Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PENGENDALIAN GULMA

TANAMAN BAWANG PUTIH (Allium sativum L.)

Oleh :

NAMA

: YUDI ARIANTO (E1J013114)


: PRIADO SITOMPUL (E1J013095)

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2016

I. PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
Bawang putih (Allium sativum L.) merupakan komoditas sayuran yang banyak
mendatangkan keuntungan karena mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Umbi bawang
putih banyak digunakan sebagai bumbu masak. Selain dikonsumsi sebagai bumbu masak,
bawang putih dapat digunakan sebagai bahan obat dan kosmetik (Santoso 1988).
Sentra bawang putih di Indonesia umumnya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Berdasarkan
survey eksplorasi, sekitar 72 persen daerah penanaman bawang putih terdapat di Jawa
(Buurma 1991). Penanaman bawang putih di Jawa kebanyakan (66 persen) dilakukan di
dataran tinggi (> 700 meter dpl). Varietas bawang putih utama yang diusahakan di dataran
tinggi adalah Lumbu Hijau, Tawangmangu, Lumbu Kuning, Gombloh dan Tes.
Kebutuhan (konsumsi) bawang putih dari tahun ke tahun terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya jumlah penduduk, semakin membaiknya perekonomia nasional dan semakin
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya gizi komoditas tersebut. Namun,
peningkatan ini belum mampu diimbangi dengan peningkatan produksi. Hal ini disebabkan
oleh luas tanam dan produktivitas hasil yang rendah (6,43 ton/ha pada tahun 1995) (Renstra
Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura 1997).
PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Pembibitan
Keberhasilan usaha tani bawang putih sangat ditunjang oleh faktor bibit karena
produksinya tergantung dari mutu bibit yang digunakan. Umbi yang digunakan sebagai bibit
harus bermutu tinggi, berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat, serta bebas
dari hama dan patogen.
Persyaratan Benih
Mutu bibit/benih bawang putih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Bebas hama dan penyakit
b) Pangkal batang berisi penuh dan keras
c) Siung bernas
d) Besar siung untuk bibit 1,5 sampai 3 gram.

Penyiapan Benih
Benih bawang putih berasal dari pembiakan generatif dengan umbinya. Kultur
jaringan juga merupakan metode untuk mengisolasi bagian tanaman seperti jaringan serta
menumbuhkannya dalam kondisi aseptik sehingga bagian-bagian tersebut dapat tumbuh dan
berkembang menjadi tanaman lengkap. Dengan kultur jaringan dapat diperoleh perbanyakan
mikro/produksi tanaman baru dalam jumlah besar dalam waktu relatif singkat. Umbi bawang
putih dapat diperoleh di kios penjual bibit atau produsen bibit. Selain itu, umbi bibit juga
dapat diperoleh dari hasil panen sebelumnya yang telah dipersiapkan untuk umbi bibit.
Penyimpanan bibit pada umumnya dilakukan oleh petani di para-para dan digantung dengan
cara pengasapan. Cara ini praktis tetapi seringkali merusak umbi bibit dan memiliki
penampilan yang kurang menarik dan memberikan warna yang kecoklat-coklatan. Cara
penyimpanan umbi bibit lain terdiri dari penyimpanan alami, penyimpanan di ruangan
berventilasi dan penyimpanan pada suhu dingin.

Pengolahan Media Tanam.


Persiapan
Penanaman bawang putih biasanya dilakukan di daerah persawahan yaitu setelah panen padi.
Pengolahan lahan bertujuan menyiapkan kondisi tanah sesuai dengan yang diinginkannya.
Secara garis besar pengolahan tanah meliputi kegiatan penggemburan (dicangkul/dibajak),
pembuatan bedengan dengan saluran air, pengapuran (untuk tanah asam) dan pemberian
pupuk dasar. Tanah yang asam dinetralkan sebulan sebelum tanam. Bila pH kurang dari 6,
dosis kapurnya sekitar 1-2 ton/ha.
Jumlah bibit yang diperlukan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
a) pola tanam
b) jarak tanam
c) permukaan lahan
d) ukuran umbi bibit
Kebututuhan umbi bibit untuk bawang putih apabila jarak tanam 20 x 20 cm jumlah
kebutuhan bibit antara 200.000-250.000 siung/200 kg siung, jarak tanam 20 x 15 cm jumlah

