Anda di halaman 1dari 174

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

PASAL 21 METODE GROSS, NET, DAN GROSS UP DAN DAMPAKNYA


TERHADAP BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)

Oleh :
SADDAM HUSSIN
NIM : 108082000162

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN


PASAL 21 METODE GROSS, NET, DAN GROSS UP DAN DAMPAKNYA
TERHADAP BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)

Oleh :
SADDAM HUSSIN
NIM : 108082000162

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H

i
1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


DATA PRIBADI
Nama

: Saddam Hussin

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 27 Oktober 1990

Agama

: Islam

Alamat

: Jl. Kalibata Utara II, No. 12 RT. 009 RW. 07,


Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan

Telepon

: 0897-9515-817

E-mail

: hidayat.saddam@gmail.com

RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun 1996-2002

: SD Negeri Kalibata 09 Pagi

Tahun 2002-2005

: SMP Negeri 182 Jakarta

Tahun 2005-2008

: SMA Negeri 79 Jakarta

Tahun 2008-2013

: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2002-2005

: Anggota Rohis SMP Negeri 182 Jakarta

Tahun 2005-2008

: Anggota Rohis SMA Negeri 79 Jakarta

Tahun 2009-2010

: Anggota Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia


(PMII)

Tahun 2009-2010

: Anggota Gerakan Peduli Anti Narkoba dan


Tawuran (GAPENTA)

Tahun 2010-2011

: Divisi Keagamaan Badan Eksekutif Mahasiswa


Fakultas Ekonomi dan Bisnis

vi
6

LATAR BELAKANG KELUARGA


Ayah

: M. Ali

Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 06 Maret 1956

Ibu

: Muzainah

Tempat, Tanggal Lahir

: Jakarta, 15 September 1965

Alamat

: Jl. Kalibata Utara II, No. 12 RT. 009 RW. 07,


Kalibata, Pancoran, Jakarta Selatan

7
vii

ANALYSIS OF ARTICLE 21 OF INCOME TAX CALCULATION


METHODES GROSS, NET AND GROSS UP AND IMPACT ON
CORPORATE INCOME TAX EXPENSE ON
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
Abstact
The purpose of this study was to examine the comparative calculation of
Article 21 by using the method of Gross, Net method, or Gross-up method was the
most efficient of the Corporate Income Tax Expense. The data used in this study is
a secondary data obtained through observation and documentation of cooperative
data in 2011. The method of analysis used in this study was a descriptive analysis
with a qualitative approach.
These results indicate that the method of calculation of Income Tax Article
21 of the most efficient is the gross-up method or the allowance of tax payable,
from the comparison of the three calculations are done, the gross-up method or
allowances for taxes payable to generating efficiencies Income Tax Agency of Rp
6.695.279.
Keywords: Income Tax of Article 21, Corporate Income Taxes, Gross Up Method.

8
viii

ANALISIS PERBANDINGAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN


PASAL 21 METODE GROSS, NET, DAN GROSS UP DAN DAMPAKNYA
TERHADAP BEBAN PAJAK PENGHASILAN BADAN
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji perbandingan perhitungan PPh
Pasal 21 dengan menggunakan Metode Gross, Metode Net, atau Metode Gross-up
yang paling efisien terhadap Beban PPh Badan. Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh melalui dokumentasi dan
observasi data koperasi pada tahun 2011. Metode analisis yang digunakan pada
penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari metode perhitungan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dengan menggunakan Metode Gross, Metode Net, atau
Metode Gross-up yang paling efisien adalah dengan metode gross-up atau
pemberian tunjangan sebesar pajak terutangnya, dari perbandingan ketiga
perhitungan yang dilakukan, metode gross-up atau pemberian tunjangan sebesar
pajak terutangnya menghasilkan efisiensi terhadap Pajak Penghasilan Badan
sebesar Rp 6.695.279.
Kata Kunci : Pajak Penghasilan Pasal 21, Pajak Penghasilan Badan, Metode
Gross Up.

ix
9

KATA PENGANTAR

Puji Syukur ALHAMDULILLAH, penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH


SWT, karena atas segala rahmat dan karunianya penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini yang berjudul Analisis Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan
Pasal 21 Metode Gross, Metode Net, dan Gross Up dan Dampaknya Terhadap
Beban Pajak Penghasilan Badan Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI).
Penulisan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar
Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1.

Kedua orang tua tercinta, ayah M. Ali dan umi Muzainah yang dengan
segala pengorbanannya dan doa restu, dukungan, nasehat, dan petunjuk dari
mereka kiranya merupakan dorongan moril yang paling efektif bagi
kelanjutan studi penulis hingga saat ini.

2.

Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.

Ibu Dr. Rini, S.E., M.Si.,Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4.

Bapak Hepi Prayudiyawan, S.E., MM, Ak selaku Sekertaris Jurusan


Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

x
10

5.

Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA selaku Dosen Pembimbing Skripsi I
yang telah bersedia memberikan waktunya yang sangat berharga untuk
membimbing penulis selama menyusun skripsi.

6.

Bapak Afif Sulfa, S.E., Ak, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan waktu, penghargaan, dan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini.

7.

Seluruh staf pengajar dan karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

8.

Seluruh pengurus dan staf karyawan Koperasi Satya Ardhia Mandiri


(KOSAMI) Angkasa Pura II, khususnya kepada bapak R. Bambang
Asrirayanto dan Ibu Reni Nurbaeni yang telah memberikan izin kepada
penulis dalam melakukan penelitian ini.

9.

Kakak-kakak tercinta Zainuddin dan Zikri, terima kasih atas bantuan dan
semangatnya, keponakan yang lucu Wafiq Akmal dan Zahira

yang

mengembalikan semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.


10. Guru-guru penulis, Ust. R. H. Syihabuddin, Ust. R. Ahmad Daerobi, Ust.
Nizar Soleh yang telah memberikan wejangan dan doanya buat penulis.
11. Sahabat pengajian Al-Islah, Az-Zidyan dan pengajian Nahwu Sorof.
12. Sahabat-sahabat Akuntansi E 2008, yang telah memberikan bantuan dan
dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini, khusunya kepada Boi,
Heri, Aweng, Bodeng, Kodi, Uci, Issan dan anak dakwah Hilda.

11
xi

13. Semua pihak yang tidak disebutkan namanya satu persatu dalam kesempatan
ini, sehingga karya sederhana ini dapat terwujud dan bermanfaat untuk
kepentingan bersama.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna karena terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran dan masukan
bahkan kritikan yang membangun dari berbagai pihak.

Jakarta, 13 Mei 2013

(Saddam Hussin)

xii
12

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI......ii
LEMBAR PENGESAHAN UJI KOMPREHENSIF.....iii
LEMBAR PENGESAHAN UJI SKRIPSI......iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI........v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.........vi
ABSTRACT......viii
ABSTRAK.........ix
KATA PENGANTAR...x
DAFTAR ISI...............xiii
DAFTAR TABEL.........xviii
DAFTAR GAMBAR.........xxii
DAFTAR LAMPIRAN.....xxiii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.1
B. Perumusan Masalah...7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian..7
1. Tujuan Penelitian.....7
2. Manfaat Penelitian.......8

13
xiii

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar-dasar Perpajakan..9
1. Pengertian Pajak...9
2. Fungsi Pajak...11
3. Asas-asas Perpajakan.12
4. Sistem Pemungutan Pajak..13
B. Pajak Penghasilan Pasal 21..15
1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21..15
2. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21...16
3. Dikecualikan dari Pemotong Pajak17
4. Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak.....18
5. Subjek Pajak PPh 21......................................20
6. Tidak Termasuk Penerima Penghasilan.22
7. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan23
8. Objek Pajak Penghasilan24
9. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21...26
10. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final....27
11. Saat Terutang PPh Pasal 21...28
12. Dasar Pengenaan Pajak..28
13. Tata Cara Menghitung PPh Pasal 21..30
14. Perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Terakhir33

xiv
14

C. Efisiensi....34
1. Efisiensi Secara Umum......34
2. Efisiensi Beban Pajak.....35
D. Perencanaan Pajak36
1. Pengertian Perencanaan Pajak36
2. Tujuan Perencanaan Pajak.36
3. Motivasi Perencanaan Pajak......37
4. Tahapan-tahapan Perencanaan Pajak.38
5. Strategi Perencanaan Pajak38
6. Perencanaan Pajak PPh Pasal 21....41
7. Metode Perhitungan PPh Pasal 21.43
8. Kepastian Hukum Metode Gross-up..................................45
9. Rumus Perhitungan Gross-up47
10. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21..48
E.

Pajak Penghasilan Badan.....51


1. Tarif PPh Badan.51
2. Contoh Perhitungan PPh Badan.....54

F.

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu..55

G. Kerangka Pemikiran.58
BAB III

METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian....60
B. Metode Penentuan Sampel...60
C. Metode Pengumpulan Data..61

15
xv

D. Metode Analisis Data.......63


1. Metode Analisis Deskriptif....63
2. Metode Analisis Kuantitatif.......63
E.
BAB IV

Operasional Penelitian.........64

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Perusahaan......66
1. Sejarah Singkat Perusahaan.......66
2. Visi dan Misi. ........66
3. Jenis Usaha Koperasi.........66
4. Permodalan Koperasi.....67
5. Struktur Organisasi.........68
B. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian .70
1. Kondisi Kinerja Perusahaan.......70
2. Kebijakan Gaji Karyawan......74
3. Sampel dan Rakapitulasi Perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 Ditanggung Karyawan, Perusahaan dan
Gross up.78
4. Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Ditanggung Karyawan,
Perusahaan, Gross up dan Analisis ke Pajak Penghasilan
(PPh) Badan.........................110

BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan................................135
B. Implikasi.....135

xvi
16

C. Saran...........................................136
DAFTAR PUSTAKA.137
LAMPIRAN-LAMPIRAN....140

xvii
17

DAFTAR TABEL

Nomor

Judul

Halaman

1.1

Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh 2011....2

2.1

Ketentuan Besarnya PTKP....33

2.2

PTKP Berdasarkan Status.33

2.3

Tarif PPh Pasal 21.34

2.4

Rumus Gross-up untuk perhitungan tunjangan


PPh Pasal 21..49

2.5

Hasil-hasil Penelitian Terdahulu...59

4.1

NERACA.70

4.2

LAPORAN LABA/(RUGI).71

4.3

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross


Bulan Januari 2011.....79

4.4

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross


Bulan Agustus 2011..80

4.5

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross


Bulan THR 2011...81

4.6

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross


Bulan Desember 2011...82

4.7

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross Bulan Januari 2011.....83

18
xviii

4.8

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross Bulan Agustus 2011...84

4.9

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross Bulan THR 201185

4.10

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross Bulan Desember 2011....86

4.11

Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011


Karyawan Tetap dan Outsourcing Metode Gross....87

4.12

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net


Bulan Januari 2011...89

4.13

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net


Bulan Agustus 2011.....90

4.14

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net


Bulan THR 2011..91

4.15

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net


Bulan Desember 2011..92

4.16

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Net Bulan Januai 2011.....93

4.17

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Net Bulan Agustus 2011..94

4.18

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Net Bulan THR 2011...95

xix
19

4.19

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Net Bulan Desember 2011..96

4.20

Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011


Karyawan Tetap dan Outsourcing Metode Net..97

4.21

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode

4.22

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode


Gross up Bulan Agustus 2011100

4.23

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode


Gross up Bulan THR 2011.101

4.24

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode


Gross up Bulan Desember 2011.102

4.25

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross up Bulan Januari 2011.103

4.26

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross up Bulan Agustus 2011104

4.27

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross up Bulan THR 2011.105

4.28

Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode


Gross up Bulan Desember 2011.106

4.29

Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011


Karyawan Tetap dan Outsourcing Metode Gross up.107

4.30

Rekapitulasi Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21


Tahun 2011.108

xx
20

4.31

Laporan Laba/(Rugi) Jika Pajak Penghasilah Pasal 21


Ditanggung Karyawan....110

4.32

Laporan Laba/(Rugi) Jika Pajak Penghasilah Pasal 21


Ditanggung Perusahaan..........115

4.33

Laporan Laba/(Rugi) Jika Pajak Penghasilah Pasal 21


Di Gross up...119

4.34

Perbandingan Perhitungan Laba/(Rugi) Tahun 2011.124

4.35

Perbandingan Efisiensi Beban Pajak Metode Gross


dan Net...132

4.36

Perbandingan Efisiensi Beban Pajak Metode Gross


dan Gross up...133

xxi
21

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Halaman

2.1

Kerangka Pemikiran....61

4.1

Struktur Organisasi.68

4.2

Struktur Organisasi Unit Bidang Usaha.69

xxii
22

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Judul

Halaman

Laporan Laba/Rugi.141

Neraca.144

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pegawai Tetap Metode Gross.145

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pegawai Tetap Metode Net....146

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pegawai Tetap Metode Gross up...147

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pegawai Outsourcing Metode Gross.....148

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pegawai Tetap Metode Net...149

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21


Pegawai Tetap Metode Gross up...150

xxiii
23

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Permasalahan Negara Indonesia setelah kemerdekaan adalah bagaimana
membangun, menumbuhkan dan mengembangkan negara ke taraf yang lebih
baik. Dimana pembangunan, pertumbuhan dan pengembangan tersebut
membutuhkan banyak dana untuk mencapai target yang diinginkan. Hal
tersebut tentunya harus diimbangi dengan adanya pemasukan-pemasukan
dana dari berbagai sumber. Sumber-sumber penerimaan negara tersebut dapat
dikelompokkan menjadi penerimaan dari sektor: pajak, kekayaan alam, bea
dan cukai, retribusi, iuran, sumbangan, laba dari Badan Usaha Milik Negara
dan sumber-sumber lain. (Erly Suandy, 20011:2). Namun, dari banyaknya
penerimaan negara tersebut sektor perpajakan lah yang paling banyak
memberikan kontribusi.
Berdasarkan siaran pers Ditjen Pajak, pada tahun 2012 ini rencana
penerimaan negara melalui sektor pajak akan memberikan kontribusi sebesar
78,74% dari rencana penerimaan negara. Sedangkan untuk realisasi
penerimaan pajak untuk tahun 2011 adalah Rp 872,6 triliun atau
mencapai 99,3% dari target sebesar Rp 878,7 triliun. Dibandingkan dengan
realisasi Tahun 2010, maka realisasi penerimaan perpajakan Tahun 2011 naik
sebesar Rp 149,3 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 20,6%.
Realisasi penerimaan tersebut terdiri dari: penerimaan Pajak Penghasilan

24

(PPh) sebesar Rp. 431,97 triliun, penerimaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) sebesar Rp. 277,73 triliun,
penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebesar Rp. 29,89 triliun.
Secara umum, keseluruhan penerimaan mengalami pertumbuhan sebesar
20,6%, terdiri dari: penerimaan PPh dengan pertumbuhan 20,84%,
penerimaan PPN dan PPnBM dengan pertumbuhan 20,45%, serta penerimaan
PBB dengan pertumbuhan sebesar 4,58%.
Dilihat dari data diatas terlihat bahwa sangat pentingnya pembiayaan
dari sektor pajak, sehingga pemerintah pun harus benar-benar memperhatikan
sektor perpajakan ini. Karena tingkat kepatuhan wajib pajak saat ini masih
sangat rendah. Dalam hal ini, pajak penghasilan yang merupakan
penyumbang terbesar dari pemasukan pajak juga masih sangat rendah.
Rendahnya tingkat kepatuhan tersebut dapat terlihat pada rasio penyampaian
SPT Tahunan PPh 2011 yang bersumber dari Ditjen Pajak seperti terlihat
pada tabel dibawah ini.
Tabel 1.1
Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh 2011
Uraian
WP terdaftar wajib SPT
SPT Tahunan PPh
Rasio Kepatuhan (%)

Badan
1.590.154
520.375
32,72

Orang Pribadi
16.104.163
8.812.251
54,72

Total
17.694.317
9.332.626
52,74

(Data Dirjen Pajak yang bersumber dari www.ortax.com)

Dari data diatas menunjukkan rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak,


yang ditandai dengan rendahnya tingkat penyampaian SPT Tahunan terutama
wajib pajak badan. Karena dapat dipahami dan dimengerti bahwa tujuan
perusahaan berbanding terbalik dengan tujuan pemerintah. Disatu sisi

25
2

pemerintah membutuhkan pajak untuk membangun negara namun disisi lain


perusahaan menganggap bahwa pajak merupakan beban yang mengurangi
keuntungan perusahaan.
Menurut Warren et.al., (2008:2) tujuan dari kebanyakan perusahaan
adalah memaksimumkan laba atau keuntungan. Laba adalah selisih antara
jumlah yang diterima dari pelanggan atas barang atau jasa yang dihasilkan
dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli sumber daya alam ataupun
pengeluaran lainnya dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut. Oleh
karena itu, perusahaan akan meningkatkan pendapatan dan menekan beban
seminimal mungkin termasuk beban pajak. Yang merupakan beban yang
harus dibayar oleh perusahaan.
Walaupun membayar pajak merupakan kewajiban setiap warga negara
yang didasarkan pada undang-undang, tapi hampir semua orang tidak senang
membayar pajak. Seperti asumsi Leon Yudkin (Harnanto dalam Chairil
Anwar Pohan, 2011:3), yaitu:
1.

Wajib Pajak selalu berusaha untuk membayar pajak yang terutang


sekecil mungkin, sepanjang hal itu dimungkinkan oleh undang-undang.

2.

Wajib Pajak cenderung untuk menyelundupkan pajak (tax evasion),


yakni usaha penghindaran pajak yang terutang secara ilegal, sepanjang
wajib pajak tersebut mempunyai alasan yang meyakinkan bahwa
kemungkinan besar mereka tidak akan ditangkap dan yakin bahwa
orang lain pun berbuat hal yang sama.

26
3

Asumsi ini dalam prakteknya biasa kita jumpai dan merupakan suatu
kecenderungan yang sulit diberantas karena sudah menyangkut aspek filosofi
dan budaya individu atau wajib pajak. Kita tentunya masih ingat dengan kasus
Asian Agri yang melakukan penggelapan pajak dengan modus antara lain
melalui penggelembungan biaya sebesar (Rp 1,5 miliar), pembengkakan
kerugian transaksi ekspor (Rp 232 miliar) dan menciutkan hasil penjualan (Rp
889 miliar). Tujuannya untuk meminimalkan profit untuk menekan beban
pajak. Akibat rekayasa tersebut negara dirugikan paling sedikit Rp794 miliar.
(www.tempo.co)
Kasus diatas merupakan cerminan dari asumsi Leon Yudkin yang
kedua, yaitu meminimalkan pajak dengan cara ilegal. Hal ini tentu tidak sesuai
dengan keinginan pemerintah yang tercermin dari slogan pajak anda
membangun bangsa, pemerintah tentunya mengharapkan peran serta dari
seluruh wajib pajak baik orang pribadi maupun badan untuk membangun
negara dengan cara membayar pajak sesuai ketentuan yang telah diatur oleh
undang-undang. Oleh karena kewajiban membayar pajak tidak dapat dihindari
oleh wajib pajak (dalam hal ini wajib pajak badan). Maka perusahaan perlu
melakukan perencanaan pajak (tax planning) atau sesuai dengan asumsi Leon
Yudkin yang pertama diatas. Perencanaan pajak (tax planning) menurut
Mohammad Zain (2005:3) adalah sebagai beikut:
Perencanaan pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha
wajib pajak atau kelompok wajib pajak sedemikian rupa sehingga utang
pajaknya, baik pajak penghasilan maupun pajak-pajak lainnya, berada dalam
posisi yang paling minimal, sepanjang hal itu dimungkinkan baik oleh
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan maupun secara
komersial.

27
4

Perencanaan pajak (tax planning) yang dapat dilakukan perusahaan


sangat banyak macamnya, antara lain perencanaan pajak (tax planning) untuk
Pajak Penghasilan Pasal 21. Menurut Pasal 21 UU PPh, Pajak Pajak
Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang
dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri. Perencanaan pajak
untuk PPh Pasal 21 merupakan hal yang sangat penting, karena selain mencari
keuntungan yang semaksimal mungkin perusahaan juga harus memperhatikan
kesejahteraan karyawannya. Karena pemberian gaji dan tunjangan yang besar
akan membuat karyawan lebih termotivasi untuk lebih giat dalam bekerja,
yang pada akhirnya membuat kinerja perusahaan akan semakin baik dan akan
meningkatkan keuntungan perusahaan itu sendiri.
Menurut Chairil Anwar Pohan (2011:91) perencanaan pajak untuk PPh
Pasal 21 setidaknya dapat dilakukan dengan memilih perhitungan PPh Pasal
21. Ada tiga metode yang dapat dipilih oleh perusahaan dalam menghitung
PPh Pasal 21, yaitu:
1.

Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh Karyawan)


Merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung
sendiri jumlah pajak penghasilannya, yang biasanya dipotong langsung
dari gaji karyawan yang bersangkutan.

28
5

2.

Net Method (PPh Pasal21 ditanggung oleh Perusahaan)


Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung
pajak karyawannya.

3.

Gross-Up Method (Tunjangan pajak yang di gross up)


Merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan
tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang
akan dipotong dari karyawan.
Dengan memilih salah satu dari perhitungan diatas diharapkan dapat

membantu perusahaan untuk meminimalkan pajak dengan cara yang legal


dan sesuai dengan peraturan yang berlaku dan juga membantu perusahaan
untuk mensejahterakan karyawannya dan memperoleh keuntungan yang lebih
besar.
Dilihat dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Eva Theresa
Ruchjana (2008) tentang upaya penghematan pajak dengan metode
perhitungan
menggunakan

gross-up,
metode

menunjukkan
penghaslan

bahwa

neto,

jika

perhitungan
dibandingkan

PPh

21

dengan

menggunakan metode gross-up maka posisi laba baik komersial maupun laba
fiskal sebelum pajak menurun atau perhitungan laba perusahaan sebelum
pajak dengan menggunakan metode gross-up lebih kecil dibandingkan
dengan menggunakan metode neto. Pajak Penghasilan Badan yang dihitung
dengan menggunakan metode gross-up akan lebih kecil dibandingkan dengan
metode neto.

29
6

Dengan uraian diatas perencanaan pajak (tax planning) PPh Pasal 21


merupakan isu penting yang menarik untuk diteliti, karena sasarannya sejalan
dengan kebutuhan perusahaan yang menitikberatkan pada peningkatan laba
dan juga sejalan dengan keinginan karyawan

yang menginginkan

kesejahteraan yang lebih baik dari perusahaan. Berdasarkan pada uraian


halaman sebelumnya, maka penelitian ini diberi judul:

Analisis

Perbandingan Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Metode Gross,


Metode Net, dan Gross Up dan Dampaknya Terhadap Beban Pajak
Penghasilan Badan Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penulisan yang diangkat di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
Manakah perhitungan PPh Pasal 21 yang paling efisien terhadap Beban
PPh Badan, apakah dengan menggunakan Metode Gross, Metode Net, atau
Metode Gross-up?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.

Tujuan Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka ditetapkan tujuan
penelitian sebagai berikut:

30
7

Untuk menguji perbandingan perhitungan PPh Pasal 21 dengan


menggunakan Metode Gross, Metode Net, atau Metode Gross-up yang
paling efisien terhadap Beban PPh Badan.
2.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini di harapkan

dapat berguna untuk:


1.

Perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan


kepada perusahaan dalam melakukan perencanaan pajak PPh Pasal 21.

2.

Bagi peneliti berikutnya, diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan


sumbangan informasi tentang perencanaan pajak PPh Pasal 21, serta
menjadi dasar atau acuan untuk dapat melakukan penelitian selanjutnya
yang lebih baik lagi.

3.

Penulis,

sarana

pembelajaran,

sarana

latihan

pengembangan

kemampuan dalam bidang penelitian dan penerapan teori yang


diperoleh di bangku kuliah, serta memberikan informasi tambahan
untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan yang lebih mengenai
perencanaan pajak PPh Pasal 21.

31
8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar-dasar Perpajakan
1. Pengertian Pajak
Ada berbagai macam batasan atau definisi tentang pajak yang
dikemukakan oleh para ahli baik dalam negeri maupun luar negeri. Dalam
membahas definisi perpajakan akan dijelaskan makna yang terkandung di
dalam definisi menurut Adriani dalam Waluyo (2010:2), adalah sebagai
berikut:
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang
terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan,
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk,
dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran
umum berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan
pemerintahan.
Menurut Rochmat Soemitro dalam Waluyo (2010:2) menyatakan
bahwa:
Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal
(kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Menurut UU No. 28 tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan dan Tata Cara
Perpajakan :
Pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang
oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-

32

Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan


digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat.
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciriciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:
a.

Pajak merupakan iuran masyarakat kepada negara, pernyataan ini


dapat diartikan bahwa hanya negara yang boleh memungut pajak dari
masyarakat sedangkan swasta tidak boleh. Walaupun pada
kenyataannya ada pihak swasta yang memungut pajak itu hanya
untuk membantu tugas Negara atau melimpahkan beban pajaknya
kepada pihak lain.

b.

Pajak dipungut berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan,


artinya iuran yang mau tidak mau harus dibayarkan oleh rakyat
kepada negara yang telah diatur dalam undang-undang. Apabila
rakyat atau badan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sebagai wajib pajak. Namun, tidak membayarnya maka akan
dikenakan sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

c.

Tanpa jasa timbal (kontra prestasi) dari negara yang langsung dapat
ditunjuk. Pada dasarnya hasil pungutan pajak digunakan untuk
membiayai pengeluaran pemerintah secara umum, misalnya untuk
membangun jalan, membayar pegawai negeri, menjaga keamanan
negara dan memelihara ketertiban umum, dan semua itu merupakan
jasa negara kepada masyarakat. Karena jasa pemerintah bersifat

33
10

umum maka, antara jumlah pembayaran pajak oleh seseorang tidak


dapat dihubungkan secara langsung dengan jasa atau kontra prestasi
yang diterima dari negara. Jadi jasa timbal atau kontra prestasi dari
negara itu jelas ada namun tidak dapat ditunjukan secara langsung
pada setiap individu.
2. Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khusunya dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan

sumber

pendapatan

negara

untuk

membiayai

semua

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Thomas


Sumarsan (2010:5) pajak mempunyai beberpa fungsi, yaitu:
a.

Fungsi Penerimaan (Budgetair)


Pajak berfungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat bagi kas
negara,

yang

diperuntukan

bagi

pembiayaan

pengeluaran-

pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin


negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhakan
biaya. Biaya ini diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak
digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
b.

Fungsi Mengatur (Regulerend)


Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur struktur pendapatan
ditengah masyarakat dan struktur kekayaan antara para pelaku
ekonomi. Fungsi mengatur ini sering menjadi tujuan pokok dari

34
11

sistem pajak, paling tidak dalam sistem perpajakan yang benar tidak
terjadi pertentangan dengan kebijaksanaan negara dalam bidang
ekonomi dan sosial. Sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu
diluar bidang keuangan, terutama banyak ditujukan teradap sektor
swsta. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik
dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas
keringanan pajak.
3. Asas-Asas Pemungutan Pajak
Menurut Erly Suandy (2008:27) asas-asas pemungutan pajak ada
empat macam yaitu equity, certainty, convenience of payment, dan
economic of collections dengan uraian sebagai berikut:
a.

