Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas K3LN
Ayuni Rizka Utami
Andika Fushigi
Dwi Aknes P
Ardianta Gede P
Carina Rega Utomo
Lisma diana
Sri Nur Aini
Isty O Kebakole
Feby Fitri Amaly
Sandra Novita Y
Krisna Widya Baskoro
Saifullah Alfaruqi
Kartika Puspa A.P
Kadek Nova P.D
115070200131001
115070200131002
115070200131003
115070200131004
115070200131005
115070200131006
115070200131007
115070200131008
115070200131009
115070200131010
115070200131011
115070200131012
115070200131013
115070201131001
normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi. (Djoko Pekik Irianto, 2006:
2).
Nutrisi adalah zat-zat gizi atau zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan
dan
penyakit,
termasuk
keseluruhan
proses
pemasukan
dan
pada
tahun
1950an
ditawarkan
terjemahan
nutrition
dengan
menggunakan akar kata bahasa Sansekerta Harena atau akar kata bahasa Arab
Al-Ghizai. Oleh Prof. dr. Poorwo Soedarmo bapak Gizi Indonesia dan pimpinan
Lembaga Makanan Rakyat (LMR) menetapkan penggunaan kata gizi yang berasal
dari bahasa Arab. Kata ilmu gizi resmi menjadi istilah ilmiah tahun 1958 pada
secara
normal
melalui
proses
digesti,
absobsi,
transportasi,
normal
melalui
proses
pencernaan,
penyerapan,
transportasi,
pertumbuhan
dan
fungsi
normal
organ
tubuh
serta
untuk
kesehatan,
namun
juga
menjadi
faktor
risiko
yang
signifikan
memastikan bahwa 1 dari 38 bayi baru lahir yang tinggal di negara yang
berpenghasilan rendah tidak akan pernah mencapai ulang tahun kelima mereka.
Namun sebaliknya, di Negara yang sudah maju kelebihan berat badan dan
obesitas merupakan penyebab dari kematian (Proverawati, 2009).
Manusia sehat memiliki tubuh yang dapat berfungsi dengan baik dan
dalam
jaringan
tubuhnya
tersimpan
zat-zat
gizi
yang
cukup
untuk
Pengurangan cadangan
Perubahan-perubahan biokimiawi
Perubahan-perubahan fungsi
Perubahan-perubahan anatomic (Muhajir, 2007).
Makanan dalam ilmu kesehatan: setiap substrat yang dapat dipergunakan untuk
proses di dalam tubuh
Membina tubuh
Mengatur fungsi tubuh
Menggantikan sel yang rusak
Membangun protoplasma
Kalori dan energi
Pelindung penyakit
Contoh :
a. Karbohidrat
Menurut Sunita Almatsier (2009: 42) fungsi dari karbohidrat antara
lain:
1)
Sebagai sumber energi, satu gram karbohidrat menghasilkan 4
kalori.
2) Pemberi rasa manis pada makanan, khususnya pada monosakarida
pada disakarida.
3) Penghemat protein, jika karbohidrat makanan tidak tercukupi maka
protein akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi dengan
4)
oksidasi
lemak
yang
tidak
sempurna,
mencegah
sehingga
sembilan
kalori
yang
diperlukan
tubuh.
Disamping
membuang
sisa-sisa
dari bagian tubuh tanpa lemak (lean body mass). Adapun fungsi air
tersebut adalah sebagai pelarut dan alat angkut , katalisator, pelumas,
fasilitator pertumbuhan, pengatur suhu dan peredam benturan. Dari
keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa air merupakan bahan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia dan fungsinya tidak dapat
tergantikan oleh senyawa lain. Fungsi air adalah pembentuk cairan tubuh,
alat pengangkut unsur-unsur gizi, pengatur panas tubuh dan pengangkut
sisa oksidasi dari dalam tubuh.
Menurut WHO, makanan adalah semua substansi yang dibutuhkan
oleh tubuh tetapi tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-substansi
lain yang digunakan untuk pengobatan. Berikut ini adalah komposisi zat
tubuh manusia:
Komponen
Air
Protein
Lemak
Karbohidrat
Mineral
Persentase
63
17
12
1
7
debu
dan
ludah
akibat
mengandung
berupa
bensin.
partikel
Biasanya
merupakan
ancaman
terhadap
setempat
pendapatan
terbatas,
rendah,
pasar
pendidikan
tidak
terbatas,
tersedia,
transportasi
pengangguran
terbatas,
tinggi,
budaya
setempat belum memadai. Oleh sebab itu, peranan distribusi pangan yang
terjangkau dan merata sepanjang waktu kiranya akan berpengaruh terhadap
peningkatan akses pangan bagi setiap rumah tangga di dalam memenuhi
kecukupan pangannya.
