PROPOSAL SKRIPSI
NAMA
: RIZKI DARMAWAN
NIM
: 3111411024
PROGRAM STUDI
: ILMU SEJARAH
JURUSAN
: SEJARAH
FAKULTAS
: ILMU SOSIAL
A. Judul
PERKEMBANGAN
INDUSTRI
BATIK
DI
DESA
TRUSMI
membutuhkan waktu seminggu untuk menghasilkan 1 buah batik cap secara kasat
mata kita dapat membedakan batik print dan batik tulis/cap dengan melihat
permukaan di balik kain, biasanya kain batik print warnanya tidak meresap
keseluruh serat kain, dan hanya menempel pada permukaan kain, sehingga di
balik kain masih terlihat sedikit berwarna putih.
Seni kerajinan batik merupakan salah satu seni kerajinan khas Indonesia
yang keberadaanya sudah berabad-abad lamanya, dan merupakan salah satu
warisan seni budaya bangsa yang bernilai tinggi. Salah satu daerah yang memiliki
budaya tinggi khususnya seni kerajinan batik adalah Cirebon. Cirebon merupakan
Kabupaten dan Kotamadya di wilayah Jawa Barat yang terletak di pantai utara
Jawa dan di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Barat. Sejak dahulu di pantai utara
Jawa sering disinggahi para pendatang baik antar pulau maupun luar negeri.
Mereka tertarik dengan hasil bumi daerah tersebut untuk mengadakan
perdangangan berbagai macam barang. Akibat hubungan dengan kedua belah
pihak itu, maka sedikit banyak telah mempengaruhi seni daerah budaya setempat.
Kemampuan berolah seni di bidang kerajinan batik yang dimiliki oleh
masyaarkat Cirebon banyak mendapat pengaruh dari lingkungan dalam Keraton
maupun lingkungan di luar Keraton Cirebon.
Industri kerajinan merupakan salah satu contoh kegiatan ekonomi dan
kegiatan sosial yang dapat melibatkan yang dalam kegiatannya dan berbagai
lapisan masyarakat yang dalam kegiatnya dapat menunjung ketahanan nasional
khususnya dalam bidang ekonomi. Keterlibatan masyarakat dalam pengolahan
industri kerajinan merupakan faktor-faktor pendukung karena industri-industri
kerajinan
sebagai
kegiatan
ekonomi
dapat
meningkatkan
taraf
hidup,
Batik dari Desa Trusmi Kabupaten Cirebon ini sudah terkenal selain di Jawa
Barat juga seluruh Indonesia dan samapai ke Mancanegara. Bila kita perhatikan
batik di desa Trusmi ini memamng mempunyai motif yang sangat khas serta
kualitas yang sangat baik dilihat dari segi bahan dan proses pembuatan yang
tradisional. Penggunaan motif dan warna merupakan satu kesatuan yang utuh
untuk menghasilkan kain batik yang berkualitas.
Batik Desa Trusmi mempunyai beberapa motif misalnya motif Batik Klasik
dan motf Batik yang tradisional, begitu juga tehnik pembuatannya ada yang
menggunakan dengan cap, tehnik tulis (canting). Di daerah tersebut mayoritas
masyarakatnya adalah menjadi pengrajin batik tulis yang boleh dikatakan sebagai
industri rumah tangga.
Trusmi sebagai salah satu pusat kerajinan batik di Cirebon, corak batiknya
meniru semua yang ada di lingkungan Keraton Cirebon. Corak batik pengaruh
dari lingkungan Keraton antara lain:
1. Adanya Motif Simbar, yaitu motif batik yang melukiskan tanaman
merambat pada sebatang pohon atau melukiskan bulu dada seorang pria.
2. Motif Tanaman Arum, ialah motif batik yang menggambarkan tanaman
yang wangi, dan menurut kepercayaan merupakan tempat tinggal para
dewa. Para sultan bertafakur di taman tersebut untuk mencapai keadaan
sunyaragi yaitu keadaan jiwa yang kosong dan sukma bersadu dengan
alam.