Equity
Pembebanan pajak di antara subjek pajak hendaknya seimbang
dengn kemmpuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang
dinikmatinya dibawah perlindungan pemerintah. Dalam hal equity,
tidak diperbolehkan suatu negara mengadakan diskriminasi di antara
sesama Wajib Pajak. Dalam keadaan yang sama Wajib Pajak harus
diperlakukan sama dan dalam keadaan berbeda Wajib Pajak harus
diperlakukan berbeda.

b.

Certainty
Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak kompromi
(not arbitrary). Dalam asas kepastian hokum yang diutamakan

35
12

adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan


ketentuan mengenai pembayarannya.
c.

Convenience of Payment
Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagiWajib
Pajak, yaitu saat yang paling dekat dengan saat diterimanya
penghasilan atau keuntungan yang dikenakan pajak.

d.

Economic of Collections
Pemungutan pajak hendaknya dilakukan sehemat dan seefisien
mungkin, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari
penerimaan pajak itu sendiri, karena pemungutan pajak tidak aka
nada artinya kalau biaya yang dikeluarkan lebih besar dari
penerimaan pajak yang akan diperoleh.

4. Sistem Pemungutan Pajak


Menurut Siti Resmi (2009:11) dalam pemungutan pajak dikenal dengan
beberapa sistem pemungutan, yaitu:
a.

Official Assessment System


Sistem pemungutan pajak yang member kewenangan aparatur
perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang
setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan
menghitung dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan para
aparatur perpajakan. Dengan demikian, berhasil atau tidaknya

36
13

pelaksanaan pemungutan pajak banyaktergantung pada aparatur


perpajakan (peran dominan ada pada aparatur perpajakan).
b.

Self Assessment System


Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang Wajib Pajak
dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap
tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Dalam sistem ini, inisiatif serta kegiatan menghitung
dan memungut pajak sepenuhnya berada di tangan Wajib Pajak.
Wajib Pajak dianggap mampu menghitung pajak, mampu memahami
undang-undang perpajakan yang sedang berlaku, dan mempunyai
kejujuran yang tinggi, serta menyadari akan arti pentingnya
membayar pajak. Oleh karena itu, Wajib Pajak diberi kepercayaan
untuk:
1) Menghitung sendiri pajak yang terutang;
2) Memperhitungkan sendiri pajak yang terutang;
3) Membayar sendiri jumlah pajak yang terutang;
4) Melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang; dan
5) Mempertanggungjawabkan pajak yang terutang.

c.

With Holding System


Sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada
pihak ketiga yang ditunjuk untuk menentukan besarnya pajak yang
terutang oleh Wajib Pajak sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku. Penunjukan pihak ketiga ini

37
14

dilakukan

sesuai

peraturan

perundang-undangan

perpajakan,

keputusan presiden, dan peraturan lainnya untuk memotong dan


memungut pajak, menyetor, dan mempertanggungjawabkan melalui
sarana perpajakan yang tersedia. Berhasil atau tidaknya pelaksanaan
pemungutan pajak tergantung pada pihak ketiga yang ditunjuk.

B. Pajak Penghasilan Pasal 21


1. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan
dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri,
sebagaimana

dimaksud

dalam

Pasal

21

Undang-Undang

Pajak

Penghasilan.
Menurut Wirawan (2010:71) kunci dari definisi tersebut adalah
sebagai berikut. Pertama, PPh Pasal 21 memotong penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari pekerjaan dan kegiatan (active income). Active
income yang dipotong PPh Pasal 21 hanya bersumber dari tiga aktivitas
yaitu pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan. Kedua, Orang Pribadi
yang memberikan jasa atau menjalankan pekerjaan bebas termasuk dalam
active income yang dipotong PPh Pasal 21. Namun demikian, penghasilan
Orang Pribadi yang berasal dari usaha dagang tidak termasuk dalam active

38
15

income yang dipotong PPh Pasal 21. Ketiga, PPh Pasal 21 adalahpajak
yang dikenakan khusus kepada Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP).
2. Pemotong Pajak Penghasilan Pasal 21
Pemotong pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri, Wajib Pajak
dilakukan oleh:
a.

Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi dan badan, baik
merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang
membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, sebagai imbalan
sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai
atau bukan pegawai.

b.

Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau


pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk instansi TNI/POLRI,
Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembagalembaga Negara lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di
luar negeri, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apa pun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan;

c.

Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan social tenaga kerja, dan


badan-badan lain yang membayar uang pension dan tunjangan hari
tua atau jaminan hari tua;

39
16

d.

Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas


serta badan yang membayar:
1) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
dengan status Subjek Pajak Dalam Negeri, termasuk tenaga ahli
yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untukdan atas
namanya sendiri, bukan untuk dan atas nama persekutuannya;
2) Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa yang dilakuakn oleh orang pribadi dengan status
Subjek Pajak Luar Negeri.
3) Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidik,
pelatihan, dan magang;

e.

Penyelenggara kegiatan, termasuk badan pemerintah, organisasi


yang bersifat nasional dan internasional. Perkumpulan, orang
pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan,
yang membayar honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk
apa pun kepada Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri berkenaan
dengan suatu kegiatan.

3. Dikecualikan sebagai Pemotong Pajak


Tidak termasuk sebagai Pemotong Pajak atau Pemberi Kerja yang
wajib melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan PPh Pasal 21
adalah sebagai berikut:
a.

Kantor Perwakilan Negara Asing

40
17

b.

Organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat


(1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan yang telah
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Sebagai contoh: IMF, ILO, dan
lain sebagainya.

Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang semata-mata mempekerjakan orang pribadi yang tidak
melakukan pekerjaan rumah tangga atau pekerjaan dalam rangka melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
c.

Dalam hal organisasi internasional tidak memenuhi ketentuan butir 2


maka organisasi internasional tersebut merupakan Pemberi Kerja
yang berkewajiban melakukan pemotongan pajak.

4. Hak dan Kewajiban Pemotongan Pajak


Hak-hak pemotong PPh Pasal 21 adalah:
a.

Pemotong Pajak berhak atas kelebihan jumlah penyetoran PPh Pasal


21 yang terjadi karena jumlah PPh Pasal 21 yang terutang dalam 1
(satu) tahun takwim lebih kecil daripada jumlah PPh Pasal 21 yang
telah disetor. Jumlah kelebihan tersebut akan diperhitungkan dengan
PPh Pasal 21 yang terutang atas gaji untuk bulan pada waktu
dilakukan perhitungan tahunan, dan jika masih ada sisa kelebihan,
diperhitungkan untuk bulan-bulan lainnya dalam tahun berikutnya.

b.

Pemotong

pajak

berhak

mengajukan

permohonan

untuk

memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan


(SPT) PPh Pasal 21. Permohonan diajukan secara tertulis selambat18
41

lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya dengan


menggunakan formulir yang telah ditentukan oleh Direktur Jenderal
Pajak disertai surat pernyataan mengenai perhitungan sementara PPh
Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan kekurangan pembayaran
PPh Pasal 21 yang terutang dan bukti pelunasan kekurangan
pembayaran PPh Pasal 21 yang terutang untuk tahun takwim yang
bersangkutan.
c.

Pemotong Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur


Jenderal Pajak dan permohonan banding kepada Badan Peradilan
Pajak.
Sedangkan para Pemotong PPh Pasal 21 mempunyai kewajiban yang

meliputi:
a.

Setiap Pemotong Pajak wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayan


Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.

b.

Pemotong

Pajak

mengambil

sendiri

formulir-formulir

yang

diperlukan dalam rangka pemenuhan kewajiban perpajakannya pada


Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat.
c.

Pemotong Pajak wajib menghitung, memotong, dan menyetor PPh


Pasal 21 yang terutang untuk setiap akhir bulan takwim. Penyetoran
pajak dilakukan dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) ke
Kantor Pos atau Bank Badan Usaha Milik Negara atau Bank Badan
Usaha Milik Daerah, atau bank-bank lain yang ditunjuk oleh

19
42

Direktur Jenderal Anggaran, selambat-lambatnya pada tanggal 20


(dua puluh) bulan takwim berikutnya.
d.

Pemotong Pajak wajib melaporkan penyetoran PPh Pasal 21 tersebut


sekalipun nihil dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT)
Masa ke Kantor Pelayanan Pajak atau Kantor Penyuluhan Pajak
setempat, selambat-lambatnya pada tanggal 20 (dua puluh) bulan
takwin berikutnya.

e.

Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21


baik diminta maupun tidak pada saat dilakukannya pemotongan
pajak kepada orang pribadi bukan sebagai pegawai tetap, penerima
uang tebusan pensiun, penerima Jaminan Hari Tua, penerima uang
pesangon, dan penerima dana pensiun.

f.

Pemotong Pajak wajib memberikan Bukti Pemotongan PPh Pasal 21


kepada pegawai tetap, termasuk penerima pensiun bulanan, dengan
menggunakan formulir yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak
dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun pajak berakhir. Apalagi
pegawai tetap berhenti bekerja atau pensiun pada bagian tahun
takwim, maka Bukti Pemotongan tersebut diberikan oleh pemberi
kerja yang bersangkutan selambat-lambatnya satu bulan setelah
pegawai yang bersangkutan berhenti bekerja atau pensiun.

5. Subjek Pajak PPh Pasal 21


Penerima Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21
yaitu orang pribadi yang merupakan:

43
20

a.

Pegawai;

b.

Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun,


tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya;

c.

Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan


sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain
meliputi:
1) Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri atas
pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai,
dan aktuaris;
2) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film,
bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, kru film, foto model,
peragawan/peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis,
dan seniman lainnya;
3) Olahragawan;
4) Penasihat,

pengajar,

pelatih,

penceramah,

penyuluh,

dan

moderator;
5) Pengarang, peneliti, dan penerjemah;
6) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan
sistem

aplikasinya,

telekomunikasi,

elektronika,

fotografi,

ekonomi dan sosial serta pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan;


7) Agen iklan;
8) Pengawas atau pengelola proyek;

44
21

9) Pembawa pesan atau yang menemukan langganan atau yang


menjadi perantara;
10) Petugas penjaja barang dagangan;
11) Petugas dinas luar asuransi;
12) Distributor perusahaan multilevel marketing atau direct selling
dan kegiatan sejenis lainnya.
d.

Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan


sehubungan dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan, antara
lain meliputi:
1) Peserta perlombaan dalam segala bidang, antara lain perlombaan
olah raga, seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan
perlombaan lainnya;
2) Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan
kerja;
3) Peserta

atau

anggota

dalam

suatu

kepanitiaan

sebagai

penyelenggara kegiatan tertentu;


4) Pesrta pendidikan, pelatihan, dan magang;
5) Peserta kegiatan lainnya.
6. Tidak Termasuk Penerimaan Penghasilan
Tidak termasuk Pengertian penerimaan penghasilan yang dipotong
Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu sebagai berikut:
a.

Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat atau pejabat lain dari


negara asing, dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka

45
22

yang bekerja pada dan bertempat tinggal bersama mereka, dengan


syarat bukan Warga Negara Indonesia dan di Indonesia tidak
menerima atau memperoleh penghasilan lain diluar jabatan atau
pekerjaannya tersebut serta serta negara yang bersangkutan
memberikan perlakuan tibal balik;
b.

Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan,
yang telah ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan
warga negara Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan
atau pekerjaan lain untuk memperoleh penghasilan di Indonesia.

7. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan


Sebagai hak dan kewajiban yang berstatus sebagai penerima
penghasilan:
a.

Pada saat seseorang mulai bekerja atau mulai pensiun, untuk


mendapatkan pengurangan PTKP, penerima penghasilan harus
menyerahkan surat pernyataan kepada Pemotong Pajak yang
menyatakan jumlah tanggungan keluarga pada permulaan tahun
takwim atau pada permulaan menjadi Subjek Pajak Dalam Negeri.

b.

Kewajiban tersebut harus dilaksanakan pula dalam hal ada


perubahan jumlah tanggungan keluarga menurut keadaan pada
permulaan tahun takwim.

46
23

c.

Jumlah PPh Pasal 21 yang dipotong merupakan kredit pajak bagi


penerima penghasilan yang dikenakan pemotongan untuk Tahun
Pajak yang bersangkutan, kecuali PPh Pasal 21 yang bersifat final.

d.

Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri yang menerima


penghasilan sehubungan dengan pekerjaan dari badan perwakilan
negara asing dan organisasi internasional yang dikecualikan sebagai
Pemotong Pajak PPh Pasal 21, diwajibkan untuk menghitung dan
membayar sendiri jumlah Pajak Penghasilan yang terutang dalam
tahun berjalan dan atas penghasilan tersebut dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan.

8. Objek Pajak PPh Pasal 21


Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 sebagai
berikut:
a.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa


penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur;

b.

Penghasilan yang diterima atau diperoleh Penerima Pensiun secara


teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya;

c.

Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan


penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara
sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan
hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis;

47
24

d.

Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah
harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang
dibayarkan secara bulanan;

e.

Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium,


komisi, fee, dan imbalan sejenis dengan nama dan dalam bentuk apa
pun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan yang dilakukan;

f.

Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang
representasi, uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun, dan imbalan sejenis dengan
nama apa pun.
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26

sebagaimana dimaksud diatas termasuk pula penerimaan dalam bentuk


natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diberikan oleh:
a.

Bukan Wajib Pajak

b.

Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final;


atau

c.

Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma


perhitungan khusus (deemed profit).
Untuk menjadi perhatian dalam perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau

PPh Pasal 26 atas penghasilan berupa penerimaan dalam bentuk natura


dan/atau kenikmatan lainnya didasarkan pada harga pasar atas barang yang

48
25

diberikan atau nilai wajar atas pemberian kenikmatan yang diberikan. Bila
penghasilan berupa natura dan/atau kenikmatan dimaksud diterima atau
diperoleh dalam mata uang asing, perhitungan PPh Pasal 21 dan/atau PPh
Pasal 26 didasarkan pada nilai tukar (kurs) yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan yang berlaku pada saat pembayaran penghasilan tersebut atau
pada saat dibebankannya.
9. Penghasilan yang Tidak Dipotong PPh Pasal 21
Penghasilan yang tidak termasuk dalam pengertian yang dipotong
PPh Pasal 21 sebagai berikut:
a.

Pembayaran manfaat atau santunan asuransi dari perusahaan asuransi


sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan,
asuransi jiwa, asurasi dwiguna, dan asuransi beasiswa.

b.

Penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dalam bentuk


apa pun yang diberikan oleh Wajib Pajak atau pemerintah, kecuali
penghasilan dimaksud diberikan oleh:
1) Bukan Wajib Pajak
2) Wajib Pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat
final; atau
3) Wajib Pajak

yang dikenakan Pajak berdasarkan norma

perhitungan khusus (deemed profit).


Pajak Penghasilan yang ditanggung pemberi kerja termasuk juga
Pajak Penghasilan yang ditanggung pemerintah termasuk juga dalam
pengertian penerimaan dalam bentuk kenikmatan.

49
26

c.

Iuran pensiun yang dibayarkan kepada dana pensiun yang


pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, iuran tunjangan
hari tua atau iuran jaminan hari tua kepada badan penyelenggara
tunjangan hari tua atau badan penyelenggara jaminan sosial tenaga
kerja yang dibayarkan oleh pemberi kerja.

d.

Zakat yang diterima oleh orang pribadi yang berhak dari badan atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk
agama yang diakui di Indonesia yang diterima oleh orang pribadi
yang berhak dari lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,
pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.

e.

Beasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf I


Undang-Undang Pajak Penghasilan.

10. Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 Final


Penghasilan yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yang besifat
final yaitu sebagai berikut:
a.

Uang tebusan pensiun yang dibayarkan oleh dan pensiun yang


pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan Tunjangan
Hari Tua atau Tabungan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus oleh
badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja.

b.

Uang pesangon.

50
27

c.

Hadiah dan penghargaan perlombaan.

d.

Honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan


petugas dinas luar asuransi. Penjaja barang dagangan adalah penjaja
barang dagangan berupa kosmetik, sabun, pasta gigi, buku, dan
barang-barang keperluan rumah tangga sehari-hari lainnya.

e.

Penghasilan bruto berupa honorarium dan imbalan lain dengan nama


apa pun yang diterima oleh pejabat negara, pegawai negeri sipil,
anggota TNI/POLRI yang sumber dananya berasal dari keuagan
negara atau keuangan daerah, kecuali yang dibayarkan oleh pegawai
negeri sipil golongan II D ke bawah dan anggota TNI/POLRI
berbangkat Pembantu Letnan Satu ke bawah atau Ajudan Inspektur
Tingkat Satu ke bawah.

11. Saat Terutang PPh Pasal 21


Saat terutangnya PPh Pasal 21 ditentukan hal mana yang terjadi
terlebih dahulu antara diterima atau diperoleh. Diterima adalam
penghasilan yang sudah nyata-nyata diterima tunai baik melalui kas
maupun tunai. Sedangkan diperoleh adalah penghasilan yang sudah dapat
ditagih atau sudah pasti diperoleh pada waktu tertentu, meskipun jumlah
tersebut belum diterima secara tunai.
12. Dasar Pengenaan Pajak
Dalam menghitung Pajak Terutang perlu menetapkan terdahulu
besarnya dasar pengenaan pajak. Sebagai dasar pengenaan dan
pemotongan PPh Pasal 21 diatur:

28
51

a.

Penghasilan Kena Pajak yang diberlakukan bagi:


1) Pegawai tetap;
2) Penerima pensiun berkala;
3) Pegawai tidak tetap yang penghasilannya dibayar secara bulanan
atau jumlah kumulatif penghasilan yang diterima dalam 1 (satu)
bulan kalender telah melebihi Rp. 1.320.000,00 (satu juta tiga
ratus dua puluh ribu rupiah);
4) Bukan pegawai (perhatikan Subjek Pajak) selain tenaga ahli,
yang menerima imbalan yang bersifat berkesinambungan;

b.

Jumlah penghasilan yang melebih Rp. 150.000,00 (seratus lima


puluh ribu rupiah) sehari, yang berlaku bagi pegawai tidak tetap
yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan atau upah
borongan, sepanjang penghasilan kumulatif yang diterima dalam 1
(satu) bulan kalender belum melebihi Rp. 1.320.000,00 (satu juta
tiga ratus dua puluh ribu rupiah);

c.

50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, yang


berlaku bagi bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf c, Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor 31/Pj./2009
yang menerima imbalan yang tidak bersifat berkesinambungan;

d.

Jumlah penghasilan bruto, yang berlaku bagi penerima penghasilan


selain penerima penghasilan sebagaimana dimaksud pada angka 1, 2,
dan 3.

52
29

13. Tata Cara Menghitung PPh Pasal 21


Cara menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 pada prinsipnya sama
dengan cara perhitungan Pajak Penghasilan pada umumnya. Namun,
dalam menghitung Pajak Penghasilan Pasal 21 bagi penerima-penerima
penghasilan dari pekerjaan, jasa, atau kegiatan yang dilakukan Wajib
Pajak Orang Pribadi yaitu Wajib Pajak Dalam Negeri selain pengurangan
berupa PTKP, juga diberikan pengurangan-pengurangan penghasilan
berupa biaya jabatan, biaya pensiun, dan iuran pensiun. Selain itu, tarif
yang diterapkan juga bervariasi yaitu tarif sesuai Pasal 17 Undang-Undang
Pajak Penghasilan atau tarif yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah
atau aturan pelakasana lainnya. Aturan dan cara perhitungannya dapat
diuraikan secara rinci berikut ini.
a.

Pegawai Tetap
Cara menentukan Pajak Penghasilan Pasal 21 untuk pegawai tetap
adalah sebagai berikut.
1) Untuk menentukan besarnya penghasilan neto pegawai tetap,
penghasilan bruto dikurangi dengan:
(a) Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang besarnya 5% (lima persen) dari
penghasilan bruto, setinggi-tingginya Rp. 6.000.000,00
(enam juta rupiah) setahun atau Rp. 500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) sebulan. Biaya jabatan dapat dikurangkan dari

53
30

penghasilan setiap orang yang bekerja sebagai pegawai


negeri tetap tanpa memandang mempunyai jabatan atau tidak.
(b) Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai
kepada dana pensiun yang pendiriaannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan atau badan penyelenggara Tabungan Hari
Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana
pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
Keuangan.
2) Pengurangan biaya jabatan dan iuran tersebut tidak berlaku bagi
penghasilan yang diterimanya berupa upah harian, yang tebusan
pensiun, honorarium secara keseluruhan sebagaimana tersebut
pada penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 butir 3, butir 4,
dan butir 5.
3) Pengurang biaya jabatan dan iuran di atas juga tidak berlaku
terhadap penghasilan Wajib Pajak Luar Negeri yang terutang
PPh Pasal 26.
4) Untuk

menentukan

besarnya

Penghasilan

Kena

Pajak,

penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena


Pajak (PTKP) yang sebenarnya. Seperti terlihat pada tabel
dibawah ini:

54
31

Tabel 2.1
Ketentuan Besarnya PTKP
Keterangan

Untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi


Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
Tambahan untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan
suami
Tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis
keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga)
orang untuk setiap keluarga.

Besarnya
PTKP
setahun
Rp 15.840.000
Rp 1.320.000
Rp 15.840.000

Rp 1.320.000

Sumber : UU PPh No. 36 Tahun 2008

PTKP berdasarkan status pegawai tetap yaitu:


Tabel 2.2
PTKP Berdasarkan Status
Kode
TK/0
TK/1
TK/2
TK/3
K/K/1
K/2
K/3

Status
Tidak kawin dan tidak memiliki
tanggungan
Tidak kawin tapi memiliki tanggungan
sebanyak 1 orang
Tidak kawin tapi memiliki tanggungan
sebanyak 2 orang
Tidak kawin tapi memiliki tanggungan
sebanyak 3 orang
Kawin tetapi tidak memiliki tanggungan
Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang
Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang
Kawin dan memiliki tanggungan 1 orang

PTKP Setahun
Rp 15.840.000
Rp 17.160.000
Rp 18.480.000
Rp 19.800.000
Rp 17.160.000
Rp 18.480.000
Rp 19.800.000
Rp 21.120.000

Sumber : UU PPh No. 36 Tahun 2008

5) Tarif yang diterapkan adalah tarif progresif yang diatur oleh


Ketentuan Pasal 17 ayat (1) Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan. Sebagai berikut:

55
32

Tabel 2.3
Tarif PPh Pasal 21
Lapisan Penghasilan Kena Pajak
Sampai dengan Rp 50 juta
Diatas Rp 50 juta sampai dengan Rp
250 juta
Diatas Rp 250 juta sampai dengan
Rp 500 juta
Diatas Rp 500 juta

Tarif Pajak
berNPWP
5%
15%

Tarif Pajak
Non NPWP
6%
18%

25%

30%

30%

35%

Sumber : UU PPh No. 36 Tahun 2008

14. Perhitungan PPh Pasal 21 Masa Pajak Terakhir


Perhitungan realisasi PPh Pasal 21 dilakukan pada masa pajak
terakhir yaitu masa Desember atau pada masa pajak dimana pegawai
berhenti bekerja. Sesuai dengan namanya, perhitungan yang bersifat
realisasi merupakan perhitungan PPh Pasal 21 atas seluruh penghasilan
pegawai selama satu tahun takwim-yang diukur dari jumlah masa pajak
pegawai tetap yan bersangkutan.
PPh Pasal 21 yang terutang di Masa pajak terakhir adalah sebesar
selisih antara PPh Pasal 21 atas penghasilan yang sebenarnya dengan
jumlah akumulasi PPh Pasal 21 yang telah dipotong di setiap masa pajak.
Untuk pegawi tetap yang bekerja setahun penuh (full period), maka PPh
Pasal 21 untuk masa pajak terakhir (Desember) adalah selisih PPh Pasal
21 atas akumulasi seluruh penghasilan pegawai tetap tersebut-yang
dihitung sejak karyawan tersebut bekerja hingga bulan Desember-dengan
PPh Pasal 21 yang telah dipotong atau disetor di masa pajak sebelumnya
(Januari sampai dengan November).

56
33

Sedangkan untuk pegawai tetap yang berhenti tengah tahun (broken


period), maka perhitungan realisasi dilakukan di masa pajak (bulan)
terakhir di mana pegawai yang bersangkutan berhenti. Tidak berbeda dari
perhitungan PPh Pasal 21 realisasi untuk pegawai tetap yang bekerja full
period, PPh Pasal 21 terutang adalah selisih PPh Pasal 21atas seluruh
penghasilan-yang diterima karyawan yang bersangkutan sampai dengan
masa pajak karyawan berhenti-dengan akumulasi PPh Pasal 21 yang telah
dipotong di setiap masa sebelumnya.

C. Efisiensi
1. Efisiensi Secara Umum
Menurut Cendiman dalam Elen Berlianti (2009:36) efisiensi adalah
perbandingan terbaik antara suatu kegiatan dengan hasilnya. Menurut
definisi ini, efisiensi terdiri atas 2 unsur yaitu kegiatan dan hasil dari
kegiatan tersebut.
a. Unsur Kegiatan
Suatu kegiatan dianggap mewujudkan efisiensi kalau suatu hasil
tertentu tercapai dengan kegiatan terkecil. Unsur kegiatan terdiri dari
5 subunsur berikut : pikiran, tenaga, bahan, waktu, dan ruang.
b. Unsur Hasil
Suatu kegiatan dianggap mewujudkan efisiensi kalau dengan suatu
kegiatan tertentu mencapai hasil yang terbesar. Unsur hasil terdiri

34
57

dari 2 subunsur berikut, yaitu : Jumlah (kuantitas) dan Mutu


(kualitas).
Menurut Danfar dalam Elen Berliyanti (2009:36), efisiensi
merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain
penggunaan yang sebenarnya.
2. Efisiensi Beban Pajak
Secara financial, pajak dapat mengurangi laba yang diperoleh oleh
seseorang atau suatu badan usaha. Pajak yang harus ditanggung oleh
Wajib Pajak merupakan beban yang dapat mempengaruhi besarnya laba
bersih yang diperoleh. Jika beban adalah suatu penurunan atau
berkurangnya nilai modal akibat penggunaan asset, maka hal tersebut
seharusnya dapat ditekan seminimal mungkin. penurunan nilai modal
karena dapat mempengaruhi laba yang akan diperoleh.
Efisiensi bertujuan untuk menghindari pemborosan-pemborosan
sumber daya yang dapat mempengaruhi laba usaha. Penghindaran
pemborosan tersebut merupakan upaya optimalisasi alokasi sumber daya
dengan melakukan aktivitas dengan benar disamping melaukan aktivias
yang seharusnya dilakukan. Salah satu cara efisiensi beban pajak yang
dapat dilakukan adalah dengan melakukan perencanaan pajak.

