Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PRAKTIKUM KELISTRIKAN PERTANIAN

RANGKAIAN KAPASITIF DAN INDUKTIF

Kelompok

: 2 (satu) Shift A2

Hari, Tanggal Praktikum

: Senin, 26 September 2011

Asisten

:1. Diki
2. Bakti Priandi

Anggota

: Bobby A Palem

(240110090033)

Rommy A Mirhadi

(240110090034)

Adinda Nurfadillah

(240110090035)

Ramdhani Pratama H (240110090036)


Primayoga Harsana S (240110090037)

LABORATORIUM INSTRUMENTASI DAN ELEKTRONIKA


TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2011

DAFTAR ISI

Daftar Isi ...........................................................................


Bab I Pendahuluan
1.1 LatarBelakang ........................................................
1.2 Tujuan ..................................................................
Bab II Tinjauan Pustaka
2.1 Arus bolak-balik (a.c.) dan Voltase Dd
2.2 Harga rms
2.3 Reaktansi (Reactance)
2.4 Reaktansi Induktif
2.5 Reaktansi kapasitif
2.6 Impedansi.
Bab III Metodologi Praktikum
3.1 Alat dan Bahan ...............................................................
3.2 Prosedur Praktikum ........................................................
Bab IV Hasil
Bab V Pembahasan
5.1 Bobby A Palem
5.2 Rommy A Mirhadi..
5.3 Adinda Nurfadillah..
5.4 Ramdhani Pratama H
5.5 Primayoga Harsana S.
Bab VI Kesimpulan dan Saran
6.1 Bobby A Palem
6.2 Rommy A Mirhadi.
6.3 Adinda Nurfadillah.
6.4 Ramdhani Pratama H..
6.5 Primayoga Harsana S..
Daftar Pustaka
Lampiran

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penggunaan alat-alat kelistrikan dalam industri pertanian sangatlah
dibutuhkan, oleh karena itu kita perlu mengetahui jenis serta fungsi dari alatalat kelitrikan tersebut.
Kondensator (Capasitor) adalah suatu alat yang dapat menyimpan
energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan
internal dari muatan listrik. Kondensator kini juga dikenal sebagai "kapasitor",
namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.
Pada aliran arus AC, dimana kaidah penjumlahan tidak bisa secara
aljabar, tetapi bardasarkan vektor. Oleh karena itu kita perlu membuktikan
bagaimana penjumlahan tegangtan yang terjadi pada arus tersebut. Penggunaan
kapasitor pada sebuah rangkaian yang diaplikasikan dengan menggunakan sebuah
resistor yang dilakukan pada arus AC merupakan salah satu alternatif untuk
mengetahui sifat sebuah alat listrik, dimana pada praktikum kali ini dilakukan
untuk menghitung reaktansi kapasitif suatu kapasitor karena adanya perbedaan
tegangan dan reaktansi induktif karena adanya perbedaan arus listrik yang
mengalir.

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah:
a. Menentukan reaktansi suatu kapasitor pada rangkaian kapasitif.
b. Menentukan reaktansi suatu induktor pada rangkaian induktif.
c. Menentukan impedansi rangkaian kapasitif dan rangkaian induktif.
d. Menentukan arus yang mengalir pada rangkaian kapasitif dan rangkaian
induktif.
e. Mampu menafsirkan diagram dengan menggunakan diagram fasor
f. Menentukan daya efektif rangkaian kapasitif dan rangkaian induktif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Arus bolak-balik (a.c.) dan Voltase


Pada rangkaian searah, dc (direct current) polaritasnya selalu sama;
potensialnya selalu tetap positif pada satu sisi dan negative di sisi lain, dan arus
selalu mengalir pada arah yang sama. Sedang pada rangkaian a.c.( alternating
circuit) polaritasnya berbolak-balik dan berosilasi secara cepat. Untuk sistem daya
di Indonesia, frekuensi a.c. adalah 50 hertz (Hz) atau 50 siklus per detik, artinya
arah voltase dan arus berbolik-balik 50 kali setiap detik
Dalam penggunaan a.c. dimungkinkan menaikkan ataupun menurunkan
tegangan dengan transformator dengan jaminan keselamatan. Sedangkan d.c.
meskipun memungkinkan pengubahan voltase namun memerlukan peralatan yang
lebih rumit dan mahal.
Osilasi voltase dan arus pada sistem a.c. dimodelkan dalam kurva
sinusoidal, artinya secara matematika dideskrepsikan sebagai fungsi trigonometri
sin atau cosin. Pada fungsi ini waktu tidak bersatuan detik atau menit tetapi dalam
satuan sudut (angle).

