BAB IX
MODEL NUKLIR
Dosen Penanggung Jawab Mata Kuliah
Prof. Dr. H. Prabowo, M.Pd.
Oleh
Arman Kalean
127795056
Rahma Pancawati
127795076
Agustina Elizabeth
127795077
DAFTAR ISI
Hal.
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
J.
K.
L.
M.
N.
O.
P.
Q.
R.
S.
T.
U.
V.
2
6
7
10
11
12
18
25
28
32
41
52
55
58
60
63
65
69
70
71
74
75
iii
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Telah kita lihat bahwa massa-massa atom isotop-isotop yang berbeda yang
dinyatakan dalam skala massa atom
12
bilangan bulat yang merepresentasikan nomor-nomor massa mereka. Hal ini dikenal
sebagai Kaidah Bilangan Bulat dari Aston. Ahli-ahli kimia sebenarnya sejak lama telah
menemukan bahwa berat atom unsur-unsur yang berbeda adalah mendekati nomornomor bulat, yang mendasari W. Prout pada awal abad ke-19 mengajukan hipotesis
bahwa atom-atom dari unsur-unsur yang berbeda terbentuk dari atom-atom hidrogen
dengan jumlah-jumlah yang berbeda. Namun begitu, terdapat beberapa inkonsistensi
dalam hipotesis Prout. Contohnya, unsur-unsur seperti khlorin dan tembaga mempunyai
berat atom yang cukup berbeda dari nomor-nomor bulat (berturut-turut 35,45 dan
63,54). Hasil-hasil pengamatan ini memaksa untuk mengabaikan hipotesis Prout. Akan
tetapi, dengan penemuan Kaidah Bilangan Bulat dari Aston tentang massa-massa
isotopik, ketertarikan kepada hipotesis Prout dihidupkan kembali di awal-awal abad ini.
BAB II
PEMBAHASAN
9.1 Aturan inti atom; hipotesis neutron-proton
Berat atom kimia dari sebuah unsur sesungguhnya adalah berat atom rata-rata dari
isotop-isotop yang berbeda, yang selalu hadir dalam unsur didalam proporsi-proporsi
yang telah pasti. Isotop-isotop yang berbeda tersebut tentu saja mempunyai berat atom
(massa atom) yang hampir integral. Karena massa atom dari isotop hidrogen 1H
(1.007825) hampir bulat, maka cukup wajar untuk mengasumsikan bahwa inti atom dari
sebuah isotop bernomor massa A terbentuk dari inti sejumlah A atom hidrogen
bernomor massa 1 (1H) yang tak lain adalah proton-proton. Karena setiap proton
membawa sebuah satuan elektronik bermuatan positif (+e) hal ini menjadikan muatan
total dari proton-proton A sama dengan +Ae. Namun begitu, muatan muatan dari sebuah
inti atom sesungguhnya sama dengan +Ze, Z merupakan nomor atom yang biasanya
lebih kecil daripada A. Jadi tentu saja inti atom tersebut tidak dapat terbentuk hanya dari
proton-proton saja.
Untuk menangani kesulitan diatas, diasumsikan bahwa selain dari proton-proton
A, inti tersebut mengandung elektron-elektron (A-Z), masing-masing membawa muatan
e. Hal ini akan menjadikan muatan total inti atom tersebut +Ze. Karena massa elektron
jauh lebih kecil daripada massa proton, massa total inti atom akan tetap mendekati
massa total proton-proton A didalamnya.
Namun demikian hipotesis proton-elektron dari aturan inti atom ini mempunyai
banyak kekurangan. Ada beberapa alasan untuk meyakini bahwa elektron-elektron tidak
dapat tetap berada didalam inti atomnya yang mempunyai radius dengan orde 10 -14 m
atau kurang. Menurut prinsip ketakpastian Heisenberg, ketakpastian dalam momentum
p dari elektron dalam inti atom dengan demikian akan menjadi
p
10 34
14 10 20 kg.m/s
x R 10
Sebuah elektron dengan momentum berorde sebesar ini akan mempunyai energi
3x108 x10 20
E c.p
20 Mev
1.6x10 13
Tidak ada bukti eksperimental dari keberadaan elektron-elektron berenergi tinggi
seperti itu didalam inti-inti dari atom-atom. Sebuah elektron berenergi tinggi yang
demikian akan tetap berada di suatu sumur potensial yang sangat dalam didalam inti
atom. Menurut teori elektron Dirac, sebagian elektron dari keadaan energi negatif
nantinya dapat bertransisi ke keadaan energi positif didalam sumur ini, sebagai akibat
dari pasangan-pasangan elektron-positron yang akan terbentuk. Namun demikian tidak
ada bukti untuk pembentukan pasangan elektron-positron yang demikian. Jadi
keberadaan permanen dari elektron-elektron didalam inti atom tidaklah mungkin.
Mereka sesungguhnya terbentuk pada saat peluruhan-.
14
14
N harus
dan elektron yang mana jumlahnya ganjil, statistik yang harus dipatuhi haruslah F-D.
Namun demikian, bukti eksperimental menunjukkan bahwa ia mematuhi statistik B-E.
Jadi semua bukti diatas menunjukkan bahwa hipotesis proton-elektron dari aturan
inti atom tidaklah benar.
Mengingat kesulitan-kesulitan diatas, Rutherford mengajukan hipotesis (1920)
bahwa sebuah proton dan sebuah elektron didalam inti atom membentuk sebuah partikel
netral gabungan. Pada 1932, murid dari Rutherford, James Chadwick mengamati emisi
sebuah partikel netral dari inti atom saat sedang melangsungkan sebuah eksperimen
pada trasmutasi buatan dari unsur-unsur. Partikel-partikel ini ditemukan mempunyai
massa yang hampir sama seperti proton-proton dan disebut neutron. Neutron
sesungguhnya adalah sebuah jenis baru dari partikel elementer dan bukan suatu
gabungan dari sebuah proton dan sebuah elektron sebagaimana yang disangkakan oleh
Rutherford. Spin dari neutron adalah dan karenanya ia adalah fermion.
Setelah penemuan Chadwick, W. Heisenberg mengajukan (1932) bahwa inti atom
inti atom terbentuk dari proton-proton dan neutron-neutron dan bukan dari protonproton dan elektron-elektron. Dalam gambaran ini, sebuah inti atom bernomor massa A
dan nomor atom Z tersusun dari Z proton dan N = A Z neutron, sehingga jumlah total
partikel-partikel didalam inti atom adalah sama dengan nomor massanya A. Karena
massa proton dan neutron tersebut keduanya hampir menyatu massa atomnya akan
mendekati nomor massanya yang kemudian akan menjelaskan Kaidah Bilangan Bulat
Aston. Dengan begitu inti atom sudah tentu akan membawa Z satuan muatan elektronik
positif.
Spin yang diamati, momen magnetik dan statistik dari inti atom inti atom dapat
dijelaskan berdasarkan hipotesis proton-neutron. Karena terdapat sejumlah A proton dan
neutron didalam inti atom, setiap spin intrinsik (dalam satuan ), spin nuklir total l
haruslah 0 atau bulat jika A adalah genap dan akan menjadi setengah bilangan bulat
ganjil jika A adalah ganjil, dengan momentum anguler orbital dari nukleon-nukleonnya
selalu bulat. Sebagai contoh, dalam kasus inti atom 14N, jumlah total neutron dan proton
adalah 14 yang tak lain adalah sebuah bilangan genap. Karenanya spin l dari inti atom
seharusnya bulat, yang sesuai dengan pengamatan-pengamatan (lihat atas).
Momen-momen magnetik dari proton dan neutron berada pada orde magnitudo
yang sama.
p = 2.7927 N
n = - 1.9131N
dimana N =e/2MP adalah magneton nuklir, Mp adalah massa proton. Jadi sebuah
inti atom yang hanya terbentuk dari proton-proton dan neutron-neutron harus
mempunyai sebuah momen magnetik dari orde magnitudo yang sama sebagai N. Hal
ini dikuatkan oleh pengukuran-pengukuran eksperimental.
Akhirnya, statistik yang dipatuhi oleh inti atom inti atom tersebut dapat
dijelaskan berdasarkan hipotesis proton-neutron. Karena nukleon-nukleonnya adalah
fermion-fermion, sebuah inti atom dengan A genap harus mematuhi statistik B-E,
sementara sebuah inti atom dengan A ganjil harus mematuhi statistik F-D. Hal ini sesuai
dengan pengamatan-pengamatan. Sebagai contoh, dalam kasus inti atom 14N, karena A
adalah genap, ia harus mematuhi statistik B-E.
Neutron sedikit lebih berat daripada proton. Dalam keadaan bebas diluar inti
atomnya, ia ditemukan bersifat radioaktif dan meluruh oleh emisi- menjadi sebuah
proton:
1
0
n 11H v
Waktu paruh dari neutron bebas adalah 10,6 menit. Energi kinetik maksimum
partikel- yang diemisikan olehnya (oleh neutron) adalah 0,782 MeV.
Seperti telah dinyatakan sebelumnya, proton-proton dan neutron-neutron secara
bersama-sama dikenal sebagai nukleon-nukleon. Diyakini bahwa mereka mewakili dua
keadaan muatan yang berbeda dari entitas yang sama.
Hipotesis proton-neutron dapat dengan mudah menjelaskan keberadaan lebih dari
satu isotop dari suatu unsur. Sifat kimia dari suatu unsur ditentukan oleh jumlah proton
didalam inti atomnya. Jika jumlah protonnya Z tetap sama, tetapi jumlah neutronnya N
= A Z berubah, sifat kimia dari atom tersebut tetaplah sama, namun massa-massa
atomnya berubah. Nuklida yang demikian dikenal sebagai isotop.
9.2 Sifat-sifat gaya inti
Proton-proton dan neutron-neutron terikat dengan sangat kuat di dalam inti
atom. Sifat gaya yang mengikat mereka bersama pada dasarnya berbeda dari tipe-tipe
gaya yang lebih familiar, misalnya gaya-gaya gravitasional atau elektromagnetik. Gaya
gravitasional jauh lebih lemah untuk dibandingkan dengan ikatan nuklir (inti).
Contohnya, energi potensial dari interaksi gravitasional antara dua nukleon di dalam inti
atom pada suatu jarak 2 x 10-15m (2 fm) dari yang satu ke yang lainnya adalah
(1,66 x 10 27 )
Vg G
6,672x10 11 x 1,3778x10 39
15
(2 x 10 )
9,193 x 10 50
5,75x10 32 MeV
1,6 x 10 12
Ini adalah jauh lebih kecil daripada energi ikatan per nukleon, yang berorde beberapa
juta elektron volt.
Sejauh gaya elektromagnetik yang ditinjau, dua buah proton akan saling tolakmenolak satu sama lainnya karena muatan-muatan mereka yang sama. Karena neutronneutronnya netral dalam hal kelistrikan maka tidak ada interaksi elektromagnetik
diantara mereka sendiri ataupun dengan proton-proton.
Jadi kita mesti mengasumsikan sebuah tipe gaya lainnya selain dari dua gaya
diatas yang bekerja diantara nukleon-nukleon di dalam inti atom. Gaya ini menarik
dengan sangat kuat hingga suatu jarak maksimum tertentu diantara nukleon-nukleon
yang berorde sekitar 2 fm. Jarak yang demikian dikenal sebagai jangkauan gaya. Diluar
dari jarak tersebut maka gayanya adalah kecil (dapat diabaikan). Hal ini dikenal sebagai
interaksi yang kuat. Sifat yang pasti dari gaya ini tidak sepenuhnya dimengerti. Namun
begitu, beberapa gagasan mengenai sifatnya dapat disimpulkan dari sifat-sifat keadaan
dasar dari deuteron, sistem ikatan proton-neutron yang paling sederhana. Selain itu,
eksperimen-eksperimen hamburan internukleon pada energi-energi yang berbeda
memberikan pencerahan yang berarti pada sifat dari gaya internukleon. Hal ini akan
didiskusikan pada bab XVII.
Sebuah teori medan dari gaya internukleon pertama kali dikembangkan oleh
fisikawan Jepang H. Yukawa pada tahun 1935, yang berasumsi bahwa gaya bekerja
melalui pertukaran sebuah partikel dari massa yang berada ditingkat menengah antara
sebuah elektron dan sebuah proton, sebagaimana interaksi elektromagnetik yang bekerja
melalui perantara dari sebuah foton sebenarnya. Partikel ini, dikenal sebagai sebuah
meson- atau pion, namun tidak diketahui kapan Yukawa mengajukan teorinya. Partikel
ini kemudian ditemukan dalam sinar-sinar kosmis (1947). Keduanya, pion positif dan
negatif () seperti juga halnya pion-pion netral (0) telah dikenal. Menurut Yukawa,
sebuah pion secara kontinyu bertukaran diantara dua nukleon ketika mereka berada
pada suatu jarak kira-kira kurang dari 2 fm. Gaya jenis ini yang dikenal sebagai gaya
pertukaran telah lebih awal dipostulatkan oleh W. Heisenberg untuk menjelaskan ikatan
dari dua atom hidrogen dalam molekul H2.
9.3 Penemuan nuklida-nuklida stabil
Dari sekitar 1000 nuklida yang diketahui ada, hanya sekitar 25% yang stabil.
Sisanya bersifat radioaktif dan pada dasarnya diproduksi secara artifisial. Terkecuali
beberapa nuklida peluruhan- yang lebih berat, kebanyakan dari mereka adalah
peluruhan-. Beberapa nuklida berat juga melangsungkan fisi (pembelahan) spontan.
Elemen-elemen yang ada secara alamiah dapat dikelompokkan kedalam dua
kelas berdasarkan pada apakah mereka mempunyai nilai Z yang genap atau ganjil.
Elemen-elemen dengan Z genap umumnya mempunyai isotop stabil dengan jumlah
yang lebih besar daripada elemen-elemen dengan Z ganjil. Yang disebut belakangan
biasanya mempunyai satu atau dua isotop stabil. Diantara elemen-elemen Z genap,
jumlah isotop stabil umumnya lebih besar. Sebagai contoh kalsium (Z = 20), selenium
(Z = 34), krypton (Z = 36), dsb. masing-masing mempunyai enam isotop stabil; zink (Z
= 30), germanium (Z = 32), zirconium (Z = 40) dsb. masing-masing mempunyai lima
isotop stabil; kadmium (Z = 48) mempunyai delapan isotop stabil. Jumlah terbesar
muncul untuk tin (Z = 50) yakni sepuluh.
Gambar 1 menunjukkan grafik jumlah neutron (N = A Z) terhadap jumlah
proton Z untuk inti atom inti atom stabil dari elemen-elemen yang berbeda.
Sebagaimana dapat dilihat dari gambar, rasio N/Z untuk nuklida-nuklida stabil dibatasi
di dalam suatu rentang sempit di sekitar garis tebal mean yang digambar melalui titiktitiknya (garis kestabilan). Untuk inti atom inti atom yang lebih ringan, jumlah protonproton dan neutron-neutronnya hampir sama sehingga N/Z = 1 untuk mereka dan garis
kestabilan mencondong (miring) ke sumbu Z dan sumbu N secara sama. Untuk inti
atom inti atom yang lebih berat, jumlah neutronnya lebih tinggi daripada jumlah
protonnya sehingga N/Z menjadi lebih besar daripada 1 untuk Z yang lebih tinggi. Nilai
tertingginya adalah sekitar 1,6 untuk inti atom inti atom yang sangat berat. Karenanya
garis kestabilan lebih curam pada Z yang lebih tinggi.