3. Motif Patran, yaitu motif batik yang penuh dengan tanaman merambat dan
melambangkan keuletan.
4. Motif Wadasan, yaitu motif batik yang berwujud awan atau mega mendung
dan batu karang.6
Perkembangan
batik
Trusmi-Cirebon
jelas
sekali
merangkum
seluruh
perkembangan batik Keraton dan batik Pesisiran. Pada batik Pesisiran tampak
sekali ragam hiasnya yang dibuat dengan menganalogikan suatu motif ke motif
baru sebagai bentuk modifikasi. Sayang tidak dapat dilacak pencipta dari setiap
motif baru tersebut karena pada umumnya sebuah karya desain batik saat itu
menjadi milik bersama dan pendesainnya secara diam-diam merasaka kebanggaan
kalau motif ciptaanya direproduksi oleh perajin batik lainnya. Perkembangan
motif pesisiran cukup dinamis. Hal ini berbeda dengan motif Keraton yang
cenderung statis.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Industri Batik di Desa Trusmi Kecamatan Plered
Kabupaten Cirebon Tahun 1970-1990
2. Bagaimana Ragam Motif Batik Desa Trusmi?
3. Bagaimana Perkembangan Idustri Batik di Desa Trusmi Kecamatan Pelered
Kabupaten Cirebon pada Tahun 1970-1990?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis
dengan memperhatikan, memahami dan mengungkapkan tentang perkembangan
6 Casta, M.Pd. & Taruna, S. Pd. Batik Cirebon (Cirebon: Penerbit Badan
Komunikasi Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon, 2007), p, 73.
10
batik, khususnya batik di Desa Trusmi Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dari
tahun 1970 1990.
1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya Industri Batik di Desa Trusmi
Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon.
2. Untuk mengetahui ragam motif batik desa Trusmi
3. Untuk mengetahui Perkembangan Idustri Batik di Desa Trusmi Kecamatan
Pelered Kabupaten Cirebon pada Tahun 1970-1990?
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi manfaat teoritis dan manfaat
praktis.
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis merupakan manfaat dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a. Menambah referensi untuk penulisan Batik di Kabupaten Cirebon.
b. Menambah referensi bagi penulis selanjutnya untuk menghasilkan
tulisan yang lebih baik.
c. Memperkaya khasanah penulisan sejarah Batik, khususnya sejarah
lokal Kabupaten Cirebon.
`
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang dapat dirasakan oleh
masyarakat. Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :
11
menambah
pengetahuan
bagi
masyarakat
mengenai
F. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penelitian sejarah terdiri dari ruang lingkup spasial
(ruang) dan lingkup temporal (waktu). Ruang lingkup spasial (ruang) dan
temporal (waktu) adalah dalam peneltian ini adalah sebagai berikut :
1. Ruang Lingkup Spasial
Dalam penelitian ini yang menjadi ruang lingkup spasial (ruang) adalah
Kabupaten Cirebon. Kabupaten Cirebon tepatnya di Desa Trusmi
Kecamatan Pelered merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat
pengrajin batik dan mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Hal
ini terjadi karena, Ilmu membatik di turunkan secara turun-temurun dari
masa ke masa dari motif batik tulis hingga batik cap.
2. Ruang Lingkup Temporal
Ruang lingkup temporal dalam penelitian ini adalah Perkembangan
Industri Batik di Desa Trusmi Kecamatan Plered Kabupaten
Cirebon Tahun 1970 - 1990. Pada tahun 1970-an di Trusmi Cirebon
berkembang tehnik cap untuk memproduksi batik. Tehnik ini dapat
memenuhi kebutuhan pesanan batik dalam partai besar dan dengan
12
waktu yang singkat serta harga yang jauh lebih murah. Pada umumnya
motif batik yang dibuat dengan motif cap ini mengambil corak motif
yang geometris atau pangkaan serta semarangan. Tidak ada batik
Keraton yang dibuat dengan tehnik cap. Batik cap pada tahun 1970-an
memang cukup mewabah seiring dengan lesunya pasar batik alusan.