Gambar. 1. Fungsi sinus f(t) = A sin (t) vs sudut/waktu

Parameter dari fungsi sinusoidal adalah :


1. Amplitudo; harga maksimum atau ketinggian kurva.(total jarak adalah dua kali
amplitudo).
2. Frekuensi ; jumlah asilasi total per unit waktu ( bisa pula diterjemahkan sebagai
kebalikan frekuensi , yaitu periode)
3. Phase; mengindikasikan starting point dari kurva sinusoid, dengan kata lain
sudut phase menspesifikasikan suatu sudut dimana kurva didepan atau dibelakang
dari waktu seharusnya mulai, yaitu nol. Phase disimbolkan dengan huruf (phi
kecil).
Frekuensi sebagai fungsi sinusoidal sering disebut sebagai angular
frequency (radian/detik). Disimbolkan dengan huruf (omega kecil). Misalkan
frekuensi 60 Hz , maka :
= 60 siklus/detik x 2 radian/siklus = 377 rad/detik
Arus bolak-balik sebagai fungsi waktu dapat dituliskan sebagai fungsi sinusoidal :
I(t) = Imax (sin t + I)
Kuantitas Imax adalh harga maksimumnya atau amplitude arus. Arus akan
berosilasi antara harga Imax dan Imax. waktu dalam detik dikalikan angular
frekuensui memberikan satuan radian.

Gambar 2. sinusoida arus bolak-balik tanpa penambahan phase

Gambar 3. sinusoida arus bolak-balik dengan penambahan phase

Sama seperti arus, maka voltase dituliskan sebagai :


V(t) = Vmax (sin t + V)
Subscripts pada phase menunjukkan bahwa arus dan voltase berbeda phase.

2.2 Harga rms


Harga rms sebenarnya adalah harga rata-rata. Karena kurva sinusoidal
terdiri dari positif pada separoh bagian dan negative pada separoh yang lain, maka
harga rata-ratanya NOL, untuk itu digunkan rms (root mean square).
rms =

1
1
=
= 0,707
2
2

Gambar 4. Penurunan harga rms

2.3 Reaktansi (Reactance)


Review hukum Ohm :
V=IxR
V= tegangan
I = arus
R = resistan = .l/A-----properti dari suatu material atau
komponen electrik untuk menghambat aliran arus searah.

Sedangkan reaktan adalah property suatu komponen untuk mempengaruhi voltase


dan arus bolak-balik. Ada dua tipe reaktansi, yaitu reaktansi induktif dan reaktansi
kapasitif. Sedangkan gabungan kombinasi reaktansi dan resistansi yang
mendeskrepsikan kondisi keseluruhan dari komponen dalam rangkaian disebut
impedansi (impedance). Reaktansi, resistansi dan impedansi semua bersatuan
Ohm ().

2.4 Reaktansi Induktif


Peralatan induktif adalah lilitan kawat, disebut induktor atau solenoid.
Fungsinya berdasar bukti fisik bahwa arus memproduksi suatu medan magnet
disekelilingnya (right hand rule). Penjumlahan medan dapat diperkuat dengan

memasukkan material berpermeabilitas tinggi (sebagai contoh

besi) kedalam

lilitan; hal inilah bagaimana elektromagnet terbentuk.