Dalam Gambar 1, isotop-isotop dari elemen-elemen yang berbeda (Z = konstan)
terletak pada garis-garis vertikal yang berbeda. Disisi lain, nuklida-nuklida dengan Z
yang berbeda, mempunyai nomor massa yang sama (A = konstan) yang terletak di
sepanjang garis yang miring pada sudut 135o terhadap sumbu Z. Yang demikian ini
dikenal sebagai isobar-isobar. Akhirnya, nuklida-nuklida dengan jumlah neutron yang
sama (N = konstan) terletak di sepanjang garis-garis horizontal yang berbeda. Mereka
dikenal sebagai isoton-isoton. Plot dari inti atom inti atom dalam grafik N vs Z
dikenal sebagai diagram Segre. Diagram tersebut telah diperluas untuk memasukkan
semua inti atom yang stabil dan tidak stabil.
Jumlah isobar stabil untuk A yang berbeda biasanya satu atau dua. Dalam
beberapa kasus tiga isobar stabil ditemukan. Mereka terdapat pada A = 96, 124, 130 dan
136.
Isotop-isotop dari semua elemen dapat dibagi kedalam empat kelompok: Z
genap N genap (e-e), Z genap N ganjil (e-o), Z ganjil N genap (o-e) dan Z ganjil
N ganjil (o-o). Jumlah maksimum isotop stabil yang teramati berada diantara kelompok
genap-genap yakni sekitar 60% dari jumlah total isotop stabil. Kelompok genap-ganjil
dan ganjil-genap berjumlah kira-kira sama dan tiap kelompok mengandung sekitar 20%
dari jumlah total. Jumlah isotop stabil ganjil-ganjil adalah yang terkecil. Hanya empat
darinya yang diketahui berada diantara nuklida-nuklida teringan. Mereka ini adalah
isotop 2H (Z = 1), 6Li (Z = 3), 10B (Z = 5) and 14N (Z = 7). Tidak ada isotop stabil yang
diketahui berada pada A = 5 dan A = 8. Dalam Tabel 1 terdaftar jumlah isotop stabil
yang dimiliki oleh kelompok-kelompok berbeda yang tersebut diatas.
Tabel 9.1
Jumlah isotop stabil
Genap-genap
Genap-ganjil
Ganjil-genap
Ganjil-ganjil
164
54
50
4
Total
272
Kesamaan dari Z dan N untuk inti atom inti atom yang lebih ringan
menunjukkan bahwa gaya proton-proton dan neutron-neutron adalah hampir sama di
dalam inti atom inti atom tersebut. Hal ini dikenal sebagai simetri-muatan dari gaya
inti. Dalam inti atom inti atom yang lebih berat, tolakan Coulomb diantara protonproton cenderung melemahkan ikatannya. Untuk mengimbangi hal ini, jumlah neutron
didalamnya haruslah relatif lebih tinggi, yang akan meningkatkan kekuatan ikatannya.
Kestabilan sebuah inti atom diperoleh ketika sejumlah tertentu proton dan sejumlah
tertentu neutron terdapat didalamnya. Ketika proporsi mereka diganggu terlalu banyak,
kestabilan inti atom juga terpengaruh.
Jika jumlah neutron N bertambah, menjaga jumlah proton konstan, maka inti
atom kemudian bergerak ke sebelah kiri garis kestabilan, dalam inti atom yang
demikian, sebuah neutron dapat bertransformasi secara spontan menjadi sebuah proton
dan inti atom menjadi aktif -. Disisi lain, jika jumlah proton meningkat, dan menjaga N
konstan, maka inti atom yang baru kemudian jatuh ke sisi kanan garis kestabilan. Dalam
inti atom yang demikian, sebuah proton dapat bertransformasi dengan spontan menjadi
sebuah neutron dan inti atom menjadi aktif + (atau penangkapan-elektron).
Kita ketahui bahwa selama transformasi-, nomor massa A tetap tak berubah.
Hanya Z yang berubah. Jadi transformasi- berlangsung di sepanjang garis-garis
isobaric. Karena perubahan-perubahan Z dengan sebuah satuan dalam kasus tersebut,
tidak mungkin terdapat dua isobar stabil yang bertetangga yang berbeda Z nya dengan
sebuah satuan. Isobar-isobar dengan massa atom yang lebih tinggi akan bertransformasi
menjadi sebuah isobar dengan massa atom yang lebih rendah oleh transformasi-.
Untuk alasan ini, jika lebih dari satu isobar stabil terdapat pada suatu nomor massa yang
diketahui, mereka pasti berbeda Z nya dengan dua satuan. Sebuah contoh yakni 40Ca (Z
= 20) dan 40Ar (Z = 18), yang mana keduanya stabil.
9.4 Model-model inti atom
Untuk memahami sifat-sifat yang teramati dari inti suatu atom diperlukan
pengetahuan yang memadai mengenai sifat interaksi internukleon. Kita telah lihat diatas
bahwa sebuah gaya berjangkauan pendek yang kuat bekerja diantara nucleon-nukleon.
Bentuk matematika yang eksak dari interaksi ini masih belum diketahui. Teori Yukawa
memberi kita beberapa ide mengenainya, yang berdasarkan pada pertukaran sebuah
pion diantara dua nukleon, ketika mereka berada pada suatu jarak kurang dari jangkauan
interaksi tersebut. Namun begitu, ada beberapa pendekatan alternatif dimana lebih dari
satu pertukaran pion juga diperhitungkan. Teori-teori yang telah diajukan tidak ada yang
memberikan kita sebuah pemahaman yang penuh tentang sifat interaksi internukleon.
Dapat dicatat bahwa bahkan jika sifat eksak dari interaksi internukleon
diketahui, masih akan sangat sulit untuk mengembangkan sebuah teori yang
memuaskan akan struktur inti atom yang terbentuk dari sejumlah besar neutron dan
proton, karena hampir mustahil untuk memecahkan persamaan Schrodinger secara
eksak untuk suatu sistem benda banyak yang demikian. Beragam metode telah
dikembangkan untuk memecahkan masalah tersebut dengan tingkat aproksimasi yang
berbeda-beda. Akan tetapi, masalahnya masih jauh dari terpecahkan secara sempurna.
Situasinya cukup berbeda jika kita meninjau teori struktur atom. Sifat dari gayagaya yang bekerja pada elektron-elektron dalam atom tersebut adalah elektromagnetik
yang mana telah dipahami dengan baik. Teori mekanika kuantum dari struktur atom
telah dikembangkan secara luas dan cukup sesuai dengan data eksperimental.
Karena kesulitan-kesulitan diatas dalam mengembangkan sebuah teori yang
memuaskan dari struktur inti, model-model yang berbeda telah diajukan untuk inti
atom, yang masing-masingnya dapat menjelaskan beberapa karakteristik berbeda dari
inti atom.
Kegunaan dari sebuah model bergantung pada sejauh mana prediksinya dapat
dikonfirmasi oleh eksperimen-eksperimen.
Beragam model yang telah diajukan untuk inti atom yakni model-model kolektif
yang berbeda (dimana model tetes cairan adalah salahsatunya), model gas Fermi dan
model-model kulit dengan tipe-tipe perangkai yang berbeda.
9.5 Model Tetes Cairan
Sifat-sifat makroskopis inti, seperti kerapatan materi inti yang konstan dan
energi ikatan per nukleon yang konstan adalah sangat mirip dengan yang ditemukan
dalam sebuah tetes cairan. Interaksi yang sangat kuat dalam jangkauan yang pendek
antara nucleon-nukleon memungkinkan kita untuk meninjau prilaku kolektif mereka
dalam menentukan sifat-sifat inti tersebut. Sebagai contoh, jika ada energi ekstra yang
dipasok ke inti, maka daripada meninjau bagaimana pengaruhnya terhadap gerakan
nukleon-nukleon individual, cukuplah meninjau pengaruhnya pada perilaku kolektif
nukleon-nukleon didalam inti sebagai suatu kesatuan.
Model tetes cairan pertama kali diajukan oleh N. Bohr dan F. Kalckar pada 1937
dan kemudian digunakan oleh C.F. von Weizsacker dan H.A. Bethe untuk
mengembangkan sebuah formula semi-empirik untuk energi ikat inti.
Ada beberapa alasan untuk meyakini bahwa tiap molekul individual didalam
sebuah tetes cairan mengerahkan sebuah gaya tarik kepada sekelompok molekul di
10
11
dengan proses kondensasi dari fase uap ke cairan dalam kasus tetes cairan.
Model tetes cairan tidak begitu berhasil dalam menjelaskan keadaan-keadaan inti
yang tereksitasi di tingkat yang rendah. Karena gerakan-gerakan kolektif sejumlah besar
nukleon dilibatkan, model ini menyebabkan level-level energi tersebut didapati berruang sangat lebar pada energi-energi eksitasi rendah.
9.6 Rumusan Bethe-Weizsacker
Formula semi-empirik untuk massa nuklir (atau nuclear binding energies) ini,
menghubungkan antara teori2 materi nuklir dgn informasi eksperimental & didasarkan
pd model tetes cairan dari inti atom. Formula semi-empirik untuk massa nuklir (atau
nuclear binding energies) ini, menghubungkan antara teori-teori materi nuklir dgn
informasi eksperimental dan didasarkan pada model inti tetes cairan. Jika M (A,Z)
adalah massa atom dari isotop sebuah elemen X dgn no. atom Z & no. massa A, maka
dapat kita tulis
M ( A, Z ) ZM H NM n E B ........................................................
(9.6-1)
dimana EB adalah energi ikat nuklir; MH dan Mn berturut-turut adalah massa atom
hidrogen (1H) dan neutron, N = A-Z adalah jumlah neutron di dalam inti.
Energi ikat EB dapat dinyatakan sebagai penjumlahan dari sejumlah faktor di
bawah ini:
(i) Volume Energi (Energi volume):
Terlihat dalam Bab II, bahwa EB hampir berbanding lurus dengan A. sehingga
kita dapat menuliskan faktor pertama dalam ekspresi untuk EB sebagai
E v a1 A ........................................................................................ (9.6-2)
Dimana a1 adalah sebuah konstanta. Ev disebut energi volume, volume nuklirnya
adalah sebanding dengan A
(ii) Energi permukaan (Surface energi):
Karena inti diasumsikan menyerupai sebuah tetes cair yang bundar dari radius
R=ro A1/3, kita dapat asumsikan bahwa sebuah gaya yang serupa dengan tegangan
permukaan suatu cairan bekerja pada nukleon-nukleon di dekat permukaan bebas bola
nuklir. Nukleon-nukleon ini dikenai gaya-gaya tarikan yang disebabkan oleh nukleonnukleon yang berada didalam bola. Tidak ada gaya yang bekerja dari luar. Sebagai
hasilnya, inti tersebut mengasumsikan suatu bentuk yang bulat. Gaya permukaan ini
sebanding dengan luas permukaan inti tersebut yang sama dengan 4R 2 4ro2 A 2 / 3 .
Keberadaan gaya permukaan cenderung mengurangi energi ikat inti dengan
dengan jumlah yang sebanding dengan luas permukaan yang terakhir.
12
....................................................................... (9.6-4)
3
4R
4r03 A
Energi potensial bola bermuatan beradius R dapat dihitung dengan membangun
bola tersebut, lapis demi lapis, menggunakan fakta bahwa medan di luar sebuah
distribusi muatan bola adalah sama seperti jika semua muatan terkonsentrasi di
pusatnya. Anggap bola tersebut telah dibangun hingga suatu radius r. Muatan total di
dalamnya adalah
4 3
r c
3
Mari sekarang kita tambahkan kepadanya sebuah muatan kulit yang sangat kecil
dengan ketebalan dr. Kerja yang dilakukan untuk membawa muatan dq = 4 r2c dr di
dalam kulit dari radius tak berhingga ke r terhadap medan bola bermuatan yang berjarijari r diatas adalah:
dW
4r 2 c dr
q dq
4
r 3 c
4 o r 3
4 o r
1 16 2 2 4
c r dr
4 o 3
Disini o adalah permitivitas ruang hampa; o = 10-9/36 F/m.
Karena itu kerja total yang dilakukan dalam membentuk bola bermuatan dengan
radius R adalah
1 16 2 2 4
1 16 2 2 R 5
W
c r dr
c
4 o 3
4 o 3
5
0
R
1 3 Q2
4 o 5 R
Karena energi potensial adalah negatif dari kerja yang dilakukan, energi
Coulomb dari muatan bola adalah
13
Ec
3 Q2
3 ( Ze) 2
5 4 0 R
5 4 0 R
3
( Ze) 2
Z2
a
...................................................
3
5 4 0 r0 A1/ 3
A1/ 3
Dimana a3 adalah sebuah konstanta yang diberikan oleh
Ec
a3
3 e2
...............................................................................
5 4 0 r0
(9.6-5)
(9.6-6)
( A 2Z ) 2
.......................................................................
A
(9.6-
7)
(v) Energi Pemasangan (Pairing energi):
Sebuah studi tentang sistematika energi-energi ikat dari inti-inti yang berbeda
menunjukkan bahwa untuk A (genap) yang diberikan, inti-inti Z genap-N genap (e-e)
14
terikat dengan lebih kuat daripada inti-inti Z ganjil-N ganjil. Lebih lanjut jika energienergi ikat dari inti-inti ini dibandingkan dengan energi-energi ikat inti-inti A ganjil
tetangganya, yakni Z genap-N ganjil (e-o) dan Z ganjil-N genap (o-e), ditemukan bahwa
ikatan-ikatan dari inti-inti A ganjil adalah di kisaran menengah antara inti-inti e-e dan oo. inti-inti A ganjil terikat dengan lebih kuat daripada inti-inti o-o sementara ikatan
mereka kurang kuat dibandingkan dengan inti-inti e-e.
Pengamatan-pengamatan ini menunjukkan bahwa kita harus menambahkan
sebuah faktor energi pemasangan (pairing energi) kepada ekspresi EB yang muncul
karena pemasangan nukleon-nukleon bertipe sama dengan spin-spin yang berlawanan.
Pemasangan yang demikian cenderung meningkatkan kekuatan ikatan yang kemudian
menjadi maksimum untuk inti-inti e-e di mana semua nukleon dari kedua tipe (p dan n)
dipasangkan dengan spin-spin yang dijajarkan berlawanan. Dalam inti-inti A ganjil, ada
sebuah nukleon yang tak berpasangan yakni sebuah neutron untuk inti-inti o-e dan
sebuah proton untuk inti-inti o-e. Hal ini melemahkan ikatan di dalam inti-inti tersebut
sekitar 2 hingga 3 Mev. Akhirnya dalam inti-inti o-o, terdapat dua nukleon tak
berpasangan, satu proton dan satu neutron. Akibatnya, ikatan-ikatan dari inti-inti
tersebut semakin melemah sekitar 2 hingga 3 Mev.
Faktor energi pemasangan (pairing energi) (A, Z) hanya bergantung pada A
dan menjadi nol untuk inti-inti A ganjil, positif untuk inti-inti e-e dan negatif untuk intiinti o-o. Hal ini diberikan oleh
a5 A 3 / 4 ................................................................................... (9.6-8)
Dengan demikian kita dapat menulis energi ikat sebagai:
E B ( A, Z ) Ev E s Ec E a
............... (9.6-9)
( A 2Z ) 2
E B ( A, Z ) a1 A a 2 A 2 / 3 a3 Z 2 / A1 / 3 a 4
A
Dalam persamaan di atas, S ditambahkan untuk inti-inti e-e dan dikurangi untuk
inti-inti o-o. Untuk inti-inti A ganjil, kita mengambil = 0.
Ini adalah formula semi-empiris untuk energi ikat nuklir dan dikenal sebagai
formula Bethe-Weizsacker.