Yang di produksi dengan tehnik batik tulis yang memilik spesifikasi
produk kualitas anggon. Meskipun demikian produksi bati tulis masi
tetap berlangsung. Dan tahun perkembangan batik Trusmi tahun 1990an pada periode ini ditandai dengan maraknya pengunaan bahan sutera
untuk batik. Perkembangan yang sangat mencolok pada periode ini
adalah kuatnya motif ekonomi pada produksi batik Trusmi-Cirebon.
G. Tinjauan Pustaka
Penelitian ini memerlukan tinjauan pustaka yang dapat memperkaya dalam
penulisan hasil penelitian. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini menggunakan
beberapa pustaka yang berkaitan dengan Batik. Adapun pustaka-pustaka yang
dapat dijadikan rujukan dalam penulisan skripsi ini adalah :
Buku pertama yang digunakan sebagai tinjauan pustaka adalah buku yang
berjudul Batik Cirebon, Sebuah Pengantar Apresiasi, Motif, Dan Makna
Simboliknya yang ditulis oleh Casta, M.Pd. & Taruna, S.Pd. (2007). Penulisan
buki ini dimaksudkan sebagai jalan menuju apresiasi terhadap kekayaan dan
13
keunikan batik Cirebon, terlebih hingga saat ini tulisan tentang batik Cirebon
hanya sebatas lintasan-lintasan kecil dalam buku besar tentang batik nusantara.
Penulisan seperti itu jelas tidak mungkin memberikan pemahaman yang
komprehensif tentang batik Cirebon. Oleh karena itu memlalui buku ini
diharapkan akan terbuka jalan menuju pengayaan wawasan yang pada akhirnya
akan muncul sikap apresiasi terhadap kekayaan budaya Cirebon, khususnya Batik.
Buku ini dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini, karena dalam buku
ini juga dibahas mengenai Trusmi sebagai Desa Batik dalam bingkai kebudayaan
Cirebon. Selain itu buku ini juga berisi tentang selintas pertumbuhan dan
perkembangan Batik Cirebon dan juga menjelaskan tentang karakteristik Batik
Cirebon dari karakteristik Barik Keraton hingga Pesisiran Cirebon. Disini juga
dijelaskan tentang tata warna motif Batik Cirebon dan juga struktur pala desain
kain Batik Cirebon.
Buku kedua yaitu buku yang berjudul Batik: Filosofi, Motif & Kegunaan
yang ditulis oleh Adi Kusrianto (2013). Tujuan dari penulisan buku ini adalah
untuk memperkenalkan kepada pembaca tentang Filosofi, Motif dan Kegunaan
Batik. Maraknya minat terhadap batik sering belum diimbangi dengan
pemahaman terhadap batik itu sendiri. Semua motif batik diciptakan dengan
berbagai maksud dan harapan yang baik. Tidak satu pun yang memiliki tujuan dan
harapan buruk.
Motif, kegunaan, dan Filosofi batik. Itulah yang ingin penulis ungkap dalam
buku ini. Masing-masing topik yang disebut di atas ternyata saling kait satu sama
lain. Ketika kita berbicara tentang motif, artinya kita juga akan berbicara tentang
14
maksud filosofinya. Ketika bicara mengenai kegunaan batik, kita juga akan
membicarakan ornamen dan maknanya. Demikian juga pada pembahasan tentang
filosofi suatu motif batik, jelas di sana akan diuraikan bentuk moif yang,
terkandung di dalamnya. Meski demikian masing-masing aan dibahas dari sudut
pandang yang berbeda. Ketiga topik utama di atas akan membawa kita pada
sejarah dan pengembangan batik di daerah-daerah tertentu. Dimulai dari daerah
keraton yang memiliki peranan sangat penting dalam mengangkat batik sebagai
salah satu harta seni bernilai tinggi dalam hal busana di lingkungan kertaton.
Buku ini adalah kompilasi berbagai informasi yang dikutip dari berbagai
tulisan dalam bentuk buku, catatab, artikel maupun berita. Dalam mempelajari
betik, terdapat dua konteks yang perlu kita ketahui, yaitu teknik pembuatannya
yang merupakan teknik pembuatannya yang merupakan teknik resist dyeing atau
teknik menghias kain menggunakan perintang warna. Yang kedua adalah motifmotif pada batik itu sendiri.
