Kelompok
: 2 (satu) Shift A2
Asisten
:1. Diki
2. Bakti Priandi
Anggota
: Bobby A Palem
(240110090033)
Rommy A Mirhadi
(240110090034)
Adinda Nurfadillah
(240110090035)
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah:
a. Menentukan reaktansi suatu kapasitor pada rangkaian kapasitif.
b. Menentukan reaktansi suatu induktor pada rangkaian induktif.
c. Menentukan impedansi rangkaian kapasitif dan rangkaian induktif.
d. Menentukan arus yang mengalir pada rangkaian kapasitif dan rangkaian
induktif.
e. Mampu menafsirkan diagram dengan menggunakan diagram fasor
f. Menentukan daya efektif rangkaian kapasitif dan rangkaian induktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1
1
=
= 0,707
2
2
besi) kedalam
Gambar 6. Arus tertinggal 90o dari voltase. Fungsinya V(t) = Vmax (sin t ) dan
I(t) = Imax (sin t /2)
Ketika lilitan kawat ini ditempatkan pada rangkaian a.c., fakta fisik kedua
adalah perubahan medan magnet pada kawat induktor menginduksi suatu arus
untuk mengalir melalui kawat ini. Karena medan magnet berubah secara kontinu
maka akan menginduksi arus yang lain di dalam kawat. Arus induksi ini
proportional dengan perubahan medan magnet. Arah arus induksi ini berlawanan
dengan arus yang memproduksi medan magnet. Akibatnya akan membuat arus
tertinggal (lagging) dibelakang tegangan sejauh seperempat siklus atau 900.
I
t
Reaktansi kapasitif ditulis X atau XC, yang merupakan hasil perkalian frekuensi
angular dan kapasitansi, yang ditulis dengan C dan bersatuan farad (F).
XC = -
1
C
V
t
2.6 Impedansi.
Dituliskan sebagai Z, merupakan kombinasi antara reaktansi dan
resistansi namun bukan merupakan penjumlahan antara R dan X. Z adalah
penjumlahan vector antara R dan X pada bidang complex, dimana bagian realnya
adalah R dan bagian imajinernya adalah X.
Z = R + jX
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
BAB IV
HASIL
A. Rangkaian RC seri
1.
Frekuensi 500 Hz
R
VR
VC
VS=VRC
() (F)
47
0,1
4,7
0,4
0,6
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
82,44
7,27 x 10-3
75,96
3,6 x 10-4
Perhitungan
a) R : 47 dan C: 5,6 F
Xc :
Xc : (
)(
Xc : 67,77
Z2 : R2 + XC2
Z :
Z : 82,44
I
Tan
:
:
: 75,96o
Pmaks : VR x I
Pmaks : 0,1 x 7,27.10-3
Pmaks : 7,27.10-4 Watt
Peff : 0,5 x VR x I
Peff : 3,6.10-4 Watt
Diagram Fasor
75,96o
2.
Frekuensi 1000 Hz
R
VR
VC
VS=VRC
() (F)
47
0,1
4,7
0,1
0,3
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
57,93
5,18 x 10-3
45
2,59 x 10-4
Perhitungan
b) R : 47 dan C: 4,7 F
Xc :
Xc : (
)(
Xc : 33,86
Z2 : R2 + XC2
Z :
Z : 57,93
I
Tan
:
:
: 45o
Pmaks : VR x I
Pmaks : 0,1 x 5,18.10-3
Pmaks : 5,18 x 10-4
Peff
: 0,5 x VR x I
Peff
: 2,59 x 10-4
Diagram Fasor
45o
B. Rangkaian RL seri
1.
Frekuensi 500 Hz
R
VR
VL
VS=VRL
() (F)
47
0,1
0,8
1,3
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
47,19
0,0275
3,79
0,166
Perhitungan
c)
R : 47 dan L: 1 mF
XL :
XL : 3,141
Z2 : ( R + r )2 + XL2
)
Z : (
Z : 47,19
I :
I : 0,0275
Tan
:(
: 3,79
Pmaks : ( VR + Vr ) x I
Pmaks : (
Pmaks : (
Pmaks : 0,3319
Peff : 0,5 x ( VR + Vr ) x I
Peff : 0,166
Diagram Fasor
3,79O
2.