kebutuhan bibit antara 240.000-300.000 siung/sekitar 240 kg siung, dan untuk jarak tanam 20
x 10 cm jumlah kebutuhan bibitnya adalah antara 400.000-500.000 siung/sekitar 400 kg
siung. Jumlah bibit akan menentukan volume produksi.
Pembukaan Lahan
Lahan yang akan ditanami apabila bekas panen pada sawah masih ada maka perlu
dibersihkan. Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus
dibajak/dicangkul hingga benar-benar gembur. Setelah itu lahan dibiarkan selama kurang
lebih 1 minggu sampai bongkahan tanah tersebut menjadi kering, selanjutnya bongkahan
tanah tersebut dihancurkan dan diratakan lalu dibiarkan lagi, beberapa hari kemudian
dilakukan lagi pembajakan untuk yang kedua kalinya. Dengan cara seperti ini bongkahan
tanah akan hancur lebih halus lagi.

Pembentukan Bedengan
Pembuatan bedengan mula-mula dilakukan dengan menggali tanah untuk saluran selebar dan
sedalam 40 cm. Tanah galian tersebut diletakkan di samping kiri dan kanan saluran,
selanjutnya dibuat menjadi bedengan-bedengan. Lebar bedengan biasanya 80 cm dengan
panjang 300 cm dan tinggi 40 cm. Tinggi bedengan dibuat berdasarkan keadaan tanah lokasi.
Kalau tanahnya agak berat, bedengan perlu sedikit ditinggikan. Apabila tanahnya berpasir,
bedengan tidak perlu terlalu tinggi.
Pengapuran
Keasaman tanah yang ideal untuk budidaya bawang putih berkisar antara pH 6-6,8. Jika
keasaman tanah masih normal, pH nya berkisar 5,5-7,5, belum merupakan masalah. Yang
menjadi masalah adalah apabila keasaman tinggi, pH nya rendah. Untuk menurunkan tingkat
keasaman tanah, menaikkan pH, perlu dilakukan pengapuran.
Waktu pemberian kapur yang baik adalah pada saat akhir musim kemarau menjelang musim
hujan. Pemberian kapur ke dalam tanah dilakukan 2-4 minggu sebelum tanaman ditanam.
Selain itu, faktor cuaca juga perlu diperhatikan pada saat pemberian kapur.

Lahan yang akan dikapur harus dibersihkan dari rumput pengganggu (gulma). Setelah bersih,
tanah dicangkul secara keseluruhan. Apabila lahan cukup luas, sebaiknya dibagi menjadi
beberapa petak untuk mempermudah pemberian kapur dan agar kapur yang diberikan merata
ke seluruh lahan. Pemberian kapur dilakukan dengan cara ditabur, seperti memupuk padi.
Setelah ditaburi kapur secara merata, tanah dicangkul lagi agar kapur bercampur dengan
tanah dan cepat bereaksi. Selanjutnya, tanah dibiarkan selama 2-3 minggu, lalu diolah lagi
untuk ditanami. Pengapuran dilakukan secara bertahap agar kondisi lahan tidak rusak.
Adapun kebutuhan Dolomit untuk menetralkan tanah adalah sebagai berikut:
a) pH tanah 4,0 = 10,24 ton/ha.
b) pH tanah 4,5 = 7,87 ton/ha.
c) pH tanah 5,0 = 5,49 ton/ha.
d) pH tanah 5,5 = 3,12 ton/ha.
e) pH tanah 6,0 = 0,75 ton/ha.
Pemupukan
Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk kandang, Urea, TSP dan ZK. Pupuk kandang di
berikan sebanyak 20 ton /ha. Pupuk Urea, TSP dan ZK masing-masing diberikan sehari
sebelum tanam dengan dosis 200, 130 dan 200 kg/ha. Pemberian pupuk dasar tidak perlu
terlalu dalam, cukup disebarkan di atas bedengan kemudian dicampur dengan tanah atau
dibenamkan ke dalam larikan yang dibuat disamping barisan tanaman.
Pemberian Jerami Sebagai Mulsa
Untuk mempertahankan kondisi tanah setelah penanaman, bedengan ditutup dengan jerami
secara merata. Penutupan dengan jerami jangan terlalu tebal karena dapat mempersulit bibit
yang baru tumbuh untuk menembusnya. Selain untuk mempertahankan kondisi tanah,
mempertahankan suhu dan kelembaban permukaan, penutupan dengan jerami juga
dimaksudkan untuk memperbaiki struktur tanah, apabila jerami telah membusuk.
Teknik Penanaman
Penentuan Pola Tanam
Penanaman bawang putih dapat dilakukan satu atau dua kali setahun dengan mengadakan
penyesuaian varietas. Pola tanam bawang putih dalam setahun dapat dirotasikan sebagai
berikut:
a) Bawang putih - sayuran - bawang putih

b) Bawang putih - sayuran tumpang sari palawija - bawang putih


c) Bawang putih - tumpang sari palawija atau sayuran.
Penggunaan jarak tanam yang sesuai dapat meningkatkan hasil umbi per hektar. Jarak tanam
yang terlalu rapat akan menghasilkan umbi yang relatif kecil walaupun hasil per satuan luas
meningkat. Jarak tanam yang digunakan dapat bervariasi menurut kebutuhan yang paling
menguntungkan, tetapi yang biasa digunakan adalah (15 x 10) cm.
Pembuatan Lubang Tanam
Pembuatan lubang tanam dapat dilakukan dengan tugal atau alat lain. Kedalaman lubang
untuk penanaman bawang putih adalah 3-4 cm (setinggi ukuran siung bibit). Setelah lubang
tanam terbentuk, umbi bibit siap ditanam.
Cara Penanaman
Sehari sebelum ditanam, bibit bawang putih yang masih berupa umbi dipipil/dipecah satu per
satu sehingga menjadi beberapa siung. Agar lebih mudah memecahkan umbi dan
menghindari terkelupasnya kulit siung, sebaiknya umbi dijemur selama beberapa jam.
Bibit siung tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam lubang tanam di atas bedengan.
Lubang tanam jangan dibuat terlalu dalam supaya bibit tidak terbenam seluruhnya. Jika bibit
terlalu dalam ditanam atau terbenam seluruhnya ke dalam tanah, tunas barunya akan sukar
tumbuh dan dapat terjadi pembusukan bibit. Sebaliknya, lubang tanam juga jangan dibuat
terlalu dangkal karena nantinya tanaman akan mudah rebah. Setiap lubang ditanam satu bibit
dan diusahakan agar 2/3 bagian yang terbenam ke dalam tanah dengan posisi tegak lurus.
Posisi siung jangan sampai terbalik, sebab walau masih dapat rumbuh, tetapi
pertumbuhannya tidak sempurna.

Pemeliharaan Tanaman
Penjarangan dan Penyulaman
Bawang yang ditanam kadang-kadang tidak tumbuh karena kesalahan teknis penanaman atau
faktor bibit. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika dalam suatu lahan ada tanaman yang
tidak tumbuh sama sekali, ada yang tumbuh lalu mati, dan ada yang pertumbuhannya tidak
sempurna. Jika keadaan ini dibiarkan, maka produksi yang dikehendaki tidak tercapai. Oleh
sebab itu, untuk mendapatkan pertumbuhan yang seragam, seminggu setelah tanam dilakukan
penyulaman terhadap bibit yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tampak tidak sempurna.

Biasanya untuk penyualaman dipersiapkan bibit yang ditanam di sekitar tanaman pokok atau
disiapkan di tempat khusus. Persiapan bibit cadangan ini dilakukan bersamaan dengan
penanaman tanaman pokok.
Penyiangan
Pada penanaman bawang putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali atau
lebih. Hal ini sangat tergantung pada kondisi lingkungan selama satu musim
tanam.Penyiangan dan penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 32 minggu setelah tanam. Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu
setelah tanam. Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat umbi mulai
terbentuk, penyiangan dan penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak
merusak akar dan umbi baru.
Pembubunan
Dalam penanaman bawang putih perlu dilakukan pembubunan. Pembubunan terutama
dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan sebaiknya
mengambil tanah dari selokan/ parit di sekeliling bedengan, agar bedengan menjadi lebih
tinggi dan parit menjadi lebih dalam sehingga drainase menjadi normal kembali.
Pembubunan juga berfungsi memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan
tanah tertutup kembali sehingga tanaman berdiri kuat dan ukuran umbi yang dihasilkan dapat
lebih besar-besar.
Pemupukan
Pemberian pupuk dilakukan dengan 2 tahap, yaitu sebelum tanam atau bersamaan dengan
penanaman sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan.Unsur hara
utama yang diperlukan dalam pemupukan adalah N, P, dan K dalam bentuk N, P2O5, dan
K2O. Unsur-unsur hara lainnya dapat terpenuhi dengan pemberian pupuk kandang.
Dalam satu kali penanaman tiap hektar bawang putih dibutuhkan sekitar 240 kg N, 60 kg
P2O5, dan 200 kg K2O. Apabila juga dilakukan pemupukan dengan pupuk kandang, maka
dosis pupuk kandang dikurangi menjadi 180 kg N, 60 kg P2O5, dan 100 kg K2O.
Bawang putih memerlukan sulfur dalam jumlah yang cukup banyak. Unsur ini
mempengaruhi rasa dan aroma khas bawang putih. Oleh sebab itu, apabila menggunakan KCl
sebagai sumber kalium, maka sebagai sumber nitrogen sebaiknya menggunakan pupuk ZA.

Jika sebagai sumber nitrogen digunakan Urea, maka untuk sumber kalium sebaiknya
digunakan ZK. Hal ini dilakukan agar kebutuhan sulfur tetap terpenuhi. Berdasarkan
kebutuhan unsur hara di atas, jumlah pupuk yang akan digunakan dapat dihitung berdasarkan
jenis dan kandungan unsur haranya. Caranya adalah besarnya kebutuhan pupuk merupakan
perbandingan dosis unsur hara dengan Kandungan unsur hara dikalikan seratus. Cara
pemupukannya adalah dengan dibenamkan di dalam larikan disamping barisan tanaman
seperti cara memberikan pupuk dasar.

Pengairan dan Penyiraman


Pemberian air dapat dilakukan dengan menggunakan gembor atau dengan menggenangi
saluran air di sekitar bedengan. Cara yang terakhir dinamakan sistem leb. Penyiraman dengan
gembor, untuk bawang yang baru ditanam, diusahakan lubang gembornya kecil agar air yang
keluar juga kecil sehingga tidak merusak tanah di sekitar bibit. Jika air yang keluar besar,
maka posisi benih dapat berubah, bahkan dapat mengeluarkannya dari dalam tanah. Pada
awal penanaman, penyiraman dilakukan setiap hari. Setelah tanaman tumbuh baik, frekuensi
pemberian air dijarangkan, menjadi seminggu sekali. Pemberian air dihentikan pada saat
tanaman sudah tua atau menjelang panen, kira-kira berumur 3 bulan sesudah tanam atau pada
saat daun tanaman sudah mulai menguning.
Waktu Penyemprotan Pestisida
Untuk menghindari serangan hama seperti kutu dan trips, maka perlu dilakukan
penyemprotan pestisida berupa Tamaron atau Bayrusil 0,2%. Sedangkan untuk pencegahan
terhadap penyakit perlu pula di semprot dengan pestisida seperti halnya Dithane M-45 0,2-0,3
prosen. Dosisnya disesuaikan dengan aturan pemakaian yang tertera pada masing-masing
kemasan pestisida, apakah untuk pencegahan atau pemberantasan. Penyemprotan pestisida
sebaiknya dilakukan pada pagi-pagi hari benar atau sore hari ketika udara masih tenang agar
lebah atau serangga lain yang berguna tidak ikut terbasmi. Cara penyemprotan dilakukan
dengan menggunakan tangki penyemprotan (ukurannya bisa bermacam-macam) baik secara
manual (pompa tangan) ataupun dengan menggunakan tekanan gas.
Gulma
Penurunan produksi sebagai akibat adanya berbagai gulma dapat mencapai 80%, terutama
bila pemberian mulsa kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur. Gulma-gulma yang

sering dijumpai di daerah pertanaman bawang putih antara lain; leki, rumput kakawatan, dan
bayam liar (duri). Penyiangan tanaman pada umur 30 dan 60 hari mempunyai pengaruh yang
nyata terhadap produksi. Pemakaian herbisida TOK 50 WP dapat disarankan untuk
pengendalian gulma terutama untuk skala penanaman yang sangat luas (Subhan dkk, 1989).
Panen
Ciri dan Umur Panen
Bawang putih yang akan dipanen harus mencapai cukup umur. Tergantung pada varietas dan
daerah, umur panen yang biasa dijadikan pedoman adalah antara 90-120 hari. Ciri bawang
putih yang siap panen adalah sekitar 50 prosen daun telah menguning/kering dan tangkai
batangkeras.

PeriodePanen
Tanaman bawang putih dapat dipanen setelah berumur 95-125 hari untuk varietas lumbu
hijau dan umur antara 85-100 hari untuk varietas lumbu kuning. Setelah pemanenan, lahan
dapat ditanami kembali setelah dibiarkan selama beberapa minggu dan diolah terlebih dahulu
atau dapat pula ditanami tanaman lainnya untuk melakukan rotasi tanaman.
Produksi Bawang Putih Menurut Provinsi, 2011-2015

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura


Keterangan : -) Data tidak tersedia
*) Angka Sementara

Penurunan produksi sebagai akibat adanya berbagai gulma dapat mencapai 80%,
terutama bila pemberian mulsa kurang baik sehingga pertumbuhan rumput subur. Gulmagulma yang sering dijumpai di daerah pertanaman bawang putih antara lain; leki, rumput
kakawatan, dan bayam liar (duri). Penyiangan tanaman pada umur 30 dan 60 hari mempunyai
pengaruh yang nyata terhadap produksi. Pemakaian herbisida TOK 50 WP dapat disarankan

untuk pengendalian gulma terutama untuk skala penanaman yang sangat luas (Subhan dkk,
1989).
1.2 Tujuan
Mendeskripsikan pengelolaan gulma pada tanaman bawang putih

II. GULMA PENTING PADA TANAMAN BAWANG PUTIH


Gulma-gulma yang sering dijumpai di daerah pertanaman bawang putih antara lain;
leki, rumput kakawatan, dan bayam duri.
1. Teki ( Cyperus rotundus)
Taksonomi teki adalah sebagai berikut :
Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermeae
Klas

: Monokotiledoneae

Ordo

: Cyperales

Familia

: Cyperaceae

Genus

: Cyperus

Spesies

: Cyperus Rotundus

Teki sangat adaptif dan karena itu menjadi gulma yang sangat sulit dikendalikan. Ia
membentuk umbi (sebenarnya adalah tuber, modifikasi dari batang) dan geragih (stolon) yang
mampu mencapai kedalaman satu meter, sehingga mampu menghindar dari kedalaman olah
tanah (30 cm). Teki menyebar di seluruh penjuru dunia, tumbuh baik bila tersedia air cukup,
toleran terhadap genangan, mampu bertahan pada kondisi kekeringan Tumbuhan yang
berjalur fotosintesis C4 lebih efisien menggunakan air, suhu dan sinar sehingga lebih kuat
bersaing berebut cahaya pada keadaan cuaca mendung. Oleh karena itu penting untuk
memberantas gulma dari familia Cyperaceae dan Gramineae (Poaceae) ini.

2. Rumput kakawatan (Cynodon Dactylon)

Kingdom : Plantae (tumbuhan)


Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan
berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta
(Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan
berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu /
monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Cynodon
Spesies: Cynodon dactylon (L.) Pers.

Manfaat rumput grinting


Kemampuannya tumbuh dan menyebar dengan cepat dan juga dapat bertahan dalam
situasiekstrim, rumput grinting sangat bermanfaat untuk perlindungan erosi,pada lahan
miring yang berpotensi erosi. Di Indonesia rumput ini dibudidayakan dan dipersilangkan
dengan family yang lain dipergunakan untuk lapangan golf dan penanaman rumput taman.
Di India,berdasarkan informasi dari situs www.hort.purdue.edurumput grinting
merupakan masalah bagi petani, akan tetapi memberikan manfaat sebagai bahan obat herbal.
Rumput Grinting yang dikenal dengan nama daerah doobghas adalah herbal berharga obat

dan digunakan sebagai pertolongan pertamauntuk luka ringan. Petani tradisional


menggunakan daun yangdilumatkan kemudian ditutupkan pada luka kecil sebagai styptik
untuk menghentikan pendarahan mirip dengan Tridax procumbens, Achyranthesaspera, dan
Blumea iacera. Cynodon di telahmenjadi terkenal sistem Kedokteran India menyatakan
banyak bagiantanaman ini yang dianggap memiliki sifat obat. Penggunaantradisional
Cynodon adalah untuk mata gangguan dan lemah penglihatan;yang menderita disarankan
untuk berjalan kaki telanjang di atastanaman Cynodon yang bereembun setiap pagi.
Cynodon dactylonadalah tanaman berasa pedas, pahit, wangi, panas, mempunyai
sifatantipiretik, alexiteric. Hal itu dapat menghancurkan foulness napas,berguna dalam
leucoderma, bronkitis, tumpukan, asma, tumor, dan pembesaran limpa.
Cynodon dactylonditeliti di Universitas Allahabad di India, dan dilaporkan
memilikisifat antimikrobial dan antivirus, dan telah disarankan untuk pengobatan infeksi
saluran kemih, prostatitis, sifilis, dan disentri.Tambahan penelitian dilakukan pada C.
dactylon melibatkan yang Glycemic potensial, yang terlibat dalam perawatan diabetes.
Dilaboratorium tikus yang diperlakukan dengan hidrazina ekstrak daridefatted C. dactylon,
hypoglycemic dan hasil anti-Diabetic diamatipada kadar glucose darah dari diuji penduduk.
Tes populasimenunjukkan hampir 50% penurunan kadar glukosa darah Ketika dosisyang
tepat ini dikelola. Ini menunjukkan potensi Cynodondactylon untuk menjadi alternatif untuk
saat ini obat diabetes.
Kehadirannya

di

satusisi

memberikan

manfaat,

pertumbuhan

yang

cepat,

kemampuannyabertahan hidup, bahkan sulit untuk dimatikan meskipun telah dibajak atau
pun digaru. Jika dia tumbuh pada lahan kritis dan berpotensierosi akan memberikan manfaat
yang besar. Akan tetapi jika tumbuhpada lahan pertanian maka akan menjadi gulma yang
cukup merepotkan dalam pengendaliannya. Bijinya yang kecil dan mudah menyebar, jika
jatuh pada kawasan pariwisata, atau pada taman pekarangan maka dalam waktu dekat akan
menggantikan rerumputan yang ada di sana. Keindahantaman lambat laun akan berubah.
Rumput Cynodon dactylon, tumbuh di pinggir saluran irigasi. Akarnya yang
berkembang pesat dan menangkap lumpur yang ada disaluran. Sering ditemui saluran irigasi
menyempit karena ditumbuhi rumput ini. Mungkin banyak dampak lainyang ditemui di
berbagai tempat, dampak tersebut yang paling dirasakan sangat merugikan.

3. Bayam duri (Amaranthus spinosus)


Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Sub division : Angiospermae


Class

: Dicotyledonae

Ordo

: Amaranthales

Family

: Amaranthaceae

Genus

: Amaranthus

Species

: Amaranthus spinosus

L.

Kandungan pada Bayam Duri :


Amarantin, rutin, spinasterol, hentriakontan, tanin, kalium nitrat, kalsium oksalat, garam
fosfat, zat besi, serta vitamin.
Manfaat Bayam Duri
Bayam duri, terkadang dianggap sebelah mata. Di bandingkan bayam sayur biasa, meski
rasanya sama, tumbuhan ini jarang disentuh. Padahal, banyak yang tidak menyadari, selain
enak, tumbuhan ini penuh khasiat, menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti disentri,
bisul, keputihan,gangguan pernafasan, bronchitis, serta mperlancar dan memperbanyak
produksi ASI. Tanaman ini juga mempunyai sifat masuk meridien jantung dan ginjal.
Menghilangkan panas (anti piretik), peluruh kemih (diuretik), menghilangkan racun (antitoksin) menghilangkan bengkak, menghentikan diare dan membersihkan darah. Tanaman ini
juga bersifat : Rasa manis, pahit dan sejuk.

Bayam duri merupakan gulma yang biasanya tumbuh di pekarangan dan lahan
kosong. Bayam duri biasa menyerang tanaman budidaya kakao, jagung, kacang
tanah, kedelai, bawang, dan ketela rambat ( Moenandir, 1993)

III. PENGELOLAAN TERHADAP GULMA

1. PENGENDALIAN SECARA PREVENTIF


Tindakan paling dini dalam upaya menghindari kerugian akibat invasi gulma adalah
pencegahan (preventif). Pencegahan dimaksud untuk mengurangi pertumbuhan gulma agar
usaha pengendalian sedapat mungkin dikurangi atau ditiadakan. Pencegahan sebenarnya
merupakan langkah yang paling tepat karena kerugian yang sesungguhnya pada tanaman
budidaya belum terjadi. Pencegahan biasanya lebih murah, namun demikian tidak selalu lebih
mudah. Pengetahuan tentang cara-cara penyebaran gulma sangat penting jika hendak
melakukan dengan tepat.
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan untuk meniadakan sumber invasi adalah
:
1. Menggunakan biji tanaman yang bersih (bersetifikikat) dan tidak tercampur biji lain
terutama biji-biji gulma. Contohnya adalah bawang putih varietas Tawangmangu
2. Menghindari penggunaan pupuk kandang yang belum matang.
3. Pembersihan gulma dipinggir-pinggir saluran air.

2. PENGENDALIAN MEKANIS
Pengendalian mekanis merupakan usaha menekan pertumbuhan gulma dengan cara
merusak bagian-bagian sehingga gulma tersebut mati atau pertumbuhannya terhambat.
Teknik pengendalian mekanis hanya mengandalkan kekuatan fisik atau mekanik. Dalam
praktek dilakukan secara tradisional dengan tangan, dan dengan alat sederhana berupa arit,
dan sabit.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih peralatan untuk digunakan dalam
pengendalian gulma adalah sistem perakaran, umur tanaman, kedalaman dan penyebaran
sistem perakaran, umur dan tipe tanah, serta kondisi cuaca/iklim.
A. Pengolahan Tanah (Land Preparation)
Lahan yang akan ditanami apabila bekas panen pada sawah masih ada maka perlu
dibersihkan. Apabila lahan yang hendak ditanami bukan bekas sawah, tanah harus
dibajak/dicangkul hingga benar-benar gembur. Setelah itu lahan dibiarkan selama kurang
lebih 1 minggu sampai bongkahan tanah tersebut menjadi kering, selanjutnya bongkahan
tanah tersebut dihancurkan dan diratakan lalu dibiarkan lagi, beberapa hari kemudian
dilakukan lagi pembajakan untuk yang kedua kalinya. Dengan cara seperti ini bongkahan
tanah akan hancur lebih halus lagi.

B. Penyiangan
Penyiangan yang tepat biasanya dilakukan pada saat pertumbuhan aktif dari gulma.
Penundaan sampai gulma berbunga mungkin tak hanya gagal membongkar akar gulma secara
maksimum, tetapi juga gagal mencegah tumbuhnya biji-biji gulma yang viabel sehingga
memberi kesempatan untuk perkembangbiakan dan penyebarannya. Pada penanaman bawang
putih, penyiangan dan penggemburan dapat dilakukan dua kali atau lebih. Hal ini sangat
tergantung

pada

kondisi

lingkungan

selama

satu

musim

tanam.Penyiangan

dan

penggemburan yang pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 3-2 minggu setelah
tanam. Adapun penyiangan berikutnya dilaksanakan pada umur 4-5 minggu setelah tanam.
Apabila gulma masih leluasa tumbuh, perlu disiang lagi. Pada saat umbi mulai terbentuk,

penyiangan dan penggemburan harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak akar dan
umbi baru.
C. Penggunaan Mulsa
Pemulsaan dilakukan segera setelah bibit bawang putih ditanam di bedengan. Jenis mulsa
dapat berupa mulsa plastik, jerami padi atau daun alang-alang. Pemberian mulsa bermanfaat
untuk menekan pertumbuhan gulma, memperbaiki sifat fisik tanah, dengan memperkecil
fluktuasi tanah, mulsa plastik dapat menaikkan suhu tanah, mengurangi terjadinya erosi,
mempertahankan tata air tanah, memperbaiki struktur, aerasi, dan konsistensi tanah.
Penggunaan jerami padi efektif mampu menekan pertumbuhan gulma pada tanaman bawang
putih ( widaryanto, dan damanhuri, 1990). Mulsa organik dapat menambah unsur hara ke
dalam tanah setelah mulsa tersebut lapuk atau busuk, memperbaiki sifat biologi tanah,
mikroorganisme didalam tanah lebih diaktifkan terutama oleh mulsa organik.

3. PENGENDALIAN KULTUR TEKNIS


Pengendalian secara kultur teknis pada bawang putih dilakukan dengan cara melakukan
pola tanam guna memutus rantai gulma yang tertentu yang ada pada bawang putih. Pola
tanam bawang putih dalam setahun dapat dirotasikan sebagai berikut:
a) Bawang putih - sayuran - bawang putih
b) Bawang putih - sayuran tumpang sari palawija - bawang putih
c) Bawang putih - tumpang sari palawija atau sayuran.

4. PENGENDALIAN KIMIA
Pengendalian secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisda. Herbisida yang
digunakan ialah herbisida sistemik. Pemakaian herbisida TOK 50 WP dapat disarankan untuk
pengendalian gulma terutama untuk skala penanaman yang sangat luas (Subhan dkk, 1989).

IV. KESIMPULAN

1. Gulma-gulma yang sering dijumpai di daerah pertanaman bawang putih antara lain;
teki, rumput kakawatan, dan bayam duri.
2. Pengendalian gulma pada bawang putih dapat dilakukan dengan cara preventif, kultur
teknis, kimia, dan mekanis.

DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Kanisius. Yogyakarta.
BPS, 2016. Produksi tanaman hortikultura.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1999. Investasi Agribisnis Komoditas Unggulan
Tanaman Pangan dan Hortikultura. Kanisius. Yogyakarta.
Putrasamedja, Sartono dan Suwandi. 1996. Varietas Bawang Putih di Indonesia.
BALITBANG Sayuran dan Hortikultura. Lembang, Bandung.
Prasojo, B. Joko. 1984. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Santoso, H.B. 1988. Bawang putih. Kanisius Yogyakarta: 64 hal.
Samadi, Budi dan Bambang Cahyono. 1996. Intensifikasi Budidaya Bawang Putih. Kanisius.
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai