387366
2. Coping Strategies
Lazarus (1981) -> Mendefinisikan coping sebagai suatu proses pengelolaan tuntutan
eksternal dan/atau internal yang melebihi kemampuan seseorang.
Folkman (182) -> Dua kunci utama dalam definisi coping adalah proses penekanan dan
penjelasannya dalam hal hubungan antara individu dan lingkungan.
Lazarus & Folkman (1984) mengklasifikasikan strategi coping menjadi dua yaitu strategi
strategi coping yang digunakan untuk menghadapi masalah secara langsung disebut
dengan problem focused coping dan strategi coping yang digunakan untuk pengelolaan
atau mengurangi tekanan emosional disebut dengan emotion focused coping.
3. Pengaturan Kerja Yang Fleksibel
Sladek (1995), Sullivan dan Lussier (1995) -> Pada tahun 1970-an pengaturan kerja yang
fleksibel telah dikenal sebagai imbalan kerja kepada karyawan.
Almer dan Kaplan (2002) -> Pengaturan kerja yang fleksibel dapat berupa bekerja
dengan jam kerja yang lebih sedikit atau bekerja dengan jam kerja yang sama tetapi
dengan fleksibilitas yang lebih besar. Almer dan Kaplan juga menyatakan bahwa
pengaturan kerja yang fleksibel dikatakan berhasil jika karyawannya mengambil manfaat
dari merasa hal ini dan merasa lebih nyaman dan bersedia untuk bekerja di pada kantor
akuntan.
Hooks dan Higgs (2000) -> Dengan mengabaikan format khusus, pengaturan kerja yang
fleksibel telah mengubah lingkungan kerja profesional.
4. Pelatihan Manajemen Stres
Kram (1983), Kram dan Hall (1989) -> Pelatihan manajemen stres adalah bagian dari
mentoring dari mentor untuk mentee dalam suatu organisasi. Hubungan mentoring hadir
sebagai model strategi coping yang positif dan melalui dukungan sosial kemungkinan
stress akan menurun.
Luna dan Cullen (1995) pada Chung (2011) -> Pemberdayaan psikologis dan kepuasan
kerja akan meningkat jika strategi coping yang positif memberikan mentee perasaan
peningkatan kompetensi.
5. Job Outcome
Kepuasan Kerja :
Brief dan Wiess (2002), Bamber dan Iyer (2002) -> Kepuasan kerja adalah respon afektif
individu di tempat kerja.
Locke (1976) melalui Judge dan Locke (1993) membedakan kepuasan kerja menurut
perspektif moral dan keterlibatan kerja, yang dikategorikan kepuasan moral dan
pekerjaan sebagai emosi positif yang dirasakan oleh seorang karyawan.
Robbins (2001) -> Seseorang dengan kepuasan kerja tinggi menunjukkan sikap positif
terhadap/pekerjaannya, dan sebaliknya, seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya
akan menunjukkan sikap negatif terhadap pekerjaannya.
Mobley et al., (1979) -> Berpendapat bahwa seorang yang memiliki kepuasan kerja yang
tinggi cenderung bertahan di lingkungan kerja nya, sedangkan seseorang yang memiliki
kepuasan kerja yang rendah cenderung untuk mengubah posisi kerjanya.
H2: lingkungan pekerjaan yang fleksibel akan memitigasi dampak negatif dari kondisi burout
dalam turnover intention auditor
H3: lingkungan pekerjaan yang fleksibel akan memitigasi dampak negatif dari kondisi burout
dalam kinerja auditor
Pelatihan Manajemen Stres sebagai strategi memitigasi Burnout
Goolbsy (1992) sebuah organisasi dapat mengurangi reaksi stres dengan cara meningkatkan
kemampuan individu untuk memperbaiki dan mencegah stres melalui program intervention
seperti pelatihan manajemen stres. Dua strategi tersebut adalah focus emosi dan strategi yang
focus pada masalah.
H4: pelatihan manajemen stres memitigasi dampak negatif kondisi burout pada kepuasan
pekerjaan auditor
H5: pelatihan manajemen stres memitigasi dampak negatif kondisi burout pada turnover
intention auditor
H6: pelatihan manajemen stres memitigasi dampak negatif kondisi burout pada kinerja auditor
H7: Auditor pada lingkungan pekerjaan yang fleksibel dan yang telah menerima pelatihan
manajemen stres akan mencapai kepuasan pekerjaan yang tinggi pada kondisi burout.
H8: Auditor pada lingkungan pekerjaan yang fleksibel dan yang telah menerima pelatihan
manajemen stres akan mengalami turnover intention yang rendah pada kondisi burout.
H9: Auditor pada lingkungan pekerjaan yang fleksibel dan yang telah menerima pelatihan
manajemen stres akan mencapai kinerja yang baik pada kondisi burout.
F. Metode
Metode eksperimen 2x2 between subject dengan 48 partisipan yang diacak ke dalam empat
kelompok yang masing-masing terbagi dengan kelompok yang diberi pelatihan atau pekerjaan
yang fleksibel, pelatihan manajemen stres, kombinasi keduanya, atau dengan menggunakan
control group yang sama sekali tidak mendapatkan pelatihan. Masing-masing kelompok terdiri
dari 12 orang.
G. Hasil Penelitian
Pekerjaan fleksibel dan pelatihan manajemen stress secara efektif mengurangi dampak negatif
dari burnout outcome auditor. Pekerjaan yang fleksibel dan pelatihan manajemen stres secara
terpisah dan bersama-sama memitigasi dampak negatif burout pada pekerjaan auditor.
H. Keterbatasan penelitian
Tidak semua kasus eksperimen yang digunakan mampu mewakili pekerjaan audit
sesungguhnya.
Partisipan dalam eksperimen bekerja secara individual sehingga mereka mengabaikan
penilaian auditor yang biasa dilakukan dalam bentuk tim.