Nilai a3 menentukan energi Coulomb yang diberikan oleh Persamaan. (9.6.5).
dengan mengambil r0 = 1,22 fm, kita peroleh
a3
3 e2
3
(1.602 10 19 ) 2
5 4 0 r0
5 4 (10 9 / 36 ) 1.22 10 15
0.000761u
Sebuah nilai yang lebih akurat dari a3 diperoleh dari perbedaan energi inti (lihat
9,7 C).
15
Konstanta lain yang muncul dalam persamaan. (9,6-9) dapat diperkirakan dengan
menyesuaikan rumus dengan energi ikat yang diukur dari sejumlah isotop di berbagai
daerah nilai-A.
Nilai-nilai yang diterima saat ini dinyatakan dalam skala massa terpadu atom
yaitu:
a1 = 0.016919 u; a2= 0.019114 u;
a3 = 0.0007626 u; a4 = 0.02544 u;
as = 0.036 u....................................................................................... (9.6-10)
Massa atom dari isotop dapat ditulis sebagai
M ( A, Z ) Z M H NM n E B ( A, Z )
M ( A, Z ) ZM H ( A Z ) M n a1 A a 2 A 2 / 3 a3 Z 2 / A1 / 3 a 4
( A 2Z ) 2
..
(9.6-11)
Dalam Persamaan (9.6-11) faktor energi pemasangan () dikurangi untuk intiinti e-e dan ditambahkan untuk inti-inti o-o. Ini adalah rumusan massa semi-empiris
yang memberikan energi-energi ikat (binding energies) sekitar 1% dari nilai-nilai yang
ditentukan secara eksperimen untuk A> 40.
Hal yang relatif penting dari faktor-faktor yang berbeda dalam Persamaan (9.69) menjadi jelas dari perhitungan-perhitungan numerik yang menggunakan Persamaan
(9.6-2), (9.6-3), (9.6-5), (9.6-7) dan (9.6-8) di berbagai daerah massa yang berbeda.
Pada Tabel 2 tercantum rasio untuk energi permukaan, Coulomb dan asimetri terhadap
energi volume untuk beberapa inti yang khas di daerah massa yang berbeda, ringan,
menengah dan berat.
Tabel 9.2
A
A-2Z
6
12
20
50
100
160
200
250
3
6
10
24
44
64
80
100
0
0
0
2
12
32
40
50
Ev
(MeV)
94.8
189.6
316
790
1580
2528
3160
3950
Es/Ev
(%)
62
49
41
30.5
24.3
20.8
19.3
18
Ec/Ev
(%)
3.7
5.9
8.2
14
19
21.2
24.6
28.5
Ea/Ev
(%)
0
0
0
0.24
2
6
6
6
EB/A
(MeV)
5.4
7.1
7.95
8.71
8.66
8.22
7.92
7.52
Dari Tabel tersebut jelaslah bahwa untuk inti-inti yang sangat ringan, Hal ini
terbukti dari tabel bahwa untuk inti sangat ringan, faktor yang memberikan konstribusi
utama dalam pengurangan energi volume adalah faktor energi permukaan. Hal ini
disebabkan oleh fakta bahwa rasio luas permukaan terhadap volume untuk inti-inti
16
sangat ringan ini relatif jauh lebih besar daripada untuk inti-inti berat. Pengaruh faktor
energi permukaan berkurang dengan cepat dengan peningkatan A dalam kasus inti-inti
yang sangat ringan, yang bertanggung jawab untuk peningkatan pesat dalam nilai Ev/A
dengan kenaikan A, seperti dapat dilihat dari kurva binding fraction pada Gambar. 2.2
di Bab II.
Pengaruh Energi Coulomb (Ec/EV), yang kecil untuk inti-inti yang lebih ringan,
menjadi cukup dominan untuk inti-inti yang lebih berat yang mengandung sejumlah
besar proton. Hal inilah yang bertanggung jawab untuk penurunan yang lambat dalam
nilai EB/A untuk inti-inti yang lebih berat (A> 90) setelah sebuah nilai maksimum yang
besar ditunjukkan pada Gambar. 2.2 (Bab II).
Pengaruh asimetri tidak cukup signifikan pada nilai-nilai A yang rendah dimana
N dan Z tidak berbeda jauh. Untuk inti-inti yang lebih berat, peningkatan N-Z (= A2Z), menjadi penting.
9.7 Aplikasi Formula Semi-Empiris Energi Ikat
A. Peluruhan Alpha:
Jika inti ZA X mengalami peluruhan- menjadi inti
A
A 4
4
Z X Z 2 Y 2 He
Energi peluruhan- adalah (Lihat bab 1):
A 4
Z 2
Q M ( A, Z ) M ( A 4, Z 2) M ( 4 He)
Ditulis dalam faktor-faktor energi ikat (EB) dari inti-inti yang terlibat maka untuk A dan
Z yang besar, ini menjadi
Q E B ( A 4, Z 2) E B ( 4 He) E B ( A, Z )
Z2
( Z 2) 2
1/ 3
( A 4)1 / 3
A
Q E B ( 4 He) 4a1 a 2 A 2 / 3 ( A 4) 2 / 3 a3
1
1
A A 4
a4 ( A 2Z ) 2
4 a3 Z
4a 4 ( A 2 Z ) 2
8
Z
1 / 3
28.3 4a1 a 2 A
1/ 3 1
....................(9.7 1)
3
3A
A( A 4)
A
Disini faktor energi pemasangan telah diabaikan. Energi ikat partikel- telah
diambil menjadi 28,3 MeV. Jika nilai-nilai numerik dari a1, a2, a3, dan a4 dinyatakan
dalam MeV (lihat Persamaan 9.6-10) digunakan, Persamaan (9.7-1) memberikan Q>0
untuk A>160. Jadi inti-inti dengan A>160 harus mengalami peluruhan-. Sebenarnya
peluruhan- diamati terutama di wilayah A>200. Untuk inti-inti yang lebih ringan
(A<200), pelepasan energinya sangat kecil sehingga probabilitas penetrasi hambatan
menjadi sangat kecil (Lihat 4.9).
17
(9.7-2)
1
(a3 A 2 / 3 4a 4 ) .......................................................................
A
(9.7-3)
(9.7-3)
Persamaan (9.7-2) adalah persamaan sebuah parabola untuk sebuah nilai A yang
diberikan. Dengan menurunkan M(A,Z) terhadap Z untuk sebuah nilai A yang diberikan
(yakni sebuah garis isobarik) kita dapatkan
M
p 2qZ ............................................................................
(9.7-4)
p ( M n M H 4a 4 ) A
............................................ (9.7-5)
2q
2(a3 A 2 / 3 4a4 )
Memasukkan Z = ZA dalam Persamaan (9.7-2) kita peroleh
M ( A, Z A ) f A p 2 / 4q ................................................................. (9.7-6)
Maka
Atau
ZA
M ( A, Z ) M ( A, Z A )
p2
pZ qZ 2 q ( Z Z A ) 2 ......................
4q
(9.7-7)
Ini membuktikan bahwa parabola massa untuk sebuah isobar (A = konstan) yang
diberikan mempunyai titik terendah pada Z = Z A karena sisi kanan Persamaan (9.7-7)
adalah positif. Karena M(A,Z) mempunyai nilai terkecil untuk sebuah nilai A yang
diberikan ketika Z = ZA, inti ini akan mempunyai energi ikat terbesar diantara isobarisobar untuk A yang diberikan tersebut, yakni ZA akan memberikan nilai Z untuk isobar
yang paling stabil. Menempatkan nilai-nilai numerik dari Mn, MH, a3 dan a4 dalam
Persamaan (9.7-5) kita mendapatkan
A
................................................................... (9.7-8)
1.98 0.015 A 2 / 3
Perhitungan menggunakan Persamaan (9.7-8) biasanya tidak menghasilkan
ZA
sebuah nilai integral (bulat) untuk ZA. Dalam kebanyakan kasus, nilai Z yang terdekat
dengan ZA dapat disamakan dengan inti stabil yang sebenarnya untuk sebuah A yang
diberikan. Sebagai contoh, untuk A = 63, Persamaan (9.7-8) memberikan ZA = 28,4.
Sebenarnya isotop 63Cu pada Z = 29 ditemukan menjadi stabil. Juga untuk A = 109, ZA =
18
109
ini.
Parabola-parabola massa untuk isobar-isobar yang berbeda yang ditentukan oleh
Persamaan (9.7-2) jatuh ke dalam dua kategori yang berbeda ketika 19actor energi
pemasangan diperhitungkan, berdasarkan apakah A adalah ganjil atau genap. Untuk A
ganjil kita mendapatkan parabola tunggal untuk masing-masing A, karena = 0 dalam
kasus ini. Untuk A genap, kita mendapatkan dua parabola untuk nomor massa yang
sama, satu untuk Z genap (e-e) dan yang lainnya untuk Z ganjil (o-o). Karena 19actor
energi pemasangan dalam Persamaan (9.6-11) dikurangi untuk inti-inti e-e dan
ditambahkan untuk inti-inti o-o, maka untuk A yang sama parabola untuk inti-inti o-o
terletak di atas parabola untuk inti-inti e-e sebesar 2.
Dalam Gambar 9.2 a ditunjukkan plot M(A,Z) terhadap Z untuk isobar-isobar A
ganjil dengan A = 135 (garis putus-putus). Ini adalah parabola dimana titik terendahnya
berada pada ZA = 56,85. Isobar stabil yang sebenarnya diamati pada nomor massa ini
adalah
135
semuanya adalah tak stabil. Mereka yang berada di sisi bawah Z, (yakni Z < 56), adalah
- aktif sementara mereka yang berada di sisi Z yang lebih tinggi (Z > 56) adalah +
aktif atau bersifat menangkap elektron. Masing-masing dari inti-inti ini mengalami
transformasi - menjadi inti produk dengan Z yang satu unit lebih tinggi atau lebih
rendah berturut-turut, seperti yang ditunjukkan dalam gambar. Transformasi - tersebut
terus terjadi langkah demi langkah sampai produk akhir yang stabil tercapai.
19
Isobar yang paling stabil dalam hal ini jatuh pada parabola yang lebih rendah. Dengan
menggunakan Persamaan (9.7-8), kita dapatkan ZA = 44,2. Sebenarnya sebuah nuklida
stabil
lain,
102
Ru Z = 44 teramati pada nomor massa ini. Selain itu, nuklida e-e stabil yang
102
Pd (Z = 46), juga ada pada A ini. Kedua isobar stabil tersebut berbeda dalam Z
102
parabola yang atas dan memiliki massa atom lebih besar daripada salah satu dari dua
isobar di atas. Oleh karena itu 102Rh adalah tidak stabil. Hal ini menunjukkan aktivitas +
dan -. Emisi + mengubahnya menjadi
menjadi
102
102
teramati dalam banyak kasus serupa di antara isobar-isobar A genap. Contohnya adalah
40
K, 64Cu, dll.
Gambar. 9.2 b menunjukkan dua isobar o-o lainnya 102Tc (Z = 43) dan 102Ag (Z =
47) pada parabola yang atas. Massa atom mereka lebih tinggi daripada yang daripada
isobar-isobar e-e tetangganya,
102
Ru dan
102
isobar yang disebut belakangan ini yang dapat menjadi -aktif. Transformasi-
mengubah Z sebanyak satu satuan. Namun, inti-inti produk o-o yang akan diproduksi
oleh transformasi + atau - dari
102
102
102
22Ti
Isobaric triad
23V
24
Cr
20
96
124
130
136
138
Zr
50Sn
52Te
54Xe
56Ba
Mo
52Te
54Xe
56Ba
57La
40
Ru
54Xe
56Ba
58Ce
58Ce
42
44
Dalam dua kasus lain yang tercantum dalam Tabel 9.3 di A = 50 dan 138
nuklida-nuklida yang berada di tengah 50V (Z = 23) dan
138
ganjil-ganjil. Masing-masingnya diapit oleh dua inti genap-genap di kedua sisi. Nilainilai Z-nya berbeda satu satuan di antara anggota-anggota yang berurutan di masingmasing triad. Dari diskusi di atas jelaslah bahwa nuklida-nuklida tengah o-o tidak
mungkin merupakan -stabil dalam kasus ini. Sangat mungkin dikarenakan waktu paruh
mereka yang sangat panjang, aktivitas- mereka belum teramati. Mereka ditandai
dengan tanda bintang (*).
Dua kasus keberadaan pasangan-pasangan isobarik stabil pada nomor massa
ganjil telah diketahui. Mereka adalah pada A = 113 dan 123. Pasangan-pasangan
isobariknya adalah 113Cd (Z = 48) - 113In (Z=49) dan 123Sb (Z=51) - 123Te (Z=52). Nomornomor atomnya berbeda satu satuan untuk setiap pasangan. Kita tahu bahwa menurut
aturan stabilitas inti, kedua anggota dari masing-masing pasangan tidak mungkin stabil.
Anggota dengan massa atom yang lebih tinggi pastilah -aktif. Sangat mungkin karena
waktu paruh mereka yang sangat panjang sehingga aktivitas- nya belum terdeteksi.
(C) Energi Peluruhan- dari inti cermin:
Dalam bab II kita telah membahas secara singkat tentang metode inti cermin
untuk menentukan radius muatan inti. Inti-inti cermin merupakan pasangan-pasangan
dari inti-inti isobarik di mana jumlah proton dan neutron dipertukarkan dan berbeda
sebesar satu satuan sehingga Z N = 1. Karena Z + N = A, kita kemudian mendapatkan
A = 2Z 1. Contoh-contohnya adalah pasangan-pasangan seperti (13H , 23He) ,
( 37 Li ,
7
4
Be) , (11
5 B,
11
6
C ) , (13
6 C,
13
7
N ) , (15
7 N,
15
8
11
5
B v
Energi maksimum + yang dipancarkan dalam hal ini adalah 0,96 MeV, tidak
ada sinar- yang dipancarkan dalam transisi ini.
Dengan menggunakan rumus massa semi-empiris kita dapat menulis untuk inti A
ganjil ( = 0):
21
Z2
( A 2Z ) 2
a
4
A1 / 3
A
2
a
Z
ZM H ( Z 1) M n a1 A a 2 A 2 / 3 a3 1 / 3 4
A
A
M ( A, Z ) ZM H NM n a1 A a 2 A 2 / 3 a3
( Z 1) 2 a 4
A
A1 / 3
( 2Z 1)
M ( A, Z ) M ( A, Z 1) M H M n a3
A1 / 3
Q M ( A, Z ) M ( A, Z 1) 2me
( 2Z 1)
M H M n a3
2me
1/ 3
A
a3 A2 / 3 ( M n M H 2me )
a3 A2 / 3 1.804 MeV ......................................................... (9.7 9)
22
oleh Persamaan. (9,7-8) dikelilingi oleh wilayah isobars stabil yang ditentukan oleh
diagram jenis dari 9.2a dan 9.2b.
model
statistik
yang
gambar
inti
sebagai
degenerasi/penurunan gas dari proton dan neutron seperti gas elektron bebas dalam
logam dibahas di Bab XV, Vol. I. Suatu gas dikatakan menurun jika jumlah negara
energi yang bisa ditempati sebanding dengan jumlah partikel. Dalam hal ini sifat
partikel mikroskopis sepenuhnya tercermin dalam efeknya pada ensambel secara
keseluruhan.
Karena nukleon adalah partikel dengan spin , mereka adalah fermion. Oleh
karena itu perilaku proton atau neutron gas akan ditentukan dengan statistik FermiDirac, seperti dalam kasus gas elektron dalam logam. Dalam gas di 0 K, semua tingkat
energi mencapai maksimum, yang dikenal sebagai energi Fermi Ef, ditempati oleh
partikel, setiap tingkat yang ditempati oleh dua partikel dengan spin berlawanan. Energi
Fermi pada 0 K dihitung pada Vol. I (lihat 15,7, Vol. I) dan diberikan oleh
Ef
2
2M
3 2 N t
2/3
......................................................................