KONDISI UMUM DISTRIBUSI PANGAN DAERAH
A. Sistem Distribusi Pangan
Kondisi umum distribusi pangan yang berpengaruh terhadap stok,
pasokan dan harga bahan pangan kebutuhan masyarakat bersumber dari
produksi setempat, pasokan bahan pangan dari luar serta pemberian/hibah
kepada masyarakat. Kondisi distribusi bahan pangan tersebut adalah sebagai
berikut :
1. Distribusi bahan pangan dari produksi setempat.
Bahan pangan pokok beras, jagung, kedele, ubikayu/gaplek, daging ayam,
daging sapi, ikan, telor, gula pasir, buah-buahan dan sayur mayur telah banyak
dihasilkan dari produksi setempat, adalah :
di
tingkat
desa
kemudian
dibeli
oleh
pedagang
perusahaan
tepung
Cassava
setempat
dan
juga
langsung
daerah, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur dan beberapa provinsi lain.
Distribusi ikan, untuk memenuhi kebutuhan konsumsi ikan
bagi
mendapatkan pasokan dari Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Distribusi gula pasir, produksi petani tebu yang diproses melalui PG
Madukismo,
hasil
gulanya
dipasarkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
masyarakat setempat dan juga dijual untuk wilayah selatan Jawa Tengah
dan sebagian kecil Jawa Barat. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
Provinsi D.I.Yogyakarta mendapatkan pasokan dari Jawa Timur dan Jawa
Tengah.
2. Distribusi bahan pangan pasokan dari luar.
Bahan pangan pokok pasokan dari luar, antara lain gula pasir, terigu,
beras kualitas premium, kedele, daging sapi, daging ayam, telor, ikan, minyak
goreng, garam beryodium, buah-buahan dan sayur mayur. Distribusi berasal dari
pasokan pedagang besar kemudian didistribusikan oleh para distributor di
tingkat daerah dan dilakukan oleh para pedagang pengecer baik di pasar, toko,
warung maupun di tempat-tempat pemasaran bahan pangan pokok.
Kestabilan pasokan bahan pangan ini sangat berpengaruh terhadap
perkembangan harga yang terjadi, oleh sebab itu kelancaran sarana dan
prasarana distribusi sangat berpengaruh terhadap kecepatan distribusi bahan
pangan
tersebut.
Untuk
wilayah
Provinsi
D.I.Yogyakarta,
terkait
sarana
bahan pangan sampai dengan saat ini tidak ada permasalahan dan berjalan
dengan normal.
3. Distribusi bahan pangan pemberian/hibah.
Untuk distribusi bahan pangan pemberian/hibah kepada masyarakat
penerima dalam bentuk beras bersubdisi. Jaringan distribusi langsung dari Bulog
kemudian disalurkan secara langsung kepada masyarakat di tingkat tingkat
pedesaan. Kemudian distribusi sampai di tingkat masyarakat, disalurkan
pembelian yang dikoordinir Kepala Dukuh atau personil yang ditunjuk/disepakati
di
tingkat
Padukuhan.
B. Akses Pangan
Untuk mengetahui tingkat akses pangan masyarakat, pada tahun 2009
dilaksanakan
Pemetaan
Akses
Pangan
Masyarakat
dengan
indikator
akses
pangannya
ditemukan
pada
daerah-daerah
yang
tingkat
distribusi pangan, (3) konsumsi makanan, dan (4) utilisasi makanan (Almatsier,
S, 2009).
Sistem Pangan dan Gizi
Penyediaa
n Pangan
(1)
Produksi
pangan
Perlakuan
pasca
panen
perdagang
an
Distribusi
pangan
(2)
Transportasi
Penyimpana
n
Pengolahan
Pengemasan
pemasaran
Pendapatan
Agama/ adat
kebiasaan/
pendidikan
pemasakan
Jumlah anggota
keluarga
Konsumsi
makanan
(3)
Pangan yang dibeli
Pemasakan
Distribusi dalam
keluarga
Kebiasaan makan
perorangan
Utilisasi makanan :
Pencernaan dan
penyerapan
(4)
Metabolisme zat
gizi
STATUS
GIZI
B
u
r
u
k
Penyediaan Pangan
Upaya mencapai status gizi masyarakat yang baik atau optimal dimulai
Kebersihan
lingkungan
penyakit
Saat
pemorsian,
petugas
distribusi.