Bansa-bangsa prasejarah di seluruh dunia telah melakukan teknik perintang
warna sejak lama, sehingga banyak yang mengira bahwa bangsa-bangsa lain lebih
dulu memiliki teknik membatik. Namun, teknik peritang warna menggunakan
malam dengan alat yang bernama canting diyakini ditemukan dan hanya berawal
dari Indonesia, kata batik untuk mendeskripsikan teknik yang disebut di atas
jelas spesifikasi dari Indonesia, tepatnya dari bahasa Jawa. Tidak ada bangsa lain
di dunia ini yang memiliki kosakata batik. Kalaupun ada, maka kata itu
diadaptasi aau diserap dari bahasa kita.
15
Penggunaan Istilah: pada buku ini penulis banyak melukiskan isi suatu kain
betik dengan kata-kata. Di sini banyak ditemui istilah yang sepintas artinya mirip.
Agar tidak menjadi bias maka berikut uraian bagaimana kata atau istilah-istilah ini
dipakai secara konsisten pada buku ini.
Motif: pada buku ini penulis menggunakan istilah motif untuk menyebut
desain secara keseluruhan dari sebuah kain batik. Sebagai contoh penggunaanya
pada kata motif sidomukti, motif parang barong, motif pring sedapur. Sebuah
motif terdiri dari sekumpulan ornamen atau ragam hias.
Ornamen: di dalam motif batik misalnya motif Kawung, terdapat ornamenornamen berbentuk bulat mirip buah kolang-kalig, dan ada juga yang
kikombinasikan dengan ornamen garuda. Ornamen, pada pembahasan di bidang
batik ini artinya berbentuk objek (gambar) yang berfungsu sebagai penghiasan
dan pengisi.
Ragam Hias: Istilah ini digunakan untuk mentebut ornamen yang memiliki
bentuk yang sudah khas. Contohnya ragam hias berbentuk sawat (ornamen
berbentuk burung garuda yang sayapnya terbentang dan dilengkapi dengan buku
ekornya), ragam hias lung-lungan yang berupa ornamen tetumbuhan dengan
sulurnya. Sedangkan ragam hias yang berfungsi sebagai isen-isen atau pengisi
bidang contohnya sisik, gringsing, ukel, uceng, dsb.
Corek: Corak adalah istilah yang lebih umum untuk menyebutkan bentuk
kembangan atau hiasan.
Pola: Pola dipergunakan untuk menyebut sebuah rancangan gambar suatu
motif di atas kertas yang akan diterapkan pada kain yang akan dibatik. Dalam arti
16
yang lebih luas, pola untuk menggambarkan master desain suatu motif kain
batik.
Desan : Desain merupakan istilah untuk menyebutkan kerangka suatu
rancangan secara keseluruhan.
Buku ini berisi mengenai pembangunan nasional yang telah dilaksanakan oleh
Presiden
Soeharto pada
Buku ketiga yaitu buku yang ditulis oleh Pengaruh Zaman dan
Lingkungan karya H. Santosa Doellah. Buku eksklusif yang diterbitkan oleh
industri batik paling terkenal di Nusantara yaitu batik Danar Hadi ini menjelaskan
banyak hal tentang batik dari mulai pengertian, pengaruh Budaya dan Zaman
17
mulai dari pengaruh keraton, batik petani atau saudagaran, India, Belanda, Cina,
Jepang yang lebih dikenal dengan nama batik Hokokai. Pengaruh yang
ditimbulkan dari berbagai bangsa tersebut menghasilkan ciri khas batik yang
berbeda-beda. Di dalam buku ini juga dijelaskan proses pembutan batik, ragam
hias batik, pola batik dan kegunaannya. Buku ini sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini karena batik Semarangan merupakan salah satu batik yang
mengadopsi batik Belanda dan Cina, dan seiring perkembangan zaman batik
Semarangpun mengalami perkembangan.