(9.8-1)
di mana M adalah massa nukleonik dan = (4/3) ro3.A adalah volume inti, yang
berisi Nt partikel.
Sebenarnya ada dua jenis gas Fermi yang berbeda pada inti, gas proton dan gas
neutron, Jumlanya berturut-turut adalah Z dan A - Z.
Dengan asumsi jumlah keadaan nukleonik sama dengan jumlah nukleon di
setiap kasusnya, kita mendapatkan kerapatan dari keadaan untuk kedua gas sebagai
Z
Z
3Z
np
.......................................................... (9.8-2)
3
4 / 3r0 A 4r0 A
np
A Z 3( A Z )
....................................................................
4r0 A
(9.8-3)
23
3/ 2
0,069 nukleon/m 3
3
4 (1,2)
2/3
21 MeV
Dalam sebuah inti yang sebenarnya, jumlah proton (Z) dan neutron (N = A-Z)
tidaklah sama, N adalah lebih besar daripada Z. Ini berarti bahwa energi Fermi dari
kedua jenis nukleon adalah berbeda. karena N > Z, (Ef)n > (Ef)p. Ini menyiratkan bahwa
sumur potensial untuk proton dan neutron memiliki kedalaman yang berbeda, sumur
yang pertama adalah kurang dalam daripada yang terakhir. Sebenarnya kedalaman
sumur potensial diberikan oleh
E
v0 E f B E f f B ...................................................................... (9.8-4)
A
dimana fB = EB/A adalah energi ikat rata-rata per nukleon (binding fraction) yaitu
sekitar 8 MeV per nukleon untuk kedua proton dan neutron. Hal ini diilustrasikan pada
Gambar. 9.5
sumur potensial, dan mengabaikan efek Coulomb. Bahwa hal ini harus demikian dapat
dipahami dari fakta bahwa jika keduanya ini berada pada kedalaman yang berbeda
dibawah bagian atas sumur, maka nukleon-nukleon yang berjenis sama dari level Fermi
yang lebih tinggi (katakanlah, neutron-neutron) akan membuat transisi secara spontan
24
ke level Fermi yang lebih rendah untuk nukleon-nukleon jenis lainnya (proton-proton)
oleh transformasi-. Sehingga pada akhirnya level-level tersebut menjadi sama.
Dari diskusi di atas, kedalaman sumur potensial adalah sekitar
V0 = 21 +8 = 29 MeV
kedalaman neutron ternyata sedikit lebih besar daripada kedalaman proton.
Jika kita sekarang meninjau sebuah medium tak hingga hipotetis dari materi inti
dengan kerapatan yang seragam di mana jumlah neutron dan proton adalah sama (N=Z),
dengan interaksi Coulomb dari proton seluruhnya diabaikan, maka rumus energi ikat
semi-empiris (Persamaan 9.6-9) memberikan
E
EB
(9.8-5)
Jika ini ditambahkan ke kedalaman sumur potensial dibawah tingkat Fermi, maka
kedalaman sumur potensial akan menjadi
V0 = 21 +15,9 =36,9 MeV.
Beberapa teori sukses materi inti mampu mengkorelasikan nilai atas V0 dengan
sifat kekuatan internucleon.
Dalam pembahasan di atas, suhu inti telah diasumsikan sebagai T = 0 K yang
dapat disamakan dengan keadaan dasar. Ketika beberapa energi eksitasi dipasok ke inti,
energi panas dari inti dapat disamakan dengan T > 0 K. Jika perhitungan dilakukan
dengan menggunakan rumus yang diberikan dalam 15.7, Vol. I untuk energi kinetik
rata-rata pada T > 0 K, maka ditemukan bahwa energi eksitasi total adalah
Et E p E n 11 (kT ) 2 MeV ..........................................................
(9.8-6)
25
di mana transfer momentum yang besar terjadi. Jadi sifat-sifat inti dalam keadaan
tereksitasi dapat dijelaskan dengan model statistik ini. Bahkan keadaan inti-inti berat
yang tak terikat dapat diolah dengan metode ini.
9.9 Struktur kulit inti
Model-model inti yang berbeda yang telah diusulkan dari waktu ke waktu dapat
menjelaskan fitur-fitur yang terbatas dari inti. Dengan model tetes cairan dapat
dijelaskan perubahan yang teramati dari energi ikat inti terhadap nomor massa dan fisi
inti berat. Namun begitu, model ini memprediksi level-level energi yang ber-ruang
sangat sempit (rapat) dalam inti-inti yang mana bertentangan dengan pengamatan pada
energi-energi rendah. Keadaan-keadaan tereksitasi ditempat yang rendah dalam inti-inti
sebenarnya ber-ruang cukup luas, yang mana tidak dapat dijelaskan oleh model tetes
cairan. Hal ini dan sifat-sifat tertentu lainnya dari inti mengharuskan kita untuk
meninjau gerakan nukleon-nukleon individual di dalam sebuah sumur potensial yang
akan menyebabkan hadirnya suatu struktur kulit inti, yang mirip dengan kulit-kulit
elektronik dalam atom.
Kita tahu bahwa elektron ekstranuklir dalam atom tersusun dalam sejumlah kulit
misalnya K, L, M, N dll dengan mengikuti bilangan kuantum utama n = 1, 2, 3, 4 dll
Masing-masing kulit memiliki sejumlah subkulit yang ditandai dengan nilai
yang berbeda dari bilangan kuantum azimut l = 0, 1, 2, 3, ............. (n-1). Sebuah
subkulit l dapat berisi maksimal 2 (2l + 1) elektron, yang berarti bahwa s, p, d, f dll.
subkulit dengan l = 0, l, 2, 3 dll dapat menampung masing-masing sampai 2, 6 , 10, 14
dst.
Dalam gas-gas lembam Ne (Z = 10), Ar (Z = 18), Kr (Z = 36), Xe (Z = 54) dan
Rn (Z = 86), subkulit terluar harus terisi penuh, sedangkan gas ringan He (Z = 2),
subkulit 1s diisi dengan 2 elektron. Dalam semua unsur, elektron sangat terikat erat,
potensi ionisasi pertama mereka yang relatif cukup tinggi.
In the alkali elements, which follow immediately the inert gases in the periodic
table, there is one electron in s subkulit just outside the inert gas core. This electron is
very weakly bound in all of these elements (see Fig. 9.6a). The sudden drop in the first
ionization potentials after the inert gases is evident from the figure.
Dalam unsur alkali, sesuai dengan aturan gas inert dalam tabel periodik, ada satu
elektron di subkulit s di luar inti. Elektron ini sangat lemah ikatannya dalam semua
unsur (lihat Gambar. 9.6a). Penurunan yang tiba-tiba dalam potensial ionisasi pertama
setelah gasnya lambat terlihat dari gambar.
26
Gambar 9.6 (a) Potensial ionisasi pertama dari atoms dalam tabel periodik.
(b) Diskontinuitas energi pemisahan neutron pada N = 82.
Ada alasan kuat untuk percaya bahwa seperti dalam kasus pengikatan elektron
dalam atom, nukleon dalam inti diatur dalam kulit diskrit tertentu.
W.M. Elasser, pada tahun 1933, adalah yang pertama untuk menunjukkan ini.
Kemudian, Maria Gopert Meyer (1948) dan O Haxel, JHD Jensen dan H.E. Suess
(1949) menunjukkan bahwa inti terisi dengan jumlah proton dan neutron dengan
stabilitas yang sangat tinggi:
Proton
2
8
20
28
50
82
Neutron
2
8
20
28
50
82
126
Angka-angka di atas dikenal sebagai nomor ajaib dan analog dengan nomor
atom dari gas-gas inert. Selain di atas, ada sejumlah semi-ajaib untuk N dan Z = 40.
Beberapa inti berisi nomor ajaib dari proton dan neutron keduanya. Contoh4He
(Z = 2, N.= 2), 16O (Z = 8, N=. 8), 40Ca (Z = 20, N = 20), 48Ca (Z = 20, N= 28), 208Pb (Z
= 82, N = 126). Mereka ajaib ganda dan menunjukkan stabilitas yang sangat tinggi.
Berikut ini adalah bukti utama untuk menunjukkan adanya struktur kulit dalam
inti atom.
a. Inti yang berisi nomor ajaib proton atau neutron menunjukkan stabilitas yang
sangat tinggi, dibandingkan dengan inti yang mengandung satu nukleon lebih dari
jenis yang sama. Pengukuran menunjukkan bahwa energi pemisahan Sn neutron dari
inti yang berisi jumlah ajaib neutron besar dibandingkan dengan bahwa untuk inti
mengandung satu neutron lagi. Demikian pula energi pemisahan SP dari proton dari
inti yang berisi jumlah ajaib proton besar dibandingkan dengan bahwa untuk inti
yang mengandung satu proton lebih. (Dengan pemisahan energi berarti energi
minimum yang diperlukan untuk memisahkan satu neutron atau proton dari inti).
Nilai diskontinuitas Sn yang tiba-tiba pada jumlah neutron ajaib ditunjukkan pada
Gambar. 9.6b.
27
b. Isotop alami, yang berisi nomor ajaib neutron atau proton, memiliki kelimpahan
relatif umumnya lebih besar (> 60%). Sebagai contoh, 88Sr (N = 50), 138Ba (N = 82)
and
140
and 88.48%.
c. Jumlah isotop stabil dari elemen yang berisi angka ajaib proton biasanya besar
dibandingkan dengan mereka untuk elemen lainnya. Misalnya, kalsium dengan Z =
20 memiliki 6 isotop stabil dibandingkan dengan 3 dan 5 untuk argon (Z = 18) dan
titanium (Z = 22) masing-masing. Sekali lagi dengan Z = 50 memiliki jumlah
terbesar dari isotop stabil. Jumlah ini adalah 10 dibandingkan dengan 8 untuk
kadmium (Z = 48) dan telurium (Z = 52)
d. Jumlah alami isoton dengan nomor ajaib dari neutron biasanya besar dibandingkan
dengan atom terdekatnya. Sebagai contoh, jumlah isotones stabil pada N = 82,
adalah 7 dibandingkan dengan 3 dan 2 di masing-masing N = 80 dan N = 84.
Serupa adalah situasi di N, = 20 28 dan 50 yang memiliki masing-masing 5 dan 6
isoton. Angka-angka ini lebih besar dari pada kasus-kasus isoton didekatnya.
e. Produk akhir stabil dari semua tiga deret radioaktif alami dijelaskan di Bab II
adalah tiga isotop timbal (206Pb,
207
Pb dan
208
Gambar
f. Inti dengan nomor ajaib neutron atau proton memiliki keadaan tereksitasi pertama
pada energi yang lebih tinggi daripada di kasus inti terdekatnya.
g. Penangkapan neutron lintas-bagian dari inti dengan nomor ajaib dari neutron
biasanya rendah. Karena kulit neutron diisi dalam inti ini, probabilitas menangkap
neutron pada kondisi ini adalah kecil (lihat Gambar. 9,7). Demikian inti dengan
nomor ajaib proton memiliki menangkap proton rendah yang melintasi bagian ini.
28
h. Jika energi peluruhan- dari inti berat yang diplot sebagai fungsi nomor massa A
untuk Z diberikan, maka biasanya variasi biasa diamati sampai jumlah ajaib
neutron N = 126 tercapai bila ada diskontinuitas mendadak (lihat Gambar 9.8.). Ini
menegaskan karakter ajaib dari jumlah neutron 126.
i. diskontinuitas serupa teramati diantara pemancaran- pada jumlah ajaib neutron
atau proton.
Gambar 9.8. Diskontinuitas dalam energi peluruhan- pada N = 126 untuk nuklida berat
asumsi adanya sebuah pusat medan gaya berbentuk sferis simetris yang dominan
mengatur gerakan nukleon individu dalam inti atom.
Tidak seperti dalam kasus atom, tidak ada perwakilan pusat yang diketahui
berada dalam inti. Pusat medan gaya dalam hal ini diyakini sebagai suatu medan rata-
29
rata karena semua nukleon-nukleon dalam inti. Dalam teori yang akan dikembangkan di
bawah ini, diasumsikan bahwa tidak ada residu interaksi diantara nukleon-nukleon.
Apapun yang mungkin menjadi sumber gaya, jika kita mengasumsikan bahwa
potensial rata-rata pusat V(r) menimbulkan kekuatan semacam itu, maka ini
memungkinkan untuk mendapatkan persamaan gelombang Schrodinger yang mengatur
gerak dari nukleon individu dalam medan ini , membuat asumsi yang cocok mengenai
bentuk matematis dari potensial
30
1 d 2 dR1 2M
l (l 1) 2
r
V
(
r
)
Rl 0 ......................... (9.10-2)
dr
r 2 dr
2
2 Mr 2
dimana Rl (r) adalah fungsi radial. Komponen di l (l + 1) adalah potensial sentrifugal.
Bagian sudut dari fungsi gelombang ini adalah harmonik sferis Yl m ( , ) sehingga
fungsi gelombang totalnya adalah:
nlm Rnl ( r ) Yl m ( , ) .................................................................. (9.10-3)
di mana kita telah tuliskan Rnl (r) pada tempat Rl (r).
Jika disubtitusi
E ( 3 / 2) ........................................................................... (9.10-4)
maka dapat ditunjukkan bahwa solusi yang baik dari persamaan radial (9.10-2) adalah
mungkin, asalkan kondisi berikut terpenuhi (lihat Mekanika Quantum oleh Powell dan
Crasema):
2n l 2 ................................................................................... (9.10-5)
n dan l adalah dua bilangan bulat: n = 1, 2, 3, ... dan l = 0, 1, 2 .... Maka
31
diberikan. Menurut prinsip larangan Pauli, masing-masing keadaan dapat ditempati oleh
nukleon dari jenis tertentu. Ketika semua sublevel dari level energi osilator yang
diberikan telah terisi penuh, kita memiliki sebuah nukleus dengan kulit tertutup oleh
neutron-neutron atau proton-proton. (Dengan kulit yang dimaksudkan sebagai
kelompok level-level energi berjarak dekat yang terpisah dari kelompok lain oleh
interval energi yang jauh lebih besar daripada jarak antara level-level dalam kelompok
yang sama).
Pemeriksaan terhadap
kombinasi yang berbeda dari nilai-nilai (n, l) yang bersesuaian dengan level energi yang
diberikan. Kemungkinan-kemungkinan perbedaan tercantum dalam Tabel 9.5 untuk
semua keadaan osilator sampai = 7 yang juga menunjukkan jumlah nukleon pada
level dengan yang diberikan (Kolom 4) seperti halnya jumlah total nukleon sampai
pada yang diberikan (Kol 5 ).
Tabel 9.5
Energi
dalam
satuan
Keadaan degenerasi
(n, l)
Jumlah nukleon
yang memenuhi
kulit (2 (2l+1))
Jumlah total
nukleon untuk
kulit tertutup
32
0
1
2
3
4
5
6
7
3/2
5/2
7/2
9/2
11/2
13/2
15/2
17/2
(1, 0)
(1, 1)
(2, 0) (1, 2)
(2, 1) (1, 3)
(3, 0) (2, 2) (1,4)
(3, 1) (2, 3) (1, 5)
(4, 0) (3, 2) (2, 4) (1, 6)
(4, 1) (3, 3) (2, 5) (1, 7)
2
6
12
20
30
42
56
72
2
8
20
40
70
112
168
240
Seperti yang terlihat dari tabel, level energi osilator dengan nilai genap dari
hanya mengandung keadaan paritas genap (l genap). Demikian pula semua level dengan
ganjil hanya mengandung keadaan paritas ganjil (l ganjil). Ini mengikuti Persamaan.