Frekuensi 1000 Hz
R
()
(F)
47
VR
VC
VS=VRC
(V) (V)
(V)
0,1
1,1
1,1
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
47,51
0,0316
7,54
0,131
Perhitungan
d) R : 47 dan L: 1 mF
XL :
XL : 6,283
Z2: ( R + r )2 + XL2
)
Z : (
Z : 47,51
I:
I : 0,0316
Tan
:(
: 7,524
Pmaks : ( VR + Vr ) x I
Pmaks : (
Pmaks : (
)
)
Pmaks : 0,2631
Peff : 0,5 x ( VR + Vr ) x I
Peff : 0,131
Diagram Fasor
7,524o
Bobby A Palem
240110090033
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini, praktikan membuat rangkaian RC seri dan RL seri.
Resistor yang digunakan pada kedua rangkaian tersebut sebesar 47 . Pada
rangkaian RC, kapasitor yang digunakan adalah kapasitor 4,7 mF. Sedangkan
pada rangkaian RL, inductor yang digunakan 1 F. Namun, kedua rangkaian
tersebut sama-sama menggunakan frekuensi sebesar 500 Hz dan 1000 Hz. Secara
umum, praktikan sudah dapat membuat kedua rangkaian tersebut karena melihat
gambar yang tertera pada modul. Namun, pemahaman mengenai perbedaan antara
keduanya, fungsi kedua rangkaiannya, dan konsep mengenai hal tersebut belum
sepenuhnya dipahami.
Perbandingan data pada rangkaian RC seri
1. Frekuensi 500 Hz
R
VR
VC
VS=VRC
() (F)
47
0,1
4,7
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
0,4
0,6
82,44
7,27 x 10-3
75,96
3,6 x 10-4
VC
VS=VRC
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
57,93
5,18 x 10-3
45
2,59 x 10-4
2. Frekuensi 1000 Hz
R
VR
() (F)
47
0,1
4,7
0,1
0,3
Dari kedua tabel di atas, maka terdapat beberapa perbedaan hasil yang
disebabkan oleh perbedaan frekuensi, di antaranya :
-
Pada nilai VC dan VS terjadi penurunan saat frekuensi dinaikkan dua kali lipat.
Besar penurunannya yang terjadi yaitu pada saat 500 Hz VC = 0,4 V, VS = 0,6 V,
Z = 82,44 , I = 7,27 x 10-3 A, dan Peff = 3,6 x 10-4 W menjadi VC = 0,1 V, VS =
0,3 V, Z = 57,93 , I = 5,18 x 10-3 A, dan Peff = 2,59 x 10-4 W pada saat dinaikkan
frekuensinya menjadi 1000 Hz.
Pada sudut (), perbedaan yang terjadi signifikan, yaitu dari 75,960 pada frekuensi
500 Hz menjadi 450 pada frekuensi 1000 Hz.
VR
VL
VS=VRL
() (mF)
47
0,1
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
0,8
1,3
47,19
0,0275
3,79
0,166
VC
VS=VRL
Z ()
I (A)
(0)
Peff(watt)
47,51
0,0316
7,54
0,131
2. Frekuensi 1000 Hz
R
VR
() (mF)
47
0,1
1,1
1,1
Hampir sama dengan rangkaia RC seri, data pada Rangkaian RL seri ini
pun mengalami perubahan nilai karena pengaruh penambahan frekuensi. Di
antaranya :
-
Terjadi perbedaan yang tidak terlalu signifikan saat frekuensi dinaikkan dua kali
lipat. Besar perbedaan yang terjadi yaitu pada saat 500 Hz VL = 0,8 V, VS = 1,3
V, Z = 47,19 , I = 0,0275 A, dan Peff = 0,166 W menjadi VC = 1,1 V, VS = 1,1
V, Z = 47,51 , I = 0,0316 A, dan Peff = 0,131 W pada saat dinaikkan
frekuensinya menjadi 1000 Hz.
Pada sudut (), perbedaan yang terjadi tidak signifikan, yaitu dari 3,790 pada
frekuensi 500 Hz menjadi 7,540 pada frekuensi 1000 Hz.