Makan
sore
memerlukan
petugas
pada
pasien.
Satu
orang
petugas
distribusi
bertugas
distribusi
makanan
yang
menjadi
ke n d a l a
adalah
h i l a n g n y a p e l a b e l a n m a k a n a n p a s i e n . Pe l a b e l a n m a k a n a n
u n t u k p a s i e n d i l a k u k a n a g a r bagian pemorsian dan distribusi tidak
mengalami
kesulitan
pada
waktumemorsikan
makanan
dan
garpu,
makan
nampan
adalah
dan
piring,
kereta
mangkok,
dorong
gelas,
( trolley) .
( Gibney,2008).
Pada umumnya ada dua cara distribusi makanan yang dilakukan di rumah
sakit, yaitu :
a. Distribusi makanan yang dipusatkan (sentralisasi).
Makanan dibagikan pada masing-masing alat makan pasien (plato) di
tempat penyelenggaraan makanan kemudian langsung didistribusikan ke
pasien.
b. Distribusi makanan tidak dipusatkan (Desentralisasi).
Makanan dibawa dalam jumlah banyak di wadah-wadah ke dapur ruang
perawatan pasien, selanjutnya makanan tersebut diporsikan ke alat
makan yang tersedia kemudian didistribusikan ke pasien.
Pembagian makanan dilakukan oleh petugas gizi ruangan. Kedua cara
pendistribusian di atas dapat pula digunakan bersama-sama disuatu rumah sakit
bila dianggap perlu. Kedua cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Sebaiknya pihak penyelenggara dapat memilih cara yang lebih tepat dan sesuai
dengan situasi dan kondisi rumah sakit yang bersangkutan (Depkes 1991a;
Salmawati, 2006).
Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan
pangan bagi penduduknya. Indikator ketahanan pangan juga menggambarkan
kondisi yang cukup baik. Akan tetapi masih banyak penduduk Indonesia yang
belum mendapatkan kebutuhan pangan yang mencukupi. Sekitar tiga puluh
persen rumah tangga mengatakan bahwa konsumsi mereka masih berada
dibawah kebutuhan konsumsi yang semestinya. Lebih dari seperempat anak usia
dibawah 5 tahun memiliki berat badan dibawah standar, dimana 8 % berada
dalam kondisi sangat buruk. Bahkan sebelum krisis, sekitar 42% anak dibawah
umur 5 tahun mengalami gejala terhambatnya pertumbuhan (kerdil); suatu
indicator jangka panjang yang cukup baik untuk mengukur kekurangan gizi. Gizi
yang
buruk
dapat
menghambat
pertumbuhan
anak
secara
normal,
sesuai.
Sejumlah
kebijakan
penting
yang
mempengaruhi
Dewan
Ketahanan
Pangan
di
tingkat
kabupaten/kota
4. Menghilangkan larangan impor beras
5. Mengubah focus Departemen Pertanian dari mendorong peningkatan
produksi ke perluasan teknologi dan penciptaan diversifikasi
6. Menurunkan biaya raskin
7. Memikirkan kembali kebijakan stabilisasi harga beras
8. Mendukung dan menerapkan peningkatan gizi pada bahan makanan
pokok
9. Fokuskan kembali perhatian pada program makanan tambahan
10.Meningkatkan informasi mengenai gizi
Kebijakan dan Strategi Pangan dan Gizi Nasional
Penanganan
masalah
gizi
memerlukan
upaya
komprehensif
dan
pangan
keluarga
miskin,
program
keluarga
harapan,
program
yang
beragam
melalui
pangan
dan
gizi
melalui
penguatan
of stocks.
Food Access Individuals capability to purchase food and to be able to
Despite the high growth rate in food consumption, the region has the
highest concentration of the poor and undernourished (299 milion in 20003
WDR 2008) and accounts for 40 percent of the worlds hungry. The agriculture
development report 2008 ranked South Asia the second most undernourished,
malnourished, and food insecure region in the world. The FAO estimates indicate
that, by 2010, Asia will still account for about one-half of the worlds
malnourished population, of which two thirds will be from South Asia. The food
security indicators for South Asia are presented in Table 1. These show the poor
state of food security in these economies.
In
some
years,
these
countries
of
South
Asian had
their each
economic
crisis, thus
some
of
them
cant
depend on
the import
from other
countries
(i.e
rice
and
wheat). It
yield
the
distribution of the main food (rice and wheat) are delayed and cause some
various kind of malnutrition.
The WHO South-East Asia Region comprises 11 countries - Bangladesh,
Bhutan, DPR Korea, India, Indonesia, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka,
Thailand, and Timor-Leste. Bhutan and Maldives have the highest proportion of
adolescents among all countries (10-14 years old is 6.2 percent male and 6.0
percent of male). Indonesia itself has a smaller proportion which is male 4.9
percent and female 4.7 percent in 10-14 years old adolescents.
among the rural region especially, might have delayed or insufficient. The
insufficient food distribution isnt explained clearly, it might because of the
demographic situation (hills, the transportation of the food distribution is
stagnant), or the financial burdens. However, the insufficiency nutrition
distribution is clearly shown by the data above.
Factors influencing food choices of adolescents: (Findings from Group
Discussion with adolescents at WHO Regional Meeting on Improvement of
Nutritional Status of Adolescents, Chandigarh, India, 16-17 September, 2002) :
Appeal of food; craze for trendy foods; mood; body image; habit; media and
association of food with famous people; convenience foods; food from outside
home; peer influence; benefits of food (including health); vegetarian beliefs;
parental influence on eating behaviors (including the culture and religion of the
family)
Indonesia
Study
A
food
eaten. Families are generally less aware of high adolescent requirements for food
and often believe that boys should get a bigger share.
Ketahanan pangan diartikan sebagai tersedianya pangan dalam jumlah
dan kualitas yang cukup, terdistribusi dengan harga terjangkau dan aman
dikonsumsi bagi masyarakat untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari
sepanjang waktu.
Secara agregat, rumah tangga yang tergolong tahan pangan di Indonesia
pada tahun 1999 hanya sekitar 12,2 persen. Sebaliknya rumah tangga yang
rawan pangan mencapai lebih dari 30 persen. Lima provinsi dengan proporsi
rumah tangga rawan pangan tertinggi (43,33 33,26%) berturut-turut adalah
Jawa Timur, NTT, Jawa Tengah, Jambi, dan DI. Yogyakarta. Sementara itu, lima
provinsi yang tergolong memiliki proporsi rumah tangga rawan pangan terendah
(11,69 20,45%) berturut-turut adalah DKI Jakarta, Bali, Maluku, Sumatera Barat,
dan Aceh.
Hasil studi Ariani dan Rachman (2003) mengindikasikan bahwa jenis
pangan yang dikonsumsi kelompok rumah tangga rentan pangan sebagian besar
berasal dari pangan sumber energi dan dominan karbohidrat, kurang beragam,
sehingga kualitas pangan rendah (kurang bergizi). Peningkatan pendapatan
rumah tangga merupakan program prioritas yang perlu dipertimbangkan bagi
kelompok rumah tangga rentan pangan. Hal ini mengacu pada studi Soehardjo
(1996) dan Baliwati (2001) yang menunjukkan bahwa pendapatan dapat
dijadikan penciri atau indikator ketahanan pangan rumah tangga.
Lima provinsi dengan proporsi rumah tangga rentan pangan tertinggi
(68,92 58,35%) berturut-turut adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Kalimantan Tengah, dan Riau. Sementara itu lima provinsi dengan proporsi
rumah tangga rentan pangan terendah (15,61 41,04%) adalah DKI Jakarta, DI
Yogyakarta, Jawa Timur, Irian Jaya, dan Jawa Tengah (BPS, data SUSENAS 1999)
Sumber Bahan Makanan
Bahan makanan yang dibutuhkan oleh tubuh berdasarkan jumlah yang
dibutuhkan oleh tubuh dibedakan menjadi dua, yaitu zat makanan makro dan zat
makanan mikro.
- Zat makanan makro, seperti karbohidrat, protein, lemak, dan air.
- Zat makanan mikro, seperti vitamin dan mineral.
1. Karbohidrat
Fungsi karbohidrat adalah sebagai sumber tenaga, sebagai makanan
cadangan, dan untuk mempertahankan suhu tubuh. Contoh makanan
3.
sel-sel
tubuh
yang
rusak.
Seperti
lemak,
proteinpun
dikelompokan menjadi 2, yaitu protein yang berasal dari tumbuhtumbuhan (nabati) dan protein yang berasal dari hewan (hewani). Contoh
protein nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu, jagung, dan sayursayuran, sedangkan contoh protein hewani adalah susu, hati, ikan, daging,
udang, dan keju.
4. Vitamin
Berikut ini jenis-jenis vitamin serta sumber makanan yang mengandung
vitamin dan mineral:
NO
NAMA
1.
VITAMIN
Vitamin
A
2.
3.
FUNGSI
Meningkatkan
CONTOH MAKANAN
daya
tubuh
Menjaga kesehatan mata
Menjaga kesehatan kulit
Membantu
pencernaan
B1
makanan
Mencegah penyakit beri-beri
Meningkatkan nafsu makan
energi
Vitamin
Memproduksi
B2
Vitamin
B3
keasaman tubuh
Mengkompromikan
Vitamin
jaringan tubuh
Membantu menata
4.
tahan
yang
kuning
telur,
wortel,
tomat,
pepaya
Daging,
hati,
susu,
dan
telur,
beras
merah,
bekatul,
dan
kacang
hijau
Daging,
hati,
ginjal,
kembali
asam
kandungan
5.
Vitamin
B5
gula
darah
6.
Vitamin
B6
dan
Tomat, strawberry, dan
alpukat
kulit
dan rambut
Membuat protein
Membantu
keseimbangan
Pisang,
biji,
kacang-
hormon seks
Anti depresi dan diuretic alami
Membantu
mengendalikan
7.
8.
Vitamin
reaksi alergi
Memproduksi
B7
makanan
Vitamin
B9
energi
tersedia,
untuk
sintetis
untuk
pengeluaran
dari
Kacang-kacangan, oat,
misalnya
lemak,
limbah protein
Memproduksi
dan
produk
berbagai
esensial tubuh
Bersama dengan vitamin B12
dalam pembelahan sel secara
Kacang
tanah,
biji
kenari,
dan
alpukat
cepat
Membuat materi genetik (DNA)
untuk setiap sel
Memelihara
fungsi
sistem
imunitas
Esensial untuk fungi otak dan
9.
Vitamin
B12
10
Vitamin
syaraf
Memproduksi materi genetik
(DNA dan RNA)
Pembentukan sel darah merah
Esensial untuk syaraf
Menangani asap tembakau
dan racu lainnya
Memperkuat sistem imunitas
dalam memerangi infeksi
Menjaga tulang, kulit,
Buah-buahan
(belun
dikonfirmasi
secara ilmiah)
Buah-buahan
tomat,
dan
sendi
Mencegah sariawan
Membantu daya tahan tubuh
Menjaga dinding pembuluh
tertentu
pepaya,
strawberry,
kiwi,
(jeruk,
melon,
lemon,
anggur)
dan sayur-sayuran
11
Vitamin
12
Vitamin
dari
Minyak
ikan,
kuning
ikan,
yoghurt,
bayam
dan osteoporotis
Mencegah kemandulan
Menjaga kesehatan kulit
Biji-bijian,
mentega,
telur,
susu,
bunga
Vitamin
Membantu
proses
pembentukan darah
Mengendalikan penggumpalan
biji
matahari,
kacang
13
dan
tanah,
biji
darah
Esensial pembentukan protein
5.Mineral
Berikut ini jenis-jenis mineral serta sumber makanan yang mengandung
vitamin dan mineral:
NO
NAMA
FUNGSI
CONTOH MAKANAN
1.
MINERAL
Kalsium
Menjagakesehatan
tulang
dan gigi
2.
Selenium
Membantu
Susu,
kacang
melindungi
sel
melawan
kerusakan
oksidatif
karenanya
membantu
mencegah
keju,
brokoli,
polong,
dan
penuaan
Menjaga kesehatan kulit dan
3.
Kromium
rambut
Mengontrol gula darah
Membantu
melawan
aterosklerosis
4.
Magnesiu
gizi
Membantu
Zat besi
Membawa
hitam,
roti
mengatasi
Merica
oksigen
dalam
gandum,
dan
sayuran
berdaun hijau
Sayuran hijau (bayam,
darah
Membantu kerja otot dan
6.
Zinc
syaraf
Untuk pertumbuhan tubuh
Kesuburan
dan
sistem
kekebalan tubuh
kangkung)
kuning
telur,
dan
susu
7.
Fosfor
rendah lemak
Ikan, kacang-kacangan,
8.
Fluor
tubuh
Pembentukan
Yodium
gigi
Mencegah kerusakan gigi
Mencegah penyakit gondok
9.
tulang
dan
dan
tumbuhan
Air
Fungsi air adalah untuk melarutkan zat-zat makanan, melancarkan
pencernaan makanan, dan mengatur suhu tubuh. Pada kondisi normal,
tubuh memerlukan 2,5 liter air. Kekurangan zat air dalam tubuh disebut
dehidrasi.
Pengukuran Status Gizi Masyarakat
digunakan
untuk
melihat
1) Pengertian
Pemeriksaan klinik adalah metode yang sangat penting untuk
menilai
status
gizi
masyarakat.
Metode
ini
didasarkan
atas
data
konsumsi
makanan
dapat
memberikan
ekologi
sebagai
hasil
dan
budaya.
Jumlah
makanan
yang
tersedia
sangat
dasar
untuk
melakukan
program
intervensi
gizi.
(Notoatmodjo,2003).
Faktor Yang Perlu Dipertimbangkan Dalam Memilih Metode Penilaian Status Gizi
Hal mendasar yang perlu diingat bahwa setiap metode penilaian status
gizi mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Dengan menyadari
kelebihan kelemahan tiap-tiap metode, maka dalam menentukan diagnosis suatu
penyakit digunakan beberapa jenis metode. Penggunaan satu metode akan
memberikan peran yang kurang komprehensif tentang suatu keadaan.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
dan
metode
ini
murah
dan
dari
segi
ilmiah
bisa
dipertanggungjawabkan.
c. Jenis Informasi Yang Dibutuhkan
Pemilihan metode penilaian status gizi sangat tergantung pula dari jenis
info yang diberikan. Jenis informasi itu antara lain: asupan makanan
berat dan badan, tingkat hemoglobin dan situasi sosial ekonomi. Apabila
menginginkan informasi tentang asupan makanan, maka metode yang
digunakan adalah survei konsumsi. Dilain pihak apabila ingin mengetahui
tingkat hemoglobin maka metode yamg gunakan adalah biokimia.
Membutuhkan informasi tentang keadaan fisik seperti 1 badan dan tinggi
badan, sebaiknya menggunakan metode antropometri. Begitu apabila
membutuhkan informasi tentang situasi sosial ekonomi sebaiknya
gunakan pengukuran faktor ekologi.
d. Tingkat Reliabilitas Dan Akurasi yang Dibutuhkan
Masing-masing metode penilaian status gizi
mempunyai
tingkat
f.
Tenaga
Ketersediaan
tenaga,
baik
jumlah
maupun
mutunya
sangat
dibanding
dengan
metode
lainnya.
Penggunaan
metode
disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penilaian status gizi.
Jadi,
pemilihan
metode
penilaian
status
gizi
harus
selalu
mempertimbangkan faktor tersebut di atas. Faktor-faktor itu tidak bisa
berdiri sendiri, tetapi selalu saling mengait. Oleh karena itu, untuk
population
the standard deviation of the distribution of weights in the reference
Massa
tubuh
sangat
sensitive
terhadap
perubahan-
Sebaliknya
dalam
keadaan
abnormal,
terdapat
Titik batas indeks BB/U usia 5-10 tahun menurut rujukan WHO 2007
adalah:
1. Gizi lebih bila Z score terletak >+2 SD
2. Gizi baik bila Z score terletak antara >-2 SD sampai dengan +2
SD
3. Gizi kurang baik bila Z score terletak antara > -3 SD sampai
dengan -2SD
4. Gizi buruk bila Z score terletak < -3 SD
b. Tinggi badan menurut umur (TB/U)
Tinggi badan menggambarkan keadaan prtumbuhan skeletal. Pada
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relative
kurang sensitive terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu
pendek.defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan Nampak
dalam
waktu
yang
relative
lama.
Berdasarkan
karakteristik
antopometri
menggunakan
IMT/U
merupakan
a. Gizi baik apabila LLA bayi / anak menurut umurnya lebih dari 85% standar
Wolanski.
b. Gizi kurang apabila LLA bayi / anak menurut umurnya berada diantara 70,185% standar Wolanski.
c. Gizi buruk apabila LLA bayi / anak menurut umurnya 70% atau kurang dari
standar Wolanski (Chandra, 2009).
dengan
menyeimbangkan
masukan
dan
keluaran
energi
melalui
Ahli Gizi
1999, telah
merumuskan faktor yang menyebabkan gizi kurang seperti pada bagan di bawah
ini.
Energi
Protein (KEP)
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makan sumber
energi secara umum dan kekurangan sumber protein. Pada anak-anak, KEP
dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit
infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Pada orang dewasa,
KEP bisa menurunkan produktivitas kerja dan derajat kesehatan sehingga rentan
terhadap
penyakit.
Kemiskinan
merupakan
salah
satu
factor
yang
dan
penurunan
antibodi
sehingga
mudah
terserang
infeksi.
secara
khusus
dilakukan
melalui
pemberian
kapsul
minyak
beriodium/iodized oil capsule kepada semua wanita usia subur da anak sekolah
di daerah endemik. Secara umum pencegahan GAKI dilakukan melalui iodisasi
garam dapur.
d. Kurang Vitamin A (KVA)
KVA merupakan suatu ganguan yang disebabkan karena kurangnya
asupan vitamin A dalam tubuh. KVA dapat mengakibatkan kebutaan, mengurangi
daya tahan tubuh sehingga mudah terserang infeksi, yang sering menyebabkan
kematian khususnya pada anak-anak. Selain itu KVA dapat menurunkan
epitelisme sel-sel kulit . Faktor yang menyebabkan timbulnya KVA adalah
kemiskinan dan minim pengetahuan akan gizi.
Masalah gizi kurang yang menjangkiti masyarakat pedesaan
Masalah gizi kurang yang masih mendominasi masyarakat pedesaan dibedakan
menjadi empat yaitu:
1. Kurang energy protein (KEP)
2. Kurang vitamin A (KVA)
3. Anemia gizi besi (AGB)
4. Gangguan akibat kurang yodium (GAKY).
Meskipun secara nasional masalah gizi kurang dapat diturunkan, namun di
beberapa daerah, terutama pedesaan , prevalensinya masih cukup tinggi dan
perlu upaya penanggulangan.
Masalah gizi lebih yang menjangkiti masyarakat perkotaan
Peningkatan pendapatan dan kemakmuran ternyata membawa perubahan
dan gaya hidup dan pola makan ( menjadi tidak seimbang), gaya hidup menetap
dan pola makan karbohidrat tinggi (terutama gula dan lemak) pada masyarakat
perkotaan menimbulkan masalah gizi lebih. Selain itu, pola makan yang tidak
seimbang ini juga meningkatkan timbulnya penyakit-penyakit degenerative,
misalnya hipertensi, diabeted dan jantung.(Rahmat, rukmana. 2003)
Penyebab Gizi Kurang
1. Kemiskinan
masyarakat tertentu
2. Kurang pengetahuan
gizi,
menu
tentang
seimbang
kesehatan
3. Susunan
konsumsi
dan
makanan
dan kuantitas
(yodium)
Malnutrition (Gizi salah), adalah keadaan patofisiologis akibat dari
kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi,
ada empat bentuk malnutrisi diantaranya adalah :
1) Under nutrition, kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau absolut
untuk periode tertentu
2) Specific deficiency, kekurangan zat gizi tertentu
3) Over nutrition, kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu
4) Imbalance, karena disproporsi zat gizi, misalnya kolesterol terjadi karena
tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density
Lipoprotein), dan VLDL (Very Low Density Lipoprotein)
Kurang energi protein (KEP), adalah seseorang yang kurang gizi yang
disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi protein dalam makanan sehari-hari
atau gangguan penyakit tertentu. Anak dikatakan KEP bila berat badan kurang
dari 80% berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NHCS. (WHO,2008)
Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan yang dihasilkan
oleh keseimbangan antara kebutuhan dan masukan nutrien. Penelitian status
gizi merupakan pengukuran yang didasarkan pada data antropometri serta
biokimia dan riwayat diit (Beck, 2000: 1).
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi
A. Faktor External
Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain:
1) Pendapatan
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf ekonomi
keluarga, yang hubungannya dengan daya beli yang dimiliki keluarga
tersebut (Santoso, 1999).
2) Pendidikan
Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan, sikap dan
perilaku orang tua atau masyarakat untuk mewujudkan dengan status gizi
yang baik (Suliha, 2001).
3) Pekerjaan
Pekerjaan adalah sesuatu
menunjang
kehidupan
yang
harus
keluarganya.
dilakukan
Bekerja
terutama
umumnya
untuk
merupakan
atau
sekelompok
masyarakat
mengalami
kekurangan
gizi
atau
malnutrisi berdasarkan:
(1) Statistik:
- Angka kematian pada umur < 1 tahun (6-12 bulan).
- Angka kematian kelompok umur 1-4 tahun.
- Rasio kematian anak-anak umur < 5 tahun dengan angka kematian
kasar.
(2) Antropometri:
- BB bayi lahir.
- Persentase BB bayi lahir < 2000 gram.
- Ukuran tinggi dan berat badan anak-anak umur 1-5 tahun.
- BB rata-rata anak umur 7 tahun/anak masuk sekolah.
- Indeks berat/TB dipakai sebagai indikator penilaian status gizi anak
prasekolah, nilai indeks 0.15 dipakai sebagai garis pemisah antara
anak cukup gizi atau kurang gizi.
(3) Klinis:
- Jumlah kasus malnutrisi yang dirawat per tahun di rumah sakit/pusat
-
kesehatan.
Proporsi wanita hamil dengan kadar hb <10 gr% per 100 ml pada akhir
trimester kehamilan.
(4) Pemeriksaan diet:
- Intake kalori, protein dan zat nutrisi lain.
- Studi kebiasaan dan pola makanan (Chandra, 2006).
serta penurunan fungsi organ-organ tubuh. Metode yang bisa dilakukan pada
pengukuran status gizi pada lansia adalah dengan menggunakan Mini Nutritional
Assessment
(MNA).
Pada
pengukuran
antropometri
pengukuran
menjadi
dengan
poin
yang
menggunakan
diukur.
MNA
Selain
ini,
dengan
menggunakan MNA, pemeriksaan klinis, dan biokimia juga dapat dilakukan untuk
pengukuran status gizi. Gibson (1999).
1. Mini Nutritional Assessment (MNA)
Mini Nutritional Assessment (MNA) merupakan salah satu alat ukur yang
digunakan untuk menskrining status gizi pada lansia. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang lansia mempunyai resiko mengalami malnutrisi
akibat penyakit yang diderita dan atau perawatan di rumah sakit. MNA ini
banyak digunakan karena sangat sederhana dan mudah dalam pelaksanaannya.
Darmojo (2010) dalam penelitian yang dilakukan pada 200 pasien preoperasi
gastrointestinal menunjukkan bahwa MNA dapat dilakukan oleh klinisi terlatih,
mempunyai
reprodusibilitas
tinggi
dan
dapat
menskrining
pasien
yang
18
pertanyaan
yang
terbagi
dalam
empat
komponen:
penilaian
pemeriksaan
Mini
Nutritional
Assesment
(MNA)
adalah
menggolongkan pasien atau lansia dalam keadaan status gizi baik, beresiko
malnutrisi ataukah malnutrisi berat. MNA mempunyai dua bagian besar yaitu
screening dan assessment, dimana penjumlahan semua skor akan menentukan
seorang lansia pada
dan
kesadaran
akan
atau
bahan
pangan
akan
sukar
diperdagangkan,
bahkan
besar
Pemerintah memiliki otoritas dalam penyusunan serta penerapan undangundang dan peraturan. Dalam upaya penerapan jaminan keamanan pangan dan
untuk
memenuhi
persyaratan
dalam
perdagangan
nasional
maupun
codex,
yang
mengatur
standar
makanan
dalam
perdagangan
yang
diterbitkan
oleh
Pemerintah.
Beberapa
regulasi
yang
DAFTAR PUSTAKA
11.Departemen
Gizi
dan
Kesehatan
FKM
UI.
Gizi
danKesehatan
Penilaian
Status
Nutrisi
http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/penilaian-status-nutrisi.pdf
16.Aziz Alimul Hidayat & Musrifatul Uliyah . 2002. Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
17.Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley.
2000.
Buku
Saku
lanto
dg.
pasewang
kabupaten
jeneponto.
Makanan
&
Program
Minuman.
http://www.bbtklppbjb.freeiz.com/2_5_Hygiene-Sanitasi-Makanan.html.
Diakses tanggal 12 desember pukul 11.23pm.