35
58

D. Perencanaan Pajak
1. Pengertian Perencanaan Pajak
Menurut Mohammad Zain (2005:3) Perencanaan pajak adalah
merupakan tindakan perstrukturan yang terkait dengan konsekuensi
potensi pajaknya, yang tekanannya kepada pengendalian setiap transaksi
yang ada konsekuensi pajaknya.
Sedangkan

menurut

Hoffman

dalam

Omposunggu

(2011:3)

perencanaan pajak (tax planning) adalah suatu kapasitas yang dimiliki


oleh wajib pajak untuk menyusun aktivitas keuangan guna mendapat
pengeluaran (beban) pajak yang minimal. Secara teoritis, tax planning
dikenal sebagai effective tax planning, yaitu seorang wajib pajak berusaha
mendapat penghematan pajak (tax saving) melalui prosedur penghindaran
pajak (tax avoidance) dan mengemplang pajak sesuai UU Perpajakan.
2. Tujuan Perencanaan Pajak
Menurut Pohan (2011:11) tujuan perencanaan pajak adalah sebagai
berikut:
a.

Meminimalisir beban pajak yang terutang.

b.

Memaksimumkan laba setelah pajak.

c.

Meminimalkan terjadinya kejutan pajak (tax surprise) jika terjadi


pemerikasaan pajak yang dilakukan oleh fiskus.

d.

Memenuhi kewajiban perpajakan secara benar, efisien dan efektif


sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.

36
59

3. Motivasi Perencanaan Pajak


Beberapa hal yang mempengaruhi perilaku wajib pajak untuk
meminimumkan kewajiban pembayaran pajaknya baik secara legal
maupun ilegal adalah.
a.

Tingkat kerumitan suatu peratuaran


Makin rumit peraturan perpajakan yang ada, maka terdapat
kecenderungan

untuk

menghindarinya

karena

biaya

untuk

mematuhinya (compliance cost) menjadi tinggi.


b.

Besarnya pajak yang terutang


Makin besar jumlah pajak yang terutang akan makin giat usahausaha wajib pajak untuk memperkecil jumlah pembayaran pajaknya.
Perlu diperhatikan pula bahwa tarif pajak di Indonesia bersifat
progresif.

c.

Biaya untuk negoisasi


Disengaja atau tidak sengaja, kadang-kadang wajib pajak melakukan
negosiasi-negosiasi

dalam

pelaksanaan

hak

dan

kewajiban

perpajakannya.
d.

Resiko deteksi
Resiko deteksi ini berhubungan dengan tingkat probabilitas apakah
pelangaran ketentuan perpajakan ini akan terdeteksi atau tidak.
Makin rendah resiko deteksi, wajib pajak memiliki kecenderungan
untuk melakukan pelanggaran-pelanggaran ketentuan perpjakan.
Sebaliknya, bila suatu pelanggaran ketentuan perpajakan mudah

37
60

diketahui, maka wajib pajak akan memilih posisi konservativ dengan


tidak melanggar aturan.
4. Tahapan-tahapan Perencanaan Pajak
a.

Analisis data base informasi yang ada.

b.

Membuat satu model atau lebih rencana besarnya pajak.

c.

Evaluasi atas perencanaan pajak.

d.

Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak.

e.

Memutakhirkan rencana pajak.

5. Strategi Perencanaan Pajak


Menurut Nyoman Santosa Hardika (2007:108) strategi perencanaan
pajak yang dilakukan oleh perusahaan haruslah bersifat legal untuk
menghindari

pengenaan

sanksi-sanksi

pajak

dikemudian

hari.

Penghematan pajak akan selalu menganut sistem the least and least
yakni membayar dalam jumlah seminimal mungkin dan pada saat terakhir
menurut ketentuan perundang-undangan. Untuk menghemat beban pajak
dapat dilakukan dengan prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut:
a.

Mengambil keuntungan sebesar-besarnya dari keuntungan mengenai


pengecualian

dan

pemotongan

atau

pengurangan

yang

diperkenankan atas penghasilan kena pajak oleh undang-undang.


Dalam peraturan dan undang-undang perpajakan banyak terdapat
pengecualian dan pengurangan yang diperkenankan. Misalnya
menjelang akhir tahun diketahui bahwa jumlah pajak yang akan
terutang cukup besar, maka untuk mengurangi jumlah tersebut,

38
61

perusahaan dapat menguranginya dengan menambah penghasilan


kena pajak. Termasuk dalam hal ini adalah biaya riset dan
pengembangan, biaya pendidikan dan latihan pegawai, biaya
perbaikan kantor, biaya pemasaran. Maksud pengeluaran ini adalah
dari pada menggunakan uang tersebut untuk membayar pajak yang
lebih besar, lebih baik uang tadi digunakan untuk kepentingan
perusahaan.
b.

Memberikan tunjangan kepada karyawan dalam bentuk uang atau


natura dan kenikmatan sepanjang pemberian tunjangan dan
kenikmatan tersebut diperhitungkan sebagai penghasilan yang
dikenakan pajak bagi pegawai yang menirimanya. Cara ini juga
meruakan salah satu pilihan untuk menghindari pengenaan lapisan
tarif maksimum.

c.

Pemilihan metode penyusutan yang diperkenankan oleh peratuaran


pajak. Jika perusahaan memprediksi laba yang cukup besar maka
dapat dipergunakan metode penyusutan saldo menurun sehingga
biaya penyusutan dapat mengurangi laba kena pajak. Sebaliknya jika
diperkirakan pada awal-awal tahun investasi belum memberikan
keuntungan

atau

timbul

kerugian

maka

pilihannya

adalah

menggunakan metode penyusutan garis lurus supaya biaya


penyusutan dapat ditunda untuk beberapa tahun kedepan.

39
62

d.

Mengoptimalkan kredit pajak yang diperkenankan. Untuk itu wajib


pajak harus jeli mendapatkan informasi mengenai pembayaran pajak
yang dapat dikreditkan.

e.

Menghindari pemeriksaan pajak. Pemerikasaan pajak oleh Direktorat


Jenderal Pajak dilakukan terhadap wajib pajak yang SPT-nya lebih
bayar, SPT-nya rugi, tidak memasukkan SPT atau terlambat
memasukkan SPT, terdapat informasi pelanggaran, dan memenuhi
criteria tertentu yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak.

f.

Menghindari pelanggaran terhadap peraturan perpajakan yang


berlaku. Untuk menghindari pelanggaran terhadap peraturan
perpajakan dapat dilakukan dengan cara menguasai peraturan
perpajakan yang berlaku.
Dari segi Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan), terdapat strategi
yang dapat digunakan untuk menghemat/mengefisiensikan beban
PPh Badan. Diantaranya adalah.

a.

Pemilihan alternatif dasar pembukuan, dari sisi ini penggunaan dasar


akrual (accrual basis) akan lebih menguntungkan dari sisi efisiensi
pajak.

b.

Pengelolaan

transaksi

yang

berhubungan

dengan

pemberian

kesejahteraan karyawan. Untuk perusahaan yang memperoleh


penghasilan di atas Rp. 100 juta dan pengenaan PPh Badannya tidak
final, maka diupayakan pemberian natura dan kenikmatan yang
seminimal mungkin, karena pengeluaran ini tidak dapat dibebankan

63
40

sebagai biaya. Untuk perusahaan yang pengenaan PPh Badannya


secara final, maka sebaiknya memberikan kenikmatan dan natura
kepada

karyawan

yang

sebesar-besarnya,

karena

pemberian

kenikmatan ini tidak akan mempengaruhi pengenaan PPh Badan.


6. Perencanaan Pajak PPh Pasal 21
Menurut Omposunggu (2011:85) Perencanaan pajak bagi perusahaan
pemberi kerja sebagai berikut:
a.

Menerapkan prinsip taxable dan deductable yaitu dengan:


1) Menerapkan biaya non deductable menjadi deductable dan
sebaliknya
2) Mengubah

penghasilan

merupakan

objek

pajak

menjadi

penghasilan bukan objek pajak.


b.

Memaksimalkan biaya karyawan yang dapat dialokasikan sebagai


biaya usaha atau biaya fiscal.

c.

Mengalihkan pemberian natura menjadi bentuk uang sehingga


deductability.
Yang dimaksud biaya deductable menurut Pasal 6 ayat (1) UU PPh

Nomor 36 Tahun 2008 antara lain adalah biaya untuk mendapatkan,


menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
(a) Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
kegiatan usaha, antara lain: biaya pembelian bahan; biaya berkenaan
dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus,
gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang, bunga,

41
64

sewa, dan royalty; biaya perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi


asuransi; biaya promosi penjualan.
(b) Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan
amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya
lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.
(c) Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan
(d) Biaya penelitian dan pegembangan perusahaan yang dilakukan di
Indonesia.
(e) Biaya beasiswa, magang, dan pelatihan.
Beban-beban yang dapat dikurangkan ini nantinya yang harus
diperbesar oleh perusahaan, sehingga penguranan terhadap penghasilan
bruto juga akan semakin besar, akibatnya pajak yang dibayar akan
semakin kecil.
Sedangkan yang dimaksud dengan biaya non deductable menurut
Pasal Pasal 9 ayat (1) UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 menyebutkan jenisjenis biaya yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto antara lain
sebagai berikut:
(a) Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apa pun seperti
deviden, termasuk deviden yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi.

65
42

(b) Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi


pemegang saham, sekutu, atau anggota.
(c) Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang diberikan dalam bentuk natura atau kenikmatan, kecuali
penyedia makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
pengganti atau imbalan dalam bentuk natura dari kenikmatan di
daerah tertentu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK83/PMK.03/2009)
(d) Pajak Penghasilan
(e) Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi
pidana

berupa

denda

yang

berkenaan

dengan

pelaksanaan

perundang-undangn di bidang perpajakan.


7. Metode Penghitungan PPh Pasal 21
Saat diluncurkannya program reformasi perpajakan di tahun 1983,
sejak

itu

pula

berkembang pemikiran

dari

wajib

pajak

untuk

mengefisienkan pajak yang harus menjadi beban perusahaan.


Menurut Chairil Anwar Pohan (2011:91) Setidaknya ada 3 metode
yang biasnya digunakan dalam perhitungan pajak penghasilan Pasal 21
oleh perusahaan dalam menjalankan perencanaan pajak, yaitu:
A. Gross Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh Karyawan)
Merupakan

metode

pemotongan

pajak

dimana

karyawan

menanggung sendiri jumlah pajak penghasilannya, yang biasanya

43
66

dipotong langsung dari gaji karyawan yang bersangkutan. Biasanya


dilakukan pada perusahaan yang baru berdiri.
B.

Net Method (PPh Pasal 21 ditanggung oleh Perusahaan)


Merupakan

metode

pemotongan

pajak

dimana

perusahaan

menanggung pajak karyawannya. Sebagaimana dimaksud dalam


Kep. Dirjen Pajak No. 31/PJ./2008 Pasal 5 ayat (2) dan Pasal 8 ayat
(I), Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 dan/atau PPh Pasal 26
termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan
lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh
bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan Pajak penghasilan
yang bersifat final; atau Wajib Pajak yang dikenakan Pajak
Penghasilan berdasarkan norma penghitungan khusus (deemed
profit). Selanjutnya pada Pasal 8 ayat 2 menegaskan bahwa Pajak
Penghasilan yang ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang
ditanggung oleh Pemerintah, merupakan penerimaan dalam bentuk
kenikmatan.
C.

Gross-Up Method (Tunjangan pajak yang di gross up)


Merupakan

metode

pemotongan

pajak

dimana

perusahaan

memberikan tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan


jumlah pajak yang akan dipotong dari karyawan. Perhitungan
tunjangan pajak diformulasikan untuk menyamakan jumlah pajak
yang akan dibayar dengan tunjangan pajak yang diberikan
perusahaan terhadap karyawannya.

44
67

Perbedaan prinsipil antara Net Method dengan Gross-Up Method


adalah sebagai berikut.
a.

Bahwa pada Metode Net besarnya PPh Pasal 21 yang ditanggung


oleh perusahaan tersebut tidak dimasukkan sebagai tunjangan pajak
di SPT PPh Pasal 21, sedangkan pada Metode gross up, besarnya
tunjangan pajak- Pasal 21 tersebut dimasukkan sebagai elemen
penghasilan dari tunjangan pajak yang dicantumkan di SPT PPh
Pasal 21.

b.

Bahwa pada Metode Net, besarnya PPh Pasa121 yang ditanggung


oleh Perusahaan tidak bisa dibiayakan (non deductible) sedangkan
pada Metode gross up seluruh tunjangan pajaknya bisa dibiayakan
(deductible).

8. Kepastian Hukum Metode Gross Up


Terminologi Metode gross up ini yang terkait dengan metode
perhitungan PPh pasal 21 memang tidak dimuat dalam Undang-Undang
Pajak Penghasilan maupun Peraturan Pemerintah atau Peraturan Menteri
Keuangan. Kalaupun istilah itu dipakai, hanya penggunaannya terbatas
pada pengenaan pajak penghasilan yang terkait dengan PPh Pasa1 23.
a.

Per. Dirjen pajak No. 64/PJ/2009 Penetapan jumlah Pajak


Penghasilan Ditanggung Pemerintah atas Penghasilan berupa
Kompensasi Terminasi Dini Hak Eksklusif Telkom yang harus
dibayarkan Pemerintah kepada Telkom merupakan Objek Pajak,
yang dihitung dengan metode gross up.

45
68

b.

Private ruling Surat Dirjen Pajak No. S. 1149/PJ.312/2004 tentang


Pajak Penghasilan atas bunga (kupon) tetap Obligasi Negara Dalam
Valas dengan metode gross up yang pengenaannya dengan
melakukan gross up terhadap pembayaran bunga tersebut.
Hingga saat ini tidak ada ketentuan yang mengatur konsistensi

perhitungan PPh pasal 21 dengan metode gross up dimaksud padahal


aplikasi metode ini sudah menjadi salah satu model dan opsi kebijakan
perpajakan yang diterapkan di banyak perusahaan.
Semua pihak, baik fiskus maupun wajib pajak telah meyakini dan
bahkan banyak yang sudah hapal di luar kepala tentang prinsip taxabilitydeductibility yang dijabarkan dalam Pasal 4 ayat 1 (taxable income) dan
Pasal 4 ayat 3 (nontaxable income) serta Pasal 6 ayat 1 (deductible
expenses) dan Pasal 9 ayat 1 (nondeductible expenses). Dalam hubungan
kerja antar perusahaan dengan karyawan, mekanisme prinsip tersebut
berlaku, jika dikaryawan merupakan penghasilan (taxable income), maka
di perusahaan boleh menjadi biaya. (deductible expense), atau sebaliknya
jika di karyawan merupakan bukan penghasilan (non-taxable income),
maka diperusahaan menjadi bukan biaya (non-deductible expense).
Semua penghasilan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang
sudah dikenakan pajak (bukan PPh final) dapat dibiayakan menjadi
pengurang penghasilan dalam laporan keuangan fiskal atau SPT PPh
Badan. Dalam pengertian penghasilan yang menjadi objek pajak
penghasilan tersebut termasuk tunjangan. Jadi sebenarnya landasan hukum

46
69

pemberian tunjangan pajak yang dalam perlakuan pajaknya diakui sebagai


biaya deductible itu sudah jelas, secara eksplisit tertuang dalam Pasal 4
UU PPh, sesuai dengan makna prinsip taxability-deductibility. Artinya
bilamana penghasilan (dari tunjangan pajak) karyawan tersebut sudah
dipajaki dan disetorkan ke Kas Negara serta sudah dilaporkan dalam SPT
PPh Pasal 21, maka bagi pemberi kerja atas pengeluaran (biaya tunjangan
pajak) tersebut dapat dibiayakan menjadi pengurang penghasilan dalam
laporan keuangan fiskal atau SPT PPh Badan. Tentu dengan catatan,
transaksi tersebut didukung dengan adanya penjurnalan biaya tunjangan
pajak didalam pembukuan wajib pajak serta juga tercantum dalam slip gaji
karyawan.
9. Rumus Pehitungan Gross-up
Berikut ini adalah rumus untuk menentukan besaran tunjangan pajak
yang di gross up seperti terlihat pada tabel 2.4 dibawah ini.
Tabel 2.4:
Rumus Gross-up untuk perhitungan tunjangan PPh Pasal 21
PKP s/d RP 50.000.000,00

= PKP X 5%
0,9525
PKP di atas 50.000.000 s.d Rp 250.000.000
= (PKP X 15%) - 5 Juta
0,85
PKP di atas Rp 250.000.000 s.d Rp 500.000.000 = (PKP X 25 %) - 30 Juta
0,75
PKP di atas Rp 500.000.000
= (PKP X 30 %) - 55 Juta
0,70
Sumber: Cara Legal Siasati Pajak hal. 80

70
47

10. Contoh Perhitungan PPh Pasal 21


a.

Perhitungan PPh Pasal 21 Metode Gross


Rakhmat sebagai pegawai tetap pada PT. Bella Nusa Utama di
Jakarta pada tahun 2009 menerima gaji sebulan sebesar Rp
3.000.000,00 dan membayar iuran pensiun Rp 100.000,00. Rakhmat
telah menikah tetapi belum mempunyai anak dan telah ber-NPWP.
Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai berikut:
Gaji sebulan
Pengurang:
Biaya jabatan:
5% x Rp 3.000.000,00
Iuran Pensiun
Penghasilan Neto sebulan

Penghasilan Neto setahun


12 x Rp 2.750.000,00
PTKP (K/0) setahun
Untuk WP sendiri
Tambahan WP kawin

Rp 3.000.000,00

Rp 150.000,00
Rp 100.000,00
Rp 250.000,00
Rp 2.750.000,00

Rp 33.000.000,00

Rp 15.840.000,00
Rp 1.320.000,00
Rp 17.160.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 15.840.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 15.840.000,00
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp 15.840.000,00
=
Rp 792.000,00
PPh Pasal 21 sebulan
=
Rp 66.000,00
Dari perhitungan diatas Rahkmat menanggung sendiri PPh Pasal 21
yaitu sebesar Rp 66.000,00 yang langsung dipotong dari gajinya.
Jadi, gaji yang dibawa pulang oleh Rakhmat sebesar Rp
2.934.000,00.

71
48

b.

Perhitungan PPh 21 Metode Net


Gunawan yaitu seorang pegawai PT Dana dengan status menikah
dengan mempunyai 3 orang anak dan telah ber-NPWP menerima gaji
Rp 4.000.000,00 sebulan serta PPh ditanggung pemberi kerja. Tiap
bulan Gunawan membayar iuran pensiun ke dana pensiun yang
pendiriannya disahkan

oleh Menteri Keuangan sebesar Rp

150.000,00. Perhitungan PPh Pasal 21 atas gaji sebagai berikut:


Gaji sebulan
Pengurang:
Biaya jabatan:
5% x Rp 4.000.000,00
Iuran Pensiun

Rp 4.000.000,00

Rp 200.000,00
Rp 150.000,00
Rp 350.000,00
Rp 3.650.000,00

Penghasilan Neto sebulan

Penghasilan Neto setahun


12 x Rp 3.650.000,00
PTKP (K/0) setahun
Untuk WP sendiri
Tambahan WP kawin
Tambahan 3 orang anak

Rp 43.800.000,00

Rp 15.840.000,00
Rp 1.320.000,00
Rp 3.960.000,00
Rp 21.120.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 22.680.000,00
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp 22.680.000,00
PPh Pasal 21 sebulan

=
=

Rp 1.134.000,00
Rp 94.500,00

PPh Pasal 21 sebesar Rp 94.500,00 ditanggung dan dibayar oleh


pemberi kerja dan jumlah tersebut tidak dapat dikurangkan dari
Penghasilan Bruto pemberi kerja dan bukan merupakan penghasilan
yang dikenakan pajak kepada Gunawan. Jadi, gaji yang dibawa
pulang Gunawan adalah sebesar Rp 4.000.000,00.

72
49

c.

Perhitungan PPh Pasal 21 Metode Gross-up


Indra status kawin mempunyai 3 orang anak telah memiliki NPWP
bekerja pada PT Kartika dengan memperoleh gaji sebesar
Rp 2.500.000,00 sebulan. Iuran pensiun yang dibayarkan Indra
sebesar

Rp 25.000,00 sebulan. Perhitungan PPh Pasal 21 sebagai

berikut:
Gaji sebulan
Pengurang:
Biaya jabatan:
5% x Rp 2.500.000,00
Iuran Pensiun
Penghasilan Neto sebulan

Rp 2.500.000,00

Rp 125.000,00
Rp 25.000,00
Rp 150.000,00
Rp 2.350.000,00

Penghasilan Neto setahun


12 x Rp 2.350.000,00
PTKP (K/0) setahun
Untuk WP sendiri
Tambahan WP kawin
Tambahan 3 orang anak

Rp 28.200.000,00

Rp 15.840.000,00
Rp 1.320.000,00
Rp 3.960.000,00
Rp 21.120.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 7.080.000,00

Berdasarkan tabel 2.4 Rumus gross-up adalah sebagai berikut:


Tunjangan Pajak PPh Pasal 21
= PKP x 5%
0,9525
= Rp 7.080.000 x 5%
0,9525
= Rp 371.654
Tunjangan Pajak PPh Pasal 21 sebulan
= Rp 30.971

Perhitungan PPh Pasal 21 gross-up:


Gaji sebulan
Tunjangan Pajak
Total Penghasilan Bruto

Rp 2.500.000,00
Rp
30.971,00
Rp 2.530.971,00

73
50

Pengurang:
Biaya jabatan:
5% x Rp 2.530.971,00
Iuran Pensiun
Penghasilan Neto sebulan
Penghasilan Neto setahun
12 x Rp 2.379.422,00

Rp 126.549,00
Rp 25.000,00
Rp 151.549,00
Rp 2.379.422,00
Rp 28.553.068,00

PTKP (K/0) setahun


Untuk WP sendiri
Tambahan WP kawin
Tambahan 3 orang anak

Rp 15.840.000,00
Rp 1.320.000,00
Rp 3.960.000,00
Rp 21.120.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun
Rp 7.433.000,00
PPh Pasal 21 Terutang
5% x Rp 7.433.000,00
=
Rp 371.650,00
PPh Pasal 21 sebulan
=
Rp 30.971,00
Dari perhitungan diatas

PPh Pasal 21 yang dipotong dari

pegawai yaitu sebesar Rp 30.971,00 atau sebesar tunjangan pajak


yang diberikan perusahaan. Tunjangan pajak ini merupakan
penghasilan pegawai yang bersangkutan sehingga dapat dijadikan
pengurang Penghasilan Bruto. Sedangkan untuk gaji yang dibawa
pulang oleh Indra sebesar Rp 2.500.000,00 dari (Rp 2.530.971,00-Rp
2.500.000,00).

E. Pajak Penghasilan (PPh) Badan


1. Tarif PPh Badan
Sebagaimana tercantum dalam pasal 17 UU PPh, tarif PPh untuk
Wajib Pajak Badan dan Bentuk Usaha Teta[ ditetapkan sebesar 28% untuk
tahun pajak 2009 dan 25% untuk mulai tahun pajak 2010 dan seterusnya.
Namun untuk Wajib Pajak Badan yang mempunyai omset penjualan di
74
51

bawah 50 miliyar setahun mendapatkan penurunan tarif dengan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 e UU PPh. Selain itu bagi Wajib
Pajak Badan yang memenuhi syarat tertentu dapat penurunan tarif 5%.
Ketentuan pengenaan tarif PPh Badan perlu diketahui beberapa hal:
a.

Untuk kepentingan pengenaan tarif, Penghasilan Kena Pajak


dibulatkan dalam ribuan rupiah ke bawah. Misalnya Penghasilan
Kena Pajak adalah Rp 1.250.650.900. Untuk kepentingan pengenaan
tarif, jumlah tersebut dibulatkan kebawah menjadi Rp 1.250.650.000.

b.

Untuk tahun 2009 tarif pajak adalah sebesar 28% tarif tunggal.

c.

Wajib Pajak dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka yang


paling sedikit 40% dari jumlah keseluruhan saham yang disetor
diperdagangkan di bursa efek di Indonesia dan memenuhi
persyaratan tertentu lainnya dapat mempeoleh tarif sebesar 5% lebih
rendah dari tarif tersebut.
Persyaratan lainnya sesuai PP Nomor 81 Tahun 2007, jo.
238/PMK.03/2008 jo. SE-42/PJ/2009 diantaranya adalah:
1)

40% atau lebih dari keseluruhan saham yang disetor dan saham
tersebut dimiliki paling sedikit oleh tiga ratus pihak.

2)

Masing-masing pihak tersebut hanya boleh memiliki saham


kurang dari 5% dari keseluruhan yang disetor.

3)

Ketentuan tersebut harus dipenuhi oleh Wajib Pajak Badan


dalam negeri yang berbentuk Perseroan Terbuka dalam waktu 6

75
52

bulan dalam jangka waktu 1 tahun pajak. Waktu 6 bulan adalah


183 hari kalender.
4)

Harus melampirkan surat keterangan dari Biro Administrasi


Efek pada Surat Pemberitahuan Tahunan PPh WP Badan dengan
melampirkan formulir X.H.1-6 sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bapepam dan LK Nomor X.H.1 untuk setiap tahun
pajak terkait. Surat keterangan dibuat untuk setiap tahun pajak
dengan mencantumkan nama Wajib Pajak, NPWP, Tahun Pajak
serta menyatakan bahwa dalam waktu paling singkat 6 bulan
dalam jangka wakru 1 tahun pajak.

d.

Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan peredaran usaha sampai


dengan Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah) mendapat
fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% (lima puluh persen)
yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000 (Tarif Pasal 31 e).
Ketentuan selengkapnya mengenai ketentuan pengurangan tarif ini
terdapat dalam SE-66/PJ/2010. Diantaranya mengatur bahwa:
1)

Fasilitas

penurunan

tarif

ini

tidak

diterapkan

melalui

permohonan atau pengajuan, melainkan self assessment oleh


Wajib Pajak Badan sendiri.
2)

Pemanfaatan penurunan tarif ini adalah bukan pilihan melainkan


keharusan.

76
53

3)

Penghasilan bruto yang menjadi patokan dapat tidaknya


menggunakan fasilitas penurunan tarif adalah penghasilan yang
diterima atau diperoleh dari kegiatan usaha sebelum dikurangi
dangan biaya untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
negeri, meliputi:
(a) Penghasilan yang dikenai pajak bersifat final.
(b) Penghasilan yang dikenai pajak bersifat tidak final.
(c) Penghasilan yang dikecualikan dari objek pajak.

2. Contoh Perhitungan PPh Badan


Contoh perhitungan Pajak Penghasilan Badan adalah sebagai berikut:

Contoh 1.
Pada tahun 2010, PT. A memiliki omset lebih dari 50.000.000.000
setahun dan perusahaan tersebut tidak terdaftar di BEI dan tidak
memenuhi syarat tertentu, dengan jumlah Penghasilan Kena Pajak
PT. A adalah Rp 1.250.000.000.
PPh terutang adalah 25% x Rp 1.250.000.000 = Rp 312.500.000.

Contoh 2.
Peredaran bruto PT. Y pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp 4.800.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak Rp 500.000.000.
PPh terutang = 50% x 25% x Rp 500.000.000 = Rp 62.500.000.

54
77

Contoh 3.
Peredaran bruto PT. X pada tahun 2010 adalah sebesar
Rp 30.000.000.000 dengan Penghasilan Kena Pajak sebesar
Rp 3.000.000.000.
Perhitungan PPh terutang adalah sebagai berikut:

Bagian Penghasilan Kena Pajak yang memperoleh fasilitas


adalah sebesar (Rp 4.800.000.000/Rp 30.000.000.000) x Rp
3.000.000.000 = Rp 480.000.000; PPh terutang 50% x 25 % x
Rp 480.000.000 = Rp 60.000.000.