Gambar 5. Dasar induktor atau solenoid

Gambar 6. Arus tertinggal 90o dari voltase. Fungsinya V(t) = Vmax (sin t ) dan
I(t) = Imax (sin t /2)
Ketika lilitan kawat ini ditempatkan pada rangkaian a.c., fakta fisik kedua
adalah perubahan medan magnet pada kawat induktor menginduksi suatu arus
untuk mengalir melalui kawat ini. Karena medan magnet berubah secara kontinu
maka akan menginduksi arus yang lain di dalam kawat. Arus induksi ini
proportional dengan perubahan medan magnet. Arah arus induksi ini berlawanan
dengan arus yang memproduksi medan magnet. Akibatnya akan membuat arus
tertinggal (lagging) dibelakang tegangan sejauh seperempat siklus atau 900.

Efek dari induktor pada rangkaian a.c. diekpresikan oleh reaktansinya,


ditulis XL. Reaktansi induktif adalah hasil frekuensi angular a.c. dan induktansi
(L, bersatuan henry (H) )
XL = .L
Penurunan tegangan (V) melalui suatu induktor adalh hasil perkalain
induktansinya L dan laju perubahan arus I melaluinya.
V=L

I
t

2.5 Reaktansi kapasitif


Tipe reaktansi yang lain adalah reaktansi kapasitif. Komponen dasar
kapasitif adalah kapasitor. Suatu kapasitor terdiri dari dua permukaan penghantar
atau plat yang saling berhadapan dan dipisahkan oleh gap kecil. Plat ini dapat
membawa muatan listrik dengan pengisian yang berlawanan. Dengan pengisian
yang berlawanan pada plate berbeda, sangat dekat tapi tidak menyentuh,
memungkinkan mengumpulkan muatan yang besar pada masing-masing plat.

Gambar 7. Konsep dasar kapasitor

Reaktansi kapasitif ditulis X atau XC, yang merupakan hasil perkalian frekuensi
angular dan kapasitansi, yang ditulis dengan C dan bersatuan farad (F).
XC = -

1
C

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa besarnya reaktansi kapasitif


(abaikan tanda negative) meningkat seiring menurunnya dan kapasitansi (C).
Hal ini dikarenakan penurunan kapasitansi berarti bahwa plat-plat tersebut

berkurang efektifitasnya dalam mendukung medan listrik untuk mentransmisikan


segala sesuatu. Tanda negative menunjukkan effek yang berlawanan terhadap
induktor. Artinya, jika induktif dan kapasitif saling ditambahkan, mereka akan
cenderung mentiadakan. Seperti halnya di induktor, suatu kapasitor akan
menyebabkan perbedaan phase antara arus dan voltase dalam rangkaian a.c. Suatu
kapasitansi murni menyebabkan arus mendahului (leading) voltase 900.

Gambar. 8. Arus mendahului voltase 90o


Analog dengan induktor, terdapat persamaan hubungan antara arus, voltase untuk
kapasitor, yaitu :
I =C

V
t

2.6 Impedansi.
Dituliskan sebagai Z, merupakan kombinasi antara reaktansi dan
resistansi namun bukan merupakan penjumlahan antara R dan X. Z adalah
penjumlahan vector antara R dan X pada bidang complex, dimana bagian realnya
adalah R dan bagian imajinernya adalah X.
Z = R + jX

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan bahan percobaan:


1. Breadboard
2. Kabel Penghubung
3. Signal generator
4. Multimeter
5. Hambatan 40 Ohm
6. Kapasitas 4,7 F dan 1f
7. Induktor 0,5 mH dan 1 mH

3.2 Prosedur Percobaan:


A. Rangkaian AC seri.
1. Pasang Komponen k-47 ohm dan c-47 F secara seri pada gambar
1 rangkain rc seri.
2. Siapkan generator dengan keluaran sekitar 6 volt dengan frekuensi
500hz (sebagai sumber tegangan simunoidal) dan hubungkan
dengan rangkain RC seri.
3. Ukur tegangan pada R.C dan pada RC dengan multimeter tegangan
AC.
4. Ulangi percobaan diatas memakai komponen R-47 Ohm dan C1f.
B. Rangkaian RL seri
1. Pasang komponen R-47 ohm dan L-O,5 mF secara seri pada
gambar 1 rangkaian RL seri.
2. Siapkan Signal generator dengan keluaran seklitar 6 volt dengan
frekuensi 500Hz (sebagai sumber tegangan simunoidal) dan
hubungkan dengan rangkaian RC seri.
3. Ukur tegangan pada R.L dan pada RL dengan multimeter tegangan
AC.
4. Ubah frekuensi dengan 1000Hz dan ulangi langkah 1 sampai 3.

