1. Teori Anatomi
2. Teori Pengendalian
Teori ini muncul bahwa perilaku menyimpang pada dasarnya dipengaruhi oleh
dua faktor.
a. Pengendalian dari dalam yang berupa norma-norma yang dihadapi.
b. Pengendalian yang berasal dari luar, yaitu imbalan sosial terhadap
konformitas
dan sanksi atau hukuman bagi masyarakat yang melanggar norma tersebut.
Untuk mencegah agar perilaku menyimpang tidak berkembang lagi maka
perlunya masyarakat melakukan peningkatan rasa keterikatan dan kepercayaan
terhadap lembaga dasar masyarakat. Semakin kuat ikatan antara lembaga dasar
dengan masyarakat, akan semakin baik karena bisa menghayati norma sosial
yang
dominan yang berlaku dalam masyarakat.
4. Teori Sosialisasi
Menurut para ahli sosiologi, munculnya perilaku menyimpang pada teori ini,
a Konformitas
Konformitas merupakan suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilainilai budaya dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut. Contoh : seseorang
yang ingin lulus tes Calon Pegawai Negeri Sipil tidak memakai joki atau contek,
tetapi dengan cara belajar sungguh-sungguh. Belajar merupakan cara untuk
mencapai tujuan-tujuan yang disetujui dan sudah melembaga dalam
masyarakat, sedangkan menjadi PNS merupakan tujuan yang sesuai dengan nilai
budaya. Sikap konformitas ini bukan merupakan keadaan anomis.
b. Inovasi
Inovasi merupakan suatu sikap menerima tujuan yang sesuai dengan nilai
budaya, tetapi menolak cara-cara yang melembaga untuk mencapai tujuan.
Contoh:
masyarakat mendorong semua anggota masyarakat untuk memperoleh
kekayaan
yang melimpah. Namun, kenyataannya hanya beberapa orang yang berhasil
memperoleh dengan menggunakan cara-cara yang disetujui. Mereka melihat
betapa
kecilnya kemungkinan untuk berhasil jika mematuhi peraturan, maka mereka
berupaya untuk melanggar peraturan yang ada misalnya korupsi.
c. Retualisme
Retualisme merupakan sikap menerima cara-cara yang melembaga, tetapi
menolak tujuan-tujuan kebudayaannya. Contoh sikap seenaknya dan
berbincangbincang
dengan temannya pada waktu upacara. Hal ini menandakan bahwa ia telah
melupakan makna upacara.
d. Pengasingan
Pengasingan diri merupakan sikap yang menolak tujuan maupun cara-cara
untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai budaya. Contoh :
seseorang
yang menjadi pemabuk berat karena frustasi, sehingga dia tidak memperhatikan
keluarga, dan pekerjaan. Ia mengasingkan diri dari kehidupan masyarakat
normal.
e. Pemberontakan
Pemberontakan merupakan sikap yang menolak tujuan dan cara-cara yang
melembaga dan berupaya menggantikannya dengan tujuan dan cara baru atau
lain.
Contoh: kaum revolusioner.
BENTUK BENTUK PENYIMPANGAN
1. Penyimpangan Primer
Penyimpangan ini hanya bersifat sementara dan tidak diulang kembali. Individu
yang melakukan penyimpangan ini masih tetap sebagai orang yang dapat
diterima
secara sosial. Jadi, gaya hidupnya tidak didominasi oleh pola perilaku
menyimpang.
2. Penyimpangan Sekunder
Seseorang secara khas memperlihatkan perilaku me-nyimpang dan secara
umum dikenal sebagai seseorang yang menyimpang. Masyarakat tidak
menginginkan individu semacam ini.
Ciri-ciri penyimpangan sekunder sebagai berikut:
a. masyarakat tidak bisa menerima individu semacam itu ,
b. masyarakat umum telah mengetahuinya, dan
c. gaya hidupnya didominasi oleh perilaku menyimpang
Contoh seorang pemabuk yang hidup di tengah masyarakat yang antimabuk,
pembunuhan, dan penodongan.