Bagian Penghasilan Kena Pajak yang tidak memperoleh fasilitas


adalah sebesar (Rp 3.000.000.000 Rp 480.000.000) =
Rp

2.520.000.000;

PPh

terutang

sebesar

25%

Rp

2.520.000.000 = Rp 630.000.000.

Total PPh Terutang Rp 60.000.000 + Rp 630.000.000 =


Rp 690.000.000.

F. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu


Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel
2.5.

78
55

Tabel 2.5
Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
No.
1.

2.

3.

Peneliti
Judul
(Tahun)
Penelitian
Eva Theresa Analisis Penerapan Metode
Ruchjana
Gross-Up dalam
(2008)
Perhitungan PPh 21
Sebagai Upaya
Perencanaan Pajak (Studi
Kasus PT. BPR XYZ
Tahun 2005)
Silviana
Analisis Perbedaan
Agustini
Penetapan Pajak Sebelum
(2010)
dan Sesudah Perencanaan
Pajak Penghasilan Pasal 21
Wajib Pajak Pribadi
Berdasarkan Metode Gross
Up Pada PT. Industri
Telekomunikasi Indonesia
(Persero)
Astri
Tinjauan Atas Pelaksanaan
Salvianti
Pajak Penghasilan Pasal 21
(2010)
Atas Karyawan Di PT
Dirgantara Indonesia
(Persero)

56

Metodelogi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Variable
Hanya
Metode
Membandingan
gross-up,
2 (dua) metode,
Metode Net, yaitu metode net
Variabel
dan gross-up.
Beban PPh
Badan.
Variabel
Variabel Beban
metode
Metode
gross up.
penelitian
menggunakan ttest.

Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Pajak Penghasilan Badan yang dihitung dengan
metode gross-up akan lebih kecil dibandingkan
metode net.

Variable
Metode
gross-up
dan Metode
Net.

Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas


Karyawan yang dilakukan oleh PT. Dirgantara
Indonesia dengan cara memberi tunjangan pajak
kepada seluruh karyawan tidak tepat karena
mengakibatkan penghasilan karyawan meningkat,
dan disarankan untuk menggunakan metode gross-up

Hanya
melakukan
tinjauan terhadap
perhitungan
metode net dan
metode gross-up.

Terdapat perbedaan yang signifikan dalam penetapan


pajak terutang sebelum dan sesudah penerapan
perencanaan pajak penghasilan badan berdasarkan
metode gross up .
Dengan menggunakan metode gross up perusahaan
dapat melakukan pengematan pajak.

Bersambung pada halaman selanjutnya

No.
1.

2.

3.

Peneliti
(Tahun)
Antonius
Leonard
Tarigan
(2006)

Judul
Penelitian
Analisis Perencanaan
Pajak PPh Pasal 21 Atas
Penghasilan Karyawan
Pada PT Libra Emas
Permata Medan

Harcrisnowo
(2008)

Perencanaan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal
21 Karyawan Tetap
Dalam Upaya
Meminimalisasi Biaya
Pajak PT. Bank
Internasional Indonesia
(BII) Finance Center
Analisis Atas Perencanaan
Pajak Penghasilan Pasal
21 Pada PT. XYZ

Herman
(2006)

Tabel 2.5 (Lanjutan)


Metodelogi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Variable
1.Menambahkan
Metode
perhitungan
gross-up
dengan pemberian
dan Metode
natura.
Net.
2.Melihat dampak
efisiensi kas keluar
Variabel
metode
gross-up,
gross, dan
Net.

Variabel
metode
gross-up,
gross, dan
Net

Hasil Penelitian
(Kesimpulan)
Perencanaan pajak PPh Pasal 21 yang paling efektif
untuk meminimalisirkan pengeluaran kas adalah
penggabungan antara penggantian tunjangan
menjadi pemberian dalam brntuk natura dan
kenikmatan dengan pemberian tunjangan PPh Pasal
21 metode gross-up yang dapat mengurangi
pengeluaran kas sebesar Rp 132.173.217,00
1. Menambahkan
Perencanaan pajak yang dilakukan PT. BII Finance
variabel
Center dengan memberikan tunjangan dan bukan
pemberian natura natura sudah baik karena menghasilkan Tax Saving
2. Menghitung PPh sebesar Rp 182.134.171. sedangkan untuk metode
21 dengan
gross, gross up, net harus dilihat kondisi keuangan
metode
perusahaan dan tingkat penghasilan karyawan.
bayangan.
Menambah
variabel tunjangan
pajak non gross
up, dan menmbah
perhitungan jika
perusahaan rugi

57

PT. XYZ belum melakukan perencanaan pajak


dengan baik, WP hanya mempertimbangkan
pemberian tunjangan PPh pasal 21, memang
alternatif ini menghasilkan PPh Badan yang kecil
yaitu sebesar Rp 144.941.981, tetapi masih ada
alternatif lain yang lebih efisien, baik untuk PPh
Badan maupun Pajak Penghasilan Pasal 21 atas
karyawan.

Sumber : ringkasan jurnal, tesis, dan skripsi

10

D. Kerangka Pemikiran
Menurut Hamid (2010:15), Kerangka pemikiran merupakan sintesa dari
serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya
merupakan gambaran sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solusi
atau alternatif solusi dari serangkaian masalah yang ditetapkan.
Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam
gambar 2.1.
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Perencanaan PPh Pasal 21
berdasarkan UU PPh

Perbandingan Perhitungan
PPh Pasal 21

Metode Gross

Metode Net

Metode Gross up

Perhitungan PPh Badan

Bersambung pada halaman selanjutnya

58
iv

(Lanjutan)

PPh Badan yang Lebih Efisien

SPT PPh Badan

v
59

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang dilakukan pada
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) yang terletak di kawasan Bandara
Soekarno-Hatta, Tangerang. Koperasi ini merupakan koperasi simpan pinjam
dan koperasi dagang yang beranggotakan para pegawai Bandara SoekarnoHatta. Penelitian ini merupakan penelitian sekunder dimana data yang
digunakan

hanya

data

tahun

2011.

Tujuan

penelitian

ini

adalah

membandingkan metode perhitungan PPh Pasal 21 yaitu metode gross,


metode net dan metode gross-up yang paling efisien terhadap utang PPh
Badan Kopersai Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI).

B. Metode Penentuan Sampel


Dalam penelitian ini metode penentuan sampel yang digunakan adalah
metode purposive sampling dengan menggunakan pemilihan sampel
berdasarkan strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata (judgement
sampling) yaitu pemilihan sampel tidak acak yang informasinya diperleh
dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah tiga bulan yaitu:
1.

Januari, karena merupakan awal dari Masa Pajak.

60

vi

2.

Agustus, karena pada bulan ini pegawai tetap maupun outsourcing


diberikan Tunjangan Hari Raya (THR).

3.

Desember, karena merupakan Masa Pajak terakhir atau realisasi


perhitungan PPh Pasal 21.
Dari sampel tiga bulan diatas diambil sampel untuk masing-masing

bulan yaitu sebagai berikut:


1.

Pegawai tetap dengan sampel 10 orang karyawan dengan kriteria


sampel sebagai berikut:

2.

a.

Pegawai tetap dengan posisi manajer.

b.

Pegawai tetap berdasarkan pendidikan.

c.

Pegawai tetap berdasarkan status pernikahan.

Pegawai outsourcing dengan sampel 20 orang karyawan dengan kriteria


sampel sebagai berikut:
a.

Pegawai outsourcing berdasarkan status pernikahan.

b.

Pegawai outsourcing berdasarkan status PTKP.

c.

Pegawai outsourcing berdasarkan NPWP.

d.

Pegawai outsourcing berdasarkan lembur

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan adalah penelitian pustaka
dan penelitian lapangan yaitu sebagai berikut:

61
vii

1. Penelitian Pustaka
Penelitian pustaka adalah pengumpulan data sebagai landasan teori
serta penelitian terdahulu yang didapat dari dokumen-dokumen, buku,
internet serta sumber data tertulis lainnya yang berhubungan dengan
informasi yang dibutuhkan.
2. Penelitian Lapangan
a. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan secara langsung atas dokumen dan laporan yang dibuat
oleh perusahaan, yaitu pengamatan data gaji karyawan dan laporan
keuangan Koperasi Satya Ardhia Mandiri sebagai sumber informasi
dari masalah yang akan diteliti, sehingga diperoleh data yang
lengkap.
b. Wawancara
Menurut

Indriantoro

dan

Supomo

(152:2002)

Wawancara

merupakan teknik pengumpulan dalam metode survei yang


menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian.
Wawancara dilakukan dengan mewawancarai secara langsung
pejabat perorangan di Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
sebagai responden yang berwenang untuk memberikan data yang
diperoleh.

viii
62

c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara metode pengumpulan yang
dilakukan dengan cara memindahkan data-data yang diperoleh
dalam bentuk tulisan internal koperasi dalam hal ini bagian
keuangan kedalam tugas akhir yang disusun.
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dalam bentuk jadi/data yang sudah diolah. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian secara tidak langsung melalui
media perantara. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah
daftar gaji karyawan tetap dan outsourcing, laporan keuangan, SPT Masa PPh
21 dan SPT Tahunan Badan pada Koperasi Satya Ardhia Mandiri
(KOSAMI).

D. Metode Analisis Data


Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif
dan metode analisis kualitatif.
1. Metode Analisis Deskriptif
Metode analisis deskriptif yaitu metode yang bertujuan untuk
mengumpulkan data dan informasi yang dapat menggambarkan
keadaan objek penelitian dan menyederhanakannya untuk menjelaskan
masalah dan pemecahannya agar dapat dibaca dan mudah dimengerti.
2. Metode Analisis Kualitatif

63
ix

Metode analisis kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran dan


pemahaman yang menyeluruh terhadap permasalahan yang akan
diteliti. Pendekatan pada penelitian ini menggunakan permasalahan
secara mendalam tentang suatu ketentuan. Pemahama secara mendalam
dalam skripsi ini didapatkan dengan cara mengulang kembali
perhitungan pajak yang sudah dibayar, disetor dan dilapor dan
kemudian membandingkannya dengan perhitungan pajak yang sudah
dibayar, disetor dan dilapor yang sudah ditambahkan variabel lain,
untuk mendapat biaya pajak yang minimum.

E. Operasional Variabel Penelitian


Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
perencanaan pajak PPh Pasal 21 dan beban pajak koperasi.
1. Perencanaan Pajak (tax planning) adalah proses mengorganisasi usaha
Wajib Pajak atau kelompok Wajib Pajak sedemikian rupa sehingga
utang pajaknya berada dalam posisi yang paling minimal, sepanjang hal
ini dimungkinkan oleh ketentuan perundang-undangan perpajakan
maupun secara komersial.
Perencanaan pajak dalam penelitian ini yaitu berkenaan dengan
perencanaan PPh 21. Yaitu dengan cara memilih metode PPh Pasal 21
ditanggung karyawan (gross), metode PPh Pasal 21 ditanggung pemberi
kerja (net), dan metode tunjangan PPh Pasal 21 digross-up.

x
64

a. Metode PPh Pasal 21 ditanggung karyawan (gross), yaitu jumlah


PPh Pasal 21 yang terhutang akan ditanggung oleh karyawan itu
sendiri sehingga benar-benar mengurangi penghasilan.
b. Metode PPh Pasal 21 ditanggung pemberi

kerja (net), yaitu

jumlah PPh Pasal 21 yang terhutang akan ditanggung oleh


perusahaan.
c. Metode tunjangan PPh Pasal 21 digross-up, Merupakan metode
pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan tunjangan
pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan
dipotong dari karyawan.
2. Beban Pajak Koperasi adalah jumlah pajak yang harus ditanggung oleh
koperasi atas kegiatan usaha yang dilakukan koperasi tersebut yang
dapat mengurangi laba. Penghasilan Kena Pajak dihitung dengan cara
mengurangkan penghasilan yang diperoleh oleh wajib pajak dengan
biaya-biaya yang diperkenankan dikurangkan (deductible expenses)
sesuai ketentuan perpajakan.

xi
65

BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan


1.

Sejarah Singkat Perusahaan


Koperasi Satya Madiri (KOSAMI) adalah sebuah koperasi
karyawan PT. Angkasa Pura II Cabang Tama Bandar Udara
International Soekarno-Hatta yang berkantor pusat di Terminal A
(Kedatangan) Bandar Udara Interrnational Soekarno-Hatta Tangerang.
Koperasi Satya Ardhia Mandiri bergerak di bidang usaha simpan pinjam.
Didirikan dengan akte notaris Rukmasanti Harjdasatya Nomor 1,
Tanggal 1 Mei 1989 dengan nama PT. Mitra Pustaka.

2.

Visi dan Misi Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)


a. Visi
Menjadikan Kopersai Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) sebagai unit
bisnis

dan

mampu

bersama

mengutamakan

etika

bisnis

berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan.


b. Misi
Mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional.
Mengembangakan kesejahteraan anggota.
Mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan
masyarakat.

66

xii

3.

Jenis Usaha Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)


a. Penyediaan tenaga kerja.
b. Usaha simpan pinjam.
c. Parkir.
d. Usaha dagang.

4.

Permodalan Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)


Sumber dana Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) berasal
dari simpanan anggota koperasi yang berasal dari:
a. Simpanan Pokok.
b. Simpanan Wajib.
c. Pinjaman PKBL.
d. Pinjaman Bank.

xiii
67

5.

Struktur Organisasi
STRUKTUR ORGANISASI
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)

RAT

Dewan Pengurus

Anggota Koperasi

Ketua Umum

Dewan Pengawas

Ketua

Ketua I

Ketua II

Sekretaris I

Sekretaris II

Bendahara I

Bendahara II

Anggota

Unit Bidang Usaha

xiv
68

STRUKTUR ORGANISASI UNIT BIDANG USAHA


KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
Manager

Ass. Manager Keuangan

Ass. Manager Umum

Anggota

Anggota

Ass. Manager
Kantin

Ass. Manager
Grettings

Ass. Manager
SDM

Ass. Manager
Pengadaan

Ass. Manager
SimpanPinjam

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

Anggota

xv
69

B. Pembahasan dan Analisis Hasil Penelitian


1.

Kondisi Kinerja Perusahaan


Tabel 4.1
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
NERACA
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)

Keterangan
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas/Bank
Surat Berharga
Pendapatan YMH Diterima
Piutang Anggota
Piutang Karyawan
Uang Muka
Sewa Dibayar Dimuka

2.940.783.323,05
107.448.260,00
2.162.924.463,14
1.830.003.066,68
76.144.728,00
198.282.561,00
95.220.000,00

Jumlah Aktiva Lancar

7.410.806.401,87

AKTIVA TETAP
Nilai Perolehan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
TOTAL AKTIVA

413.769.954,00
(239.457.466,00)
174.312.488,00
7.585.118.889,87

Keterangan
PASSIVA
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang Jangka Pendek
Hutang Bank
Biaya YMH Dibayar
Simpanan Sukarela
Jumlah Kewajiban Lancar
MODAL DAN CADANGAN
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Cadangan Koperasi
Dana Bukopin
Cadangan Terminasi
SHU Tahun Berjalan
Jumlah Modal dan Cadangan
TOTAL PASSIVA

Jumlah

Jumlah

628.916.090,00
949.003.868,59
54.713.000,00
1.632.632.958,59

63.872.000,00
1.566.771.000,00
2.538.562.506,73
62.616.958,49
1.164.441.821,00
556.221.645,06
5.952.485.931,28
7.585.118.889,87

Sumber : Internal Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)

70
xvi

Tabel 4.2
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
LAPORAN LABA/(RUGI)
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
No
Keterangan
I Pendapatan Usaha
Pendapatan Simpin
Pendapatan Simpin Multiguna
Pendapatan Voucher
Pendapatan Pengadaan Barang
Pendapatan Greeting Service
Pendapatan Jasa Tenaga Outsourcing
Pendapatan Pengadaan Motor
Pendapatan Vending Machine
Pendapatan Aquarium
Pendapatan Toko 634
Jumlah Pendapatan Usaha

Jumlah
250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

II Biaya Usaha
A Biaya Operasional Simpin
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Jumlah Biaya Operasional Simpin

65.353.165,00
3.153.958,00
3.594.308,00
72.101.431,00

B Biaya Operasional Voucher


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Sewa Listrik
Biaya Pembelian Barang Dagangan
Jumlah Biaya Operasional Voucher

154.313.580,00
8.866.250,00
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
771.719.630,00

C Biaya Operasional Pengadaan


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Pengadaan Barang
Jumlah Biaya Operasional Pengadaan

43.451880.,00
2.501.500,00
2.237.774,00
667.370.270,00
715.561.424,00

Biaya Operasional Greeting Service


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya

118.941.780,00
6.919.750,00

71
xvii

Lanjutan Tabel 4.2


No
Keterangan
Jamsostek
Biaya Surchart/Konsesi
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Telepon
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Operasional Greeting Service
E

Biaya Operasional Outsourcing


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Seragam Dinas
Biaya Terminasi
Biaya Pembinaan
Biaya AVSEC
Biaya Pas
Jumlah Biaya Operasional Outsourcing
Biaya Operasional Aquarium
Biaya Peralatan
Jumlah Biaya Operasional Aquarium

Jumlah
6.303.866,00
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
328.711.710,00

8.457.399.200,00
467.400.000,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.525.442.871,00

3.833.000,00
3.833.000,00

G Biaya Operasional Toko 634


Biaya Pembelian
Jumlah Biaya Toko 634

34.700.445,00
34.700.445,00

H Biaya Administrasi & Umum


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Honorarium Pengurus
Biaya Seragam Dinas
Biaya Listrik
Biaya Administrasi
Biaya ATK
Biaya Rapat
Biaya Air Minum
Biaya Perlengkapan
Biaya Telpon & Fax
Biaya Ijin Usaha
Biaya Penyusutan
Biaya Cetak

285.698.832,00
14.223.408,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00

xviii
72

Lanjutan Tabel 4.2


No
Keterangan
Biaya Bahan Bakar
Biaya Materai
Bonus
Biaya Perawatan Kendaraan
Jumlah Biaya Administrasi & Umum
Jumlah Biaya Usaha
Jumlah Hasil Usaha
III
Pendapatan Non Usaha
Pendapatan Bunga
Pendapatan Lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Usaha
IV
Biaya Non Usaha
Biaya Administrasi Bank
Biaya Bunga Bank
Biaya Transfer Bank
Jumlah Biaya Non Usaha
Jumlah Hasil Non Usaha
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak

Jumlah
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00
821.210.739,00
20.273.281.250,00
487.546.435,00

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06
556.221.645,06

Sumber: Intern Koperasi Satya Ardhia Mandiri

Dari laporan Laba/(Rugi) Komersial tahun 2011 diatas, Koperasi


Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) diharapkan dapat melakukan
kebijakan-kebijakan yang kiranya diperlukan untuk memperoleh laba
yang lebih maksimal di tahun yang akan datang. Salah satunya adalah
dengan melakukan peencanaan pajak terutang, yakni melaksanakan
kewajiban perpajakan dengan baik dan benar tanpa melupakan aspek
ekonomis perusahaan dalam mencari laba dan selalu mengikuti
perkembangan

peraturan

perpajakan

sehingga

dapat

memenuhi

pembayaran pajak untuk tahun yang bersangkutan.


Pada bab ini penulis hanya akan membahas Tax Planning yang
terkait dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 dalam hal ini

xix
73

melakukan penelitian tentang metode perhitungan PPh Pasal 21 dan


mengambil korelasi ke Pajak Penghasilan (PPh) Badan sehingga dapat
diketahui seberapa besar perusahaan telah melakukan penghematan
pajak yang berbasis laporan laba rugi perusahaan.
2.

Kebijakan Gaji Karyawan


Manajemen

perusahaan

yang

sehat

selalu

memperhatikan

kesejahteraan karyawannya, karena perusahaan akan memperoleh timbal


balik dari mereka. Agar perusahaan dapat bertahan hidup dan
berkembang, harus memperoleh dana segar untuk investasi perusahaan,
selain itu pada saat-saat tertentu perusahaan harus mengadakan
kebijakan tertentu yang berpihak kepada karyawannya. Oleh karena itu,
manajemen perusahaan harus dapat mengelola keuangan perusahaan
dengan baik. Sehingga perusahaan dapat berkembang dan kesejahteraan
karyawan tetap terpenuhi dengan baik.
Kebijakan dalam hal perpajakan Koperasi Satya Ardhia Mandiri
(KOSAMI) memiliki kebijakan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
seluruhnya ditanggung oleh karyawan atau perhitungan PPh Pasal 21
Gross.
Jumlah rata-rata karyawan tetap Koperasi Satya Ardhia Mandiri
(KOSAMI) pada tahun 2011 berjumlah 27 orang dan jumlah rata-rata
karyawan outsourcing pada tahun 2011 berjumlah 425 orang. Dalam hal
besarnya penerimaan yang diperoleh karyawan dibedakan berdasarkan
kebijakan dari pengurus. Secara umum penghasilan yang diterima oleh

74
xx

karyawan setiap bulan meliputi kebijakan untuk karyawan tetap dan


kebijakan untuk karyawan outsourcing. Yaitu sebagai berikut:
a. Kebijakan karyawan tetap, meliputi:
1) Gaji pokok yang diterima oleh karyawan setiap bulan. Besarnya
gaji pokok ini dibedakan berdasarkan jabatan dan kualifikasi
kerja.
2) Tunjangan dalam bentuk uang, terdiri dari:
(a) Tunjangan

transportasi/bantuan

transportasi

termasuk

didalamnya adalah tunjangan makan, ditentukan melalui


Keputusan Pengurus yaitu sebagai berikut:
1. Posisi manajerial tunjangan transportasi dan tunjangan
makan masing-masing sebesar Rp. 25.000,00/per hari
berdasarkan

kehadiran

dan

juga

untuk

tunjangan

transportasi berdasrkan ketepatan kehadiran atau tidak


terlambat.
2. Di luar posisi manejerial tunjangan transportasi dan
tunjangan

makan

masing-masing

sebesar

Rp. 25.000,00/per hari berdasarkan kehadiran dan juga


untuk

tunjangan

transportasi

berdasrkan

ketepatan

kehadiran atau tidak terlambat.


(b) Tunjangan jabatan diberikan berdasarkan jenjang pendidikan,
kecuali untuk posisi manajerial.

75
xxi

1. Untuk posisi manajerial diberikan tunjangan jabatan


sebesar Rp. 1.220.000,00/per bulan.
2. Di luar posisi manajerial yaitu sebagai berikut:
a. Karyawan dengan pendidikan Strata-1 (S1), sebesar
Rp. 438.000,00/per bulan.
b. Karyawan

dengan

pendidikan

D3,

sebesar

SMA

sbersar

Rp. 224.000,00/per bulan


c. Karyawan

dengan

pendidikan

Rp. 113.000/ per bulan.


(c) Tunjangan kesehatan dan tunjangan telepon hanya diberikan
kepada

manajer

yaitu

masing-masing

sebesar

Rp. 250.000,00/per bulan dan Rp. 300.000,00/per bulan.


(d) Tunjangan Hari Raya (THR), sebesar 1 (satu) bulan gaji
pokok ditambah tunjangan jabatan per bulan.
3) Uang kelebihan jam/uang lembur sebesar Rp. 6.000,00/ jam
4) Premi asuransi Jamsostek yang dibayarkan perusahaan, yaitu:
(a) Jaminan Keselamatan Kerja (JKK), sebesar 0,24% dari gaji
pokok/bulan.
(b) Jaminan

Kematian

(JKM),

sebesar

0,3%

dari

gaji

pokok/bulan.
(c) Jaminan

Pemeliharaan

Kesehatan

(JPK),

sebesar

Rp. 30.000,00/bulan untuk karyawan dengan kriteria Lajang.

xxii
76

Dan Rp. 60.000,00/bulan untuk karyawan dengan kriteria


Menikah.
(d) Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), sebesar 3,7% dari gaji
pokok/bulan.
b. Kebijakan karyawan outsourcing, meliputi:
1) Gaji pokok yang diterima oleh karyawan setiap bulan.
2) Tunjangan dalam bentuk uang, terdiri dari:
(a) Tunjangan

transportasi/bantuan

transportasi

termasuk

didalamnya adalah tunjangan makan, ditentukan melalui


Keputusan

Pengurus

yaitu

masing-masing

sebesar

Rp. 7.500,00/per hari berdasarkan kehadiran dan juga untuk


tunjangan transportasi berdasrkan ketepatan kehadiran atau
tidak terlambat.
(b) Tunjangan Hari Raya (THR), sebesar 1 (satu) bulan gaji
pokok per bulan.
3) Uang kelebihan jam/uang lembur sebesar Rp. 4.000,00/ jam
4) Premi asuransi Jamsostek yang dibayarkan perusahaan yaitu
(a) Jaminan Keselamatan Kerja (JKK), sebesar 0,24% dari gaji
pokok/bulan.
(b) Jaminan

Kematian

(JKM),

sebesar

0,3%

dari

gaji

pokok/bulan.
(c) Jaminan

Pemeliharaan

Kesehatan

(JPK),

sebesar

Rp. 30.000,00/bulan untuk karyawan dengan kriteria Lajang.

xxiii
77

Dan Rp. 60.000,00/bulan untuk karyawan dengan kriteria


Menikah.
(d) Iuran Jaminan Hari Tua (JHT), sebesar 3,7% dari gaji
pokok/bulan.
3.

Sampel dan Rekapitulasi Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)


Pasal 21 Ditanggung Karyawan, Perusahaan, dan Gross up
Dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas perencanaan
pajak dengan cara pengelolaan transaksi yang berhubungan dengan
kesejahteraan karyawan atau penerapan prinsip taxable dan deductable.
Dengan cara melakukan perbandingan perhitungan Pajak Penghasilan
Pasal 21 ditanggung karyawan, ditanggung pemberi kerja dan pemberian
tunjangan yang di-gross up. Berikut adalah sampel perhitungannya.
a.

Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh Karyawan


Tabel-tabel (4.3-4.10) dibawah ini akan memperlihatkan
sampel perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung
oleh karyawan atau metode gross baik untuk karyawan tetap dan
karyawan outsourcing pada bulan Januari, Agustus dan Desember
dan juga sampel perhitungan pemberian Tunjangan Hari Raya
(THR). Dan tabel 4.11 merupakan perhitungan Pajak Penghasilan
(PPh) Pasal 21 ditanggung oleh karyawan pada tahun 2011.

xxiv
78

Tabel 4.3
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Januari 2011
Nama

St

R. Bambang
K/1
Reni Nurbaeni
K/0
Wiwit Wicaksana TK/Marselina
K/0
Aries Sandi
K/2
Endang S
K/2
Sukisno
K/2
TK/Wendy Silvina
TK/Amir Hasibuan
Maryono
K/0

Jumlah
Penghasilan
4.619.180
2.383.493
2.337.413
2.049.493
2.019.493
1.886.894
2.326.394
2.019.493
1.916.894
1.826.894

Biaya
Jabatan
& JHT
264.959
144.150
144.510
127.450
125.950
117.100
139.075
125.950
118.600
114.100

Penghasilan
sebulan
4.354.221
2.239.344
2.192.903
1.922.044
1.893.544
1.769.794
2.187.319
1.893.544
1.798.294
1.712.794

Penghasilan
Setahun
52.250.652
26.872.123
26.314.835
23.064.523
22.722.523
21.237.530
26.247.830
22.722.523
21.579.530
20.553.530

PTKP

PKP

18.480.000 33.770.000
15.840.000 11.032.000
15.840.000 10.474.000
15.840.000 7.224.000
19.800.000 2.922.000
19.800.000 1.437.000
19.800.000 6.447.000
15.840.000 6.882.000
15.840.000 5.739.000
17.160.000 3.393.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21
Pasal 21
Per Tahun per Bulan
1.688.500
140.708
551.600
45.967
523.700
43.642
361.200
30.100
146.100
12.175
71.850
5.988
322.350
26.863
344.100
28.675
286.950
23.913
169.650
14.138

79
iv

Tabel 4.4
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Agustus 2011
Nama

St

R. Bambang
K/1
Reni Nurbaeni
K/0
Wiwit Wicaksana TK/Marselina
K/0
Aries Sandi
K/2
Endang S
K/2
Sukisno
K/2
TK/Wendy Silvina
TK/Amir Hasibuan
Maryono
K/0

Biaya
Jumlah
Jabatan
Penghasilan & JHT
4.759.180 271.959
2.323.493 141.150
2.457.413 150.510
2.109.493 130.450
2.229.493 136.450
2.006.894 123.100
2.390.394 142.275
2.109.493 130.450
1.976.894 121.600
1.976.894 121.600

Penghasilan Penghasilan
sebulan
Setahun
4.487.221
53.846.652
2.182.344
26.188.123
2.306.903
27.682.835
1.979.044
23.748.523
2.093.044
25.116.523
1.883.794
22.605.530
2.248.119
26.977.430
1.979.044
23.748.523
1.855.294
22.263.530
1.855.294
22.263.530

PTKP

PKP

18.480.000 35.366.000
15.840.000 10.348.000
15.840.000 11.842.000
15.840.000 7.908.000
19.800.000 5.316.000
19.800.000 2.805.000
19.800.000 7.177.000
15.840.000 7.908.000
15.840.000 6.423.000
17.160.000 5.103.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21
Pasal 21
Per Tahun per Bulan
1.768.300
147.358
517.400
43.117
592.100
49.342
395.400
32.950
265.800
22.150
140.250
11.688
358.850
29.904
395.400
32.950
321.150
26.763
255.150
21.263

80
v

Tabel 4.5
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Tunjangan Hari Raya (THR)
Nama

St

R. Bambang
K/1
Reni Nurbaeni
K/0
Wiwit Wicaksana TK/Marselina
K/0
Aries Sandi
K/2
Endang S
K/2
Sukisno
K/2
TK/Wendy Silvina
TK/Amir Hasibuan
Maryono
K/0

THR
2.920.000
1.686.750
1.819.950
1.472.750
1.472.750
1.250.750
1.250.750
1.472.750
1.250.750
1.250.750

Biaya
Jumlah
Jabatan & Penghasilan
Penghasilan
JHT
Setahun
60.030.160 3.409.508 56.620.652
29.568.669 1.778.133 27.790.536
31.308.900 1.897.113 29.411.787
26.786.669 1.639.033 25.147.636
28.226.669 1.711.033 26.515.636
25.333.476 1.539.734 23.793.742
29.935.476 1.769.834 28.165.642
26.786.669 1.639.033 25.147.636
24.973.476 1.521.734 23.451.742
24.973.476 1.521.734 23.451.742

PTKP

PKP

18.480.000 38.140.000
15.840.000 11.950.000
15.840.000 13.571.000
15.840.000 9.307.000
19.800.000 6.715.000
19.800.000 3.993.000
19.800.000 8.365.000
15.840.000 9.307.000
15.840.000 7.611.000
17.160.000 6.291.000

(dalam rupiah)

PPh
PPh
PPh
Pasal 21
Pasal 21 Pasal 21
Gaji & THR
Gaji
THR
1.907.000 1.768.300 138.700
597.500
517.400
80.100
678.550
592.100
86.450
465.350
395.400
69.950
335.750
265.800
69.950
199.650
140.250
59.400
418.250
358.850
59.400
465.350
395.400
69.950
380.550
321.150
59.400
314.550
255.150
59.400

81
vi

Tabel 4.6
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Desember 2011
Nama

St

R. Bambang
K/1
Reni Nurbaeni
K/0
Wiwit Wicaksana TK/Marselina
K/0
Aries Sandi
K/2
Endang S
K/2
Sukisno
K/2
TK/Wendy Silvina
TK/Amir Hasibuan
Maryono
K/0

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
PPh
Jumlah
Jabatan & Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Penghasilan
JHT
Setahun
Setahun Jan-Nov Desember
59.790.160 3.397.508 56.392.652 18.480.000 37.912.000 1.895.600 1.748.242
147.358
30.048.669 1.802.133 28.246.536 15.840.000 12.406.000 620.300 574.333
45.967
31.218.900 1.892.613 29.326.289 15.840.000 13.486.000 674.300 622.083
52.217
25.537.476 1.549.934 23.987.542 15.840.000 8.147.000 407.350 427.208
(19.858)
27.536.669 1.676.533 25.860.136 19.800.000 6.060.000 303.000 282.250
20.750
24.643.476 1.505.234 23.138.242 19.800.000 3.338.000 166.900 158.038
8.863
30.125.476 1.779.334 28.346.142 19.800.000 8.546.000 427.300 395.108
32.192
26.666.669 1.633.033 25.033.636 15.840.000 9.193.000 459.650 426.700
32.950
24.673.476 1.506.734 23.166.742 15.840.000 7.326.000 336.300 339.538
26.763
24.523.476 1.499.234 23.024.242 17.160.000 5.864.000 293.200 276.188
17.013

82
vii

Tabel 4.7
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Januari 2011

83

Nama

St

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Biaya
Jumlah
Jabatan Penghasilan Penghasilan
Penghasilan & JHT
sebulan
Setahun
1.670.250 108.513
1.561.738 18.740.850
1.781.750 114.088
1.667.663 20.011.950
1.781.750 114.088
1.667.663 20.011.950
1.781.750 114.088
1.667.663 20.011.950
1.781.750 114.088
1.667.663 20.011.950
1.648.750 107.438
1.541.313 18.495.750
1.614.750 105.738
1.509.013 18.108.150
2.047.750 127.388
1.920.363 23.044.350
2.026.250 123.313
1.899.938 22.799.250
1.586.750 104.388
1.482.413 17.788.950
1.833.250 116.663
1.716.588 20.599.050
1.973.750 123.688
1.850.063 22.200.750
1.616.750 105.838
1.510.913 18.130.950
1.729.602 109.080
1.620.522 19.446.263
1.787.602 111.980
1.675.622 20.107.463
1.781.750 114.088
1.667.663 20.011.950
1.648.750 107.438
1.541.313 18.495.750
1.526.750 101.338
1.425.413 17.104.950
1.571.750 103.588
1.468.163 17.617.950
2.133.250 131.663
2.001.588 24.019.050

PTKP
15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

PKP
2.900.000
211.000
1.531.000
2.851.000
2.655.000
2.268.000
3.244.000
2.999.000
628.000
4.759.000
3.720.000
970.000
2.286.000
4.267.000
4.171.000
2.655.000
457.000
6.859.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Per Tahun per Bulan
145.000
12.083
10.500
879
76.550
7.655
142.550
14.255
132.750
13.275
113.400
11.340
162.200
13.517
149.950
14.995
31.400
2.617
237.950
19.829
186.000
15.500
48.500
4.850
114.300
9.525
213.350
17.779
208.550
17.379
132.750
13.275
22.850
1.904
342.950
28.579

viii

Tabel 4.8
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Agustus 2011
(dalam rupiah)

84

Nama

St

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Jumlah
Penghasilan
1.639.250
1.811.750
1.811.750
1.811.750
1.736.750
1.586.750
1.586.750
1.714.250
1.768.750
1.616.750
1.826.750
1.923.250
1.816.750
1.724.602
1.764.102
1.745.250
1.678.750
1.571.750
1.661.750
1.816.750

Biaya
PPh
PPh
Jabatan Penghasilan Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21
& JHT
sebulan
Setahun
Per Tahun per Bulan
106.963
1.532.288 18.387.450 15.840.000 2.547.000
127.350
10.613
115.588
1.696.163 20.353.950 19.800.000 553.000
27.650
2.304
115.588
1.696.163 20.353.950 18.480.000 1.873.000
93.650
7.804
115.588
1.696.163 20.353.950 21.120.000
111.838
1.624.913 19.498.950 17.160.000 3.658.000
182.900
18.290
104.338
1.482.413 17.788.950 15.840.000 1.948.000
97.400
8.117
104.338
1.482.413 17.788.950 15.840.000 1.948.000
97.400
8.117
110.713
1.603.538 19.242.450 19.800.000 2.082.000
104.100
8.675
113.438
1.655.313 19.863.750 19.800.000 2.703.000
135.150
13.515
105.838
1.510.913 18.130.750 17.160.000 970.000
78.500
4.042
116.338
1.710.413 20.524.950 15.840.000 4.684.000
234.200
19.517
121.163
1.802.088 21.625.050 18.480.000 4.465.000
223.250
18.604
115.838
1.700.913 20.410.950 17.160.000 4.570.000
228.500
22.850
108.830
1.615.772 19.389.263 17.160.000 3.549.000
177.450
17.788
110.805
1.653.297 19.839.563 15.840.000 3.999.000
199.950
16.663
112.263
1.632.988
19.595.85. 15.840.000 3.755.000
187.750
15.646
108.938
1.569.813 18.837.750 15.840.000 2.997.000
149.850
14.985
103.588
1.468.163 17.617.950 17.160.000 457.000
22.850
1.904
108.088
1.553.663 18.643.950 17.160.000 1.483.000
74.150
6.179
115.838
1.700.913 20.410.950 17.160.000 4.570.000
228.500
22.850

ix

Tabel 4.9
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Tunjangan Hari Raya (THR)

85

Nama

St

THR

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.130.000
1.130.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000

Jumlah
Penghasilan
20.921.000
22.991.000
22.991.000
22.991.000
22.991.000
20.921.000
20.921.000
21.821.000
22.475.000
20.651.000
23.171.000
24.329.000
23.051.000
21.825.224
22.299.224
22.193.000
21.395.000
20.111.000
21.191.000
23.051.000

Biaya
Jabatan & Penghasilan
JHT
Setahun
1.346.050 19.574.950
1.449.550 21.541.450
1.449.550 21.541.450
1.449.550 21.541.450
1.404.550 20.686.450
1.314.550 18.976.450
1.314.550 18.976.450
1.391.050 20.429.950
1.423.750 21.051.250
1.332.550 19.318.450
1.458.550 21.712.450
1.516.450 22.812.550
1.452.550 21.598.450
1.362.462 20.462.763
1.386.161 20.913.063
1.409.650 20.783.350
1.369.750 20.025.250
1.305.550 18.805.450
1.359.550 19.831.450
1.452.550 21.598.450

PTKP

PKP

15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

3.734.000
1.741.000
3.061.000
421.000
4.846.000
3.136.000
3.136.000
3.269.000
3.891.000
2.158.000
5.872.000
5.652.000
5.758.000
4.622.000
5.073.000
4.943.000
4.185.000
1.645.000
2.671.000
5.758.000

(dalam rupiah)

PPh
PPh
PPh
Pasal 21
Pasal 21 Pasal 21
Gaji & THR
Gaji
THR
186.700 127.350
59.350
87.050
27.350
59.400
153.050
93.650
59.400
21.050
21.050
242.300 182.900
59.400
156.800
97.400
59.400
156.800
97.400
59.400
163.450 104.100
59.350
194.550 135.150
59.400
107.900
48.500
59.400
293.600 234.200
59.400
282.600 223.250
59.350
287.900 228.500
59.400
231.100 177.450
53.650
253.650 199.850
53.700
247.150 187.750
59.400
209..250 149.850
59.400
82.250
22.850
59.400
133.550
74.150
59.400
287.900 228.500
59.400

86

Nama

St

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Tabel 4.10
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Desember 2011
(dalam rupiah)
Biaya
PPh
PPh
PPh
Jumlah
Jabatan & Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Penghasilan
JHT
Setahun
Setahun Jan-Nov Desember
21.665.000 1.383.250 20.281.750 15.840.000 4.441.000 222.050 212.488
9.563
22.916.000 1.445.800 21.470.200 19.800.000 1.670.000
83.500
82.072
1.428
22.916.000 1.445.800 21.470.200 18.480.000 2.990.000 149.500 144.948
4.553
22.916.000 1.445.800 21.470.200 21.120.000
350.000
21.000
21.050
(50)
22.304.000 1.415.200 20.888.800 17.160.000 5.048.000 302.880 227.015
75.865
21.530.000 1.376.500 20.153.500 15.840.000 4.313.000 215.650 204.873
10.777
21.476.500 1.373.825 20.102.675 15.840.000 4.262.000 213.100 201.906
11.149
23.460.500 1.473.025 21.987.475 19.800.000 4.827.000 241.350 160.296
81.054
25.465.000 1.573.250 23.891.750 19.800.000 6.731.000 403.860 268.605
135.255
22.857.500 1.442.875 21.414.625 17.160.000 4.254.000 212.700 217.229
(4.529)
23.537.000 1.476.850 22.060.150 15.840.000 6.220.000 311.100 260.763
50.238
25.413.000 1570.650 23.842.350 18.480.000 6.682.000 334.100 277.871
56.229
21.275.000 1.363.750 19.911.250 17.160.000 4.071.000 244.260 198.420
45.840
22.122.724 1.377.336 20.745.388 17.160.000 4.905.000 245.250 215.992
29.258
22.259.724 1.384.186 20.875.538 15.840.000 5.035.000 251.750 239.392
12.358
22.002.500 1.400.125 20.602.375 15.840.000 4.762.000 238.100 228.921
9.179
19.352.500 1.267.625 18.084.875 15.840.000 2.244.000 134.640 210.540
(75.900)
19.796.000 1.289.800 18.506.200 17.160.000 1.346.000
67.300
67.017
283
20.561.000 1.328.050 19.232.950 17.160.000 2.027.000 103.600
97.446
6.154
21.257.500 1.326.875 19.894.625 17.160.000 4.054.000 243.240 197.019
46.221

xi

Tabel 4.11
Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011 Karyawan Tetap dan Outsourcing Metode Gross
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
(dalam rupiah)
Karyawan Tetap
Greeting
Kantin
Pengadaan
Service

Uraian

Adm
&Umum

Karyawan
Outsourcing

Total

Simpin
1. Penghasilan Bruto
Gaji Pokok
40.903.500 95.571.000 27.306.000 72.261.000 153.699.900 6.290.190.000 6.679.931.400
Tunjangan Transportasi
19.680.000 51.930.000 14.580.000 38.850.000 76.770.000 1.361.625.000 1.563.435.000
Tunjangan Jabatan
6.506.000 10.824.000 2.712.000 10.776.000 49.464.000
80.282.000
Tunjangan Kesehatan
3.000.000
3.000.000
Tunjangan Telepon
3.600.000
3.600.000
JKK & JKM
220.879
516.083
147.452
390.209
829.979
33.967.026
36.071.630
JPK
1.860.000
5.040.000 1.080.000
3.240.000
5.640.000 207.090.000
223.950.000
Uang Lembur
5.452.000 940.103.000
945.555.000
Tunjangan Hari Raya
3.153.958
8.866.250 2.501.500
6.919.750 14.223.408 467.400.000
503.064.866
Jumlah Penghasilan Bruto 72.324.337 172.747.333 48.326.952 132.436.959 312.679.287 9.300.375.026 10.038.889.896
2. Pengurang
Biaya Jabatan
Jaminan Hari Tua
PTKP
Jumlah Pengurang
3. PKP
4. PPh Ditanggung oleh
Karyawan

3.746.053
8.194.054 2.291.273
6.275.860 15.989.520 472.051.216
886.335
1.911.420
546.120
1.445.220
3.337.068 134.518.800
46.200.000 133.320.000 33.000.000 92.400.000 168.300.000 6.982.580.000
50.832.388 143.425.474 35.837.393 100.121.080 187.626.588 7.589.150.016
21.491.949 29.321.859 12.489.559 32.315.879 125.052.699 1.711.319.035
813.313
1.443.800
618.200
1.598.400
5.841.308
87.864.746

508.547.977
142.644.963
7.455.800.000
8.106.992.940
1.931.896.956
98.179.867

Sumber : Summary olah data internal Koperasi

87
xii

b.

Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh Perusahaan


Tabel-tabel (4.12-4.20) dibawah ini akan memperlihatkan
sampel perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung
oleh perusahaan atau metode perhitungan net baik untuk karyawan
tetap dan karyawan outsourcing pada bulan Januari, Agustus dan
Desember dan juga sampel perhitungan pemberian Tunjangan Hari
Raya (THR). Dan tabel 4.21 merupakan perhitungan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung oleh karyawan pada tahun
2011.

iv
88

Tabel 4.12
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Januari 2011
Nama

St

R. Bambang
Reni Nurbaeni
Wiwit Wicaksana
Marselina
Aries Sandi
Endang S
Sukisno
Wendy Silvina
Amir Hasibuan
Maryono

K/1
K/0
TK/K/0
K/2
K/2
K/2
TK/TK/-

K/0

Jumlah
Penghasilan
4.619.180
2.383.493
2.337.413
2.049.493
2.019.493
1.886.894
2.326.394
2.019.493
1.916.894
1.826.894

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
Jabatan Penghasila Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21
& JHT n sebulan
Setahun
Per Tahun per Bulan
264.959 4.354.221 52.250.652 18.480.000 33.770.000 1.688.500 140.708
144.150 2.239.344 26.872.123 15.840.000 11.032.000
551.600
45.967
144.510 2.192.903 26.314.835 15.840.000 10.474.000
523.700
43.642
127.450 1.922.044 23.064.523 15.840.000 7.224.000
361.200
30.100
125.950 1.893.544 22.722.523 19.800.000 2.922.000
146.100
12.175
117.100 1.769.794 21.237.530 19.800.000 1.437.000
71.850
5.988
139.075 2.187.319 26.247.830 19.800.000 6.447.000
322.350
26.863
125.950 1.893.544 22.722.523 15.840.000 6.882.000
344.100
28.675
118.600 1.798.294 21.579.530 15.840.000 5.739.000
286.950
23.913
114.100 1.712.794 20.553.530 17.160.000 3.393.000
169.650
14.138

89
iv

Tabel 4.13
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Agustus 2011
Nama
R. Bambang
Reni Nurbaeni
Wiwit Wicaksana
Marselina
Aries Sandi
Endang S
Sukisno
Wendy Silvina
Amir Hasibuan
Maryono

St
K/1
K/0
TK/K/0
K/2
K/2
K/2
TK/TK/-

K/0

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
Jumlah
Jabatan Penghasilan Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21
Penghasilan & JHT
sebulan
Setahun
Per Tahun per Bulan
4.759.180 271.959
4.487.221 53.846.652 18.480.000 35.366.000 1.768.300 147.358
2.323.493 141.150
2.182.344 26.188.123 15.840.000 10.348.000
517.400
43.117
2.457.413 150.510
2.306.903 27.682.835 15.840.000 11.842.000
592.100
49.342
2.109.493 130.450
1.979.044 23.748.523 15.840.000 7.908.000
395.400
32.950
2.229.493 136.450
2.093.044 25.116.523 19.800.000 5.316.000
265.800
22.150
2.006.894 123.100
1.883.794 22.605.530 19.800.000 2.805.000
140.250
11.688
2.390.394 142.275
2.248.119 26.977.430 19.800.000 7.177.000
358.850
29.904
2.109.493 130.450
1.979.044 23.748.523 15.840.000 7.908.000
395.400
32.950
1.976.894 121.600
1.855.294 22.263.530 15.840.000 6.423.000
321.150
26.763
1.976.894 121.600
1.855.294 22.263.530 17.160.000 5.103.000
255.150
21.263

90
v

Tabel 4.14
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Tunjangan Hari Raya (THR)
Nama
R. Bambang
Reni Nurbaeni
Wiwit Wicaksana
Marselina
Aries Sandi
Endang S
Sukisno
Wendy Silvina
Amir Hasibuan
Maryono

St

THR

2.920.000
1.686.750
1.819.950
1.472.750
1.472.750
1.250.750
1.250.750
TK/- 1.472.750
TK/- 1.250.750
K/0 1.250.750

K/1
K/0
TK/K/0
K/2
K/2
K/2

Jumlah
Penghasilan
60.030.160
29.568.669
31.308.900
26.786.669
28.226.669
25.333.476
29.935.476
26.786.669
24.973.476
24.973.476

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
PPh
Jabatan & Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21
Pasal 21 Pasal 21
JHT
Setahun
Gaji & THR
Gaji
THR
3.409.508 56.620.652 18.480.000 38.140.000
1.907.000 1.768.300 138.700
1.778.133 27.790.536 15.840.000 11.950.000
597.500 517.400
80.100
1.897.113 29.411.787 15.840.000 13.571.000
678.550 592.100
86.450
1.639.033 25.147.636 15.840.000 9.307.000
465.350 395.400
69.950
1.711.033 26.515.636 19.800.000 6.715.000
335.750 265.800
69.950
1.539.734 23.793.742 19.800.000 3.993.000
199.650 140.250
59.400
1.769.834 28.165.642 19.800.000 8.365.000
418.250 358.850
59.400
1.639.033 25.147.636 15.840.000 9.307.000
465.350 395.400
69.950
1.521.734 23.451.742 15.840.000 7.611.000
380.550 321.150
59.400
1.521.734 23.451.742 17.160.000 6.291.000
314.550 255.150
59.400

91
vi

Tabel 4.15
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Desember 2011
Nama
R. Bambang
Reni Nurbaeni
Wiwit Wicaksana
Marselina
Aries Sandi
Endang S
Sukisno
Wendy Silvina
Amir Hasibuan
Maryono

St
K/1
K/0
TK/K/0
K/2
K/2
K/2
TK/TK/-

K/0

Jumlah
Penghasilan
59.790.160
30.048.669
31.218.900
25.537.476
27.536.669
24.643.476
30.125.476
26.666.669
24.673.476
24.523.476

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
PPh
Jabatan & Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
JHT
Setahun
Setahun Jan-Nov Desember
3.397.508 56.392.652 18.480.000 37.912.000 1.895.600 1.748.242
147.358
1.802.133 28.246.536 15.840.000 12.406.000 620.300
574.333
45.967
1.892.613 29.326.289 15.840.000 13.486.000 674.300
622.083
52.217
1.549.934 23.987.542 15.840.000 8.147.000 407.350
427.208
(19.858)
1.676.533 25.860.136 19.800.000 6.060.000 303.000
282.250
20.750
1.505.234 23.138.242 19.800.000 3.338.000 166.900
158.038
8.863
1.779.334 28.346.142 19.800.000 8.546.000 427.300
395.108
32.192
1.633.033 25.033.636 15.840.000 9.193.000 459.650
426.700
32.950
1.506.734 23.166.742 15.840.000 7.326.000 336.300
339.538
26.763
1.499.234 23.024.242 17.160.000 5.864.000 293.200
276.188
17.013

92
vii

Tabel 4.16
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Januari 2011

93

Nama

St

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Jumlah
Penghasilan
1.670.250
1.781.750
1.781.750
1.781.750
1.781.750
1.648.750
1.614.750
2.047.750
2.026.250
1.586.750
1.833.250
1.973.750
1.616.750
1.729.602
1.787.602
1.781.750
1.648.750
1.526.750
1.571.750
2.133.250

Biaya
Jabatan Penghasilan Penghasilan
PTKP
& JHT
sebulan
Setahun
108.513
1.561.738 18.740.850 15.840.000
114.088
1.667.663 20.011.950 19.800.000
114.088
1.667.663 20.011.950 18.480.000
114.088
1.667.663 20.011.950 21.120.000
114.088
1.667.663 20.011.950 17.160.000
107.438
1.541.313 18.495.750 15.840.000
105.738
1.509.013 18.108.150 15.840.000
127.388
1.920.363 23.044.350 19.800.000
123.313
1.899.938 22.799.250 19.800.000
104.388
1.482.413 17.788.950 17.160.000
116.663
1.716.588 20.599.050 15.840.000
123.688
1.850.063 22.200.750 18.480.000
105.838
1.510.913 18.130.950 17.160.000
109.080
1.620.522 19.446.263 17.160.000
111.980
1.675.622 20.107.463 15.840.000
114.088
1.667.663 20.011.950 15.840.000
107.438
1.541.313 18.495.750 15.840.000
101.338
1.425.413 17.104.950 17.160.000
103.588
1.468.163 17.617.950 17.160.000
131.663
2.001.588 24.019.050 17.160.000

PKP
2.900.000
211.000
1.531.000
2.851.000
2.655.000
2.268.000
3.244.000
2.999.000
628.000
4.759.000
3.720.000
970.000
2.286.000
4.267.000
4.171.000
2.655.000
457.000
6.859.000

(dalam rupiah)

PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Per Tahun per Bulan
145.000
12.083
10.500
879
76.550
7.655
142.550
14.255
132.750
13.275
113.400
11.340
162.200
13.517
149.950
14.995
31.400
2.617
237.950
19.829
186.000
15.500
48.500
4.850
114.300
9.525
213.350
17.779
208.550
17.379
132.750
13.275
22.850
1.904
342.950
28.579

viii

Tabel 4.17
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Agustus 2011

94

Nama

St

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Jumlah
Penghasilan
1.639.250
1.811.750
1.811.750
1.811.750
1.736.750
1.586.750
1.586.750
1.714.250
1.768.750
1.616.750
1.826.750
1.923.250
1.816.750
1.724.602
1.764.102
1.745.250
1.678.750
1.571.750
1.661.750
1.816.750

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
Jabatan Penghasilan Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21
& JHT
sebulan
Setahun
Per Tahun per Bulan
106.963
1.532.288 18.387.450 15.840.000 2.547.000
127.350
10.613
115.588
1.696.163 20.353.950 19.800.000 553.000
27.650
2.304
115.588
1.696.163 20.353.950 18.480.000 1.873.000
93.650
7.804
115.588
1.696.163 20.353.950 21.120.000
111.838
1.624.913 19.498.950 17.160.000 3.658.000
182.900
18.290
104.338
1.482.413 17.788.950 15.840.000 1.948.000
97.400
8.117
104.338
1.482.413 17.788.950 15.840.000 1.948.000
97.400
8.117
110.713
1.603.538 19.242.450 19.800.000 2.082.000
104.100
8.675
113.438
1.655.313 19.863.750 19.800.000 2.703.000
135.150
13.515
105.838
1.510.913 18.130.750 17.160.000 970.000
78.500
4.042
116.338
1.710.413 20.524.950 15.840.000 4.684.000
234.200
19.517
121.163
1.802.088 21.625.050 18.480.000 4.465.000
223.250
18.604
115.838
1.700.913 20.410.950 17.160.000 4.570.000
228.500
22.850
108.830
1.615.772 19.389.263 17.160.000 3.549.000
177.450
17.788
110.805
1.653.297 19.839.563 15.840.000 3.999.000
199.950
16.663
112.263
1.632.988
19.595.85. 15.840.000 3.755.000
187.750
15.646
108.938
1.569.813 18.837.750 15.840.000 2.997.000
149.850
14.985
103.588
1.468.163 17.617.950 17.160.000 457.000
22.850
1.904
108.088
1.553.663 18.643.950 17.160.000 1.483.000
74.150
6.179
115.838
1.700.913 20.410.950 17.160.000 4.570.000
228.500
22.850

ix
78

Tabel 4.18
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Tunjangan Hari Raya (THR)
Nama

