: Muhazzib
NRP
: 3713100041
Fisika Batuan
Nuclear Magnetic Resonance Measurements and Applications
1. Nuclear Magnetic Resonance
Nuclear Magnetic Resonance adalah suatu teknik aplikasi kimia analitik yang
digunakan untuk mengontrol kualitas dan penelitian dari suatu konten dan kemurnian dari
suatu sampel dengan memanfaatkan struktur molekul. Prinsip dari penggunaan nuclear
magnetic resonance ketika nuclear magnetic berasosiasi dengan nuclear spin di medan
magnetik eksternal, perbedaan spin akan memberikan perbedaan energi potensial magnetik.
Dengan adanya medan magnetik statik yang memproduksikan spin polarisasi, sinyal
frekuensi radio yang tepat bisa menginduksikan sebuah transisi diantara spin. Spin Flip
tersebut akan menempatkan beberapa spin di tingkatan energi yang paling tinggi. Jika radio
sinyal dimatikan, akan terjadi relaksasi yang mengembalikan spin ke tingkatan yang rendah
dan memproduksikan sejumlah RF sinyal di frekuensi resonansi dengan spin flip. Sehingga
dari proses tersebut kita dapat mengetahui dan mengidentifikasi struktur senyawa dan rumus
bangun senyawa molekul organik. Sehingga NMR ini sudah banyak digunakan dalam dunia
medis. Tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, NMR ini sudah
merambah dalam dunia industri khususnya pada minyak dan gas. Pengukuran NMR tersebut
digunakan untuk mengetahui parameter-parameter petrofisika, seperti porositas,
permeabilitas, dll untuk kegiatan ekplorasi minyak dan gas.
Berikut merupakan prinsip-prinsip yang digunakan untuk pengukuran NMR :
1. Nuclear Magnetism
Nuclear magnetic resonance dihasilkan dari respons inti atom ke medan magnet. Inti
atom memiliki moment magnetik dan momentum angular yang disebut dengan spin. Dengan
adanya medan magnet eksternal, maka inti atom akan bergerak sesuai arah dari medan
magnet eksternal. Ketika spin inti magnetik tersebut berinterkasi dengan medan magnet
eksternal makan akan menghasilkan sinyal yang dapat dihitung.
Perhitungan NMR dapat menggunakan berbagai inti atom dari masing-masing atom.
Bagi inti atom yang di ada di bumi, sinyal magnetik nuklir yang di induksikan dengan medan
magnet eksternal sangat kecil jika di deteksi dengan NMR. Tetapi, hidrogen yang hanya
memiliki satu proton dan tidak memiliki neutron, mempunyai momen magnetik yang relatif
besar dan memproduksi sinyal yang kuat. Sehingga hampir semua pengukuran NMR logging
dan NMR yang mengidentifikasi fisika batuan bergantung pada respons inti atom hidrogen.
Hal tersebut dikarenakan inti atom dari hidrogen adalah proton, yang bisa berasosiasi
dengan momentum angular atau spin. Tetapi, ketika hidrogen atom ada dan tidak adanya
eksternal medan magnetik, inti hidrogen akan berputar secara acak. Sehingga dari prinsip
nuclear magnetism dapat disimpulkan bahwa dengan adanya inti magnetik yang berasosiasi
dan berinterkasi dengan medan magnet eksternal maka akan menghasilkan sinyal yang dapat
dihitung dengan pengukuran NMR.
2. Polarization
Langkah pertama untuk menghitung NMR dengan prinsip polarisasi adalah dengan
meluruskan inti atom dengan medan magnetik statis. Ketika medan magnetik atau Bo di
gunakan pada inti magnetik, maka Bo akan mendesak gaya torsi pada inti atom untuk
meluruskan sumbu putaran dengan Bo. Ketika gaya tori diterapkan untuk memutarkan objek,
dan Bo diterapkan ke inti atom magnetik, inti atom magnetik tersebut bergerak sejajar sekitar
medan magnet Bo, dan ini disebut dengan Larmor frekuensi :
f=
Bo
2
Gambar 1. Sebelah kiri ketika satu inti atom berada pada medan magnetik eksternal,
dan gambar sebelah kanan ketika beberapa inti atom yang berputar mengalami tingkatan
energi.
Seperti pada gambar di atas, energi pada proton bergantung pada orientasi arah sumbu
putar proton dengan arah dari medan magnet eksternal. Ketika arah sumbu putar paralel
dengan medan magnet, maka proton akan mengalami energi yang rendah, sedangkan arah
sumbu putar tidak paralel dengan medan magnet maka akan mendapatkan energi yang besar.
Ketika terdapat banyak proton yang bergerak ke medan magnet eksternal maka akan banyak
yang bergerak dengan arah paralel dibandingkan dengan anti paralel. Perbedaan antara
jumlah proton yang bergerak secara paralel maupun anti paralel akan mendukung untuk
memproduksikan sinyal yang akan ditangkap oleh NMR dan MRI. Ketika terdapat banyak
proton yang bergerak pada medan magnet eksternal, maka kita dapat menghitung nilai
magnet bulk yaitu :
Setelah proton berada pada medan magnet statik, maka proton tersebut akan
terpolarisasi. Tetapi polarisasi tidak berlangsung begitu saja, polarisasi akan terjadi sejalan
dengan perubahan waktu atau waktu relaksasi sesuai dengan persamaan berikut :
Setiap fluida seperti air, minyak,dan gas memiliki masing-masing waktu relaksasi
untuk terpolarisasi yang berbeda-beda.
3. Pulse Tipping and Free Induction Decay
Langkah kedua dalam proses pengukuran NMR adalah menambahkan nilai
kemagnetan pada ujung dari arah longitudinal menuju ke arah transversal. Penambahan ini
diterapkan pada osilasi medan magnet (B1) sejajar dengan (Bo) medan magnet statik. Agar
efektif, frekuensi B1 harus sama dengan frekuensi Larmor. Sebuah osilasi medan magnet
yang berinteraksi seperti gambar dibawah ini. Dari pandangan mekanika kuantum, jika
proton berada pada tingkatan energi yang rendah, maka akan menyerap energi pada B1 dan
berpindah ke tingkatan energi yang tinggi. Penerapan B1 juga disebabkan karena proton
bergerak dalam satu fase dengan yang lainnya. Sehingga menyebabkan adanya perubahan
tingkatan energi dan disebut dengan nuclear magnetic resonance.
Pada level makroskopik, resonansi hasil dari penambahan nilai kemagnetan juga
dapat diketahui besar sudut dari penambahan tersebut, yaitu :
4. Spin-Echo Detection
Saat proton tidak koheren lagi dalam fasenya yang disebabkan oleh tidak
homogennya medan magnet statik maka proses tersebut akan memiliki tanda-tandanya. Saat
itu nilai kemagnetan proton vektor pada transversal akan kembali pada fase ketika 180. Fase
dari B1 akan berubah menjadi . Akibatnya, fase dari nilai magnet akan mengecil. Saat
itulah free induction decay dapat di deteksi.