5. Lepas Induktor dari rangkaian dan ukur hambatan dalam induktor


dengan memakai multimeter pada pengukuran hambatan.
6. Ulangi percobaan diatas dengan memakai komponen R-7 ohm dan
L-1 F

BAB IV
HASIL

A. Rangkaian RC seri
1.

Frekuensi 500 Hz
R

VR

VC

VS=VRC

() (F)

(V) (V) (V)

47

0,1

4,7

0,4

0,6

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

82,44

7,27 x 10-3

75,96

3,6 x 10-4

Perhitungan

a) R : 47 dan C: 5,6 F
Xc :
Xc : (

)(

Xc : 67,77
Z2 : R2 + XC2
Z :
Z : 82,44
I

Tan

:
:
: 75,96o

Pmaks : VR x I
Pmaks : 0,1 x 7,27.10-3
Pmaks : 7,27.10-4 Watt
Peff : 0,5 x VR x I
Peff : 3,6.10-4 Watt
Diagram Fasor
75,96o

2.

Frekuensi 1000 Hz
R

VR

VC

VS=VRC

() (F)

(V) (V) (V)

47

0,1

4,7

0,1

0,3

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

57,93

5,18 x 10-3

45

2,59 x 10-4

Perhitungan
b) R : 47 dan C: 4,7 F
Xc :
Xc : (

)(

Xc : 33,86
Z2 : R2 + XC2
Z :
Z : 57,93
I

Tan

:
:
: 45o

Pmaks : VR x I
Pmaks : 0,1 x 5,18.10-3
Pmaks : 5,18 x 10-4
Peff

: 0,5 x VR x I

Peff

: 2,59 x 10-4

Diagram Fasor
45o

B. Rangkaian RL seri
1.

Frekuensi 500 Hz
R

VR

VL

VS=VRL

() (F)

(V) (V) (V)

47

0,1

0,8

1,3

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

47,19

0,0275

3,79

0,166

Perhitungan
c)

R : 47 dan L: 1 mF
XL :
XL : 3,141
Z2 : ( R + r )2 + XL2
)

Z : (
Z : 47,19
I :
I : 0,0275
Tan

:(

: 3,79

Pmaks : ( VR + Vr ) x I
Pmaks : (

Pmaks : (

Pmaks : 0,3319
Peff : 0,5 x ( VR + Vr ) x I
Peff : 0,166
Diagram Fasor

3,79O

2.

Frekuensi 1000 Hz
R

()

(F)

47

VR

VC

VS=VRC

(V) (V)

(V)

0,1

1,1

1,1

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

47,51

0,0316

7,54

0,131

Perhitungan
d) R : 47 dan L: 1 mF
XL :
XL : 6,283
Z2: ( R + r )2 + XL2
)

Z : (
Z : 47,51
I:
I : 0,0316
Tan

:(
: 7,524

Pmaks : ( VR + Vr ) x I
Pmaks : (
Pmaks : (

)
)

Pmaks : 0,2631
Peff : 0,5 x ( VR + Vr ) x I
Peff : 0,131
Diagram Fasor

7,524o

Bobby A Palem
240110090033
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan membuat rangkaian RC seri dan RL seri.
Resistor yang digunakan pada kedua rangkaian tersebut sebesar 47 . Pada
rangkaian RC, kapasitor yang digunakan adalah kapasitor 4,7 mF. Sedangkan
pada rangkaian RL, inductor yang digunakan 1 F. Namun, kedua rangkaian
tersebut sama-sama menggunakan frekuensi sebesar 500 Hz dan 1000 Hz. Secara
umum, praktikan sudah dapat membuat kedua rangkaian tersebut karena melihat
gambar yang tertera pada modul. Namun, pemahaman mengenai perbedaan antara
keduanya, fungsi kedua rangkaiannya, dan konsep mengenai hal tersebut belum
sepenuhnya dipahami.
Perbandingan data pada rangkaian RC seri
1. Frekuensi 500 Hz
R