95

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

St

THR

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.130.000
1.130.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000
1.250.000

Jumlah
Penghasilan
20.921.000
22.991.000
22.991.000
22.991.000
22.991.000
20.921.000
20.921.000
21.821.000
22.475.000
20.651.000
23.171.000
24.329.000
23.051.000
21.825.224
22.299.224
22.193.000
21.395.000
20.111.000
21.191.000
23.051.000

(dalam rupiah)

Biaya
PPh
PPh
PPh
Jabatan & Penghasilan
PTKP
PKP
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
JHT
Setahun
Gaji&THR
Gaji
THR
1.346.050 19.574.950 15.840.000 3.734.000
186.700 127.350
59.350
1.449.550 21.541.450 19.800.000 1.741.000
87.050
27.350
59.400
1.449.550 21.541.450 18.480.000 3.061.000
153.050
93.650
59.400
1.449.550 21.541.450 21.120.000 421.000
21.050
21.050
1.404.550 20.686.450 17.160.000 4.846.000
242.300 182.900
59.400
1.314.550 18.976.450 15.840.000 3.136.000
156.800
97.400
59.400
1.314.550 18.976.450 15.840.000 3.136.000
156.800
97.400
59.400
1.391.050 20.429.950 19.800.000 3.269.000
163.450 104.100
59.350
1.423.750 21.051.250 19.800.000 3.891.000
194.550 135.150
59.400
1.332.550 19.318.450 17.160.000 2.158.000
107.900
48.500
59.400
1.458.550 21.712.450 15.840.000 5.872.000
293.600 234.200
59.400
1.516.450 22.812.550 18.480.000 5.652.000
282.600 223.250
59.350
1.452.550 21.598.450 17.160.000 5.758.000
287.900 228.500
59.400
1.362.462 20.462.763 17.160.000 4.622.000
231.100 177.450
53.650
1.386.161 20.913.063 15.840.000 5.073.000
253.650 199.850
53.700
1.409.650 20.783.350 15.840.000 4.943.000
247.150 187.750
59.400
1.369.750 20.025.250 15.840.000 4.185.000
209..250 149.850
59.400
1.305.550 18.805.450 17.160.000 1.645.000
82.250
22.850
59.400
1.359.550 19.831.450 17.160.000 2.671.000
133.550
74.150
59.400
1.452.550 21.598.450 17.160.000 5.758.000
287.900 228.500
59.400

Tabel 4.19
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Desember 2011
(dalam rupiah)

96

Nama

St

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita Sari
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik Hidayat
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Jumlah
Penghasilan
21.665.000
22.916.000
22.916.000
22.916.000
22.304.000
21.530.000
21.476.500
23.460.500
25.465.000
22.857.500
23.537.000
25.413.000
21.275.000
22.122.724
22.259.724
22.002.500
19.352.500
19.796.000
20.561.000
21.257.500

Biaya
Jabatan & Penghasilan
JHT
Setahun
1.383.250 20.281.750
1.445.800 21.470.200
1.445.800 21.470.200
1.445.800 21.470.200
1.415.200 20.888.800
1.376.500 20.153.500
1.373.825 20.102.675
1.473.025 21.987.475
1.573.250 23.891.750
1.442.875 21.414.625
1.476.850 22.060.150
1570.650 23.842.350
1.363.750 19.911.250
1.377.336 20.745.388
1.384.186 20.875.538
1.400.125 20.602.375
1.267.625 18.084.875
1.289.800 18.506.200
1.328.050 19.232.950
1.326.875 19.894.625

PTKP

PKP

15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

4.441.000
1.670.000
2.990.000
350.000
5.048.000
4.313.000
4.262.000
4.827.000
6.731.000
4.254.000
6.220.000
6.682.000
4.071.000
4.905.000
5.035.000
4.762.000
2.244.000
1.346.000
2.027.000
4.054.000

PPh
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Setahun Jan-Nov Desember
222.050 212.488
9.563
83.500
82.072
1.428
149.500 144.948
4.553
21.000
21.050
(50)
302.880 227.015
75.865
215.650 204.873
10.777
213.100 201.906
11.149
241.350 160.296
81.054
403.860 268.605
135.255
212.700 217.229
(4.529)
311.100 260.763
50.238
334.100 277.871
56.229
244.260 198.420
45.840
245.250 215.992
29.258
251.750 239.392
12.358
238.100 228.921
9.179
134.640 210.540
(75.900)
67.300
67.017
283
103.600
97.446
6.154
243.240 197.019
46.221

xi

Tabel 4.20
Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011 Karyawan Tetap dan Outsourcing Metode Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
(dalam rupiah)
Karyawan Tetap
Greeting
Kantin
Pengadaan Service

Uraian

Adm &
Umum

Karyawan
Outsourcing

Total

Simpin
1. Penghasilan Bruto
Gaji Pokok
40.903.500 95.571.000 27.306.000 72.261.000 153.699.900 6.290.190.000 6.679.931.400
Tunjangan Transportasi
19.680.000 51.930.000 14.580.000 38.850.000 76.770.000 1.361.625.000 1.563.435.000
Tunjangan Jabatan
6.506.000 10.824.000 2.712.000 10.776.000 49.464.000
80.282.000
Tunjangan Kesehatan
3.000.000
3.000.000
Tunjangan Telepon
3.600.000
3.600.000
JKK & JKM
220.879
516.083
147.452
390.209
829.979
33.967.026
36.071.630
JPK
1.860.000
5.040.000 1.080.000
3.240.000
5.640.000 207.090.000
223.950.000
Uang Lembur
5.452.000 940.103.000
945.555.000
Tunjangan Hari Raya
3.153.958
8.866.250 2.501.500
6.919.750 14.223.408 467.400.000
503.064.866
Jumlah Penghasilan Bruto 72.324.337 172.747.333 48.326.952 132.436.959 312.679.287 9.300.375.026 10.038.889.896
2. Pengurang
Biaya Jabatan
Jaminan Hari Tua
PTKP
Jumlah Pengurang
3. PKP
4. PPh Ditanggung oleh
Perusahaan

3.746.053
8.194.054 2.291.273
6.275.860 15.989.520 472.051.216
886.335
1.911.420
546.120
1.445.220
3.337.068 134.518.800
46.200.000 133.320.000 33.000.000 92.400.000 168.300.000 6.982.580.000
50.832.388 143.425.474 35.837.393 100.121.080 187.626.588 7.589.150.016
21.491.949 29.321.859 12.489.559 32.315.879 125.052.699 1.711.319.035
813.313
1.443.800
618.200
1.598.400
5.841.308
87.864.746

508.547.977
142.644.963
7.455.800.000
8.106.992.940
1.931.896.956
98.179.867

97

Sumber : Summary olah data internal Koperasi

xii

c.

Penghasilan Pasal 21 di Gross up


Tabel-tabel (4.21-4.28) dibawah ini akan memperlihatkan
sampel perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 tunjangan di
gross up baik untuk karyawan tetap dan karyawan outsourcing
pada bulan Januari, Agustus dan Desember dan juga sampel
perhitungan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Dan tabel
4.29 merupakan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
tunjangan di gross up pada tahun 2011.

iv
98

Tabel 4.21
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Januari 2011
Nama
R. Bambang
Reni Nurbaeni
Wiwit Wicak
Marseliana
Aries Sandi
Endang S
Sukisno
Wendy Silvana
Amir Hasibuan
Maryono

Biaya
Jumlah
Tunj.
Jabatan Penghasilan
Sebulan
Pajak Penghasilan & JHT
K/1 147.725 4.766.905 272.345 4.494.560
K/0 48.258 2.431.752 146.563 2.285.189
TK/- 45.821 2.383.233 146.801 2.236.433
K/0 31.600 2.081.73 6 129.030 1.952.064
K/2 12.783 2.032.277 126.589 1.905.688
6.288
1.893.181 114.414 1.775.767
K/2
K/2 28.204 2.354.598 140.485 2.214.113
TK/- 30.104
2.049.597 127.455 1.922.143
TK/- 25.104
1.941.998 119.855 1.822.143
14.842
1.841.736 114.842 1.726.894
K/0
St

Penghasilan
Setahun

53.934.717
27.422.268
26.837.192
23.424.763
22.868.253
21.309.207
26.569.357
23.065.711
21.865.717
20.722.725

PTKP

PKP

18.480.000 35.454.000
15.840.000 11.582.000
15.840.000 10.997.000
15.840.000 7.584.000
19.800.000
3.068.000
19.800.000 1.509.000
19.800.000 6.769.000
15.840.000 7.225.000
15.840.000 6.025.000
17.160.000 3.562.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Pertahun Perbulan
1.772.700 147.725
579.100
48.258
549.850
45.821
379.200
31.600
153.400
12.783
75.450
6.288
338.450
28.204
361.250
30.104
301.250
25.104
178.100
14.842

99
iv

Tabel 4.22
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Agustus 2011
Biaya
Jumlah
Tunj.
Jabatan Penghasilan
Sebulan
Pajak Penghasilan & JHT
R. Bambang
K/1 154.708 4.913.888 279.694 4.634.194
Reni Nurbaeni K/0 45.267 2.368.760 143.413 2.225.347
Wiwit Wicak
TK/- 51.804 2.509.217 153.100 2.356.117
Marseliana
K/0 34.592 2.144.085 132.179 2.011.906
Aries Sandi
K/2 23.254 2.252.747 137.612 2.115.135
Endang S
K/2 12.271 2.019.165 123.713 1.895.451
Sukisno
K/2 31.396 2.421.790 143.844 2.277.945
Wendy Silvana TK/- 34.592 2.144.085 132.179 2.011.906
Amir Hasibuan TK/- 28.096 2.004.990 123.004 1.881.985
Maryono
K/0 22.325 1.999.219 122.716 1.876.503
Nama

St

Penghasilan
Setahun

55.610.327
26.704.163
28.273.402
24.142.868
25.381.621
22.745.417
27.335.342
24.142.868
22.583.822
22.518.035

PTKP

PKP

18.480.000 37.130.000
15.840.000 10.864.000
15.840.000 12.433.000
15.840.000 8.302.000
19.800.000
5.581.000
19.800.000 2.945.000
19.800.000 7.535.000
15.840.000 8.302.000
15.840.000 6.743.000
17.160.000 5.358.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Pertahun Perbulan
1.856.500 154.708
543.200
45.267
621.650
51.804
415.100
34.592
279.050
23.254
147.250
12.271
376.750
31.396
415.100
34.592
337.150
28.096
267.900
22.325

100
v

Tabel 4.23
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Tunjangan Hari Raya (THR)
THR
Tunj.
Pajak
R. Bambang
K/1 2.002.100 2.920.000
627.300 1.686.750
Reni Nurbaeni K/0
Wiwit Wicak TK/- 712.400 1.819.950
488.550 1.472.750
Marseliana
K/0
352.500 1.472.750
Aries Sandi
K/2
209.600 1.250.750
Endang S
K/2
439.100 1.250.750
Sukisno
K/2
TK/488.550 1.472.750
Wendy S
TK/399.550 1.250.750
Amir H
330.250 1.250.750
Maryono
K/0

Nama

St

Jumlah Biaya
Penghasilan Jabatan &
JHT
62.032.260 3.509.613
30.195.969 1.809.498
32.021.300 1.932.733
27.273.219 1.663.461
28.579.169 1.728.658
25.543.076 1.550.214
30.374.576 1.791.789
27.275.219 1.663.461
25.373.026 1.541.711
25.303.726 1.538.246

Penghasilan
Setahun

PTKP

58.522.647
28.386.471
30.088.567
25.611.758
26.850.511
23.922.862
28.582.787
25.611.758
23.831.315
23.765.480

18.480.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
19.800.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000

(dalam rupiah)

PPh
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Gaji+THR
Gaji
THR
40.042.000 2.002.100 1.856.500 145.600
627.300
12.546.000
543.200 84.100
712.400
14.248.000
621.650 90.750
488.550
9.771.000
415.100 73.450
352.500
7.050.000
279.050 73.450
209.600
4.192.000
147.250 62.350
439.100
8.782.000
376.750 62.350
488.550
9.771.000
415.100 73.450
399.550
7.991.000
337.150 62.400
330.250
6.605.000
267.900 62.350
PKP

101
vi

Tabel 4.24
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Desember 2011
Nama
R. Bambang
Reni Nurbaeni
Wiwit Wicak
Marseliana
Aries Sandi
Endang S
Sukisno
Wendy Silvana
Amir Hasibuan
Maryono

Biaya
Tunj.
Jumlah
Jabatan &
Pajak Penghasilan
JHT
K/1 1.990.150 61.780.310 3.497.016
651.250 30.699.919 1.834.696
K/0
TK/- 707.900 31.926.800 1.928.008
427.650 25.965.126 1.571.316
K/0
318.100 27.854.769 1.692.438
K/2
175.200 24.818.676 1.513.994
K/2
448.600 30.574.076 1.801.746
K/2
TK/482.600 27.149.269 1.657.163
TK/384.600 25.058.076 1.525.964
307.800 24.831.276 1.514.624
K/0
St

Penghasilan
Setahun
58.283.295
28.865.223
29.998.782
24.393.810
26.162.331
23.304.682
28.772.312
25.492.106
23.532.112
23.316.652

PTKP
18.480.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
19.800.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000

( dalam rupiah)

PPh
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Setahun Jan-Nov
Des
39.803.000 1.990.150 1.835.421 154.729
651.250
13.025.000
602.975
48.275
707.900
14.158.000
653.117
54.783
427.650
8.553.000
448.517 (20.867)
318.100
6.362.000
296.338
21.763
175.200
3.504.000
165.917
9.283
448.600
8.972.000
414.804
33.796
482.600
9.652.000
447.975
34.625
384.600
7.692.000
356.496
28.104
307.800
6.156.000
289.958
17.842
PKP

102
vii

Tabel 4.25
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Januari 2011
Nama

103

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita S
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik H
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

Jumlah
Tunj.
Penghasilan
Pajak
TK/- 12.688 1.682.938
925
1.782.675
K/2
8.120
1.789.870
K/1
1.781.750
K/3
15.120
1.796.870
K/0
TK/- 14.080 1.662.830
TK/- 12.025 1.626.775
14.192
2.061.942
K/2
15.900
2.042.150
K/2
2.750
1.589.500
K/0
TK/- 20.817 1.854.067
16.275
1.990.025
K/1
5.145
1.621.895
K/0
10.000
1.739.602
K/0
TK/- 18.667 1.806.269
TK/- 18.246 1.799.996
TK/- 14.080 1.662.830
1.526.750
K/0
2.000
1.573.750
K/0
30.004
2.163.254
K/0

St

Biaya
Jabatan Penghasilan
Sebulan
& JHT
109.147 1.573.791
114.134 1.668.541
114.494 1.675.377
114.088 1.667.663
114.844 1.682.027
108.142 1.554.689
106.339 1.520.436
128.097 1.933.845
127.108 1.915.043
104.475 1.485.025
117.703 1.736.363
124.501 1.865.524
106.095 1.515.800
109.580 1.630.022
112.913 1.693.355
115.000 1.684.996
108.142 1.554.689
101.338 1.425.413
103.688 1.470.063
133.163 2.030.091

Penghasilan
Setahun

PTKP

PKP

18.885.488
20.022.495
20.104.518
20.011.950
20.184.318
18.656.262
18.245.235
23.206.135
22.980.510
17.823.300
20.836.360
22.386.285
18.189.603
19.560.263
20.320.263
20.219.953
18.656.262
17.104.950
17.640.750
24.361.098

15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

3.045.000
222.000
1.624.000
3.024.000
2.816.000
2.405.000
3.406.000
3.180.000
660.000
4.996.000
3.906.000
1.029.000
2.400.000
4.480.000
4.379.000
2.816.000
480.000
7.201.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Pertahun Perbulan

152.250
11.100
81.200
151.200
140.800
120.250
170.300
159.000
33.000
249.800
195.300
51.450
120.000
224.000
218.950
140.800
24.000
360.050

12.688
925
8.120
15.120
14.080
12.025
14.192
15.900
2.750
20.817
16.275
5.145
10.000
18.667
18.246
14.080
2.000
30.004

viii

Tabel 4.26
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Agustus 2011
Nama

104

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita S
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik H
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

Biaya
Jumlah
Tunj.
Jabatan Penghasilan Penghasilan
Sebulan
Setahun
Pajak Penghasilan & JHT
TK/- 11.142 1.650.392 107.520 1.542.872 18.514.465
2.421
1.814.171 115.709 1.698.462 20.381.548
K/2
8.196
1.819.946 115.997 1.703.949 20.447.383
K/1
1.811.750 115.588 1.696.163 20.353.950
K/3
19.400
1.756.150 112.808 1.643.343 19.720.110
K/0
8.525
1.595.275 104.764 1.490.511 17.886.135
TK/8.525
1.595.275 104.764 1.490.511 17.886.135
TK/9.108
1.723.358 111.168 1.612.190 19346.285
K/2
14.335
1.783.085 114.154 1.668.931 20.027.169
K/2
4.246
1.620.996 106.050 1.514.946 18.179.353
K/0
TK/- 20.492 1.847.242 117.362 1.729.880 20.758.555
19.529
1.42.779 122.139 1.820.640 21.847.683
K/1
24.235
1.840.985 117.049 1.723.936 20.687.229
K/0
15.525
1.740.127 109.606 1.630.521 19.566.248
K/0
TK/- 17.492 1.781.594 111.680 .1.669.914 20.038.968
TK/- 16.429 1.761.679 113.084 1.648.595 19.783.143
TK/- 15.890 1.694.640 109.732 1.584.908 19.017.896
2.000
1.573.750 103.688 1.470.063 17.640.750
K/0
6.488
1.668.238 108.412 1.559.826 18.717.908
K/0
24.235
1.840.985 117.049 1.723.936 20.681.229
K/0
St

PTKP

PKP

15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

2.674.000
581.000
1.967.000
3.880.000
2.046.000
20.46.000
2.186.000
2.867.000
1.019.000
4.918.000
4.687.000
4.847.000
3.726.000
4.198.000
3.943.000
3.178.000
480.000
1.557.000
4.847.000

(dalam rupiah)
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Pertahun Perbulan

133.700
29.050
98.350
-194.000
102.300
102.300
109.300
143.350
50.95
245.900
234.350
242.350
186.300
209.900
197.150
158.900
24.000
77.850
242.350

11.142
2.421
8.196
19.400
8.525
8.525
9.108
14.335
4.246
20.492
19.529
24.235
15.525
17.492
16.429
15.890
2.000
6.488
24.235

ix

Tabel 4.27
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Tunjangan Hari Raya (THR)
Nama

105

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita
Winarsih
Iim MIbrahim
Widodo
R. Taufik H
Ari Anggoro
Irvan S
Heru H
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
A Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandi

THR
Tunj.
Pajak
TK/ 196.050 1.250.000
K/2 91.400 1.250.000
K/1 160.700 1.250.000
K/3 26.760 1.250.000
K/0 308.340 1.250.000
TK/- 164.600 1.250.000
TK/- 164.600 1.250.000
K/2 171.650 1.250.000
K/2 247.560 1.250.000
K/0 113.300 1.250.000
TK/- 308.250 1.250.000
K/1 296.700 1.250.000
K/0 366.360 1.250.000
K/0 242.650 1.130.000
TK/- 266.300 1.130.000
TK/- 259.450 1.250.000
TK/- 266.280 1.250.000
K/0 86.350 1.250.000
K/0 140.200 1.250.000
K/0 366.360 1.250.000

St

Jumlah
Penghasilan
21.117.050
23..082.400
23.151.700
22.991.000
22.399.340
20.455.600
20.455.600
21.992.650
22.722.560
20.764.300
23.479.250
24.625.700
23.417.360
22.067.874
22.565.524
22.452.450
21.661.280
20.197.350
21.331.200
23.417.360

Biaya
Jabatan &
JHT
1.355.853
1.454.120
1.457.585
1.449.550
1.419.967
1.322.780
1.322.780
1.399.633
1.436.128
1.338.215
1.473.963
1.531.285
1.470.868
1.374.594
1.399.476
1.422.623
1.383.064
1.309.868
1.366.560
1.470.868

Penghasilan
Setahun

PTKP

19.761.198
21.628.280
21.694.115
21.541.450
20.979.373
19.132.820
19.132.820
20.593.018
21.286.432
19.426.085
22.005.288
23.094.415
21.946.492
20.693.280
21.166.048
21.029.828
20.278.216
18.887.483
19.964.640
21.946.492

15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

(dalam rupiah)

PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21
Gaji+THR Gaji
3.921.000 196.050 133.700
91.400 29.050
1.828.000
160.700 98.350
3.214.000
26.760
421.000
308.340
5.139.000
194.000
164.600 102.300
3.292.000
164.600 102.300
3.292.000
171.650 109.300
3.433.000
247.560 143.350
4.126.000
113.300 50.950
2.266.000
308.250 245.900
6.165.000
296.700 234.350
5.934.000
366.360 242.350
6.106.000
242.650 186.300
4.853.000
266.300 209.900
5.326.000
259.450 197.150
5.189.000
266.280 158.900
4.438.000
86.350 24.000
1.727.000
140.200
2.804.000
77.850
366.360 242.350
6.106.000
PKP

PPh
Pasal 21
THR
62.350
62.350
62.350
26.760
114.340
62.300
62.300
62.350
104.210
62.350
62.350
62.350
124.010
56.350
56.400
62.300
107.380
62.350
62.350
124.010

Tabel 4.28
Sampel Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan Outsourcing Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
Desember 2011
Nama

106

Ardiansyah
Budi Santoso
Haerudin
Mulhat
Zainudin
Retno Juwita S
Winarsih
Iim M Ibrahim
Widodo
R. Taufik H
Ari Anggoro
Irvan Setiawan
Heru Heryandi
Ade Nugraha
Jusal
Ike Verawati
Tuti Alawiyah
Ahmad Fauzan
Yus Sugito
Agus Rustandih

St
TK/K/2
K/1
K/3
K/0
TK/TK/K/2
K/2
K/0
TK/K/1
K/0
K/0
TK/TK/TK/K/0
K/0
K/0

Biaya
Tunj.
Jumlah
Jabatan & Penghasilan
Pajak Penghasilan
JHT
Setahun
233.150 21.898.150 1.394.908 20.503.243
87.650 23.003.650 1.450.183 21.553.468
156.950 23.072.950 1.453.648 21.619.303
22.260 22.938.260 1.446.913 21.491.347
321.180 22.625.180 1.431.259 21.193.921
226.400 21.756.400 1.387.820 20.368.580
223.750 21.700.250 1.385.013 20.315.238
253.400 23.713.900 1.485.695 22.228.205
428.280 25.893.280 1.594.664 24.298.616
223.300 23.080.800 1.454.040 21.626.760
326.500 23.863.500 1.493.175 22.370.325
350.750 25.763.750 1.588.188 24.175.563
259.020 21.534.020 1.376.701 20.157.319
257.450 22.380.174 1.390.209 20.989.965
264.300 22.524.024 1.397.401 21.126.623
249.950 22.252.450 1.412.623 20.839.828
142.800 19.495.300 1.274.765 18.220.535
70.650 19.866.650 1.293.333 18.573.318
108.800 20.669.800 1.333.490 19.336.310
257.940 21.515.440 1.375.772 20.139.668

PTKP

PKP

15.840.000
19.800.000
18.480.000
21.120.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
19.800.000
19.800.000
17.160.000
15.840.000
18.480.000
17.160.000
17.160.000
15.840.000
15.840.000
15.840.000
17.160.000
17.160.000
17.160.000

4.663.000
1.753.000
3.139.000
371.000
5.353.000
4.528.000
4.475.000
5.068.000
7.138.000
4.466.000
6.530.000
7.015.000
4.317.000
5.149.000
5.286.000
4.999.000
2.380.000
1.413.000
2.176.000
4.299.000

(dalam rupiah)

PPh
PPh
PPh
Pasal 21 Pasal 21 Pasal 21
Setahun Jan-Nov
Des
10.017
233.150 23.133
1.468
87.650 86.183
4.597
156.950 152.353
(4.500)
22.260 26.760
67.870
321.180 253.310
10.695
226.400 215.705
11.440
223.750 212.310
85.067
253.400 168.333
428.280 297.400 130.880
(4.754)
223.300 228.300
52.750
326.500 273.750
58.979
350.750 291.771
36.053
259.020 222.985
30.658
257.450 226.792
12.946
264.300 251.354
9.663
249.950 240.288
235.875
(93.075)
142.800
300
70.650 70.350
6.500
108.800 102.300
257.940 221.189
36.751

xi

Tabel 4.29
Rekapitulasi Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011 Karyawan Tetap dan Outsourcing Metode Gross Up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)
(dalam rupiah)
Karyawan Tetap
Greeting
Kantin
Pengadaan Service

Uraian

Adm &
Umum

Karyawan
Outsourcing

Total

Simpin
1. Penghasilan Bruto
Gaji Pokok
40.903.500 95.571.000 27.306.000 72.261.000 153.699.900 6.290.190.000 6.679.931.400
Tunjangan Transportasi
19.680.000 51.930.000 14.580.000 38.850.000 76.770.000 1.361.625.000 1.563.435.000
Tunjangan Jabatan
6.506.000 10.824.000 2.712.000 10.776.000 49.464.000
80.282.000
Tunjangan Kesehatan
3.000.000
3.000.000
Tunjangan Telepon
3.600.000
3.600.000
Tunjangan Pajak
853.867
1.515.750
649.000
1.678.100
6.132.704
97.807.276
108.636.697
JKK & JKM
220.879
516.083
147.452
390.209
829.979
33.967.026
36.071.630
JPK
1.860.000
5.040.000 1.080.000
3.240.000
5.640.000 207.090.000
223.950.000
Uang Lembur
5.452.000 940.103.000
945.555.000
Tunjangan Hari Raya
3.153.958
8.866.250 2.501.500
6.919.750 14.223.408 467.400.000
503.064.866
Jumlah Penghasilan Bruto 73.178.204 174.263.083 48.975.952 134.115.059 306.759.992 9.398.182.302 10.135.474.593

107

2. Pengurang
Biaya Jabatan
Jaminan Hari Tua
PTKP
Jumlah Pengurang
3. PKP
4. PPh Ditanggung oleh
Perusahaan
5. Tunjangan Pajak
6. PPh YMH Dipotong

3.786.851
8.247.870 2.317.485
6.342.511 16.261.255 475.377.670
886.335
1.911.420
546.120
1.445.220
3.337.068 134.518.800
46.200.000 133.320.000 33.000.000 92.400.000 168.300.000 6.982.580.000
50.873.186 143.479.290 35.863.605 100.187.131 187.898.323 7.592.476.470
22.305.018 30.783.793 13.112.347 33.927.329 118.861.669 1.805.705.832
853.867
1.515.750
649.000
1.678.100
6.132.704
97.807.276
853.867
-

1.515.750
-

649.000
-

1.678.100
-

6.132.704
-

97.807.276
-

512.333.642
142.644.963
7.455.800.000
8.110.778.605
1.905.834.319
108.636.697
108.636.697
-

iv

Tabel 4.30
Rekapitulasi Perbandingan Perhitungan PPh Pasal 21 Tahun 2011
(dalam rupiah)
N

1.