Dari ketiga buku tersebut yang dijadikan sebagai bahan referensi
perbedaannya adalah, buku pertama mengkaji mengenai Motif, Kegunaan, dan
Filosofi batik. Tiga hal yang saling kait satu sama lain. Motif batik diciptakan
dengan berbagai maksud dan harapan yang baik. Meski demikian, masing-masing
motif memiliki kegunaan sendiri, buku kedua mengkaji mengenai sejarah jejak
batik di Cirebon dan juga memaparkan beberpa referensi yang berkenaan dengan
asal mula batik, dan buku ketiga mengkaji mengenai batik secara umum, yakni
batik pesisiran, pedalaman maupun batik pengaruh dari budaya asing karena pada
masa kejayaan batik Semarang yang menghidupkannya adalah orang asing yakni
Belanda dan Cina.
Buku penunjang lainnya, berupa buku yang memberikan konsep
teori ilmu sosial budaya, Dan ditambah lagi dengan informasi yang
didapat dari makalah-makalah seminar dan hasil penelitian. Literaturliteratur sekunder berupa buku, artikel-artikel dari majalah dan koran
sangat membantu penulis dalam menyusun tulisan ini.
18
H. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
sejarah. Metode penelitian sejarah merupakan langkah-langkah dalam penelitian
dan penulisan sejarah. Penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu : pemilihan
topik, pengumpulan sumber (Heuristik), verifikasi (kritik sejarah, keabsahan
sumber), interpretasi, dan penulisan.7 Langkah-langkah yang dilakukan dalam
membuat penelitian ini, yaitu :
1. Pengumpulan Sumber (Heuristik)
Merupakan kegiatan mencari mengumpulkan, dan menghimpun sumbersumber sejarah yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji oleh
penulis. Heuristik merupakan tahap di mana penulis mengumpulkan
berbagai jejak-jejak masa lalu. Jejak sejarah sebagai peristiwa masa lalu
merupakan sumber-sumber sejarah sebagai kisah.8 Sumber sejarah dibagi
menjadi sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer merupakan
sumber yang disampaikan oleh saksi mata, sedangkan sumber sekunder
adalah sumber yang disampaikan oleh bukan saksi mata. Dalam
penelitian ini sumber sejarah terdiri dari :
a. Sumber Primer
7 Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta: Penerbit Tiara Kencana,
2013) p. 69
8 Wasino. Dari Riset Hinga Tulisan Sejarah, (Semarang: Penerbit UNNES Press,
2007) p. 15
19
20
21
yang terkait dengan batik yang akan digunakan sebagai sumber harus
diuji terlebih dahulu mengenai keasliannya dengan menganalisis jenis
kertas, tinta, gaya tulisan, dan semua penampilan luarnya apakah
sesuai dengan tahun pembuatan arsip.
b. Kritik Intern
Setelah menentukan bahwa dokumen itu autentik, kita akan meneliti
apakah dokumen itu dapat dipercaya. Kritik inetern diperoleh dengan
cara
(1)
penilaian
intrinsik
daripada
sumber-sumber,
(2)
22
I. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan dalam penelitian yang berjudul Perkembangan
Industri Batik di Desa Trusmi Kecamatan Pelered Kabupeten Cirebon Tahun
1970-1990 adalah sebagai berikut :
BAB I:
Pendahuluan,
latar
belakang,
rumusan
permasalahan,
tujuan
23
BAB IV
B.
BAB V
: Penutup
24
DAFTAR PUSTAKA
-
Susanti, Sewan SK. 1973. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Jakarta: Balai
Penelitian Batik dan Kerajian, Lembaga Penelitian dan Pendidikan
Industri, Departemen Perindustrian.
Kusrianto, Adi. 2013. Batik Filosofi, Motif & Kegunaan. Yogyakarta: C.V
ANDI OFFSET.
25
Casta, M.Pd. & Taruna, S.Pd. 2007. Batik Cirebon sebuah pengantar
Apresiasi, Motif, dan Makna Simboliknya. Cirebon: Badan Komunikasi
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cirebon.
Subagyo. 2010.
Karya.