VR

VC

VS=VRC

() (F)

(V) (V) (V)

47

0,1

4,7

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

0,4

0,6

82,44

7,27 x 10-3

75,96

3,6 x 10-4

VC

VS=VRC

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

57,93

5,18 x 10-3

45

2,59 x 10-4

2. Frekuensi 1000 Hz
R

VR

() (F)

(V) (V) (V)

47

0,1

4,7

0,1

0,3

Dari kedua tabel di atas, maka terdapat beberapa perbedaan hasil yang
disebabkan oleh perbedaan frekuensi, di antaranya :
-

Pada nilai VC dan VS terjadi penurunan saat frekuensi dinaikkan dua kali lipat.
Besar penurunannya yang terjadi yaitu pada saat 500 Hz VC = 0,4 V, VS = 0,6 V,
Z = 82,44 , I = 7,27 x 10-3 A, dan Peff = 3,6 x 10-4 W menjadi VC = 0,1 V, VS =
0,3 V, Z = 57,93 , I = 5,18 x 10-3 A, dan Peff = 2,59 x 10-4 W pada saat dinaikkan
frekuensinya menjadi 1000 Hz.

Pada sudut (), perbedaan yang terjadi signifikan, yaitu dari 75,960 pada frekuensi
500 Hz menjadi 450 pada frekuensi 1000 Hz.

Perbandingan data pada rangkaian RL seri


1. Frekuensi 500 Hz
R

VR

VL

VS=VRL

() (mF)

(V) (V) (V)

47

0,1

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

0,8

1,3

47,19

0,0275

3,79

0,166

VC

VS=VRL

Z ()

I (A)

(0)

Peff(watt)

47,51

0,0316

7,54

0,131

2. Frekuensi 1000 Hz
R

VR

() (mF)

(V) (V) (V)

47

0,1

1,1

1,1

Hampir sama dengan rangkaia RC seri, data pada Rangkaian RL seri ini
pun mengalami perubahan nilai karena pengaruh penambahan frekuensi. Di
antaranya :
-

Terjadi perbedaan yang tidak terlalu signifikan saat frekuensi dinaikkan dua kali
lipat. Besar perbedaan yang terjadi yaitu pada saat 500 Hz VL = 0,8 V, VS = 1,3
V, Z = 47,19 , I = 0,0275 A, dan Peff = 0,166 W menjadi VC = 1,1 V, VS = 1,1
V, Z = 47,51 , I = 0,0316 A, dan Peff = 0,131 W pada saat dinaikkan
frekuensinya menjadi 1000 Hz.

Pada sudut (), perbedaan yang terjadi tidak signifikan, yaitu dari 3,790 pada
frekuensi 500 Hz menjadi 7,540 pada frekuensi 1000 Hz.

Ketika pengukuran, terjadi beberapa kebingungan, seperti :


-

Pada rangkaian RC seri, di tabel, tertulis bahwa Vs = VRC . Namun, ternyata jika
diukur langsung dengan multimeter, hasilnya tidak akan sama. Nilai Vs pada
multimeter lebih kecil dibandingkan nilai Vs dari VRC. Hal ini juga terjadi pada
rangkaian RL seri, di table tertulis bahwa Vs = VRL. Namun, ternyata jika diukur
dengan multimeter, hasilnya tidak akan sama

Pada rangkaian RC seri, rumus kuat arus (I) adalah Vs/Z = VR/R = VC/XC. Namun,
ternyata ketika kami mencoba ketiga rumus tersebut, hasilnya tidaklah sama, dan
perbedaannya pun cukup jauh. Hal ini juga terjadi pada rangkaian RL seri. Pada

modul, tertulis bahwa rumus kuat arus (I) adalah Vs/Z = VR/R = VL/XL . Hal ini
akan berpengaruh terhadap nilai sudut (), Pmaks dan Peff.
Hal tersebut kemungkinan terjadi karena angka yang ditampilkan oleh
multimeter selalu berubah-ubah, sehingga pengamat sedikit kesulitan untuk
menentukan angka yang dianggap relative konstan. Maka dari itu, pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diambil nilai rata-ratanya agar menghasilkan
nilai yang mendekati sama.