2.

108

3.
4.
5.
6.

Uraian
o
Penghasilan Bruto
Gaji Pokok
Tunjangan Transportasi
Tunjangan Jabatan
Tunjangan Kesehatan
Tunjangan Telepon
Tunjangan Pajak
JKK & JKM
JPK
Uang Lembur
Tunjangan Hari Raya
Jumlah Penghasilan Bruto
Pengurang
Biaya Jabatan
Jaminan Hari Tua
PTKP
Jumlah Pengurang
PKP
PPh Pasal 21 Setahun
Tunjangan Pajak
PPh Yang Dipotong dari
Penghasilan Karyawan

PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan

PPh Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan

PPh Pasal 21 Digross up

6.679.931.400
1.563.435.000
80.282.000
3.000.000
3.600.000

6.679.931.400
1.563.435.000
80.282.000
3.000.000
3.600.000

36.071.630
223.950.000
945.555.000
503.064.866
10.038.889.896

36.071.630
223.950.000
945.555.000
503.064.866
10.038.889.896

6.679.931.400
1.563.435.000
80.282.000
3.000.000
3.600.000
108.636.697
36.071.630
223.950.000
945.555.000
503.064.866
10.135.474.593

508.547.977
142.644.963
7.455.800.000
8.106.992.940
1.931.896.956
98.179.867
98.179.867

508.547.977
142.644.963
7.455.800.000
8.106.992.940
1.931.896.956
98.179.867
-

512.333.642
142.644.963
7.455.800.000
8.110.778.605
1.905.834.319
108.636.697
108.636.697
-

Sumber : Summary olah data internal Koperasi

Dari tabel 4.30 diketahui jumlah rekapitulasi pajak yang


dipotong dan disetor ke kas negara selama satu tahun adalah
sebesar Rp 98.179.867,- dan jumlah tersebut akan mengurangi
jumlah pendapatan yang diterima oleh karyawan dan Koperasi
Satya Ardhia Mandiri tidak memerlukan tambahan pengeluaran
untuk Pajak Penghasilan Pasal 21.
Pada dasarnya, perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
ditanggung karyawan sama dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal
21 ditanggung perusahaan. Perbedaannya hanya terdapat pada
Pajak Penghasilan yang harus dipotong oleh perusahaan. Jumlah
pajak sebesar Rp 98.179.867,- akan menjadi tanggungan
perusahaan dan bukan menjadi beban atau tanggungan karyawan
yang bersangkutan.
Pada metode ini perusahaan harus menambah pengeluaran
sebanyak Rp 98.179.867,- untuk pembayaran pajak. Secara
akuntansi komersial jumlah ini dapat dikurangkan sebagai biaya
tetapi secara fiskal jumlah tersebut tidak dapat dikurangkan sebagai
biaya karena merupakan bagian dari kenikmatan yang diberikan
kepada karyawan. Oleh karena itu, perusahaan harus melakukan
koreksi positif dengan mengurangkan biaya pajak dari unsur
pengurang pada Pajak Penghasilan Badan sehingga laba fiskal
yang didapatkan akan naik dan pembayaran pajak akan bertambah
karena koreksi positif tersebut.

iv
109

Sedangkan pada perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal


21 di-gross up terlihat bahwa tunjangan pajak pada tahun 2011
sebesar Rp 108.636.697 adalah sama besar dengan jumlah pajak
yang harus dibayarkan oleh karyawan. Adanya persamaan ini
menyebabkan jumlah pajak yang harus dipotong adalah nihil
karena jumlah pajak yang harus dipotong sama dengan pemberian
tunjangan pajak. Dan pemberian tunjangan pajak di-gross up ini
dapat dibiayakan kerena tunjangan ini masuk dalam bagian
penghasilan yang diterima karyawan.

4.

Pajak

Penghasilan

(PPh)

Pasal

21

Ditanggung

Karyawan,

Perusahaan, Gross up dan Analisis ke Pajak Penghasilan (PPh)


Badan
a.

Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh Karyawan


Tabel 4.31
Laporan Laba/(Rugi)
Jika Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Karyawan
(dalam rupiah)
No
Keterangan
I Pendapatan Usaha
Pendapatan Simpin
Pendapatan Simpin Multiguna
Pendapatan Voucher
Pendapatan Pengadaan Barang
Pendapatan Greeting Service
Pendapatan Jasa Tenaga Outsourcing
Pendapatan Pengadaan Motor
Pendapatan Vending Machine
Pendapatan Aquarium
Pendapatan Toko 634
Jumlah Pendapatan Usaha

Jumlah
250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

v
110

Lanjutan Tabel 4.31


No
Keterangan
II Biaya Usaha
A Biaya Operasional Simpin
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Jumlah Biaya Operasional Simpin
B

Jumlah

65.353.165,00
3.153.958,00
3.594.308,00
72.101.431,00

Biaya Operasional Voucher


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Sewa Listrik
Biaya Pembelian Barang Dagangan
Jumlah Biaya Operasional Voucher

154.313.580,00
8.866.250,00
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
771.719.630,00

Biaya Operasional Pengadaan


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Pengadaan Barang
Jumlah Biaya Op. Pengadaan

43.451880.,00
2.501.500,00
2.237.774,00
667.370.270,00
715.561.424,00

D Biaya Operasional Greeting Service


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Surchart/Konsesi
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Telepon
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Op. Greeting Service
E Biaya Operasional Outsourcing
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Seragam Dinas
Biaya Terminasi
Biaya Pembinaan
Biaya AVSEC

118.941.780,00
6.919.750,00
6.303.866,00
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
328.711.710,00

8.457.399.200,00
467.400.000,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00

111
vi

Lanjutan Tabel 4.31


No
Keterangan
Biaya Pas
Jumlah Biaya Op. Outsourcing
F Biaya Operasional Aquarium
Biaya Peralatan
Jumlah Biaya Operasional Aquarium
G

Biaya Operasional Toko 634


Biaya Pembelian
Jumlah Biaya Toko 634
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Honorarium Pengurus
Biaya Seragam Dinas
Biaya Listrik
Biaya Administrasi
Biaya ATK
Biaya Rapat
Biaya Air Minum
Biaya Perlengkapan
Biaya Telpon & Fax
Biaya Ijin Usaha
Biaya Penyusutan
Biaya Cetak
Biaya Bahan Bakar
Biaya Materai
Bonus
Biaya Perawatan Kendaraan
Jumlah Biaya Administrasi & Umum
Jumlah Biaya Usaha
Jumlah Hasil Usaha

III Pendapatan Non Usaha


Pendapatan Bunga
Pendapatan Lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Usaha
IV Biaya Non Usaha
Biaya Administrasi Bank
Biaya Bunga Bank

Jumlah
49.901.000,00
17.525.442.871,00

3.833.000,00
3.833.000,00

34.700.445,00
34.700.445,00

285.698.832,00
14.223.408,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00
821.210.739,00
20.273.281.250,00
487.546.435,00
101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

4.288.866,00
23.977.373,17
112
vii

Lanjutan Tabel 4.31


No
Keterangan
Biaya Transfer Bank
Jumlah Biaya Non Usaha
Jumlah Hasil Non Usaha

Jumlah
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06

Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak


PPh Terhutang
Laba Bersih

556.221.645,06
127.108.950,00
429.112.695,00

Sumber: Intern Koperasi Satya Ardhia Mandiri

Dalam hal perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan,


Koperasi Satya Ardhia Mandiri menggunakan tarif PPh Pasal 31 E
ayat (1) yang berbunyi Wajib Pajak Badan dalam negeri dengan
peredaran usaha sampai dengan Rp 50.000.000.000 (lima puluh
milyar rupiah) mendapat fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar
50% (lima puluh persen) yang dikenakan atas penghasilan kena
pajak

dari

bagian

peredaran

bruto

sampai

dengan

Rp

4.800.000.000 (empat miliar delapan ratus juta rupiah). Berikut


adalah perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan Koperasi Satya
Ardhia Mandiri (KOSAMI) tahun 2011:

Peredaran Usaha

Dasar Pengenaan Pajak


Laba (SHU) Sebelum Pajak
Koreksi Positif
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pembulatan DPP

:
:
:
:

20.760.827.685

556.221.645
18.673.646 (+)
574.895.291
574.895.000

PPh Terhutang :
a. Bagian penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan
pajak

yang

memperoleh

fasilitas

adalah

sebesar

113
viii

(Rp 4.800.000.000/Rp 20.760.827.685) x Rp 574.895.000


= Rp 132.918.400;
PPh terutang 50% x 25% x Rp 132.918.400 =
Rp 16.614.800
b. Bagian penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan
pajak yang tidak memperoleh fasilitas adalah sebesar
(Rp 574.895.000 - Rp 132.918.400) = Rp 441.976.600;
PPh Terutang sebesar 25% x Rp 441.976.600 =
Rp 110.494.150
c. Total PPh terutang Rp 16.614.800 + Rp 110.494.150 =
Rp 127.108.950

PPh Yang Masih Harus dibayar:


Total PPh Terutang

127.108.950

Kredit Pajak PPh 23

55.908.864 (-)

PPh Yang Masih Harus dibayar

71.200.086

Pada tabel 4.31 diatas dapat dilihat bahwa biaya gaji yang
dapat diperhitungkan sebagai pengurang penghasilan bruto adalah
penghasilan bruto yang diterima oleh karyawan atau penghasilan
setelah dikurang PPh Pasal 21 yang menjadi tanggungan karyawan
tersebut. Oleh karena Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan
tidak menjadi tanggungan perusahaan, maka tidak dimasukkan
sebagai tambahan koreksi positif dalam menghitung Pajak
Penghasilan Badan.

114
ix

b.

Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung oleh Perusahaan


Pada dasarnya perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
ditanggung perusahaan adalah sama dengan Pajak Penghasilan
Pasal 21 ditanggung karyawan, hanya pembebanannya saja yang
berbeda (dibebankan kepada perusahaan). Pada tabel 4.32 dibawah
ini akan disajikan laporan laba rugi jika Pajak Penghasilan Pasal 21
ditanggung oleh perusahaan.
Tabel 4.32
Laporan Laba/(Rugi)
Jika Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung Perusahaan
(dalam rupiah)
No
Keterangan
I Pendapatan Usaha
Pendapatan Simpin
Pendapatan Simpin Multiguna
Pendapatan Voucher
Pendapatan Pengadaan Barang
Pendapatan Greeting Service
Pendapatan Jasa Tenaga Outsourcing
Pendapatan Pengadaan Motor
Pendapatan Vending Machine
Pendapatan Aquarium
Pendapatan Toko 634
Jumlah Pendapatan Usaha
II
A

Biaya Usaha
Biaya Operasional Simpin
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Biaya PPh 21
Jamsostek
Jumlah Biaya Operasional Simpin
Biaya Operasional Voucher
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Biaya PPh 21
Jamsostek

Jumlah
250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

65.353.165,00
3.153.958,00
813.313,00
3.594.308,00
72.914.744,00

154.313.580,00
8.866.250,00
1.443.800,00
9.092.210,00

115
x

Lanjutan Tabel 4.32


No
Keterangan
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Sewa Listrik
Biaya Pembelian Barang Dagangan
Jumlah Biaya Operasional Voucher
C

Biaya Operasional Pengadaan


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Biaya PPh 21
Jamsostek
Biaya Pengadaan Barang
Jumlah Biaya Op. Pengadan

43.451.880,00
2.501.500,00
618.200,00
2.237.774,00
667.370.270,00
716.179.624,00

Biaya Operasional Greeting Service


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Biaya PPh 21
Jamsostek
Biaya Surchart/Konsesi
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Telepon
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Op. Greeting Service

118.941.780,00
6.919.750,00
1.598.400,00
6.303.866,00
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
330.310.110,00

Biaya Operasional Outsourcing


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Biaya PPh 21
Jamsostek
Biaya Seragam Dinas
Biaya Terminasi
Biaya Pembinaan
Biaya AVSEC
Biaya Pas
Jumlah Biaya Op. Outsourcing

F Biaya Operasional Aquarium


Biaya Peralatan
Jumlah Biaya Operasional Aquarium
G

Jumlah
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
773.163.430,00

Biaya Operasional Toko 634


Biaya Pembelian

8.457.399.200,00
467.400.000,00
87.864.746,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.613.307.617,00

3.833.000,00
3.833.000,00

34.700.445,00

116
xi

Lanjutan Tabel 4.32


No
Keterangan
Jumlah Biaya Toko 634
H Biaya Administrasi & Umum
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Biaya PPh 21
Jamsostek
Honorarium Pengurus
Biaya Seragam Dinas
Biaya Listrik
Biaya Administrasi
Biaya ATK
Biaya Rapat
Biaya Air Minum
Biaya Perlengkapan
Biaya Telpon & Fax
Biaya Ijin Usaha
Biaya Penyusutan
Biaya Cetak
Biaya Bahan Bakar
Biaya Materai
Bonus
Biaya Perawatan Kendaraan
Jumlah Biaya Administrasi & Umum
Jumlah Biaya Usaha
Jumlah Hasil Usaha
III Pendapatan Non Usaha
Pendapatan Bunga
Pendapatan Lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Usaha
IV Biaya Non Usaha
Biaya Administrasi Bank
Biaya Bunga Bank
Biaya Transfer Bank
Jumlah Biaya Non Usaha
Jumlah Hasil Non Usaha
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
PPh Terhutang
Laba Bersih

Jumlah
34.700.445,00

285.698.832,00
14.223.408,00
5.841.408,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00
827.461.147,00
20.371.461.117,00
389.366.568,00

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06
458.041.778,06
127.108.950,00
330.932.828,00

Sumber: Intern Koperasi Satya Ardhia Mandiri diolah

117
xii

Berikut adalah perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan


Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) tahun 2011:

Peredaran Usaha

Dasar Pengenaan Pajak


Laba (SHU) Sebelum Pajak
Koreksi Positif
Pajak ditanggung perusahaan
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pembulatan DPP

:
:
:
:
:

20.760.827.685

458.041.778
18.673.646
98.179.867 (+)
574.895.291
574.895.000

PPh Terhutang :
a. Bagian penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan
pajak

yang

memperoleh

fasilitas

adalah

sebesar

(Rp 4.800.000.000/Rp 20.760.827.685) x Rp 574.895.000


= Rp 132.918.400;
PPh terutang 50% x 25% x Rp 132.918.400 =
Rp 16.614.800
b. Bagian penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan
pajak yang tidak memperoleh fasilitas adalah sebesar
(Rp 574.895.000 - Rp 132.918.400) = Rp 441.976.600;
PPh Terutang sebesar 25% x Rp 441.976.600 =
Rp 110.494.150
c. Total PPh terutang Rp 16.614.800 + Rp 110.494.150 =
Rp 127.108.950

118
xiii

PPh Yang Masih Harus dibayar:


Total PPh Terutang

127.108.950

Kredit Pajak PPh 23

55.908.864 (-)

PPh Yang Masih Harus dibayar

71.200.086

Pada tabel 4.31 terlihat bahwa pajak yang masih harus


dibayar oleh Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) sama
dengan jika pajak ditanggung oleh karyawan. Hal ini disebabkan
karena Pajak Penghasilan Pasal 21 yang ditanggung oleh
perusahaan termasuk sebagai bentuk kenikmatan, sehingga harus
dilakukan koreksi positif terhadap biaya PPh 21.
c.

Pajak Penghasilan Pasal 21 di Gross up


Tabel 4.33
Laporan Laba/(Rugi)
Jika Pajak Penghasilan Pasal 21 Di Gross up
(dalam rupiah)
No
Keterangan
I Pendapatan Usaha
Pendapatan Simpin
Pendapatan Simpin Multiguna
Pendapatan Voucher
Pendapatan Pengadaan Barang
Pendapatan Greeting Service
Pendapatan Jasa Tenaga Outsourcing
Pendapatan Pengadaan Motor
Pendapatan Vending Machine
Pendapatan Aquarium
Pendapatan Toko 634
Jumlah Pendapatan Usaha
II
A

Biaya Usaha
Biaya Operasional Simpin
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Jamsostek

Jumlah
250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

65.353.165,00
3.153.958,00
754.458,00
3.594.308,00

119
xiv

Lanjutan Tabel 4.33


No
Keterangan
Jumlah Biaya Operasional Simpin
B

Jumlah
72.855.889,00

Biaya Operasional Voucher


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Jamsostek
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Sewa Listrik
Biaya Pembelian Barang Dagangan
Jumlah Biaya Operasional Voucher

154.313.580,00
8.866.250,00
1.073.700,00
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
772.793.330,00

Biaya Operasional Pengadaan


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Jamsostek
Biaya Pengadaan Barang
Jumlah Biaya Op. Pengadaan

43.451.880,00
2.501.500,00
524.250,00
2.237.774,00
667.370.270,00
716.085.674,00

Biaya Operasional Greeting Service


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Jamsostek
Biaya Surchart/Konsesi
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Telepon
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Op. Greeting Service

118.941.780,00
6.919.750,00
1.333.000,00
6.303.866,00
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
330.044.710,00

Biaya Operasional Outsourcing


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Jamsostek
Biaya Seragam Dinas
Biaya Terminasi
Biaya Pembinaan
Biaya AVSEC
Biaya Pas
Jumlah Biaya Op. Outsourcing

8.457.399.200,00
467.400.000,00
68.456.636,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.593.899.507,00

120
xv

Lanjutan Tabel 4.33


No
Keterangan
F Biaya Operasional Aquarium
Biaya Peralatan
Jumlah Biaya Operasional Aquarium
G

Biaya Operasional Toko 634


Biaya Pembelian
Jumlah Biaya Toko 634
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Jamsostek
Honorarium Pengurus
Biaya Seragam Dinas
Biaya Listrik
Biaya Administrasi
Biaya ATK
Biaya Rapat
Biaya Air Minum
Biaya Perlengkapan
Biaya Telpon & Fax
Biaya Ijin Usaha
Biaya Penyusutan
Biaya Cetak
Biaya Bahan Bakar
Biaya Materai
Bonus
Biaya Perawatan Kendaraan
Jumlah Biaya Administrasi & Umum
Jumlah Biaya Usaha
Jumlah Hasil Usaha

III Pendapatan Non Usaha


Pendapatan Bunga
Pendapatan Lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Usaha
IV Biaya Non Usaha
Biaya Administrasi Bank
Biaya Bunga Bank
Biaya Transfer Bank
Jumlah Biaya Non Usaha
Jumlah Hasil Non Usaha

Jumlah
3.833.000,00
3.833.000,00

34.700.445,00
34.700.445,00

285.698.832,00
14.223.408,00
5.434.704,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00
826.645.443,00
20.350.857.998,00
409.969.687,00

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06
121
xvi

Lanjutan Tabel 4.33


No
Keterangan
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
PPh Terhutang
Laba Bersih

Jumlah
478.644.897,06
109.956.841,00
368.688.057,00

Sumber: Intern Koperasi Satya Ardhia Mandiri diolah

Berikut adalah perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Badan


Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) tahun 2011:

Peredaran Usaha

Dasar Pengenaan Pajak


Laba (SHU) Sebelum Pajak
Koreksi Positif
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pembulatan DPP

:
:
:
:

20.760.827.685

478.644.897
18.673.646 (+)
497.318.543
497.318.000

PPh Terhutang :
a. Bagian penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan
pajak

yang

memperoleh

fasilitas

adalah

sebesar

(Rp 4.800.000.000/Rp 20.760.827.685) x Rp 497.318.000


= Rp 114.982.362;
PPh terutang 50% x 25% x Rp 114.982.362 =
Rp 14.372.795
b. Bagian penghasilan kena pajak atau dasar pengenaan
pajak yang tidak memperoleh fasilitas adalah sebesar
(Rp 497.318.000 - Rp 114.982.362) = Rp 382.336.181;
PPh Terutang sebesar 25% x Rp 382.336.181 =
Rp 95.584.045
c. Total PPh terutang Rp 14.372.795 + Rp 95.584.045 =
Rp 109.956.841

122
xvii

PPh Yang Masih Harus dibayar:


Total PPh Terutang

109.956.841

Kredit Pajak PPh 23

55.908.864 (-)

PPh Yang Masih Harus dibayar

54.047.977

Untuk metode perhitungan Pajak Penghasilan Di-gross up


pajak yang masih harus dibayar oleh Koperasi Satya Ardhia
Mandiri (KOSAMI) yaitu sebesar Rp 54.047.977.

xviii
123

Tabel 4.34
Perbandingan Perhitungan Laba/Rugi Tahun 2011
Koperasi Satya Ardhia Mandiri
No

II
A

(dalam rupiah)

124

PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan

PPh Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan

PPh Pasal 21 Digross up

Pendapatan
I
Usaha
Pendapatan Simpin
Pendapatan Simpin Multiguna
Pendapatan Voucher
Pendapatan Pengadaan Barang
Pendapatan Greeting Service
Pendapatan Jasa Tenaga Outsourcing
Pendapatan Pengadaan Motor
Pendapatan Vending Machine
Pendapatan Aquarium
Pendapatan Toko 634
Jumlah Pendapatan Usaha

250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

Biaya Usaha
Biaya Operasional Simpin
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Biaya PPh 21
Jamsostek
Jumlah Biaya Operasional Simpin

65.353.165,00
3.153.958,00
3.594.308,00
72.101.431,00

65.353.165,00
3.153.958,00
813.313,00
3.594.308,00
72.914.744,00

65.353.165,00
3.153.958,00
754.458,00
3.594.308,00
72.855.889,00

Keterangan

iv

Lanjutan Tabel 4.34


No

Keterangan
Biaya
B Operasional Voucher
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya

PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan

PPh Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan

PPh Pasal 21 Digross up

125

Biaya PPh 21
Jamsostek
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Sewa Listrik
Biaya Pembelian Barang Dagangan
Jumlah Biaya Operasional Voucher

154.313.580,00
8.866.250,00
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
771.719.630,00

154.313.580,00
8.866.250,00
1.443.800,00
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
773.163.430,00

154.313.580,00
8.866.250,00
1.073.700
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
772.793.330,00

Biaya
C Operasional Pengadaan
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Biaya PPh 21
Jamsostek
Biaya Pengadaan Barang
Jumlah Biaya Operasional Pengadaan

43.451.880,00
2.501.500,00
2.237.774,00
667.370.270,00
715.561.424,00

43.451.880,00
2.501.500,00
618.200,00
2.237.774,00
667.370.270,00
716.179.624,00

43.451.880,00
2.501.500,00
524.250,00
2.237.774,00
667.370.270,00
716.085.674,00

Biaya Operasional Greeting Service


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Biaya PPh 21
Jamsostek

118.941.780,00
6.919.750,00
6.303.866,00

118.941.780,00
6.919.750,00
1.598.400,00
6.303.866,00

118.941.780,00
6.919.750,00
1.333.000,00
6.303.866,00

Lanjutan Tabel 4.34


No

Keterangan
Biaya Surchart/Konsesi
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Telepon
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Operasional Greeting Service

Biaya Operasional Outsourcing


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Biaya PPh 21
Jamsostek
Biaya Seragam Dinas
Biaya Terminasi
Biaya Pembinaan
Biaya AVSEC
Biaya Pas
Jumlah Biaya Operasional Outsourcing
Biaya
F Operasional Aquarium
Biaya Peralatan
Jumlah Biaya Operasional Aquarium

PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
328.711.710,00

PPh Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
330.310.110,00

PPh Pasal 21 Digross up

8.457.399.200,00
467.400.000,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.525.442.871,00

8.457.399.200,00
467.400.000,00
87.864.746,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.613.307.617,00

8.457.399.200,00
467.400.000,00
68.456.636,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.593.899.507,00

3.833.000,00
3.833.000,00

3.833.000,00
3.833.000,00

3.833.000,00
3.833.000,00

29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
330.044.710,00

126
iv

Lanjutan Tabel 4.34


No

Keterangan

PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan

PPh Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan

PPh Pasal 21 Digross up

127

Biaya
G Operasional Toko 634
Biaya Pembelian
Jumlah Biaya Toko 634

34.700.445,00
34.700.445,00

34.700.445,00
34.700.445,00

34.700.445,00
34.700.445,00

Biaya Administrasi & Umum


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Tunjangan Pajak
Biaya PPh 21
Jamsostek
Honorarium Pengurus
Biaya Seragam Dinas
Biaya Listrik
Biaya Administrasi
Biaya ATK
Biaya Rapat
Biaya Air Minum
Biaya Perlengkapan
Biaya Telpon & Fax
Biaya Ijin Usaha
Biaya Penyusutan
Biaya Cetak
Biaya Bahan Bakar
Biaya Materai
Bonus
Biaya Perawatan Kendaraan

280.522.174,00
13.558.659,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00

285.698.832,00
14.223.408,00
5.841.408,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00

285.698.832,00
14.223.408,00
5.434.704,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00
3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00

Lanjutan Tabel 4.34


No

Keterangan
Jumlah Biaya Administrasi & Umum
Jumlah Biaya Usaha
Jumlah Hasil Usaha

III Pendapatan Non Usaha


Pendapatan Bunga
Pendapatan Lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Usaha
IV Biaya Non Usaha
Biaya Administrasi Bank
Biaya Bunga BanK
Biaya Transfer Bank
Jumlah Biaya Non Usaha
Jumlah Hasil Non Usaha
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak
PPh Terhutang
Laba Bersih

PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan
821.210.739,00
20.273.281.250,00
487.546.435,00

PPh Pasal 21
Ditanggung
Perusahaan
827.461.147,00
20.371.461.117,00
389.366.568,00

PPh Pasal 21 Digross up

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06

556.221.645,06
127.108.950,00
429.112.695,00

458.041.778,06
127.108.950,00
330.932.828,00

478.644.897,06
109.956.841,00
368.688.057,00

826.645.443,00
20.350.857.998,00
409.969.687,00

Sumber :Data Internal Koperasi Satya Ardhia Mandiri Diolah

128
iv

Dari tabel 4.34 yaitu tabel perbandingan laba/rugi diatas kita


dapat melihat bahwa untuk metode gross atau Pajak Penghasilan
Ditanggung Karyawan biaya gaji dapat diperhitungkan sebagai
pengurang penghasilan bruto. Karena biaya gaji yang diterima
karyawan sudah dikurangkan dengan Pajak Penghasilan Pasal 21.
Untuk metode Pajak Penghasilan Pasal 21 Ditanggung
Perusahaan, pajak yang masih harus dibayar oleh Koperasi Satya
Ardhia Mandiri (KOSAMI) sama dengan jika pajak ditanggung
oleh karyawan. Hal ini disebabkan karena Pajak Penghasilan Pasal
21 yang ditanggung oleh perusahaan termasuk sebagai bentuk
kenikmatan, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d
yaitu berbunyi sebagai berikut.
Yang dikecualikan dari objek pajak adalah: penggantian atau
imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib
Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib
Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib
Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed
profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
Dan Pasal 9 ayat (1) huruf e yang berbunyi yaitu Untuk
menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak
dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:
penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

129
iv

yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali


penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta di
daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan
yang diatur penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Dan juga diatur dalam Kep. Dirjen Pajak No. 31/PJ./2009
Pasal 8 ayat 2 menegaskan bahwa Pajak Penghasilan yang
ditanggung oleh pemberi kerja, termasuk yang ditanggung oleh
pemerintah, merupakan penerimaan dalam bentuk kenikmatan.
Sehingga secara fiskal tidak dapat dibebankan dan secara
komersial dapat dibebankan.
Dan untuk metode Pajak Penghasilan Di-Gross up, Pajak
Penghasilan yang masih harus dibayar perusahaan lebih kecil
dibandingkan dengan metode lain. Karena, pemberian tunjangan
pajak yang di-gross up merupakan bagian dari penghasilan yang
diterima karyawan bukan merupakan kenikmatan. sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a yaitu berbunyi sebagai
berikut.
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh
Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan

130v

nama dan dalam bentuk apa pun, termasuk: penggantian atau


imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini;
Dan Pasal 6 ayat (1) huruf a Besarnya Penghasilan Kena
Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap,
ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara, termasuk:

biaya

pembelian bahan; biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa


termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan
yang diberikan dalam bentuk uang, bunga, sewa, dan royalti; biaya
perjalanan; biaya pengolahan limbah; premi asuransi; biaya
promosi penjualan.
Dalam
penghasilan

hal
yang

ini,

tunjangan

diterima

pajak

karyawan.

termasuk

kedalam

Artinya

bilamana

penghasilan (dari tunjangan pajak) karyawan tersebut sudah


dipajaki dan disetorkan ke Kas Negara serta sudah dilaporkan
dalam SPT PPh Pasal 21, maka bagi pemberi kerja atas
pengeluaran (biaya tunjangan pajak) tersebut dapat dibiayakan
menjadi pengurang penghasilan dalam laporan keuangan fiskal
atau SPT PPh Badan. Tentu dengan catatan, transaksi tersebut
didukung dengan adanya penjurnalan biaya tunjangan pajak

vi
131

didalam pembukuan wajib pajak serta juga tercantum dalam slip


gaji karyawan.
Tabel 4.35
Perbandingan Efisiensi Beban Pajak Metode Gross dan Net
Koperasi Satya Ardhia Mandiri
(dalam rupiah)
No

Keterangan

1.
2.