3. Penyimpangan Individu
Apabila seseorang melakukan penyimpangan dari sub-kebudayaan yang telah
mapan dan nyata-nyata menolak norma-norma tersebut, maka ia disebut
sebagai penyimpang individual. Ciri-ciri penyimpangan individu sebagai berikut:
a. bertindak sendirian,
b. tidak merencanakan penyimpangan dengan siapa pun
Contoh: pembunuhan yang dilakukan
sendiri, atau mencuri seorang diri.
4. Penyimpangan Kelompok
Penyimpangan kelompok adalah kegiatan yang dilakukan kelompok secara
kolektif dengan cara yang bertentangan terhadap norma-norma yang berlaku.
Contoh: gang kejahatan, sindikat terorisme, mafia. Kelompok ini mempunyai
seperangkat norma, nilai sikap, dan tradisi-tradisi tersendiri. Selaku anggota
mafia,
masing-masing berpegang teguh pada aturan main mafia.
UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYIMPANGAN SOSIAL
Penyimpangan sosial adalah satu tindakan yang melanggar nilai dan norma
sosial
sebagai akibat dari proses sosialisasi yang tidak sempurna yang dijalani individu
baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat pada umumnya. Keberhasilan
suatu proses sosialisasi bagi individu, yaitu dengan ditunjangnya peranan orang
dewasa (orang tua, guru, dan tokoh masyarakat), situasi, media sosialisasi, dan
sarana
prasarana penunjang lainnya.
interaksi sosial. Seperti adanya larangan merokok untuk anak atau siswa, akan
tetapi
yang melarangnya yaitu orang tua atau guru, setiap harinya merokok, dan tentu
saja
larangan tersebut dianggap tidak adil bagi si anak tersebut, sebagai akibatnya
larangan
tersebut dilanggarnya. Upaya peranan orang dewasa dalam pencegahan dan
pengendalian penyimpangan dapat dilakukan dengan cara mendidik, mengajak,
memberi contoh, dan bahkan memaksa melalui bentuk teguran, pendidikan,
ajaran
agama, hukuman.
RANGKUMAN
1. Perilaku menyimpang adalah semua tindakan yang menyimpang
norma-norma yang berlaku
dalam suatu sistem sosial.
2. Proses pembentukan perilaku menyimpang:
a. Perilaku menyimpang sebagai akibat proses sosialisasi
yang tidak sempurna.
b. Perilaku menyimpang sebagai hasil proses sosialisasi nilainilai sub kebudayaan menyimpang.
3. Tipologi adaptasi individu dari Merton meliputi, konformitas, inovasi,
retualisme,
pengasingan diri dan pemberontakan.
4. Bentuk-bentuk penyimpangan:
a. Penyimpangan primer, penyimpangan yang sifatnya sementara dan
tidak diulang-ulang.
b. Penyimpangan sekunder, perilaku yang khas memperlihatkan perilaku
menyimpang dan secara umum dikenal sebagai seseorang yang
menyimpang.
c. Penyimpangan individu, penyimpangan secara perseorangan.
d. Penyimpangan kelompok, kegiatan penyimpangan yang dilakukan
secara berkelompok.
5. Sifat-sifat penyimpangan:
a. Penyimpangan yang bersifat positif.
b. Penyimpangan yang bersifat negatif.
6. Bentuk-bentuk perilaku menyimpang:
a. Perilaku penyimpangan seksual.
b. Penyalahgunaan narkotika.
c. Kenakalan remaja.
d. Perkelahian pelajar.
7. Agar penyimpangan sosial dapat berkurang dibutuhkan pengendalian sosial.
Pengendalian sosial dapat terwujud dalam bentuk hukuman, kompensasi, terapi,
dan
konsiliasi