(9.10-5) untuk . Karena (2n - 2) selalu genap, l adalah genap atau ganjil tergantung
pada yang genap atau ganjil.
Urutan dari level osilator, yang berjarak sama, ditunjukkan pada Gambar. 9,9,
pemisahan antara level berturut-turut menjadi . Rata-rata jarak level/tingkatan dapat
2
2
ditemukan dengan memilih sehingga jari-jari nuklir rata-rata kuadrat r 35 AR .
Ini memberikan:
40 A 1 / 3 MeV ....................................................................... (9.10-5c)
Untuk inti ringan (A <100) ini memberikan jarak antar level ~ 10 MeV atau
lebih. Untuk inti yang sangat berat adalah ~ 6 sampai 7 MeV. Level-level dengan
bilangan kuantum azimut yang berbeda ditunjukkan oleh simbol yang biasa digunakan
dalam spektroskopi atom, seperti yang diberikan di bawah ini:
l
:
0
1
2
3
4
5
6
Simbol :
s
p
d
f
g
h
i
Tingkat energi terendah dari osilator harmonik adalah tingkat 1s dengan n, = 1,
l = 0, energinya
diberikan oleh
3
2
33
terjadi. Ketika ini terjadi, harus ada peningkatan mendadak dan besar dalam energi ikat
nukleon dalam inti, seperti yang terjadi dalam kasus inti ajaib. Jumlah nukleon untuk
kulit tertutup yang berbeda ditunjukkan pada kolom terakhir dari tabel 9.5. Angkaangka ini harus sesuai dengan angka ajaib yang diamati.
Pemeriksaan nomor yang diberikan dalam kolom terakhir dari Tabel 9.5
menunjukkan bahwa kecuali untuk tiga angka pertama (2, 8, 20), tidak ada kesesuaian
dengan nomor ajaib yang diamati.
Dapat dicatat bahwa situasi ini tidak dapat diperbaiki dengan menggunakan
bentuk-bentuk lain dari potensial disebutkan sebelumnya
Interaksi orbit-spin
Dalam rangka untuk menjelaskan ketidaksesuaian pada nomor ajaib yang tinggi,
Mayer dan independently Haxel, Jensen dan Suess menyarankan bahwa komponen
interaksi orbit-spin harus ditambahkan pada potensial pusat V(r) yang diberikan oleh
Persamaan. (9.10-1). Potensial orbit-spin, yang tidak sentral, dapat ditulis sebagai
Vls ( r ) l .s
dimana
1 f
(r ) b
................................................................................ (9.10-6)
r r
Disini l dan s adalah momentum sudut azimut dan spin dari nukleon di bawah
pertimbangan. f(r) adalah fungsi simetris berbentuk bola yang memberikan profil dari
potensial. Hal ini lebih lemah dari V(r) pada Pers. (9,10.1). b adalah sebuah konstanta.
Kita asumsikan pemasangan kuat antara spin dan momentum sudut orbital dari setiap
nukleon individu sehingga menimbulkan momentum total sudut j untuk masing-masing
sehingga kita dapat menulis.
j = l + s............................................................................................ (9.10-7)
Karena s = 1/2 untuk setiap nukleon, dua nilai yang mungkin dari j adalah
j=l+1/2 dan j=l-1/2. Sekarang Kedua level telah memiliki energi yang berbeda karena
pemasangan orbit-spin yang kuat. Pemisahan dari dua level dapat dikalkulasi dengan
menghitung nilai harapan dari potensial orbit-spin (9.10-6) pada dua keadaan yang
berbeda dari j. Hal ini dengan mudah dilihat bahwa (lihat 6,7 Vol. I)
2l . s j ( j 1) l (l 1) s ( s 1) ................................................ (9.10-8)
yang memberikan dua nilai l. s berikut:
j l 1/ 2
l s l / 2 .............................................................. (9.10-9)
j l 1/ 2
l s (l 1) / 2 .................................................. (9.10-10)
Nilai harapan dari potensial interaksi orbit-spin adalah:
34
di mana < (r)> adalah nilai harapan dari (r) yang muncul dalam Pers. (9.10-6). Kita
kemudian memiliki untuk dua keadaan:
j l 1/ 2
ls l / 2 (r ) ............................................ (9.10-12)
j l 1/ 2
ls
l 1
(r ) .............................................. (9.10-13)
2
(l 1 / 2) ( r ) ................................................................. (9.10-14)
Pengamatan jarak-level diberikan oleh rumus emperis berikut:
ls 10(2l 1) A 2 / 3 MeV ........................................................ (9.10-14a)
Karena sisi kanan dari persamaan (9.10-14) adalah positif, jelas bahwa keadaan
dengan j l 12 terletak dibawah keadaan j l 12 . Pemisahan dari urutan yang
meningkat beberapa MeV dengan meningkatnya nilai l. Untuk keadaan s (l = 0), hanya
ada satu nilai j (= 1/2) yang mungkin.
Potensial orbit-spin yang diasumsikan diatas menyerupai apa yang akan timbul
akibat efek magnetik sederhana (lihat 6.3, Vol. 1). Namun, pemisahan orbit- spin
dalam hal ini jauh lebih besar daripada pemasangan magnet yang agak lemah antara l
dan s. Jadi harus lebih erat kaitannya dengan potensial pusat V(r) dalam Pers. (9.10-1)
menimbulkan struktur kulit. Analogi dengan kasus atomik, hal ini dapat ditulis sebagai
V
(r )
................................................................................ (9.10-15)
r r
35
dari jenis tertentu, nukleon tambahan dari jenis yang sama harus menuju ke keadaan
yang lebih tinggi berikutnya untuk j yang berbeda.
Kelompok sublevel (n, l, j) memiliki nilai energi yang dekat satu sama lain yang
sekarang merupakan kulit. Jumlah nukleon yang dibutuhkan untuk mengisi kulit adalah
2j + 1. Jumlah total dari semua nukleon-nukleon mengisi penuh sublevel-sublevel
berbeda dari yang terendah sampai kulit tertinggi yang diberikan. Sisi paling kanan
yang ditunjukkan pada gambar. 9.10, dapat dilihat sesuai dengan angka ajaib yang
diamati.
4s
3d
2g
11i
3d 3 2
2g 7 2
1i 11 2
2g 9 2
3p
3p 1 2
2f
2f 5 2
1h 9 2
4s 1 2
3d 5 2
1i 13 2
126
3p 3 2
2f 7 2
1h
1h 11 2
3s
2d
1g
2d
1g
82
1f
2s 1 2
2p 3 2
1f 7 2
2s
1d 5 2
2p
3s 1 2
2d 5 2
1g 9 2
1f
50
28
2s 1 2
Level terendah ( = 0 pada Tabel 9.4), sesuai dengan skema baru adalah 1s1/2
1
dengan j = 1/2
yang 1p
berisi (2 x + 1) atau 21pnukleon.
Level lebih8 tinggi berikutnya
2
1
1p 3 2
dengan = 1 sekarang merupakan kombinasi dari dua sublevels 1 p3/2 dan 1 p1/2, yang
1s 1 2
sublevel-sublevel
adalah karena
4 dan 2, sehingga jumlah total nukleon
Level ini masing-masingPemisahan
Osilator
gaya
dalam kelompok
sublevels
inisi) adalah
(4- orbit
+ 2) atau 6. Jadi penutupan kulit yang terjadi
Harmonik
(aproksima
spin
dalam kasus ini dengan (2 + 6) atau 8 nukleon seperti sebelumnya.
Kelompok berikutnya dengan = 2 adalah 2s dan 1d yang terpisah ke dalam
sublevels 2s1/2, 1d5/2, 1d3/2, yang terakhir dengan j = l - (l = 2) terletak di atas 1d1/2,
dengan j = l +1/2.
36
dan 1h11/2
dapat
37
38
sepenuhnya dengan suatu jumlah genap pe < p dari nukleon-nukleon yang memberikan
sebuah spin resultan 0, hingga suatu jumlah ganjil p - pe tertinggal yang jumlahnya
kurang dari yang diperlukan untuk mengisi kulit terakhir di mana mereka pergi. Diluar
dari ini, nukleon-nukleon genap p pe 1 tersusun sedemikian rupa berpasangpasangan di dalam kulit ini sehingga spin resultan mereka menjadi 0. Jadi spin inti
akhirnya ditentukan oleh momentum sudut total j dari nukleon tak-berpasangan terakhir
dalam kulit ini.
Sebagai sebuah contoh, jika p = 1, nukleon ganjil tunggal harus pergi ke kulit
terendah 1s1/2 dengan j = 1/2. Oleh karenanya, spin inti ini haruslah I = 1/2. Contohnya,
dalam kasus 3H dengan Z = 1, N = 2, kita memiliki p = Z = 1 dan proton tunggal dalam
kasus ini harus menempati level 1s dengan j = 1/2. Spin inti yang teramati ini adalah I =
1/2. Dalam sebuah potensial bulat simetris yang konsisten-diri (self-konsisten), levellevelnya mempunyai paritas tertentu yang ditentukan oleh nilai l; untuk l = 0 dan genap,
paritasnya adalah genap (+); untuk l ganjil, paritasnya adalah ganjil (-). Karena l = 0
untuk level 1s yang ditinjau diatas, paritasnya adalah genap sehingga keadaan dasar 3H
adalah +. Demikian pula dalam kasus 3He dengan Z = 2, N = 1, p = N = 1 sehingga
keadaan dasarnya juga + yang sesuai dengan pengamatan.
Untuk 2 < p <8, kulit terendah 1s terisi penuh dengan dua nukleon. Nukleonnukleon ganjil sisanya dapat pergi ke kulit 1p3/2 atau lp1/2. Sebagai contoh dalam kasus 7Li
dengan Z = 3, N = 4, kita mempunyai p = z = 3. Dari 3 proton ini, 2 proton mengisi level 1s1/2
sementara proton tunggal sisanya harus mengisi level 1p3/2 yang energinya lebih rendah
daripada lp1/2. Karena itu spin keadaan dasar haruslah I = 3/2 yang sesuai dengan pengamatanpengamatan. Karena l = 1 untuk keadaan p yang paritasnya ganjil keadaan dasarnya haruslah / 2
-
13
terendah 1s1/2, 4 yang berikutnya ke 1p3/2 dan neutron tunggal sisanya pergi ke level lp1/2
sehingga I = yang memang seperti seharusnya. Keadaan dasarnya adalah -.
Untuk 8 < p < 20, level 1s1/2, 1p3/2, lp1/2 terisi sepenuhnya. Nukleon-nukleon ganjil
sisanya dapat pergi ke level 1d5/2, 2s1/2 atau 1d3/2, dalam urutan tersebut (lihat Gambar 9.10).
Sebagai contoh, dalam 25Mg (p = N = 13), 31P (p = Z = 15) dan 39K (p = Z = 19),
nukleon-nukleon ganjil terakhir pergi ke level 1d5/2, 2s1/2 dan 1d3/2 secara berurutan.
Keadaan dasar yang sesuai adalah 5/2+,
Pada umumnya aturan yang disebutkan di atas untuk penempatan spin dari intiinti A ganjil berlaku cukup baik. Beberapa pengecualian telah ditemukan. Dari inti-inti
39
ini, dua inti berikut 19F (Z = 9) dan 23Na (Z = 11) ditemukan memiliki spin dan 3/2
masing-masingnya, dan bukannya 5/2 seperti yang diharapkan dari model kulit partikel
tunggal yang ekstrim. Kasus ketiga adalah 55Mn (Z = 25) yang memiliki sebuah spin 5/2
dan bukannya 7/2 seperti yang diharapkan. Dalam kasus
19
F, proton kesembilan,
mungkin pergi ke level 2s1/2, dan bukannya pergi ke level 1d5/2, yang berarti dua level
cukup dekat. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan-perubahan kecil terjadi pada
potensial pusat yang efektif dari inti ke inti. Pada
23
paling atas 1d5/2. Karena adanya interaksi residual di antara mereka, momentum sudut
mereka bergabung untuk menghasilkan sebuah total dari l = 3/2. Demikian pula dalam
55
Mn, momentum sudut dari 5 proton ganjil dalam level 1f72 bergandeng sedemikian
ganjil. Di antara proton-proton ini, 4 harus pergi ke level 2p3/2 dan proton ganjil tunggal
ke level 1f5/2 yang akan memberikan sebuah spin 5/2 untuk inti ini (lihat Gambar 9.10).
Namun demikian, spin teramati adalah I = 3/2. Diyakini bahwa dalam kasus ini level
yang lebih tinggi 1f5/2 diisi dengan 2 proton (sebuah nomor genap) sedangkan 3 sisanya
(sebuah nomor ganjil) pergi ke level 2p3/2. Hal ini terjadi karena efek pasangan. Karena
hal ini, kehadiran dari nukleon-nukleon bernomor genap di level atas mendorong energi
dari level ini ke bawah begitu banyaknya sehingga level lf5/2 berada di bawah level 2p3/2.
Jadi tiga proton terakhir pergi ke level 2p3/2. Karenanya keadaan dasar dari 75As adalah
3/2-. Efek ini juga teramati pada Z = 35 (seperti dalam 79Br) dan Z = 37 (seperti dalam
87
Rb). Demikian pula pada N = 33 (61Ni), spinnya menjadi 3/2 dan bukan 5/2. Efek yang
sama teramati di N = 56 di mana level 2f5/2 diharapkan terisi sepenuhnya. Namun spin
5/2 masih teramati pada N, = 57, 59 dan 61. Jelaslah bahwa keadaan momentum sudut
yang lebih tinggi 1g7/2 membentuk pasangan-pasangan dalam kasus ini dengan neutron
2, 4 dan 6 berturut-turut sementara keadaan momentum sudut yang lebih rendah 2f1/2
memiliki 5 neutron (sebuah nomor ganjil) di dalamnya. Nuklida-nuklidanya yang
relevan adalah 101Ru, 105Pd dan 109Cd.
Sumber energi pasangan antara dua buah neutron (atau proton) di kulit atas yang
sama dan di atas energi ikat neutron individu tidak dapat dijelaskan dengan memuaskan
oleh model partikel tunggal yang ekstrim. Ini muncul karena residu interaksi
antarnukleon sisa dan meningkat dengan bertambahnya j.
40
201
yang muncul untuk 155 A 5180 dan N> 140. Disini dan wilayah tertentu lainnya,
inti-inti mengalami deformasi yang cukup besar dari bentuk spheris (bulat) sehingga
urutan tingkat potensial sferisnya tidak dapat diharapkan lagi muncul dalam kasus
mereka.
Kasus-kasus seperti inti terdeformasi tersebut akan dibahas dalam 9.13.
(b) Momen magnetik nuklir:
Dalam 2.10, terlihat bahwa momen magnetik inti adalah penjumlahan vektor
s L ....................................................................................... (9.11-1)
dimana mI adalah bilangan kuantum magnetik, dimana dapat diambil nilai-nilai mI = I, I1, ... -I. B adalah medan induksi magnetik. Komponen terbesar bersesuaian dengan mI
= 1 yang biasanya memberikan momen magnetik yang terukur.
Z
I I
g I I N .................................................................... (9.11-5)
I ( I 1)
41
Kita telah melihat di atas bahwa dalam model partikel tunggal yang ekstrim,
jumlah nukleon genap apapun selalu memberikan spin resultan (I = 0). Oleh karena itu
momen magnetik dari inti genap-genap akan menjadi 0: (I) ee = 0
Jadi dalam nukleus A ganjil, itu adalah nukleon ganjil terakhir (proton atau
neutron) yang menentukan momen magnetik. Seperti untuk inti, I = j dimana j adalah
momentum sudut total nukleon terakhir yang tidak berpasangan. momen magnetik
intrinsik (s) dan momen magnetik karena gerakan orbitnya (l) keduanya harus
ditambahkan secara vektor untuk mendapatkan momen magnetik total:
j l s
l (l 1) ..........................................................................