PPh Pasal 21
PPh Badan

Metode Gross
PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan
98.179.867
127.108.950

Metode Net Efek Pajak


PPh Pasal 21
Yang
Ditanggung
Dibayar
Perusahaan
98.179.867
Sama
127.108.950
Sama

Sumber: data diolah

Tabel perbandingan diatas menunjukan antara metode Gross


dan metode Net tidak ada perbedaan pajak yang harus dibayarkan.
Karena pada dasarnya yang membedakan adalah pembebanannya
saja. Metode Net atau Pajak Penghasilan Ditanggung Perusahaan
termasuk kedalam pemberian kenikmatan sehingga secara fiskal
tidak dapat dibebankan oleh perusahaan. Sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (3) huruf d, Pasal 9 ayat (1) huruf e, dan Kep.
Dirjen Pajak No. 31/PJ./2009 Pasal 8 ayat (2).
Kondisi ini tentunya saja sangat tidak menguntungkan
perusahaan karena disaat perusahaan harus membayar Pajak
Penghasilan Badan sama dengan Pajak Penghasilan Pasal 21
ditanggung karyawan, tetapi disatu sisi perusahaan juga harus
membayar Pajak Penghasilan Pasal 21 karyawannya. Sehingga
laba atau Sisa Hasil Usaha (SHU) sebelum pajak yang dihasilkan

132
vii

akan semakin kecil dibanding dengan menggunakan metode yang


lainnya.
Tabel 4.36
Perbandingan Efisiensi Beban Pajak Metode Gross dan Gross up
Koperasi Satya Ardhia Mandiri
(dalam rupiah)
Metode Gross
No Keterangan PPh Pasal 21
Ditanggung
Karyawan
98.179.867
1. PPh Pasal 21
127.108.950
2. PPh Badan
225.288.817
3. Beban Pajak

PPh Pasal 21 Efek Pajak Yang


Di-Gross up
Dibayar
108.636.697 Naik 10.456.830
109.956.841 Turun 17.152.109
218.593.538 Turun 6.695.279

Sumber: data diolah

Dari analisis diatas dengan menggunakan perhitungan Pajak


Penghasilan digross up, perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
akan naik sebesar Rp 10.456.830 dan perhitungan Pajak
Penghasilan Badan akan turun sebesar Rp 17.152.109; Dengan
hasil tersebut maka perusahaan akan mendapatkan penghematan
pajak sebesar Rp 6.695.279.
Sedangkan di sisi lain, perubahan kebijakan perpajakan
tersebut justru akan meningkatkan motivasi karyawan karena Take
Home Pay karyawan akan ikut naik. Dengan terdongkraknya
motivasi karyawan, tentu saja diharapkan produktivitas dan kinerja
karyawan akan meningkat dan pada gilirannya akan memberikan
dampak pada peningkatan omzet usaha Koperasi Satya Ardhia
Mandiri (KOSAMI).

viii
133

Ini merupakan hanya salah satu dari sekian banyak


perencanaan pajak secara legal yang dapat dilakukan oleh Koperasi
Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI), yang antara lain dapat dilihat
pada bab II dalam penelitian ini.

134
ix

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis masalah sebagaimana terdapat pada bab IV yang
dihubungkan dengan landasan teori, undang-undang, serta peraturan
perpajakan yang terkait, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dari perbandingan perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21
dengan menggunakan Metode Gross, Metode Net, atau Metode Gross-up
yang paling efisien adalah dengan metode gross-up atau pemberian tunjangan
sebesar pajak terutangnya, dari perbandingan ketiga perhitungan yang
dilakukan, metode gross-up atau pemberian tunjangan sebesar pajak
terutangnya menghasilkan efisiensi terhadap Pajak Penghasilan (PPh) Badan
sebesar Rp 6.695.279.

B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di

atas maka implikasi

yang dapat

dikemukakan dari penelitian ini adalah:


1.

Dengan melakukan perencanaan pajak melalui pemberian tunjangan di


gross up Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) dapat melakukan
penghematan yang lebih maksimal dan disisi lain hal ini dapat
memberikan kesan baik untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kepedulian terhadap karyawan.

135

2.

Penelitian mengenai perencanaan pajak ini menambah pengetahuan


bagi penulis dan pembaca tentang cara-cara yang dapat dilakukan
dalam usaha penerapan pajak pada perusahaan sehingga dapat
menghasilkan penghematan pajak secara legal.

C. Saran
Dari hasil analisis dan pembahasan, peneliti memberikan saran
diantaranya sebagai berikut:
1.

Sebaiknya Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) lebih mengkaji


secara

mendalam

ketentuan

undang-undang

perpajakan

untuk

mendapatkan lebih banyak celah dalam ketentuan tersebut sehingga


beban pajak dapat ditekan secara maksimal.
2.

Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI) sebaiknya menggunakan


alternatif perhitungan pajak dengan cara memberi tunjangan yang di
gross up. Karena selain menghemat pajak juga meningkatkan
kesejahteraan karyawan.

136
xi

DAFTAR PUSTAKA
Agoes, Sukrisno dan Estralita Trisnawati. Akuntansi Perpajakan, Edisi 2
Revisi, Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Agustami, Silviana. Analisis Perbedaan Penetapan Pajak Terutang Sebelum dan
Sesudah Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Wajib Pajak Pribadi
Berdasarkan Metode Gross Up Pada PT. Industri Telekomunikasi Indonesia
(Persero), Percikan, Vol. 109, Edisi Februari, Hal 43-51, 2011.
Berliyanti, Elen Setiyaning. Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Dalam
Usaha Mengefisiensikan Beban Pajak Pada Badan Usaha Koperasi (Studi
Kasus Pada Pegawai B2TKS KOSUPALUK), Skripsi, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Direktorat Jenderal Pajak Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007
tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan beserta Aturan
Pelaksanaannya.
Direktorat Jenderal Pajak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana
telah diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008
tentang Pajak Penghasilan.
Hamid, Abdul. Buku Panduan Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2012.
Harcrisnowo. Perencanaan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Karyawan Tetap
Dalam Upaya Minimalisasi Biaya Pajak PT. Bank Internasional Indonesia
(BII) Finance Center, Tesis, Universitas Indonesia, 2008.
Hardika, Nyoman Sentosa. Perencanaan Pajak Sebagai Strategi Penghematan
Pajak, Jurnal Bisnis Dan Kewirausahaan, Vol. 3, No. 2, Hal 103-112, Juli,
2007.
Harnanto, Hari dan Yessica Dewi Aryanti. Penerapan Perencanaan Pajak untuk
Meminimalkan Pembayaran Pajak Penghasilan PT. X di Semarang,
Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya, Vol. 2, No. 1,
2013.
Herman. Analisis Atas Perencanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. XYZ
Sebagai Salah Satu Upaya Meminimalisasi Biaya Pajak, Tesis, Universitas
Indonesia, 2006.

137

xii

Indonesia Tax Review. Akuntansi PPh Pasal 21 Tahun 2009, Volume II/Edisi
14/2009.
Indonesia Tax Review. Gross Up PPh Pasal 21 Tidak Harus Konsisten,
Volume IV/Edisi 05/2004.
Indonesia Tax Review. Tax Planning Pph Pasal 21 Pegawai Tetap, Volume
III/Edisi 52/2004.
Indonesia Tax Review. Up Date PPh Pasal 21 Pegawai Tetap, Volume I/Edisi
24/2009.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supomo. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk
Akuntansi Dan Manajemen, Yogyakarta, BPFE, 2004.
Mangonting, Yeni. Tax Planning: Sebuah Pengantar Sebagai Alternative
Meminimalkan Pajak, Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, Universitas
Kristen Petra, Vol. 1, No. 1, Hal 43-53, 1999.
Mardiasmo. Perpajakan, Edisi Revisi, Yogyakarta, Andi Offset, 2011.
Omposunggu, Arles. Cara Legal Siasati Pajak, Puspa Swara, Jakarta, 2011.
Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor: Per-31/Pj/2009 tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan
Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.
Pohan, Chairil Anwar. Optimizing Corporate Tax Management: Kajian
Perpajakan Dan Tax Planning-Nya Terkini, Bumi Aksara, Jakarta, 2011.
Radianto, Wirawan. Memahami Pajak Penghasilan Dalam Sehari: Konsep &
Aplikasi Praktis, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2010.
Resmi, Siti. Perpajakan: Teori Dan Kasus Buku Satu Edisi Lima, Salemba
Empat, Jakarta, 2009.
Rohaedi. Penerapan Tax Planning Pajak Penghasilan Pasal 21 Pengaruh
Terhadap Beban Pajak Badan, JIM, Vol. 2, No. 1, Maret, 2003.
Rori, Handri. Analisis Tax Planning Atas Pajak Penghasilan Badan, Jurnal
EMBA, Vol. 1, No. 3, Hal. 410-418, Juni, 2013.
Ruchjana, Eva Theresa. Analisis Penerapan Metode Gross-Up Dalam
Perhitungan PPh 21 Sebagai Salah Satu Upaya Perencanaan Pajak (Studi
Kasus Pada PT. BPR XYZ Tahun 2005), Jurnal Manajemen, Volume 6,
Nomor 2, Hal 261-270, Maret, 2008.
xiii
138

Siaran Pers Direktorat Jenderal Pajak Kementrian Keuangan Tentang Strategi


Pengamanan Penerimaan Perencanaan Pajak Tahun 2012.
Suprajadi, Lusy, Pasal 21 Ditunjang atau Ditanggung, Bina Ekonomi, Hal 3844, Agustus, 1999.
Salvianti, Astri. Tinjauan AtassPelaksanaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas
Karyawan Di PT Dirgantara Indonesia (Persero), Skripsi, Universitas
Komputer Indonesia Bandung, 2010.
Suandy, Erly. Hukum Pajak Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2008.
Suandy, Erly. Perencanaan Pajak Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Sumarsan, Thomas. Perpajakan Indonesia, Indeks, Jakarta, 2010.
Tarigan, Antonius Leonard. Analisis Perencanaan Pajak PPh Pasal 21 Atas
Penghasilan Karyawan Pada PT Libra Emas Permata Medan, Skripsi,
Universitas Sumatera Utara, 2006.
Umaimah. Tax Planning untuk Penghematan Pembayaran Pajak Pada Koperasi
Susu X di Jawa Timur, Jurnal Beta, Vol. 3, No. 2, Hal 104-116, 2005.
Waluyo. Perpajakan Indonesia, Edisi 9, Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Warren, Dkk. Pengantar Akuntansi, Buku Satu, Edisi 21, Salemba Empat,
Jakarta, 2008.
Direktorat Jenderal Pajak. Rasio Penyampaian SPT Tahunan PPh 2011,
www.ortax.com (diakses tanggal 17 Desember 2012).
Yoiko, Oki. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Dalam Upaya
Penghematan Pajak Pada Yayasan Pendidikan STIKES Banten, Skripsi,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.
Zain, Muhammad. Manajemen Perpajakan, Salemba Empat, Jakarta, 2005.

139
xiv

Lampiran - Lampiran

140

xv

Lampiran 1
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
LAPORAN LABA/(RUGI)
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
No
Keterangan
I Pendapatan Usaha
Pendapatan Simpin
Pendapatan Simpin Multiguna
Pendapatan Voucher
Pendapatan Pengadaan Barang
Pendapatan Greeting Service
Pendapatan Jasa Tenaga Outsourcing
Pendapatan Pengadaan Motor
Pendapatan Vending Machine
Pendapatan Aquarium
Pendapatan Toko 634
Jumlah Pendapatan Usaha

Jumlah
250.956.102,00
154.879.836,00
851.660.163,00
821.084.476,00
444.348.165,00
18.102.734.303,00
62.062.249,00
18.000.000,00
16.715.636,00
38.386.755,00
20.760.827.685,00

II Biaya Usaha
A Biaya Operasional Simpin
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Jumlah Biaya Operasional Simpin

65.353.165,00
3.153.958,00
3.594.308,00
72.101.431,00

B Biaya Operasional Voucher


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Sewa Listrik
Biaya Pembelian Barang Dagangan
Jumlah Biaya Operasional Voucher

154.313.580,00
8.866.250,00
9.092.210,00
60.000.000,00
200,000,00
539.247.590,00
771.719.630,00

C Biaya Operasional Pengadaan


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Pengadaan Barang
Jumlah Biaya Operasional Pengadaan

43.451880.,00
2.501.500,00
2.237.774,00
667.370.270,00
715.561.424,00

Biaya Operasional Greeting Service


Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya

118.941.780,00
6.919.750,00

xvi
141

No

Keterangan
Jamsostek
Biaya Surchart/Konsesi
Biaya Sewa Ruangan
Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Telepon
Biaya Operasional
Jumlah Biaya Operasional Greeting
Service

Jumlah
6.303.866,00
29.132.255,00
108.330.000,00
5.400.000,00
331.545,00
8.497.514,00
44.855.000,00
328.711.710,00

E
Biaya Operasional Outsourcing
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Biaya Seragam Dinas
Biaya Terminasi
Biaya Pembinaan
Biaya AVSEC
Biaya Pas
Jumlah Biaya Operasional Outsourcing

8.457.399.200,00
467.400.000,00
473.289.056,00
409.440.000,00
950.884.715,00
150.750.000,00
6.566.378.900,00
49.901.000,00
17.525.442.871,00

F
Biaya Operasional Aquarium
Biaya Peralatan
Jumlah Biaya Operasional Aquarium

3.833.000,00
3.833.000,00

G
Biaya Operasional Toko 634
Biaya Pembelian
Jumlah Biaya Toko 634

34.700.445,00
34.700.445,00

H
Biaya Administrasi & Umum
Biaya Gaji
Tunjangan Hari Raya
Jamsostek
Honorarium Pengurus
Biaya Seragam Dinas
Biaya Listrik
Biaya Administrasi
Biaya ATK
Biaya Rapat
Biaya Air Minum
Biaya Perlengkapan
Biaya Telpon & Fax
Biaya Ijin Usaha
Biaya Penyusutan
Biaya Cetak

285.698.832,00
14.223.408,00
12.156.876,00
129.000.000,00
15.000.000,00
2.661.948,00
83.142.663,00
60.905.339,00
97.264.974,00
2.748.600,00
14.706.950,00
17.474.531,00
3.050.000,00
58.561.697,00
2.374.304,00

142
xvii

Biaya Bahan Bakar


Biaya Materai
Bonus
Biaya Perawatan Kendaraan
Jumlah Biaya Administrasi & Umum
Jumlah Biaya Usaha
Jumlah Hasil Usaha

3.542.880,00
1.656.000,00
15.000.000,00
2.041.737,00
821.210.739,00
20.273.281.250,00
487.546.435,00

III
Pendapatan Non Usaha
Pendapatan Bunga
Pendapatan Lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Usaha

101.255.949,23
10.658.000,00
111.913.949,23

Biaya Non Usaha


Biaya Administrasi Bank
Biaya Bunga Bank
Biaya Transfer Bank
Jumlah Biaya Non Usaha
Jumlah Hasil Non Usaha
Sisa Hasil Usaha Sebelum Pajak

4.288.866,00
23.977.373,17
14.972.500,00
43.238.739,17
68.675.210,06
556.221.645,06

IV

Sumber: Intern Koperasi Satya Ardhia Mandiri

143
xviii

Lampiran 2
KOPERASI SATYA ARDHIA MANDIRI (KOSAMI)
NERACA
Per 31 Desember 2011
(dalam rupiah)
Keterangan
AKTIVA
AKTIVA LANCAR
Kas/Bank
Surat Berharga
Pendapatan YMH Diterima
Piutang Anggota
Piutang Karyawan
Uang Muka
Sewa Dibayar Dimuka

2.940.783.323,05
107.448.260,00
2.162.924.463,14
1.830.003.066,68
76.144.728,00
198.282.561,00
95.220.000,00

Jumlah Aktiva Lancar

7.410.806.401,87

AKTIVA TETAP
Nilai Perolehan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku
TOTAL AKTIVA

413.769.954,00
(239.457.466,00)
174.312.488,00
7.585.118.889,87

Keterangan
PASSIVA
KEWAJIBAN LANCAR
Hutang Jangka Pendek
Hutang Bank
Biaya YMH Dibayar
Simpanan Sukarela
Jumlah Kewajiban Lancar
MODAL DAN CADANGAN
Simpanan Pokok
Simpanan Wajib
Cadangan Koperasi
Dana Bukopin
Cadangan Terminasi
SHU Tahun Berjalan
Jumlah Modal dan Cadangan
TOTAL PASSIVA

Jumlah

Jumlah

628.916.090,00
949.003.868,59
54.713.000,00
1.632.632.958,59

63.872.000,00
1.566.771.000,00
2.538.562.506,73
62.616.958,49
1.164.441.821,00
556.221.645,06
5.952.485.931,28
7.585.118.889,87

Sumber : Internal Koperasi Satya Ardhia Mandiri (KOSAMI)

144
xix

Lampiran 3
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Metode Gross
Nama Karyawan
Bulan/Tahun
Status

: R. Bambang Asrirayanto
: Januari/2011
: K/1

Gaji Pokok
: 1.700.000
Tunjangan Transportasi
: 1.080.000
Tunjangan Jabatan
: 1.220.000
Tunjangan Kesehatan
:
250.000
Tunjangan Telepon
:
300.000
JKK & JKM
:
9.180
JPK
:
60.000
Uang Kelebihan Jam
:
0
Jumlah Penghasilan
: 4.619.180
Pengurang:
Biaya Jabatan
:
230.959
JHT
:
34.000 +
Jumlah Pengurang
:
264.959 Penghasilan Perbulan
: 4.354.221
Penghasilan Pertahun (4.354.221 x 12)
: 52.250.652
PTKP:
Wajib Pajak
: 15.840.000
WP Menikah
: 1.320.000
Tanggungan
: 1.320.000 +
Jumlah PTKP
: 18.480.000 PKP
: 33.770.000
PPh Pasal 21 Pertahun (33.770.000 x 50%) : 1.688.500
PPh Pasal 21 Perbulan (1.688.500/12)
:
140.708
Pajak sebesar Rp 140.708 akan ditanggung oleh karyawan dan perusahaan
hanya melakukan pemotongan atas PPh Pasal 21 saja. Dan Gaji yang dibawa
pulang karyawan akan dikurangi sebesar Rp 140.708.

145
xx

Lampiran 4
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Metode Net
Nama Karyawan
: R. Bambang Asrirayanto
Bulan/Tahun
: Januari/2011
Status
: K/1
Gaji Pokok
: 1.700.000
Tunjangan Transportasi
: 1.080.000
Tunjangan Jabatan
: 1.220.000
Tunjangan Kesehatan
:
250.000
Tunjangan Telepon
:
300.000
JKK & JKM
:
9.180
JPK
:
60.000
Uang Kelebihan Jam
:
0
Jumlah Penghasilan
: 4.619.180
Pengurang:
Biaya Jabatan
:
230.959
JHT
:
34.000 +
Jumlah Pengurang
:
264.959 Penghasilan Perbulan
: 4.354.221
Penghasilan Pertahun (4.354.221 x 12)
: 52.250.652
PTKP:
Wajib Pajak
: 15.840.000
WP Menikah
: 1.320.000
Tanggungan
: 1.320.000 +
Jumlah PTKP
: 18.480.000 PKP
: 33.770.000
PPh Pasal 21 Pertahun (33.770.000 x 50%) : 1.688.500
PPh Pasal 21 Perbulan (1.688.500/12)
:
140.708
Pajak sebesar Rp 140.708 akan ditanggung oleh karyawan dan perusahaan
hanya melakukan pemotongan atas PPh Pasal 21 saja. Dan Gaji yang dibawa
pulang karyawan TIDAK akan dikurangi sebesar Rp 140.708.

146
xxi

Lampiran 5
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Metode Gross up
Nama Karyawan
: R. Bambang Asrirayanto
Bulan/Tahun
: Januari/2011
Status
: K/1
Gaji Pokok
: 1.700.000
Tunjangan Transportasi
: 1.080.000
Tunjangan Jabatan
: 1.220.000
Tunjangan Kesehatan
:
250.000
Tunjangan Telepon
:
300.000
Tunjangan Pajak
:
147.725
JKK & JKM
:
9.180
JPK
:
60.000
Uang Kelebihan Jam
:
0
Jumlah Penghasilan
: 4.766.905
Pengurang:
Biaya Jabatan
:
238.345
JHT
:
34.000 +
Jumlah Pengurang
:
272.345 Penghasilan Perbulan
: 4.494.560
Penghasilan Pertahun (4.494.560 x 12)
: 53.934.717
PTKP:
Wajib Pajak
: 15.840.000
WP Menikah
: 1.320.000
Tanggungan
: 1.320.000 +
Jumlah PTKP
: 18.480.000 PKP
: 35.454.000
PPh Pasal 21 Pertahun (35.454.000 x 50%) : 1.772.700
PPh Pasal 21 Perbulan (1.772.700/12)
:
147.725
Pajak sebesar Rp 147.725 akan ditanggung oleh karyawan dan perusahaan
hanya melakukan pemotongan atas PPh Pasal 21 saja. Dan Gaji yang dibawa
pulang karyawan akan dikurangi sebesar Rp 147.725.

xxii
147

Lampiran 6
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Outsourcing Metode Gross
Nama Karyawan
Bulan/Tahun
Status

: Ardiyansah
: Januari/2011
: TK/0

Gaji Pokok
: 1.250.000
Tunjangan Transportasi
:
255.000
Tunjangan Jabatan
:
0
Tunjangan Kesehatan
:
0
Tunjangan Telepon
:
0
JKK & JKM
:
6.750
JPK
:
30.000
Uang Kelebihan Jam
:
128.500
Jumlah Penghasilan
: 1.670.250
Pengurang:
Biaya Jabatan
:
83.513
JHT
:
25.000 +
Jumlah Pengurang
:
108.513 Penghasilan Perbulan
: 1.561.738
Penghasilan Pertahun (1.561.738 x 12)
: 18.740.850
PTKP:
Wajib Pajak
: 15.840.000
WP Menikah
:
0
Tanggungan
:
0+
Jumlah PTKP
: 15.840.000 PKP
: 2.900.000
PPh Pasal 21 Pertahun (2.900.000 x 50%) :
145.000
PPh Pasal 21 Perbulan (145.000/12)
:
12.083
Pajak sebesar Rp 12.083 akan ditanggung oleh karyawan dan perusahaan
hanya melakukan pemotongan atas PPh Pasal 21 saja. Dan Gaji yang dibawa
pulang karyawan akan dikurangi sebesar Rp 12.083.

148
xxiii

Lampiran 7
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Outsourcing Metode Net
Nama Karyawan
: Ardiyansah
Bulan/Tahun
: Januari/2011
Status
: TK/0
Gaji Pokok
: 1.250.000
Tunjangan Transportasi
:
255.000
Tunjangan Jabatan
:
0
Tunjangan Kesehatan
:
0
Tunjangan Telepon
:
0
JKK & JKM
:
6.750
JPK
:
30.000
Uang Kelebihan Jam
:
128.500
Jumlah Penghasilan
: 1.670.250
Pengurang:
Biaya Jabatan
:
83.513
JHT
:
25.000 +
Jumlah Pengurang
:
108.513 Penghasilan Perbulan
: 1.561.738
Penghasilan Pertahun (1.561.738 x 12)
: 18.740.850
PTKP:
Wajib Pajak
: 15.840.000
WP Menikah
:
0
Tanggungan
:
0+
Jumlah PTKP
: 15.840.000 PKP
: 2.900.000
PPh Pasal 21 Pertahun (2.900.000 x 50%) :
145.000
PPh Pasal 21 Perbulan (145.000/12)
:
12.083
Pajak sebesar Rp 12.083 akan ditanggung oleh karyawan dan perusahaan
hanya melakukan pemotongan atas PPh Pasal 21 saja. Dan Gaji yang dibawa
pulang karyawan TIDAK akan dikurangi sebesar Rp 12.083.

149
xxiv

Lampiran 8
Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Outsourcing Metode Gross up
Nama Karyawan
: Ardiyansah
Bulan/Tahun
: Januari/2011
Status
: TK/0
Gaji Pokok
: 1.250.000
Tunjangan Transportasi
:
255.000
Tunjangan Jabatan
:
0
Tunjangan Kesehatan
:
0
Tunjangan Telepon
:
0
Tunjangan Pajak
:
12.688
JKK & JKM
:
6.750
JPK
:
30.000
Uang Kelebihan Jam
:
128.500
Jumlah Penghasilan
: 1.682.938
Pengurang:
Biaya Jabatan
:
84.147
JHT
:
25.000 +
Jumlah Pengurang
:
109.147 Penghasilan Perbulan
: 1.573.791
Penghasilan Pertahun (1.573.791 x 12)
: 18.885.488
PTKP:
Wajib Pajak
: 15.840.000
WP Menikah
:
0
Tanggungan
:
0+
Jumlah PTKP
: 15.840.000 PKP
: 3.045.000
PPh Pasal 21 Pertahun (3.045.000 x 50%) :
152.250
PPh Pasal 21 Perbulan (152.250/12)
:
12.688

Pajak sebesar Rp 12.688 akan ditanggung oleh karyawan dan perusahaan


hanya melakukan pemotongan atas PPh Pasal 21 saja. Dan Gaji yang dibawa
pulang karyawan akan dikurangi sebesar Rp 12.688.

150
xxv

Anda mungkin juga menyukai