Adinda Nurfadillah
240110090035
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam praktikum kedua ini yang berjudul Rangkaian Kapasitif dan


Induktif, praktikan di intruksikan untuk membentuk rangkaian RC dan RL dalam
bentuk seri.
Dalam rangkaian RC seri, praktikan memasang komponen R= 47 dan C= 4,7F
seperti rangkaian RC seri yang terdapat pada modul yang diberikan oleh asisten.
Lalu, hubungkan dengan signal generator yang telah disesuakan keluarannya
sekitar 2 volt dan frekuensi 500 Hz.
Setelah melakukan yang di intruksikan, praktikan mengukur R,C dan RC
dengan multimeter tegangan AC. Namun ternyata terjadi perbedaan hasil antara
pengukuran menggunakan multimeter dengan hasil perhitungan yang dilakukan
oleh praktikan.
Dalam rangkaian RL seri, praktikan memasang komponen R= 47 dan L=
15mH secara seri seperti gambar yang tertera pada modul praktikum. Hubungkan
rangkaian dengan signal generator yang keluarannya 2 volt dan frekuensi 500Hz
sebagai sumber tegangan Sinusoidal. Lalu, praktikan mengukur tegangan R,L dan
RL dengan multimeter.
Setelah mencatat hasilnya sesuai dengan tabel hasil diatas, praktikan
mengubah frekuensi dengan 1000Hz dan diulangi hingga 3 kali untuk mengukur
rata-rata nilainya. Praktikan melepaskan induktor dari rangkaian dan mengukur
hambatan dalam induktor dengan menggunakan multimeter.
Perhitungan hasil yang didapatkan kembali berbeda dari perhitungan yang
dilakukan. Hal ini dikarenakan perhitungan multitester yang berbeda-beda
sehingga praktikan kesulitan menentukan nilai yang konstan.
Disimpulkan pada percobaan dan perhitungan yang menggunakan rumus
pada modul ini memiliki nilai kuat arus (I), sudut fasa (), Peff, dan diagram fasor
dari tiap rangkaian memiliki nilai yang berbeda.

Ramdhani Pratama Hakim


240110090036
BAB V
PEMBAHASAN

Dalam praktikum kedua ini yang berjudul Rangkaian Kapasitif dan


Induktif, sebelumnya praktikan diharapkan untuk memahami konsep rangkaian
listrik secara kapasitif dan induktif kemudian praktikan di intruksikan untuk
membentuk rangkaian RC dan RL dalam bentuk seri.
Dalam rangkaian RC seri, praktikan memasang komponen R= 47 dan C= 4,7F
seperti rangkaian RC seri Kemudian kami

menghubungkan

dengan signal

generator yang telah disesuakan sekitar 2 volt dan frekuensi 500 Hz.
Setelah itu kemudian kami mengukur RC dan RC dengan multimeter
tegangan AC. Namun hasil yang diperoleh secara menggunakan multimeter
berbeda dengan hasil pengamatan secara langsung.
Dalam rangkaian RL seri, kemudian kami memasang komponen R= 47
dan L= 15mH secara seri seperti gambar yang tertera pada modul praktikum yang
sebelumnya asdos berikan. Kemudian kami menghubungkan rangkaian dengan
signal generator 2 volt dan frekuensi 500Hz sebagai sumber tegangan Sinusoidal.
Lalu, kami mengukur tegangan R,L dan RL dengan multimeter.
Ketelitian dalam memasang rangkaian antara kapasitif dan induktif
perlulah diperhatikan,agar hasil atau data yang akan diperoleh benar. Selain itu
pemahaman konsep tentang rangkaian kapasitif dan induktif haruslah dikuasai
sebelum praktikum dimulai.

