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan
mual.
3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.
4. Bila terjadi herniaingunalis stragulata perasaan sakit akan bertambah hebat
serta kulit di atasnya menjadi merah dan panas.
5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga
menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria disamping
benjolan dibawah sela paha.
6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak

I.

napas
7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar.
H.
KOMPLIKASI
J.
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia.
Isi hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial. Disini tidak
timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh
cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi
usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia
sempit, kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi
inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan

satu segmen lainnya berada dalam rongga peritonium, seperti huruf W.


K.
L. PENATALAKSANAAN MEDIS
M.
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata, kecuali pada
pasien anak-anak, reposisi spontan lebih sering (karena cincin hernia yang lebih
elastis). Reposisi dilakukan secara bimanual.
N.
Tangan kiri memegang hernia membentuk corong sedangkan tangan
kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap
sampai terjadi reposisi. Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan
hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan, sehingga harus dipakai
seumur hidup. Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja
dipakai sampai sekarang. Sebaiknya cara seperti ini tidak dianjurkan karena
menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di
daerah yang tertekan, sedangkan strangulasi tetap mengancam.
O.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip
dasar operatif hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplastik. Pada herniotomi
dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi
hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahitikat setinggi mungkin lalu dipotong.
P.
Pada hernioplastik dilakukan tindakan untuk memperkecil annulus
inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis iguinalis. Hernioplastik
lebih penting dalam mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi.

Hernia bilateral pada orang dewasa, dianjurkan melakukan operasi dalam satu tahap
kecuali jika ada kontra indikasi. Begitu juga pada anak-anak dan bayi, operasi hernia
bilateral dilakukan dalam satu tahap, terutama pada hernia inguinalis sinistra (Jong,
2004).
Q.
R. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
S.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah :
T.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi
Y. Ketidakseimbanga
n nutrisi kurang
a
dari kebutuhan
tubuh
b
Z. Berhubungan
dengan :
c
AA.
Ketidakmam
puan untuk
memasukkan atau
mencerna nutrisi
oleh karena faktor
biologis, psikologis
atau ekonomi.

AB.
DS:

-Nyeri abdomen

-Muntah

-Kejang perut

-Rasa penuh tiba-tiba


setelah makan

AC.
DO:
-Diare
-Rontok rambut yang
berlebih
-Kurang nafsu makan
-Bising usus berlebih
-Konjungtiva pucat
-Denyut nadi lemah
AD.

U.
W.
Tujuan dan
Kriteria Hasil
AE.
NOC:

Nutritional status:

Adequacy of nutrient
Nutritional Status :
food and Fluid Intake
Weight Control
AF.Setelah dilakukan
tindakan

keperawatan
selama.nutrisi
kurang teratasi
dengan indikator:
Albumin serum

Pre albumin serum


Hematokrit

Hemoglobin

Total iron binding


capacity

Jumlah limfosit

Rencana keperawatan
X.

Intervensi

Kaji adanya alergi makanan


Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Ajarkan pasien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
Monitor adanya penurunan BB dan gula
darah
Monitor lingkungan selama makan
Jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak selama jam makan
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam, total
protein, Hb dan kadar Ht
Monitor mual dan muntah
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor intake nuntrisi
Informasikan pada klien dan keluarga
tentang manfaat nutrisi
Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
Kelola pemberan anti emetik:.....
Anjurkan banyak minum
Pertahankan terapi IV line
Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

AG.
AH.
AI.
AJ.
AK.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

AL.
AN.
Tujuan dan
Kriteria Hasil

Rencana keperawatan
AO.

Intervensi

AP.Risiko infeksi
AQ.
AR.
Faktor-faktor
risiko :
Prosedur Infasif
Kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan
lingkungan
Malnutrisi
Peningkatan paparan
lingkungan patogen
Imonusupresi
Tidak adekuat pertahanan
sekunder (penurunan Hb,
Leukopenia, penekanan
respon inflamasi)
Penyakit kronik
Imunosupresi
Malnutrisi
Pertahan primer tidak
adekuat (kerusakan kulit,
trauma jaringan,
gangguan peristaltik)

AS.
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection
control
Risk control
AT. Setelah dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
pasien tidak
mengalami infeksi
dengan kriteria
hasil:
Klien bebas dari tanda
dan gejala infeksi
Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah timbulnya
infeksi
Jumlah leukosit dalam
batas normal
Menunjukkan perilaku
hidup sehat
Status imun,
gastrointestinal,
genitourinaria dalam
batas normal
AU.

AV. NIC :
Pertahankan teknik aseptif
Batasi pengunjung bila perlu
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai
alat pelindung
Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk
menurunkan infeksi kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Berikan terapi
antibiotik:.................................
Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
dan lokal
Pertahankan teknik isolasi k/p
Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Monitor adanya luka
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
Kaji suhu badan pada pasien
neutropenia setiap 4 jam
AW.

AX.
AY.
Diagnosa
Keperawatan/
Masalah Kolaborasi

BD.
Nye
ri akut berhubungan
dengan:
BE.
Agen injuri
(biologi, kimia, fisik,
psikologis),
kerusakan jaringan
BF.
BG.
DS:
Laporan secara verbal
BH.
DO:
Posisi untuk menahan
nyeri
Tingkah laku berhati-hati
Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit
atau gerakan kacau,
menyeringai)
Terfokus pada diri sendiri
Fokus menyempit
(penurunan persepsi

waktu, kerusakan proses


berpikir, penurunan
interaksi dengan orang
dan lingkungan)

Tingkah laku distraksi,


contoh : jalan-jalan,
menemui orang lain
dan/atau aktivitas,

AZ.
BB.
Tujuan dan
Kriteria Hasil
BJ.NOC :

Pain Level,

pain
control,

comfort

level
BK.
Setelah
dilakukan tinfakan
keperawatan
selama . Pasien
tidak mengalami
nyeri, dengan
kriteria hasil:

Mampu mengontrol

nyeri (tahu penyebab


nyeri, mampu

menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,

mencari bantuan)
Melaporkan bahwa

nyeri berkurang dengan


menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas,

frekuensi dan tanda


nyeri)
Menyatakan rasa

Rencana keperawatan
BC.

Intervensi

BO.
NIC :
Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan
Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi,
kompres hangat/ dingin
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri: ...
Tingkatkan istirahat
Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali

aktivitas berulang-ulang)
nyaman setelah nyeri
Respon autonom (seperti
berkurang
diaphoresis, perubahan Tanda vital dalam
tekanan darah,
rentang normal
perubahan nafas, nadi
Tidak mengalami
dan dilatasi pupil)
gangguan tidur
Perubahan autonomic
BL.
dalam tonus otot
BM.
(mungkin dalam rentang
BN.
dari lemah ke kaku)
Tingkah laku ekspresif
(contoh : gelisah,
merintih, menangis,
waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)
Perubahan dalam nafsu
makan dan minum
BI.
BP.
BQ.
BR.
BS.
BT.
BU.
BV.
BW.
BX.
BY.
BZ.
CA.
CB.
CC.
CD.
CE.
CF.
CG.
CH.
CI.
CJ.

CK.

DAFTAR PUSTAKA
CL.
CM.

CN.

Judith M. Wilkinson, Nancy R. Ahern. 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan:


Diagnosis NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC (Edisi 9). Jakarta: ECG

CO.
CP.

Sjamsuhidajat, Wim de Jong. Hemoroid, 2004 Dalam: Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed.2,
Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC
CQ.

Anda mungkin juga menyukai