dijangkau oleh masyarakat. Ketiga, dalam rangka melaksanakan kewenangan desa, BPD siap bekerja
sama dengan Pemerintah Desa Dermaji untuk menyusun berbagai Peraturan Desa yang diperlukan.
Selanjutnya pimpinan sidang memberikan waktu kepada peserta untuk menyampaikan tanggapantanggapannya. Tanggapan dari beberapa peserta musyawarah menyatakan menyetujui rancangan
program dan kegiatan yang disampaikan oleh Kepala Desa. Namun beberapa peserta juga memberikan
masukan soal penetapan status jalan, soal perlunya perdes lingkungan hidup dan pemberian beasiswa
untuk anak berprestasi.
Setelah persoalan-persoalan yang disampaikan dibahas bersama, peserta musyawarah kemudian
menyepakati beberapa hal. Pertama, menyetujui rancangan program dan kegiatan prioritas tahun 2016
untuk dijadikan rencana program dan kegiatan prioritas dalam RKP Desa Tahun 2016.
penyusunan Perdes tentang Lingkungan Hidup.
Kedua, perlunya
Jalan yang ada di Desa Dermaji. Keempat, terkait pemberian beasiswa untuk anak berprestasi akan
dilakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap peraturan-peraturan yang ada.
Setelah dicapai kesepakatan bersama, acara dilanjutkan dengan pembacaan risalah musyawarah oleh
sekretaris musyawarah, Supriyanto. Risalah musyawarah kemudian langsung ditandatangai oleh
sekretaris musyawarah, pimpinan musyawarah, Kepala Desa, dan perwakilan peserta, setelah risalah
musyawarah disetujui untuk ditetapkan oleh peserta musyawarah. Selain risalah musyawarah, pada
kesempatan itu ditandatangani juga berita acara musyawarah oleh pimpinan musyawarah, Kepala Desa,
dan perwakilan peserta.
Musyawarah Desa ditutup oleh pimpinan musyawarah. Kemudian untuk mengakhiri seluruh acara,
dilakukan pembacaan doa yang dipimpin oleh Harry Haryono Caryono.
MUSYAWARAH DESA :
Ruang Belajar Berbagi dan Berpartisipasi Masyarakat dalam
Perencanaan Pembangunan Desa
Kebijakan Baru, Proses Baru
Powered By vbatesHadirnya UU No 6 Tahun 2014 tentang desa di tengah
regulasi negeri ini sungguh membawa hiruk-pikuk sebuah wilayah yang
disebut desa dalam mempersiapkan tata kelola baru yang luar biasa,
terutama terkait dengan kesiapan sumberdaya manusia
pemerintah desa dan lembaga-lembaga desa di dalam proses pengelolaan
manajemen sumberdaya, sumberdana dan sumberdata secara sinergis. Hal
tersebut dalam siklus tata kelola pemerintah desa yang baru diawali dengan
sebuah rembug warga yang diberi judul Musyawarah Desa (Musdes).
Ketua BPD dan para narasumber dalam Musdes Desa Ponjong
Dinamika peserta dalam proses tanya jawab dan yang disampaikan kepada para narasumber
2.
3.
Kelompok perempuan belum terlibat dalam pengusulan kegiatankegiatan yang strategis tetapi masih mengutamakan kegiatan yang
bersifat sektoral dan kelompok, sehingga masih banyak usulan program
yang strategis belum berperspektif gender.
Musyawarah Desa
Musyawarah Desa (Musdes)
adalah
Badan
oleh
BPD
untuk
menyepakati
hal
yang
keputusan
yang
bersifat
sudah
dikenal sejak lama dan menjadi bagian dari dasar negara. Sila keempat
Pancasila menyebutkan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan.
Pasal 54
(1) Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang diikuti
oleh Badan Permusyawaratan Desa,
Pemerintah Desa, dan unsur masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang
bersifat strategis dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
(2) Hal yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a.
penataan Desa;
b.
perencanaan Desa;
c.
kerjasama Desa;
d.
e.
f.
g.
(3)
Penjelasan
Ayat (1)
Musyawarah Desa merupakan forum pertemuan dari seluruh pemangku kepentingan yang
di Desa,
termasuk masyarakatnya, dalam rangka menggariskan hal yang dianggap penting dilaku
oleh Pemerintah Desa dan juga menyangkut kebutuhan masyarakat Desa.
Hasil ini menjadi pegangan bagi perangkat Pemerintah Desa dan lembaga lain
dalam pelaksanaan tugasnya.
Yang dimaksud dengan unsur masyarakat adalah antara lain tokoh adat, tokoh agama,
tokoh masyarakat, tokoh pendidikan, perwakilan kelompok tani, kelompok nelayan,
kelompok perajin, kelompok perempuan, dan kelompok masyarakat miskin.
Ayat (2)
Huruf a
Dalam hal penataan Desa, Musyawarah Desa hanya memberikan pertimbangan dan
masukan kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Huruf b, huruf c, huruf e, huruf f, huruf g, serta ayat (3) dan ayat (4) cukup jelas.
Selain
pada
UU Desa juga
penjelasan
memuat
pasal
per
penjelasan
pasal,
bagian
mengenai
Penjelasan
Musdes.
Umum
Selengkapnya
disebutkan: Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama lain adalah
forum musyawarah antara Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa,
dan
unsur
masyarakat
dalam
yang
diselenggarakan
memusyawarahkan
dan
penyelenggaraan
bentuk
Badan
menyepakati
hal
pemerintahan Desa.
kesepakatan
oleh
dasar
dituangkan
dalam
oleh
Badan
Pembahasan di DPR
Pengaturan Musyawarah Desa dalam UU Desa hanya diatur dalam satu Pasal
berisi empat ayat. Keempat ayat yang ada pada pasal 54 tersebut berisi
tentang fungsi musyawarahDesa; hal yang dibahas dalam musyawarah desa;
waktu
dan
forum
pengambilan
keputusan desa.
Menteri
Dalam
Negeri,
Gamawan
Fauzi
menyampaikan
pandangan
untuk
membahas,
program-program
strategis
dimaksud
Badan
forum
mendiskusikan
yang
akan
dan
mengkoordinasikan
dilaksanakan
Permusyawaratan Desa.
termasuk
proses
oleh
Program-program
penyusunan
perencanaan
diajukan
oleh
Pemerintah
mereduksi
sistem
pelaksanaan
bagi
..DPD
BPD
dalam
RI
atau
nama
lain,
sebagai
wadah
tertinggi
untuk
pengambilan
menengah desa;
kawasan
perdesaan;
investasi
yang
pembentukan,
masuk desa;
penggabungan,
pengembangan
pemekaran
atau
perubahan status desa. DPD mengusulkan musyawarah desa dalam hal ini
bukan pemegang kedaulatan rakyat desa, bukan juga sebagai institusi yang
permanen, tetapi sebagai forum pengambilan keputusan strategis yang
mengikat
bagi
pemerintah
dan
warga desa.
maka
BPD
berwenang
membentuk
dan
usulan-usulan
DPD
pengambil
kebijakan
yang
tertinggi
Undang-undang
lembaga
perwakilan
mengatur
mengenai
mengatur
Badan
Undang-undang
mengarah
pada
pembentukan Daerah Otonom Tingkat III sebagaimana diatur dalam Undangundang No. 18 Tahun 1965, Undang-undang No. 1 Tahun 1957 maupun
Undang-undang No. 22 Tahun 1948 semua tentang Pemerintahan Daerah.
Demikian
pula
halnya
dengan
wadah
usulan
tertinggi
untuk
DPD-RI
pengambilan
PPP,
dalam
pandangan
karena
mini
fraksi,
mengakomodasi
adanya
RDPU
tanggal
Juni
2012.
Ia
mengatakan:
Kemudian untuk musyawarah desa. Untuk musyawarah desa, kami juga
menginginkan agar musyawarahdesa itu menjadi lebih bermakna bukan
sekadar
untuk
prosedur.
memenuhi
merupakan
pemegang
kedaulatan
rakyat desa,
tetapi musyawarah desa itu sebagai satu arena untuk melakukan rembuk,
melakukan pembahasan, melakukan apa namanya ya untuk mengambil
keputusan bersama terutama hal-hal yang sangat strategis. Nah misalnya
nanti di dalam konteks pembangunan pedesaan, dalam pengelolaan
resourceh terutama sumberdaya alam untuk pertambangan misalnya. Ini
saya
sangat
penting
sebelum
Kepala Desa itu memutuskan atau mengizinkan atau tidak ketika ada
investor itu masuk. Jadi musyawarah desa rakyat diajak bicara, sehingga
dalam konteks ini betul-betul desa itu menjadi sebuah subjek ya, menjadi
subjek yang keberadaannya memang dihormati dan diakui.
Pendapat tersebut didukung oleh pendapat Shirley dari Surya Research
Center:
Saya
setuju
dengan
rekan-rekan,
teman-teman
yang
memberikan
tanggapan tentang RUU ini bahwa Badan Musyawarah Desa jangan kita
anggap kecil. Perlakukan mereka seperti kita memperlakukan DPR ini bahwa
teman-teman di DPR ini terdiri dari berbagai macam musyawarah desa yang
ada di Indonesia ini berkumpul dan kemudian juga bisa mengontrol SKPD
atau teman-teman birokrat lainnya yang di daerah-daerah dan dibenak kami
Surya Research kami mengadakan dalam tanda kutip ini juga merupakan
tawaran dari setiap kali kami mengunjungi kabupaten, bagaimana kalau kita
membentuk kelompok penguatan masyarakat, kita menyebutnya seperti itu
kelompok penguatan masyarakat.
Dalam RDPU 10 Oktober 2012, Sutoro Eko dari IRE menyampaikan
pandangan berikut:
Ini ada persoalan kuasa desa dan kuasa rakyat ya, itu menyatu di
dalam desa tetapi persoalannya begini pak, kuasa desa ini sekarang tidak
berdaya karena berhadapan dengan kuasa negara dan kuasa modal, jadi
banyak sumber daya lokal yang ini terkikis abis lah kalau ada intervensi
modal misalnya soal air dan macam-macam, dan oleh karena ini kan
persoalan agraria yang kita harus selesaikan juga, termasuk pembangunan
pedesaan yang mengandung investasi ya, sebenarnya pikiran yang sudah
berkembang, bagaimana desa itu secara kolektif mampu mengontrol usulan
kita
itu
ada
sebagai
oleh
forum
yang
lebih
besar,
karena
modalnya
kan
Bupati-
Kepala Desa selesai gitu ya, jadi artinya keputusan mengenai investasi yang
bersentuhan dengan desa itu tidak hanya dari tangan Bupati, tetapi juga itu
basisnya
ada
di desa,
pengambil
keputusannya
Tanggapan
Musyawarah adalah
forum
bertemunya
berbagai
kepentingan
para
kepentingan
lainnya.
hakekatnya
pelaksanaannya,
PP
72
tahun
2005,
tak
mengatur
spesifik musyawarah Desa. Namun korelasi kedua regulasi ini bisa dilihat dari
pembahasan
disebut
dalam
diinginkan
Pasal
dalam
Pasal
54
54
perencanaan desa.
berlangsung
terjadwal
tahunan
Salah
satu
dan
Perencanaan
didalamnya
termuat
Jangka
dan
Rencana
Kerja
dengan
penyusunan
dokumen
58
Tahun
2008
tentang
Pengelolaan
Keuangan
Daerah,
serta
kesepakatan
dalam
Pasal
45,
47,
melalui musyawarah desa;
dan
56
tentang
pemilihan
Dengan
konsep
kewenangan
hibrid
untuk
atau
campuran,
halnya
kewenangan
pemerintah desa.
kedudukan yang sama dan saling terkait dengan Kepala Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa. Kedudukan dan korelasi itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Gambar : Keterkaitan para pemangku kepentingan
Gambar
tersebut
kepentingan
memperlihatkan
dalam
keterkaitan
antara
para
pemangku
dan
kepentingan
yang
BPD
beserta
pengurusnya.
menguat
pada
Mereka
irisan
membawa
lingkaran.
membentuk
Musdes.
Oleh
karena
itu
sangat
mungkin
terjadi
yang
tegas,
misalnya
sejauh
mana
keputusan
akhir
tetap
ada
di
tangan
pemerintah
Hal-Hal Strategis.
Pasal 54 ayat (2) UU Desa mengatur apa saja yang disebut sebagai hal yang
bersifat strategis yang menjadi dasar penyelenggaraan musyawarah Desa.
Tetapi tidak jelas apa maksud isu strategis dan penormaannya terkesan tidak
membuka peluang untuk menambahkan hal strategis itu. Seolah-olah hanya
ketujuh hal itu saja yang masuk kategori hal strategis. Berarti pula di luar
ketujuh hal tersebut tidak harus diputuskan lewat musyawarah Desa. Dalam
praktiknya
sangat
mungkin
terjadi
perbedaan
pandangan
antara
bergantung
pada
menimbulkan
dua
persoalan. Pertama, bila dana APB Desa tidak mencukupi untuk Musdes
sekali setahun, bisakah Desa tak menyelenggarakan Musdes? Penyelenggara
Musdes
adalah
BPD
dengan
difasilitasi
pemerintah desa.
Jika
pemerintah desa berdalih tidak ada dana, apakah BPD bisa membatalkan
pelaksanaan
Musdes,
dan
lantas
memutuskan
memberikan
hal-hal
kewenangan
strategis
tanpa
kepada
melibatkan
sumber, antara lain hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak
ketiga. Dari rumusan Pasal 72 ayat (1) huruf f UU Desa tersebut tergambar
jelas salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah dana itu tidak bersifat
mengikat. Jika ada penyimpangan dalam penggunaan dana pihak ketiga
untuk Musdes tersebut, sesuai Pasal 75 ayat (1) UU Desa, yang akan dimintai
tanggung
jawab
terutama
adalah
pemegang