(9.11-8)
Karena nukleon adalah partikel dengan spin kita bisa menuliskan nilai
kuantum mekanik momen magnetik intrinsik sebagai:
s g s N s ( s 1) .......................................................................... (9.11-9)
dimana gs = gp untuk proton dan gs = gn untuk neutron. s = adalah bilangan kuantum
spin.
Total Komponen momen magnetik dalam arah j adalah
I = j= l cos (l, j) + s cos (s, j)
j ( j 1) l (l 1) s ( s 1)
2 j ( j 1) l (l 1)
cos ( s, j )
j ( j 1) s ( s 1) l (l 1)
2 j ( j 1) s ( s 1)
j ( j 1) l (l 1) s( s 1)
j ( j 1) s ( s 1) l (l 1)
gs N
2 j ( j 1)
2 j ( j 1)
(9.11-12)
42
j ( j 1) l (l 1) s( s 1)
j ( j 1) s( s 1) l (l 1)
gs
............
2 j ( j 1)
2 j ( j 1)
(9.11-13)
Seperti disebutkan sebelumnya, momen magnetik Z yang diukur adalah
komponen yang mungkin terbesar dari j dalam arah medan magnet dan diberikan oleh
Persamaan. (9,11-5). Dengan menggantikan I dengan j kita akan mendapatkan
Z g j j N
...
j ( j 1) l (l 1) s ( s 1)
j ( j 1) s ( s 1) l (l 1)
gl
gs
N
2 j ( j 1)
2( j 1)
(9.11-14)
Dalam dua kasus tersebut di atas, kami akan mendapatkan
j 1/ 2 gs
Untuk l j 1 / 2
Z g l
j N ..............................(9.11-15)
j
2j
gs
j 3/ 2
j N ........................(9.11-16)
Z g l
j 1 2( j 1)
Dalam kasus A ganjil, baik jumlah proton ganjil (dalam inti o-e) atau jumlah
l l 1/ 2
neutron yang ganjil (dalam inti e-o). Jadi kita memiliki kemungkinan sebagai berikut.
proton ganjil (gl = 1, gs = gp)
l j 1/ 2
l j 1/ 2
1 gp
N ............................................... (9.11-17a)
; Z j
2 2
j
3 g
j p N ........................................ (9.11-17b)
; Z
j 1
2 2
gn N
.............................................................(9.11-18a)
2
j gnN
; Z
...................................................(9.11-18b)
; Z
j 1
43
kasus yang diberikan di atas. Grafik tersebut dikenal sebagai diagram Schmidt. Gambar.
9.11 yang menunjukkan plot Schmidt untuk kasus proton ganjil untuk j = l
memberikan dua garis seperti yang ditunjukkan. Dalam diagram yang sama, nilai-nilai
eksperimental dari momen magnetik untuk beberapa inti juga ditampilkan. Demikian
pula, Gambar. 9,11b menunjukkan dua garis Schmidt untuk kasus neutron ganjil untuk
j = l 1/2. Nilai-nilai eksperimental juga diperlihatkan
Gambar 9.11 Garis Schmidt (a) kasus proton ganjil (b) kasus neutron ganjil
44
garis Schmidt dari yang lain yang memiliki nilai 1 dari yang diharapkan dari model
partikel kulit tunggal ekstrim.
Fakta ini memungkinkan kita untuk mengkonfirmasi keadaan dasar nuklir yang
diprediksi oleh model kulit dalam kasus ini. Sebagai contoh 7Li dengan Z = 3 dan N = 4
memiliki spin terukur I = 3/2. Prediksi model kulit untuk kasus proton ganjil
memberikan Z = 3,7927 untuk l = j - = 1 yang merupakan keadaan p3/2 sementara Z
= 0,1244 N untuk l = j + = 2 yang merupakan keadaan d3/2. Nilai eksperimental z =
3.2611N yang menegaskan penempatan dari 1p3/2 untuk keadaan dasar inti ini. Ketika
nilai-nilai eksperimental terletak tengah-tengah antara dua garis Schmidt yang
membatasi, tidak ada penempatan yang sudah jelas seperti ini yang mungkin.
Hal ini juga teramati bahwa ketika kulit disilangkan, ada perubahan yang drastis
yang diharapkan dalam momen magnetik dari nilai yang bersesuaian dengan j = l +
menuju kesesuaian dengan j = l + . Beberapa contoh diberikan di bawah:
45
Gambar. 9.12). Pengelompokan inti dengan keadaan isomerik yang paling menonjol
tepat di bawah kulit tertutup mayor pada Z atau N yang sama dengan 50 dan 82.
Pengelompokan ini kurang ditandai di dekat Z atau N = 20 dan dekat N = 126.
46
Transisi dari keadaan ini ke keadaan dasar adalah jadi M4 karena melibatkan perubahan
spin I = 4 dengan perubahan paritas. Ini sesuai dengan hasil eksperimen. Waktu hidup
keadaan tereksitasi adalah 14,4 jam.
keadaan isomerik dapat pula diamati dalam inti 86Rb (Z = 37, N = 49), 13Te (Z =
52, N = 79) dan
199
dengan nomor ajaib 50 dan 82 yang mendukung pengamatan yang telah dibuat di atas
mengenai keberadaan keadaan isomerik dalam inti yang mengandung jumlah nukleon
yang dekat (dan hanya di bawah) nomor-nomor ajaib.
(d) Momen kuadrupol dari inti:
Kita telah melihat dalam 2.11 bahwa momen kuadrupol listrik Q dari inti
adalah rata-rata jumlah (3Z2 - r2) untuk distribusi muatan dalam nukleus. Untuk
distribusi muatan berbentuk sebuah bola simetris rata-ratanya adalah 0 dan oleh karena
itu Q = 0 untuk inti genap-genap yang memiliki spin keadaan dasar I = 0. Dalam kasus
inti proton tunggal
kuadrupol sebagai
Qsp
2 j 1 2
r ...................................................................... (9.11-19)
2j2
dimana <r2> adalah radius kuadrat rata-rata dari distribusi muatan yang dalam kasus ini
adalah sama dengan rata-rata jarak proton dari pusat nuklir.
Tanda negatif pada sisi kanan dari Pers. (9.11-19) menunjukkan bahwa gerakan
orbital proton dalam bidang ekuator membuat distribusi muatan oblate spheroid. Di sisi
lain sebuah hole ganjil pada keadaan j akan membuat distribusi muatan yang prolate
spheroid dimana Q > 0. Jadi nilai Q yang positif dan negatif adalah diharapkan.
Dalam kasus inti neutron ganjil tunggal, seseorang biasanya tidak mengharapkan
momen kuadrupol yang manapapun. Namun, gerak orbital dari neutron menimbulkan
gerakan mundur dari seluruh inti yang mungkin bermuatan Z pada jarak rn/A (rn =
radius orbit neutron ganjil) dari pusat massa . Oleh Karena itu, momen kuadrupole Qsn
yang kecil bisa muncul, dan diberikan oleh:
Z
Qsn 2 Qsp ................................................................................... (9.11-20)
A
Ini jauh lebih kecil dari QSP.
Nilai <r2> harus agak lebih kecil dibandingkan dengan kuadrat jari-jari nuklir R2.
Jadi QSP harus pada orde 10-28 sampai 10-29 m2 dan harus meningkat dengan A, dalam
proporsi A2/3. Untuk inti neutron tunggal, Qsn harus sekitar seperseratus dari nilai di atas
atau kurang dan harus menurun kira-kira sebagai A-1/3.
47
Nilai-nilai terukur Q untuk inti A ganjil dalam banyak kasus jauh lebih tinggi
daripada perkiraan yang diberikan di atas. Selanjutnya ketika Q besar, QSP dan QSn
mempunyai orde yang sama besarnya.
Fakta di atas menunjukkan bahwa model kulit partikel tunggal tidak dapat
menjelaskan nilai-nilai Q yang sangat besar dalam beberapa inti. Inti ini tampaknya
memperoleh deformasi permanen. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam 9.13.
9.12
model partikel tunggal yang ekstrim, satu hal yang harus dipertimbangkan tentang
pemasangan dari momentum sudut dari semua nukleon ganjil yang menduduki sublevel
terakhir di luar inti dari kulit tertutup. Kita berasumsi bahwa residu interaksi antara
nukleon yang terlepas pada sublevel terluar tidak menyebabkan perturbasi pada level
partikel tunggal yang ditentukan oleh (n, l, j).
Jika ada k partikel dalam sublevel terluar yang diberikan(n, l, j), maka keadaan
yang mungkin berbeda yang dapat dibentuk oleh mereka adalah degenerasi dalam
model partikel tunggal yang ekstrim, yang mengabaikan residu interaksi antar partikelpartikel ini. Ketika yang terakhir diperhitungkan, degenerasi akan terhapus dan levellevel akan sedikit berbeda dalam energi. Hal ini biasanya diasumsikan bahwa interaksi
residu adalah lemah dibandingkan dengan gaya spin-orbit sehingga j masih tetap
bilangan kuantum yang bagus,seperti level-level masih ditandai oleh nilai-nilai j yang
tertentu. Jika hal ini tidak terjadi, maka keadaan partikel dapat dianggap sebagai
superposisi dari keadaan energi yang berbeda (n, l, j) satu sama lain. Hal ini dikenal
sebagai pencampuran konfigurasi (configuration mixing).
Karena nukleon-nukleon adalah fermion, fungsi gelombang total dari sepasang
nukleon harus antisimetrik dalam pertukaran semua koordinat sepasang nukleon.
Kondisi ini membatasi keadaan yang dapat dibentuk untuk sejumlah nukleon dalam
keadaan j yang diberikan. Misalnya, untuk dua nukleon dari jenis yang sama dalam (n,
l, j) keadaan yang diberikan (nukleon setara), pertukaran partikel mengalikan fungsi
gelombang dengan (-1)J+1 dan karenanya hanya nilai-nilai I = J yang genap (dimana J =
j1 + j2 untuk dua partikel dengan j1 = j2) yang mungkin. Untuk dua nukleon non-ekivalen
nukleon yang berbeda satu atau lebih bilangan kuantum (n, l, j), fungsi gelombangnya
adalah dikalikan dengan (-1)j1+j2-J ketika dua partikel tersebut dipertukarkan. Prosedur
48
untuk peng-antisismetrian lebih dilibatkan dalam kasus ini. Semua kemungkinan nilai J
yang terletak diantara j1 - j2 dan (j1 + j2) diperbolehkan.
Untuk dua nukleon non-indentik (yaitu, proton dan neutron), semua nilai J
antara j1-j2 dan (j1+ j2) diperbolehkan. Tidak ada perbedaan yang diperlukan antara
kasus setara dan non-setara.
Untuk nukleon-nukleon yang lebih dari dua, (k > 2) prosedur untuk pengantisimetrian melibatkan pilihan operator antisimetris yang diperbolehkan untuk
beroperasi pada produk dari fungsi gelombang antisimetrik untuk nukleon pertama (k-1)
dan nukleon terakhir dari fungsi gelombang partikel tunggal. Dengan mengikuti
prosedur ini, dapat ditunjukkan bahwa untuk tiga nukleon tidak mungkin ada keadaan
dengan I = 1/2.
Keadaan anti-simetris yang mungkin untuk k nukleon identik dalam keadaan j
yang diberikan (konfigurasi jk) tercantum dalam tabel 9.6.
Keadaan-keadaan yang mungkin dari jumlah hole (lubang) yang diberikan
adalah sama dengan keadaan untuk jumlah nukleon yang sama pada keadaan yang
sama. Jika ada k
(2j+1- k). Dengan demikian keadaan yang mungkin untuk 3 hole yaitu 5 partikel untuk
keadaan j = 7/2 adalah 3/2, 5/2, 7/2, 9/2, 11/2, dan 15/2, sama dengan keadaan yang
mungkin untuk k = 5 partikel pada j yang sama. Huruf atau angka yang ditulis diatas
nilai-nilai I dalam beberapa kasus (misalnya 22 untuk k = 4 dan j = 7/2) menunjukkan
bahwa jumlah keadaannya adalah dua untuk I = 2. Penambahan bilangan kuantum
diperlukan untuk menentukan jenis keadaan secara lengkap.
Bilangan kuantum lainnya yang sangat penting adalah spin isotopik atau isospin
dibahas di Bab. II. Jika ti adalah vektor isospin dari i nukleon, maka vektor isospin total
untuk inti seluruhnya adalah penjumlahan vektor
T t i .......................................................................................... (9.12-1)
i
T3 12 ( Z N ) 12 ( N Z ) ........................................................... (9.12-2)
Tabel 9.6
j
3/2
k
1
2
1
0
3/2
49
5/2
7/2
9/8
2
1
2
3
1
2
3
4
1
2
3
4
5
0, 2
5/2
0, 2, 4
3/2, 5/2, 9/2
7/2
0, 2, 4, 6
3/2, 5/2, 7/2, 9/2, 11/2, 15/2
0, 22, 42, 5, 6, 8
9/2
0, 2, 4, 6, 8
3/2, 5/2, 7/2, (9/2)2, 11/2, 13/2, 15/2, 17/2, 21/2
02, 22, 3, 43, 5, 63, 7, 82, 9, 10, 12
, 3/2, (5/2)2, (7/2)2, (9/2)3, (11/2)2, (13/2)2, (15/2)2, (17/2)2, 19/2, 21/2, 35/2
50
30
15
P15 dan
42
19
K 23 . ln
30
ii.
Untuk inti A ganjil, I ditentukan oleh nilai j dari nukleon ganjil terakhir.
iii.
Untuk inti N ganjil Z ganjil, nilai I ditentukan oleh aturan Nordheim yang
diberikan di atas
9.13
nukleon A diasumsikan bergerak secara bebas satu sama lain dalam medan potensial
yang biasa. Model ini dapat pula digunakan untuk memperoleh fungsi gelombang dari
sistem yang pada dasarnya cukup akurat, meskipun dalam prakteknya ia bergantung
pada validitas aproksimasi model kulit sampai batas tertentu.
Sebagai contoh, mari kita perhatikan inti 7Li (Z = 3) dengan inti 2 proton dan 2
neutron pada kulit proton dan neutron 1s1/2. Dalam model partikel tunggal, kita
berasumsi bahwa sisa 2 neutron dalam pasangan kulit neutron 1p3/2 memberikan spin 0,
sementara proton ganjil pada kulit proton 1p3/2 menentukan spin resultan I = 3/2 untuk
inti. Dalam model partikel bebas, di sisi lain, tidak ada yang dibuat tentang pasangan
dari nukleon-nukleon. Jadi inti 7Li dianggap sebagai kulit tertutup ditambah tiga
nukleon yang lepas semua dalam keadaan yang sama 1p3/2 sehingga konfigurasinya
(p3/2)3.
51
dimana unl (r) adalah fungsi radial yang diperoleh untuk potensial pusat tertentu yang
diasumsikan (misalnya potensial osilator harmonik), Yl ml adalah harmonik sferis/bola.
Fungsi spin nukleon sms berupa atau tergantung pada apakah spin tersebut `naik '
(ms = +1/2) atau `turun' (ms = -1/2). tmt adalah fungsi isospin dari nukleon yang dapat
berupa (proton) atau (neutron), (lihat Bab XVII). Fungsi gelombang total (lk) untuk
k partikel dari bilangan kuantum l dapat dibentuk dengan menggunakan fungsi yang
diberikan oleh Persamaan. (9,13-1).