Pada rangkaian RC seri, di tabel, tertulis bahwa Vs = VRC . Namun, ternyata jika
diukur langsung dengan multimeter, hasilnya tidak akan sama. Nilai Vs pada
multimeter lebih kecil dibandingkan nilai Vs dari VRC. Hal ini juga terjadi pada
rangkaian RL seri, di table tertulis bahwa Vs = VRL. Namun, ternyata jika diukur
dengan multimeter, hasilnya tidak akan sama
Pada rangkaian RC seri, rumus kuat arus (I) adalah Vs/Z = VR/R = VC/XC. Namun,
ternyata ketika kami mencoba ketiga rumus tersebut, hasilnya tidaklah sama, dan
perbedaannya pun cukup jauh. Hal ini juga terjadi pada rangkaian RL seri. Pada
modul, tertulis bahwa rumus kuat arus (I) adalah Vs/Z = VR/R = VL/XL . Hal ini
akan berpengaruh terhadap nilai sudut (), Pmaks dan Peff.
Hal tersebut kemungkinan terjadi karena angka yang ditampilkan oleh
multimeter selalu berubah-ubah, sehingga pengamat sedikit kesulitan untuk
menentukan angka yang dianggap relative konstan. Maka dari itu, pengukuran
dilakukan sebanyak 3 kali, sehingga diambil nilai rata-ratanya agar menghasilkan
nilai yang mendekati sama.
Adinda Nurfadillah
240110090035
BAB V
PEMBAHASAN
menghubungkan
dengan signal
generator yang telah disesuakan sekitar 2 volt dan frekuensi 500 Hz.
Setelah itu kemudian kami mengukur RC dan RC dengan multimeter
tegangan AC. Namun hasil yang diperoleh secara menggunakan multimeter
berbeda dengan hasil pengamatan secara langsung.
Dalam rangkaian RL seri, kemudian kami memasang komponen R= 47
dan L= 15mH secara seri seperti gambar yang tertera pada modul praktikum yang
sebelumnya asdos berikan. Kemudian kami menghubungkan rangkaian dengan
signal generator 2 volt dan frekuensi 500Hz sebagai sumber tegangan Sinusoidal.
Lalu, kami mengukur tegangan R,L dan RL dengan multimeter.
Ketelitian dalam memasang rangkaian antara kapasitif dan induktif
perlulah diperhatikan,agar hasil atau data yang akan diperoleh benar. Selain itu
pemahaman konsep tentang rangkaian kapasitif dan induktif haruslah dikuasai
sebelum praktikum dimulai.
Bobby A Palem
240110090033
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
1. Induktansi yang merupakan tahanan yang diakibatkan oleh adanya
induktor yang dikenal dengan istilah reaktansi induktif.
2. Besarnya reaktansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi gelombang
listrik yang menjadi input pada jaringan.
3. Pada praktikum, penambahan frekuensi baik pada rangkaian RC seri
maupun RL seri menghasilkan kenaikan dan penurunan data. Tetapi
semua
tergantung pada
kebutuhan,
salah
satunya
jika
kita
6.2 Saran
Sebaiknya praktikan diberitahu mengenai judul praktikum yang
akan dilaksanakan selanjutnya. Hal ini dianggap perlu agar praktikan
telah mengetahui materi apa yang akan dikerjakan. Sehingga praktikan
tidak terlalu banyak bertanya dan dapat mengerjakan tugas
pendahuluan dengan baik. Selain itu, sebaiknya asisten memberi tahu
alat dan bahan yang akan digunakan sambil menunjukkannya satu per
satu agar praktikan tidak kebingungan.
Adinda Nurfadillah
240110090035
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Dari praktikum ini dapat disimpulkan bahwa :
6.2
Saran
Segera bertanya kepada asisten apabila ada hal yang tidak dimengerti.
Menjaga fasilitas laboratorium supaya tidak terjadi kerusakan.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
1. Besarnya reaktansi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi gelombang
listrik yang menjadi input pada jaringan.
2. Terjadinya perbedaan antara pengukuran menggunakan alat dan secara
perhitungan.
3. Induktansi yang merupakan tahanan yang diakibatkan oleh adanya
induktor yang dikenal dengan istilah reaktansi induktif.
4. Pada saat rangkaian RL seri menggunakan frekuaensi sebesar 500 Hz
nilai daya tidak terbaca samapai 8 V melainkan 6 V.
6.2
Saran
1. Sebelum
melakukan
praktikum,
praktikan
diharapkan
untuk
alat
praktikum
perlu
diperhatikan,karena
akan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN