BP Format Koas 3
BP Format Koas 3
PENDAHULUAN
Bronkopneumonia hingga saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang. Bronkopneumonia merupakan penyebab utama
morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah lima tahun (balita). Diperkirakan hampir
seperlima kematian anak di seluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap
tahun akibat bronkopneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Terdapat berbagai faktor risiko yang menyebabkan tingginya angka mortalitas
bronkopneumonia pada anak balita di negara berkembang. Faktor risiko tersebut adalah
berat badan lahir rendah (BBLR), tidak mendapat imunisasi, tidak mendapat ASI yang
adekuat, malnutrisi, defisiensi vitamin A, tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di
nasofaring, dan tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap rokok).
Bronkopneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru yang dapat
disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur maupun benda asing lainnya. Pada
bronkopneumonia yang disebabkan oleh kuman, menjadi pertanyaan penting adalah
penyebab dari bronkopneumonia (bakteri atau virus). Bronkopneumonia seringkali
dipercaya diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri.
Secara klinis pada anak sulit membedakan bronkopneumonia bakterial dengan
bronkopneumonia
viral.
Namun
sebagai
pedoman
dapat
disebutkan
bahwa
bronkopneumonia bakterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik, dan
leukositosis.
Pola bakteri penyebab bronkopneumonia biasanya berubah sesuai dengan distribusi
umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan penting dalam bronkopneumonia
adalah Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus,
streptokokus grup B, serta kuman atipik klamidia dan mikoplasma. Walaupun
bronkopneumonia viral dapat ditatalaksana tanpa antibiotik, tapi umumnya sebagian besar
pasien diberi antibiotik karena infeksi bakteri sekunder tidak dapat disingkirkan.
Di negara berkembang, bronkopneumonia pada anak terutama disebabkan oleh
bakteri. Bakteri yang sering menyebabkan bronkopneumonia adalah Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Staphylococcus aureus. Bronkopneumonia yang
disebabkan oleh bakteri-bakteri ini umumnya responsif terhadap pengobatan dengan
1
antibiotik
betalaktam
dan
dikenal
sebagai
bronkopneumonia
atipik.
3. Pneumonia interstisial
Berikut ini akan dibahas sebuah laporan kasus mengenai pneumonia lobularis atau
yang biasa dikenal dengan Bronkopneumonia.
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama
: GP
: Indonesia
Suku
: Talaud
Agama
: Kristen Protestan
Nama ibu
: EP
Pendidikan terakhir
: SMP
Pekerjaan
Perkawinan
:I
Nama ayah
: KP
Pendidikan terakhir
: SMP
Pekerjaan
: Penjual tahu
Perkawinan
:I
Alamat
: Kombos Lingk. V
No. Telp
: 081356506906
Pasien MRS tanggal 19 April 2012, jam 15.45 WITA, masuk ke ruangan perawatan
intensif (RPI).
Family Tree
penderi
ta
(-)
Varicella
(-)
Pertussis
(-)
Diarrhea
(-)
Cacing
(-)
Batuk/pilek
(+)
Lain-lain
(-)
KEPANDAIAN/KEMAJUAN BAYI
4
bulan
tengkurap
bulan
duduk
bulan
merangkak
bulan
berdiri
bulan
berjalan
bulan
tertawa
bulan
berceloteh
bulan
memanggil mama
bulan
memanggil papa
bulan
0 5 bulan
PASI
6 bulan sekarang
Bubur susu
4 bulan sekarang
(-)
IMUNISASI
DASAR
BCG
POLIO
DTP
CAMPAK
HEPATITIS
ULANGAN
II
III
+
+
+
+
+
+
+
RIWAYAT KELUARGA
Hanya penderita yang sakit seperti ini di dalam keluarga.
5
II
III
PEMERIKSAAN FISIK
Umur: 7 bulan
Panjang Badan: 67 cm
Gizi baik
Suhu 39oC
Respirasi : 66x/menit
Sianosis (-)
Keadaan mental CM
Nadi: 136x/menit
Anemia (-)
Ikterus (-)
Tensi: -
Kejang (-)
Kulit
Warna : Sawo matang
-
Efloresensi: (-)
Pigmentasi (-)
Jaringan parut (-)
Lapisan lemak cukup
Lain-lain (-)
Tonus : normal
Oedema: tidak ada
Kepala
Bentuk
: mesocephal
Rambut
Mata
- exophthalmus/enophthalmus : -/- tekanan bola mata : normal pada perabaan
Conjungtiva
: anemis (-)
Sclera
: icteric (-)
Corneal refleks
: normal
Pupil
Lensa
: jernih
Fundus
: tidak dievaluasi
7
Visus
: tidak dievaluasi
Gerakan
: normal
Mulut
Bibir : sianosis (-)
Selaput mulut
: basah
Gusi
: perdarahan (-)
Gigi
Bau Pernapasan
: caries (-)
Tenggorokan : Tonsil
Pharynx
Leher
: Trachea
Kelenjar
: hiperemis (-)
: letak di tengah
: pembesaran KGB (-)
: (-)
Thorax
Bentuk
: normal
Rachitis Rosary
: (-)
Ruang intercostal
: normal
Precordial bulging
: (-)
Xiphosternum
: (-)
Harrisons groove
: (-)
Lain-lain
: (-)
Paru-paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: normal
Auskultasi
Jantung
Detak jantung
: 136x/menit
Iktus cordis
: tidak tampak
Batas kiri
Batas kanan
Batas atas
: ICS II
: M1 > M2
: A1 > A2
: P1 < P2
Bising
: (-)
Abdomen :
Bentuk
Lain-lain
: (-)
Hepar
: tidak teraba
Lien
: tidak teraba
Genitalia
: laki-laki, normal
Kelenjar
Anggota gerak
Tulang-belulang
: deformitas (-)
Otot-otot
: eutoni
Refleks-refleks
RESUME
Laki-laki, 7 bulan, BB: 6,5 kg, TB: 67 cm. MRS pada tanggal 19 April 2012, Jam: 11.45
WITA dengan keluhan sesak napas sejak 1 hari SMRS + batuk sejak 3 minggu SMRS +
demam sejak 2 hari SMRS. KU: tampak sakit, Kes: CM. N: 136x/menit, R: 66x/menit, Sb:
39oC. Pernapasan cuping hidung (+), retraksi (+) SC IC SS xyphoid, suara pernapasan
bronkovesikuler kasar, ronkhi +/+ basah halus.
Diagnosis: Bronkopneumonia berat
Perawatan/Pengobatan/Makanan:
O2 2l/menit
IVFD Kaen 1B (HS) + 2oC -> 34 ml/jam
Inj. Ampisilin 4x175 mg
Inj. Kloramphenicol 4x175 mg
Inj. Dexametason 3x1 mg
Ambroxol 3,5 mg + trifed 1/8 tab -> 3x1 pulv/NGT
Paracetamol 3x100 mg pulv/NGT
Oral aff sementara
Anjuran : DL, DDR, diff count, ureum, creatinin, X foto AP
HASIL LAB 19/4/2012
Malaria: (-)
Hematokrit: 33,5
Hb: 10,2
Leukosit: 15.800
Trombosit: 499.000
Creatinin: 0,5
10
FOLLOW UP
20 April 2012
S: sesak , demam (-), batuk (+)
O: KU: tampak sakit, kes: CM
N: 112x/m
SSP
R: 56x/m
Sb: 36,8oC
CV
RT
GIT
O2 2l/menit
IVFD Kaen 1B (HS-S) 7-8 gtt/m (makro)
Inj. Ampisilin 4x175 mg IV (2)
Inj. Kloramphenicol 4x175 mg IV (2)
Inj. Dexametason 3x1 mg IV (2)
Ambroxol 3,5 mg + trifed 1/8 tab -> 3x1 pulv/NGT
Paracetamol 3x100 mg pulv/NGT
Susu 8x10cc
Pro:
21 April 2012
11
R: 54x/m
Sb: 36,6oC
CV
RT
GIT
O2 2l/menit
IVFD Kaen 1B (HS-S) 7-8 gtt/m
Inj. Ampisilin 4x175 mg IV
Inj. Kloramphenicol 4x175 mg IV
Inj. Dexametason 3x1 mg IV
Ambroxol 3,5 mg + trifed 1/8 tab -> 3x1 pulv
Paracetamol 3x100 mg pulv k/p
Susu 8x15-20cc
Pindah ruangan
Pro:
22 April 2012
S: sesak (-), demam (-), batuk (+)
O: KU: tampak sakit, kes: CM
N: 132x/m
SSP
R: 36x/m
Sb: 36,5oC
CV
GIT
23 April 2012
S: sesak (-), demam (-), batuk (+)
O: KU: tampak sakit, kes: CM
N: 120x/m
SSP
R: 36x/m
Sb: 36,8oC
CV
RT
GIT
BAB III
PEMBAHASAN
Bronkopneumonia atau pneumonia lobularis merupakan bagian dari pneumonia,
yang merupakan suatu infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang mengenai parenkim
paru, yang dapat disebabkan baik oleh bakteri, virus, jamur maupun benda asing lainnya.
Pada umumnya bronkopneumonia disebabkan oleh bakteri, yaitu Streptococcus
pneumoniae dan Haemophillus influenzae. Pada bayi dan anak kecil dapat ditemukan
Staphylococcus aureus sebagai penyebab bronkopneumonia yang berat, serius dan sangat
14
interstitium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus.
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh
oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling
berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
b). Stadium II (48 jam berikutnya)
Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah,
eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu (host) sebagai bagian dari reaksi
peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit,
eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar,
pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak. Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam.
c). Stadium III (3 8 hari)
Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi
daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah
yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel.
Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi
fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi
mengalami kongesti.
d). Stadium IV (7 12 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan
mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali ke strukturnya semula.
Sebagian besar gambaran klinis bronkopneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
mengancam kehidupan, dan mungkin terdapat komplikasi sehingga memerlukan perawatan
di RS.
Beberapa faktor yang mempengaruhi gambaran klinis bronkopneumonia pada anak
adalah imaturitas anatomik dan imunologik, mikroorganisme penyebab yang luas, gejala
klinis yang kadang-kadang tidak khas terutama pada bayi, terbatasnya penggunaan
prosedur diagnostik invasif, etiologi noninfeksi yang relatif lebih sering, dan faktor
patogenesis. Disamping itu, kelompok usia pada anak merupakan faktor penting yang
16
Anak
Distres pernapasan
Grunting
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB, editors. Buku ajar respirologi anak. ed 1.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2008.
2. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, editors. Kapita selekta
kedokteran jilid 2. Ed 3. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2000.
18
3. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED.
Pedoman pelayanan medis jilid 1. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2010.
4. Symptoms of bronchial pneumonia. Diakses dari:
http://www.ehow.com/about_5079434_symptoms-bronchial-pneumonia.html
5. Symptoms of bronchial pneumonia. Diakses dari:
http://www.livestrong.com/article/16061-symptoms-bronchial-pneumonia/
6. Kartasasmita CB, Duddy HM, Sudigdo S, Agustian D, Setiowati I, Ahmad TH, et
al. Nasopharyngeal bacterial carriage and antimicrobial resistance in under five
children with community acquired pneumonia. Paediatr Indones 2001; 41:292-5.
7. Bronchial pneumonia. Diakses dari:
http://www.pneumoniasymptoms.org/bronchial-pneumonia/bronchialpneumonia.html
8. Bronchopneumonia. Diakses dari: http://en.wikipedia.org/wiki/Bronchopneumonia
9. Bronchopneumonia. Diakses dari: www.bronchopneumonia.org
10. Abdoerachman MH. Open Comparison Study between Augmentin and Ampicillin
Chloramphenicol in the Treatment of Bronchopneumonia in Children. Paediatr
Indones 2001; 35: 222 226.
19