Fungsi gelombang total k ini bersesuaian dengan nilai-nilai tertentu dari L,ML,
S, Ms, T and MT. Beberapa bilangan kuantum extra [] mungkin diperlukan untuk
menentukan sifat simetri . didefinisikan sebagai berikut:
i k , where 1 2 3 ......
i
Dalam pemasangan j-j kita mulai dengan fungsi partikel tunggal (n, l, j, m, mt)
dimana j = l + s adalah momentum sudut total untuk masing-masing partikel. Aturan
pemasangan momentum sudut yang dibahas dalam Lampiran AV memberikan
u nl ( r ) tmt Cl 1 / 2 ( j , m ml , ms ) Yl ml ( , ) ........................... (9.13-2)
m
i
C l ;s ( j , m ml , ms ) C l ;1 / 2 ( j , m ml , m s ) adalah
52
52
1 2 ,3 2
6
MeV
4
2
7 2
1 2 ,3 2
52
7 2
7 2
9.14
52
52
12
32
Perhitungan
Li
12
32
Be
12
32
Eksperimen
Model kulit partikel tunggal dan model kulit partikel individual didasarkan pada
asumsi adanya potensial simetris berbentuk bola di dalam inti, ditambah komponen
53
54
menggabungkan partikel tunggal dan gerakan kolektif menjadi model terpadu yang
memberikan deskripsi yang lebih lengkap dari inti terdeformasi.
Dalam inti yang hampir bulat, pemasangan antara gerak kolektif nukleon dalam
inti dan gerakan nukleon yang lepas disebelah luar inti adalah lemah. Di sisi lain, untuk
pemasangan yang kuat, permukaan terdistorsi dan potensial yang dirasakan oleh partikel
yang terlepas tidak simetris berbentuk bola. Partikel-partikel ini, bergerak dalam
potensial model kulit non-speris simetris, mempertahankan bentuk nuklir yang
terdeformasi. Situasi ini mirip dengan yang di molekul linear. Kita kemudian dapat
menulis total energi sebagai jumlah dari energi rotasi, vibrasi dan energi nukleonik inti,
seperti dalam kasus molekul. Dalam kasus ini, energi nukleonik menggantikan energi
elektronik dari molekul (lihat (Bab XVI, Vol I).:
Etot = Erot + Evib + Enuc........................................................................ (9.14-1)
Gerakan Kolektif dari inti nuklir menimbulkan komponen rotasi dan vibrasi,
sedangkan komponen energi nukleonik adalah karena gerakan nukleon-nukleon yang
lepas.
Pemasangan gerak nukleonik eksternal dan gerak kolektif menimbulkan bentukosilasi pada permukaan nuklir. Gerak rotasi yang agak rumit dalam hal itu bukan
merupakan rotasi inti keseluruhan, dianggap sebagai benda tegar. Sebaliknya, itu adalah
rotasi bagian terdeformasi dari permukaan nuklir. Dengan kata lain, rotasi bentuk terjadi
dengan deformasi yang sedang dijaga. Momen inersia lebih rendah untuk rotasi seperti
ini daripada dalam kasus rotasi benda tegar.
Kita menganggap dibawah gerakan vibrasi dan rotasi inti genap-genap. Bukti
eksperimental menunjukkan bahwa jauh dari kulit tertutup, gerakan nukleon-nukleon
yang lepas menghasilkan deformasi permanen yang besar, ditandai dengan spektrum
rotasi. Inti ditemukan di pertengahan kulit 1d, 2s dalam rentang 145 < A <185 dan A >
226. Perbedaan Energi antara keadaan dasar 0 + dan keadaan tereksitasi pertama 2+
adalah 100 keV di dalamnya. Jauh dari daerah deformasi dan dekat dengan kulit
tertutup, bentuk kesetimbangannya adalah speris/bola. Energi Eksitasi yang rendah
menghasilkan karakteristik spektrum vibrasi. Pada kulit tertutup, keadaan tereksitasi
dapat dihasilkan dengan memisahkan inti, sehingga menimbulkan keadaan partikel
baru.
9.15
Spektrum Vibrasi/Getaran.
55
Kita mengambil kasus tetes cairan kontinyu yang ketika tereksitasi adalah
mengalami deformasi dari bentuk bulat (sferis), melakukan getaran permukaan. Lord
Rayleigh adalah orang pertama yang bekerja di luar teori getaran seperti dalam kasus
cairan mampat (inkompresibel) dengan aliran irrotasional (1877). Untuk inti ini adalah
sebuah aproksimasi yang baik. Namun, perlakuan Rayleigh harus terkuantisasi dalam
kasus ini.
Bentuk inti dapat dinyatakan sebagai
R ( , ) R0 1 Y ( , ) ........................................ (9.15-1)
0
1
2
............................................................................ (9.15-2)
R05
........................................................................................ (9.15-3)
1
2
............................................................................ (9.15-4)
Untuk cairan klasik dengan tegangan permukaan S dan membawa muatan Ze,
kita memiliki
C 5 R02 ( 1)( 2)
3Z 2 e 2 1
.
......................................... (9.15-5)
2R0 2 1
1
2
1
2
56
2 1
E (n 12 ) n
......................................... (9.15-7)
2
keadaan tereksitasi. Nilai yang sama dari n dikaitkan dengan masing-masing koordinat
untuk yang sama tetapi berbeda yang menunjukkan bahwa keadaan-keadaan
mengalami degenerasi. keadaan dengan n memiliki degenerasi (2+1) memiliki
momentum sudut . Untuk gerak irrotasional, sebuah Fonon dari jenis membawa
sebuah momentum kuantum berjumlah dengan komponen-z adalah dan paritas a
(-1). Fonon-fonon ini mematuhi statistik Bose-Einstein seperti foton-foton.
Energi meningkat pesat dengan . Dengan mengabaikan efek muatan, kita
temukan, menggunakan Persamaan. (9,15-3) dan (9,15-5)
3
30
2; 4
2
8
2
72
3
8
57
Gambar 9.15. Level-level vibrasi kuadrupol pada 106Pd. Energi (dalam MeV) dan
nilai paritas-spin dari setiap level diperlihatkan pada gambar.
Degenerasi dari dua fonon pada tiga keadaan (0 +, 2+, dan 4+)
dihilangkan oleh perturbasi.
106
Pd (Z=46) yang
dari inti yang hampir bulat. Ketika inti memiliki bentuk keseimbangan bola, akan lebih
mudah untuk menggunakan satu set koordinat yang berbeda. dalam hal ini
menggambarkan perubahan bentuk sehubungan dengan set koordinat (x, y, z) yang tetap
di ruang angkasa. Jika (x', y', z') merupakan koordinat tetap dalam nukleus, maka
58
transformasi antara (x, y, z) dan (x', y', z') dapat dilakukan dengan bantuan sudut Euler
(1, 2, 3) pada sumbu utama inti (lihat Gambar 9.16 di sebelah kiri.).
Gambar 9.16. Transformasi antara sumbu benda-tetap dan sumbu ruang-tetap pada
deformasi nukleus. 1, 2, 3 adalah sudut Euler pada sumbu utama.
Gambar sebelah kanan menunjukkan pemasangan momentum sudut
pada inti deformasi.
R R0 1 a 2 Y2 ( ' , ' )
dan
.......................................................... (9.16-1)
5
(3 cos 2 '1)
16
15
sin 2 ' exp (2i ' ) . Kita akan mendapatkan dari (9.16-1) .
32
R R0
5
R0 cos (3 cos 2 '1)
16
(9.16-4)
59
2 2
................................................................. (9.16-5)
1
C 2
2
1
C 2 ..................................................................... (9.16-6)
2
Perubahan panjang dari tiga sumbu adalah (1, 2, 3 mengacu pada sumbu bendatetap x', y', z'):
R1 R( / 2,0) R0
5
R0 ( cos 3 sin )
16
5
3
R0 ( 12 cos
sin )
4
2
R1
5
R0 cos( 2 / 3) ................................................... (9.16-8)
4
demikian pula
R2 R( / 2, / 2) R0
R3 R (0, ' ) R0
(9.16-9)
5
R0 cos .......................................... (9.16-10)
4
5
R0 cos( 4 / 3) ...................
4
5
R0 0
4
5 R0
0
4 2
Elliposoid ini memanjang sepanjang sumbu z'. Jadi kita mendapatkan sebuah
prolate spheroid (berbentuk cerutu) dengan 3 sumbu sebagai sumbu simetri.
= 2/3 dan 4/3 memberikan prolate spheroid dengan sumbu 1 dan 2 masingmasing dengan sumbu simetri. Di sisi lain = , /3 dan 5/ 3 memberikan oblate
spheroid. Jika bukan kelipatan dari /3, tiga sumbu ellipsoid adalah tidak sama.
Jika perubahannya sesuai dengan waktu, kita memiliki sesuatu yang dikenal
sebagai vibrasi-. Jika adalah konstan dalam hal ini, inti mempertahankan sumbu
simetrinya. Eksentrisitas dari elips berubah. Untuk berubah dengan waktu (vibrasi-),
inti kehilangan kesimetrian sumbunya.
9.17
Rotasi Nuklir.
Energi kinetik diubah ke koordinat baru dengan bantuan matriks satuan Dv
yaitu:
T
1
1 3
B ( 2 2 2 ) I k k2 ...................................................... (9.17-1)
2
2 k 1
60
ks adalah kecepatan sudut dari sumbu utama w.r.t. sumbu-ruang tetap. Komponen
terakhir di Persamaan. (9.17-1) adalah bentuk energi kinetik rotasi dengan momen
inersia.
2k
I k 4 B 2 sin 2
................................................................. (9.17-2)
3
Jika ada sumbu simetri dari inti yang sesuai dengan = 0 atau , I3 = 0. Di sisi
lain I1 = I2 = 3B.2.
Karena kecil, sangat sedikit materi nuklir yang sebenarnya ikut serta dalam
rotasi. Rotasi dalam hal ini dapat dianggap sebagai gelombang yang berjalan disekitar
permukaan nuklir, yang menyebabkan arus irrotational dari nukleon lepas (lihat
Gambar. 9,17). Osilasi ini sebenarnya menimbulkan rotasi bentuk, tetapi bukan dari
partikel.
dimana
R 2 R1 2 R2 2 R3 2
15 2 2
R0 ..............................................(9.17-3)
8
yang dapat dihitung dengan bantuan pers. (9.16-8), (9.16-9) dan (9.16-10). M adalah
massa nukleon.
Jadi
9
MAR02 2
8
Pada sisi lain, untuk bola tegar beradius R0, momen inersianya adalah
I rig
2
MAR02
5
Sebenarnya nilai-nilai dari I yang diamati terletak antara I yang dihitung diatas
dengan Irig, yang memberikan sekitar 30 - 50% dari yang terakhir. Hal ini hanya
menunjukkan perincian parsial dari model kulit. Tidak adanya beberapa keadaan rotasi
di inti bola pada eksitasi yang rendah menunjukkan bahwa tidak ada rotasi kuasi-benda
61
tegar pada sumbu simetri. Jadi I3, jika tidak nol, harus kecil dan rotasi pada sumbu
simetri, jika ada, hanya dapat terjadi pada tingkat eksitasi yang cukup tinggi.
Fakta bahwa momen inersia dari inti sebenarnya terletak antara I dan Irig yang
diberikan di atas menunjukkan bahwa materi nuklir adalah campuran dari fluida super
dan fluida kental. Dengan kata lain, substansi nuklir memperlihatkan superfluiditas
parsial.
Spektrum Rotasional
Persamaan. (9.17-1) bersama dengan Persamaan (9.16-16) memberikan
Hamiltonian dari inti terdeformasi permanen, dianggap sebagai tetes cairan deformasi:
1
1
1
H B ( 2 2 2 ) I k k2 C 2
2
2 k
2
H H vib H rot ............................................................................... (9.17-5)
1
1
H rot I k k2 L2k / 2 I k ..................................................... (9.17-6)
dimana
2 k
2 k
adalah Hamiltonian untuk gerak rotasi. Hvib adalah Hamiltonian untuk gerak vibrasi
(getaran) yang telah dipertimbangkan pada paragraf sebelumnya. Lk adalah komponen
momentum sudut sepanjang sumbu-k sampai ke bagian inti. Jika ada sumbu simetri,
momentum sudut terhadap sumbu itu adalah nol. Seperti yang terlihat di atas, rotasi
hanya melibatkan nukleon di daerah permukaan inti dan pertengahan antara rotasi
benda tegar dan gerak seperti gelombang permukaan.
Gambar. 9.16 menunjukkan pada bagian kanan dari sebuah inti terdeformasi
secara aksial simetris. OZ dan OZ bertutur-turut adalah sumbu tetap-ruang dan sumbu
tetap-benda. J adalah momentum sudut total. K adalah komponen J sepanjang
sumbu simetri OZ sementara M adalah komponen sepanjang sumbu ruang tetap OZ.
(J)2, K dan M adalah tiga konstanta gerak.
Setiap nukleon individual memiliki momentum sudut j dengan proyeksi j
sepanjang sumbu simetri sehingga J = ji dan K =jj. R adalah momentum sudut dari
rotasi kolektif yang tegak lurus dengan sumbu simetri.
Karena kesimetrian disekitar sumbu-3, kita dapat menulis I1 = I2 = I sebagai
momen inersia disekitar sumbu 1 dan sumbu 2. Jadi Hamiltonian untuk gerak rotasi
menjadi:
H rot
k
2 2 2
2 2
Jk
( J 12 J 22 )
J3
2I k
2I
2I 3
2
2 2
( J 12 J 22 )
J 3 .............................................(9.17 7)
2I
2I 3
Karena J2 and J3 keduanya adalah konstanta gerak, nilai eigen mereka diberikan
oleh:
62
2
2 2
J ( J 1) K 2
K
2I
2I 3
2 2 2
2
J ( J 1)
K .............................................. (9.17-9)
2I
2
I
3 2I
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, untuk inti dengan sumbu simetri,
momentum sudut disekitar sumbu simetri adalah kecil, jika tidak nol. Oleh karena itu
kita dapat mengabaikan komponen yang mengandung K2 yang memberikan
Er
2
J ( J 1) ...........................................................................(9.17-10)
2I
Dapat dicatat bahwa fungsi eigen rotasi adalah fungsi D yang digunakan dalam
transformasi harmonik bola yang telah disebutkan di atas.
Inti genap-genap deformasi memiliki sumbu simetri dan Persamaan (9.17-10)
berlaku bagi mereka. Bagi mereka kita memiliki pasangan partikel yang identik dengan
+ j dan - j yang ditambahkan untuk setiap pasangan yang membuat K = 0. Ada
kesimetrian disekitar sebuah bidang yang tegak lurus terhadap sumbu simetri OZ dan
fungsi gelombangnya harus invarian dibawah refleksi yang melalui 180. Momentum
sudut yang diperbolehkan dan paritasnya adalah 0 +, 2 +, 4 +, 6 + dan seterusnya.
seperti dalam rotasi molekul homopolar. Bagi kebanyakan inti genap-genap di daerah
terdeformasi kuat (A = 24; A = 145-185 dan A> 200), urutan tingkatan tersebut benarbenar diamati. Hal ini digambarkan untuk inti 180Hf pada Gambar. 9.18.
(1079)
(637)
(1116 )
(651)
310
Gambar. 9.18. Keadaan rotasional
kolektif pada (180
Hf) (Z = 72). Di sebelah kanan
(307)
4
4
diperlihatkan
level-level yang dihitung dengan menggunakan
Persamaan. (9.17-10).
Level
eksitasi
keV cocok
93(keV
)
(93) pertama pada 93
2
2
dengan
level
eksperimental
0
Dari Persamaan.
(9.17-10), rasio energi dari level-level 0rotasi yang berbeda
63
180
Hf
menghitung 2/2I dari energi eksitasi yang diamati untuk level 2 +. E2 = (2/2I) x 2 x 3 =
93 keV yang memberikan 2/2I = 15,5 keV. Di sini I adalah momen inersia.
Nilai ini telah digunakan untuk menghitung energi dari level 4+, 6+, dan 8+ pada
Gambar. 9.18. Kesesuaian dengan nilai-nilai eksperimental, meskipun cukup baik, tapi
menunjukkan perbedaan kecil yang sistematis antara dua kedudukan, nilai-nilai
eksperimental sedikit lebih kecil dari nilai teoritis. Perbedaannya meningkat dengan
meningkatnya J. Alasan untuk hal ini diyakini disebabkan oleh peningkatan dari nilai
momen inersia I karena efek dari gaya sentrifugal yang meningkat dengan
meningkatnya rotasi. Hal Ini akan menambah komponen yang proporsional menjadi
- J2(J+1)2 pada sisi kanan dari Persamaan (9.17-10). Dengan penambahan komponen
ini, kesesuaiannya menjadi lebih baik. Ada beberapa cara lain untuk menjelaskan
perbedaan tersebut.
9.18
partikel-partikel ganjil dengan gerak kolektif harus dipertimbangkan. Dalam hal ini,
partikel tidak lagi lebih panjang dalam potensial rata-rata yang sama dan gerakan dari
nukleon akan berubah. Disana mungkin keduanya pemasangan yang kuat dan
pemasangan yang lemah. Untuk inti berbentuk bola, pemasangannya adalah lemah dan
dapat diperlakukan sebagai perturbasi. Ketika gerakan partikel dan parameter kolektif
berpengaruh kuat satu sama lain, kita memiliki batas pemasangan kuat. Tingkat-tingkat
yang diamati menunjukkan metode mana yang tepat. Kita berasumsi bahwa nukleon
ganjil tunggal memberi kontribusi = K sebagai proyeksi momentum sudut pada
sumbu simetri, kehilangan nukleon yang bubar berpasangan menjadikan J = 0. Oleh
karena itu K adalah integral setengah. Energi dari keadaan nuklir untuk inti yang secara
aksial simetris diberikan oleh
E JK K
2
J ( J 1) K 2 K ,1 / 2 a (1) J 1 / 2 ( J 1 / 2) ................ (9.182I
1)
dimana K,1/2 = 0 untuk K 1/2 dan K,1/2 = 1 untuk K =
1
K adalah kontribusi energi
2
64
a (1) j 1 / 2 ( j 1 / 2) C j
dimana
Cj
3
4
R
Z R02 Z R02
..................................................... (9.19-1)
5
R0
5
Disini R adalah perbedaan antara sumbu semi-mayor dan semi-minor sumur potensial
ellipsoidal. Q0 adalah momen kuadrupol w.r.t. dengan sumbu simetri. Pengukuran
momen kuadrupol berkaitan dengan kesimetrian distribusi muatan rata-rata. Dalam
model pemasangan kuat, kita peroleh untuk keadaan dasar (K = 0)
Q
I (2 I 1)Q0
.......................................................................... (9.19-2)
( I 1)(2 I 3)
g s s z g l l z g R Rz M J
..........................................................(9.19-3)
65
J
( Jg g R ) ...........................................................................(9.19-4)
J 1
tunggal dalam medan gaya yang bukan bola- simetris. Hal ini sebenarnya generalisasi
dari model kulit partikel tunggal dan dikenal sebagai model terpadu. Nilsson meninjau
kasus inti yang aksial simetris. Karyanya diperluas ke bentuk yang lebih umum oleh TD
Newton. (1960).
Nilsson memperkenalkan parameter distorsi yang aksial simetris sehingga:
1
2
1 2 , 3 ................................................................ (9.20-1)
3
3
Potensial deformasi yang ditinjau adalah potensial osilator harmonik
anisotropik:
V (r )
M
( x2 x 2 y2 y 2 z2 z 2 ) ...................................................... (9.21-2)
2
M
( z2 z 2 2 2 ) .................................................................. (9.20-3)
2
66
Karena kesimetrian sekitar sumbu-z, persamaan x dan y dapat diperlakukan bersamasama sementara persamaan-z diperlakukan secara terpisah.
Parameter deformasi didefinisikan oleh hubungan:
4
z 0 ( )(1 )1 / 2 ..................................................................... (9.20-4)
3
2
x y 0 ( )(1 )1 / 2 ...................................................... (9.20-5)
3
Frekuensi 0 berkaitan dengan konstanta osilator, yang pada gilirannya,
berhubungan dengan volume inti: o ~ A-1/3. Untuk distorsi yang besar, o juga
tergantung pada . Kondisi permukaan ekipotensial volume yang konstan memberikan:
x y z 03 ( )(1
~3
2
4
)(1 )1 / 2 = konstan
3
3
~
dimana
0 adalah konstanta deformasi-independen. Kita kemudian mendapatkan:
~ (1 2 ) 1 / 3 (1 4 ) 1 / 6
0 ( )
0
3
3
4
16
2
3
~ (1
0 ( )
) 1 / 6
0
3
27
45
pada urutan pertama
16
pendekatan
Hal ini dimungkinkan untuk memisahkan osilator Hamiltonian anisotropik
menjadi dua bagian.
H H 0 H 'C (lt .s ) Dlt2
merupakan jumlah kuanta getaran dan momentum sudut semu dalam sistem
transformasi (berdimensi). H adalah diagonal di n1, n2, n3 dan karenanya di N1. Dengan
demikian keadaan eigen H tergantung pada N1, l, , dan , dimana 2 = l (l +1), 3 =
dan komponen spin s3 = = 1/2.
Nilsson dan Newton telah memecahkan persamaan partikel gelombang tunggal
secara numerik dengan deformasi diberikan di atas. Hasil-hasilnya tergantung pada C,
D, 0 dan . Hasilnya diberikan dalam tabel dan grafik yang luas dalam makalah aslinya
untuk semua nomor partikel. Grafik menunjukkan energi dari masing-masing keadaan
sebagai fungsi dari distorsi . Ini ditunjukkan untuk Z <20 dan N <20 pada Gambar.
9.19; grafik yang sesuai daerah/wilayah dari inti deformasi lainnya dapat ditemukan
dalam Physics of the Nucleus oleh MA Preston.
67
Dalam Gambar. 9.19, garis mewakili masing-masing keadaan yang diberi label
nilai , paritas dan tiga parameter (N, n3, ). n3 hampir konstan untuk deformasi yang
sangat besar.
Dengan menggunakan fungsi gelombang Nilsson, adalah mungkin untuk
memprediksi sifat penting dari inti A ganjil sebagai fungsi deformasi, seperti
momentum kuadrupol listrik dan magnet, penurunan probabilitas transisi B (L) dan lainlain. Seperti disebutkan sebelumnya, momentum kuadrupol statis [ seperti halnya
probabilitas transisi kuadrupol B (E2)] memiliki bagian yang disebabkan gerakan
partikel tunggal dalam potensial non-bola dan bagian yang disebabkan efek kolektif.
Untuk inti ringan, dua efek tersebut adalah sebanding. Untuk inti yang lebih berat, efek
kolektif (~ Z) akan lebih dominan.
9.21 Model Super Fluida.
Rumus energi ikat semi-empiris yang diturunkan dalam 9,6 mengandung
istilah pasangan energi yang memberikan perbedaan EB antara inti A genap-genap, inti
A ganjil-ganjil dan inti A ganjil. Tidak satu pun dari model-model diatas yang bisa
menjelaskan terjadinya istilah ini atas dasar interaksi antar nukleon pada kulit yang
68
berbeda. Selain itu, model-model ini tidak dapat menjelaskan celah energi yang relatif
besar (~ 1 MeV) di sekitar keadaan dasar dari tingkat non-rotasi inti genap-genap, nilai
dari momen inersia yang kecil dari inti genap-genap dan kepadatan yang lebih besar
(sekitar dua kali) dari tingkat partikel tunggal dalam inti A ganjil yang terdeformasi
dibandingkan dengan nilai yang dihitung dengan menggunakan potensial Nilsson.
Untuk menjelaskan hal ini dan beberapa fitur-fitur lainnya, sebuah model
superfluida
jangkauannya sangat pendek dianggap berbeda dari hasil interaksi internukleon , yang
dipertimbangkan dalam model-model sebelumnya. Dalam sebuah inti genap-genap,
gaya pasangan antara nukleon identik dengan spin berlawanan mendorong turunnya
energi. Untuk menghasilkan keadaan tereksitasi yang demikian dalam inti, perlu untuk
memutuskan ikatan, sehingga nukleon tidak berpasangan dapat melintasi celah energi
yang relatif besar diantara tingkat-tingkatan nukleon pasangan (keadaan dasar) dan
tingkat tereksitasi pertama.
Situasi ini mirip dengan pasangan dari elektron dengan spin berlawanan
(pasangan-pasangan Cooper) dalam superkonduktor (lihat Ch. XVIII di Vol. 1).
Pasangan membentuk struktur dari tingkat spasial yang cukup. Pergerakan pasangan
berlangsung dengan cara yang sesuai dalam materi nuklir. Karena prinsip larangan,
fungsi gelombang secara umum berubah drastis, meskipun gaya korelasi pasangan
mungkin lemah. Keadaan pasangan mungkin campuran dari keadaan partikel tunggal
yang berbeda dengan proporsi yang sebanding. Keadaan pasangan lain mungkin dalam
keadaan di mana partikel tunggal yang berbeda dapat hadir dalam proporsi yang
berbeda.
Pemahaman teoritis dari pasangan interaksi telah disediakan dengan melakukan
transformasi khusus yaitu sistem transformasi kuasi-partikel non-interaksi yang
menghasilkan spektrum baru dari keadaan partikel tunggal. Perhitungan menunjukkan
bahwa keadaan tereksitasi dari inti genap A ditandai dengan nomor genap dari kuasipartikel tersebut, yang memiliki besar celah energi minimum yang sebanding dengan
pasangan energi dari keadaan dasar. Di sisi lain, Inti ganjil A, memiliki keadaan
tereksitasi yang ditandai dengan nomor ganjil kuasi-partikel yang tidak memiliki celah
energi.
Perbedaan model-model yang dipertimbangkan dalam bab ini didasarkan pada
asumsi perbedaan radikal yang terlihat dan sering bertentangan satu sama lain. Mereka
69
menjelaskan aspek-aspek tertentu dengan cukup baik dari sifat nuklir. Hal ini jelas
bahwa mereka harus mewakili aspek yang berbeda dari beberapa prinsip dasar yang
mengatur sifat materi nuklir. Prinsip dasar ini adalah lemahnya interaksi dari nukleon
di dalam inti. Analisis tentang interaksi sisa yang lemah menyebabkan perbedaan
bentuk dari model kolektif seperti juga pada model superfluida.
9.22 Resonansi Raksasa.
Dalam 9.15 kita tidak mempertimbangkan getaran-getaran dengan = 0 dan
= 1 getaran. Getaran ini hanya dapat terjadi pada energi yang jauh lebih tinggi pada
kasus getaran kuadropol atau oktopol. Jadi ini tidak bisa pada getaran permukaan.
Modus yang mungkin berbeda dari getaran adalah mirip dengan yang ada pada gambar
14.86 di Bab. XIV.
Getaran dipol dan getaran dipol raksasa
Dalam hal ini,
tanpa mengalami deformasi bentuk. Getaran dipol hanya dapat terjadi di bawah
pengaruh gaya/kekuatan eksternal.
Gaya eksternal seperti yang disebabkan oleh vektor listrik pada kejadian radiasi
elektromagnetik (sinar-) membuat proton bergerak ke arah medan. Jika neutron dan
proton dalam fluida inti bergerak dengan fase berlawanan, ada pemisahan yang efektif
antara pusat muatan dan pusat massa dalam inti, yang menimbulkan peningkatan
momen dipol untuk mengembangkan variasi waktu. Dalam inti genap-genap, ini
keadaan eksitasi kolektif dari paritas-spin 1- dengan energi eksitasi ~ 20 - 25 MeV.
Keadaan kolektif
desintegrasi-foto dari inti A yang genap dan ganjil. Dalam plot penampang lintang
untuk emisi neutron terhadap E dalam desintegrasi-foto , puncak yang luas , yang
dikenal sebagai resonansi dipol listrik raksasa muncul. Puncak serupa telah diamati
dalam banyak inti mulai dari yang sangat ringan (misalnya, 12C) sampai ke inti sangat
berat (misalnya,
208
secara sistematis dengan A. Nama resonansi raksasa diberikan untuk puncak seperti itu
karena lebar mereka yang besar (beberapa MeV).
Resonansi raksasa ini juga sering disebut sebagai resonansi isovektor karena
neutron dan proton bergerak dalam fase yang berlawanan dan menggantikan posisi satu
sama lain, seperti sebelumnya. Perubahan isospin dalam kasus ini terjadi saat T = 1.
70
Momen dipol terinduksi akibat pemisahan antara fluida neutron dan proton dapat
dihitung dengan menggunakan aturan penjumlahan dipol. Untuk atom, aturannya
menyatakan bahwa total kekuatan dipol osilator
seperti halnya dengan yang berada di tingkat kontinu, adalah sama dengan muatan total
Z sistem . Untuk inti, ini agak dimodifikasi untuk memperhitungkan gerakan relatif
antara nukleon dan inti terpental, sebagaimana juga efek dari gaya nuklir, dalam
penambahan gaya Coulomb.
Mengingat perpindahan dari proton bermuatan e melalui ri relatif terhadap pusat
massa dan pentalan dari muatan (Z - 1)e dan massa (A - 1), momen dipol induksi
menjadi
Pi eri
N
.................................................................................... (9.22-1)
A 1
pertukaran nuklir ( 1,4 untuk campuran yang sama dari gaya sederhana dan gaya
pertukaran). o merupakan momen dipol persatuan bidang yang telah diperkirakan
berdasarkan model tetes cairan dan diberikan oleh
o
e2 R2 A
......................................................................................(9.22-3)
40a 4
dimana a4 adalah parameter asimetri dalam rumus massa semi-empiris dan R adalah
jari-jari inti. Dengan menggunakan estimasi diatas untuk o energi resonansi menjadi Eo
~ 78/A1/3 MeV.
Ketergantungan yang diharapkan dari Eo pada A yang diberikan di atas cukup
sesuai dengan nilai-nilai eksperimental untuk A > 100. Untuk inti ringan, nilai-nilai
eksperimental dari E0 lebih rendah dari nilai teoritis.
Lebar dari resonansi raksasa terletak antara 3 sampai 8 MeV. Di dekat inti kulit
terluar, lebarnya lebih sempit, sedangkan untuk inti yang mengalami deformasi mereka
jauh lebih luas. Untuk inti-inti yang terdeformasi, ada superposisi dari dua resonansi
raksasa, karena osilasi disepanjang kedua sumbu pendek dan sepanjang sumbu yang
panjang dari sebuah inti yang bersumbu simetris. Adanya dua puncak tersebut telah
diamati dalam beberapa kasus (seperti di holmium dan erbium).
Penjelasan atas terjadinya resonansi dipol raksasa didasarkan pada perilaku
kolektif dari inti. Sebuah teori mikroskopis berdasarkan pada model kulit juga telah
71
63
A1 / 3
72
adalah resonansi isoskalar resonansi (T = 0). Ada juga beberapa bukti untuk
penampilan isovektor tipe resonansi monopol raksasa (T = 1).
Karena sinar- melintang di alam, mereka tidak bisa mengeksitasi resonansi
monopol. Selain tiga jenis di atas, ada beberapa bukti untuk menunjukkan penampilan
resonansi oktopol raksasa.
BAB III
KESIMPULAN
73
74
75
DAFTAR PUSTAKA
Ghoshal, S.N. 2002. Nuclear Physics. New Delhi; S. Chand & Company LTD.
iii