Bobby A Palem
240110090033
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Induktansi yang merupakan tahanan yang diakibatkan oleh adanya
induktor yang dikenal dengan istilah reaktansi induktif.
2. Besarnya reaktansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi gelombang
listrik yang menjadi input pada jaringan.
3. Pada praktikum, penambahan frekuensi baik pada rangkaian RC seri
maupun RL seri menghasilkan kenaikan dan penurunan data. Tetapi
semua

tergantung pada

kebutuhan,

salah

satunya

jika

kita

membutuhkan daya yang besar maka naikkan nilai frekuensinya.


Karena P dan f dari praktikum diatas berbanding lurus. Jika f naik
maka P juga naik.
4. Terjadi juga kenaikan dan penurunan data ketika mengganti induktor
dan kapasitor. Dan sama halnya dengan frekuensi, nilai C dan L pun
berbanding lurus dengan P.

6.2 Saran
Sebaiknya praktikan diberitahu mengenai judul praktikum yang
akan dilaksanakan selanjutnya. Hal ini dianggap perlu agar praktikan
telah mengetahui materi apa yang akan dikerjakan. Sehingga praktikan
tidak terlalu banyak bertanya dan dapat mengerjakan tugas
pendahuluan dengan baik. Selain itu, sebaiknya asisten memberi tahu
alat dan bahan yang akan digunakan sambil menunjukkannya satu per
satu agar praktikan tidak kebingungan.

Adinda Nurfadillah
240110090035
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :

Ternyata terjadi perbedaan hasil antara pengukuran menggunakan


multimeter dengan hasil perhitungan yang dilakukan oleh praktikan.

Lalu angka yang ditunjukkan oleh multimeter itu berubah-ubah atau


bisa dikatakan tidak statis sehingga terjadi kebingungan pada praktikan
dalam menentukan nilainya.

Pada percobaan dan perhitungan yang menggunakan rumus pada


modul ini memiliki nilai kuat arus (I), sudut fasa (), Peff, dan diagram
fasor dari tiap rangkaian memiliki nilai yang berbeda.

6.2

Saran

Mahasiswa hendaknya memahami terdapat materi yang akan


dipraktikan dengan terlebih dahulu membaca modul.

Mengambil data hendaknya dengan hati-hati agar data yang dihasilkan


akurat.

Segera bertanya kepada asisten apabila ada hal yang tidak dimengerti.
Menjaga fasilitas laboratorium supaya tidak terjadi kerusakan.

Ramdhani Pratama Hakim


240110090036

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya reaktansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi gelombang
listrik yang menjadi input pada jaringan.
2. Terjadinya perbedaan antara pengukuran menggunakan alat dan secara
perhitungan.
3. Induktansi yang merupakan tahanan yang diakibatkan oleh adanya
induktor yang dikenal dengan istilah reaktansi induktif.
4. Pada saat rangkaian RL seri menggunakan frekuaensi sebesar 500 Hz
nilai daya tidak terbaca samapai 8 V melainkan 6 V.

6.2

Saran
1. Sebelum

melakukan

praktikum,

praktikan

diharapkan

untuk

memahami konsep tentang rangkaian kapasitif dan induktif.


2. Ketersedian

alat

praktikum

perlu

diperhatikan,karena

akan

mempengaruhi laju praktikum.


3. Penjelasan materi praktikum dari asdos haruslah jelas dan dapat
dimengerti.

DAFTAR PUSTAKA

DOE Fundamentals Handbook Electrical Science Volume 3 of 4, U.S.


Department of Energy Washington, D.C. 20585.
Electrical and Electronic Principles and Technology, Third Edition, John Bird,
Elsevier Ltd, 2007.
Lesson In Electric Circuits, Volume II AC, Tony R. Kuphaldt, Sixth Edition,
2007.
http://www.wikipedia.org

LAMPIRAN

Gambar 1. Breadboard untuk praktikum pengisian dan pengosongan kapasitor

Anda mungkin juga menyukai