Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. KONSEP KELUARGA
2.1 Pengertian
Keluarga adalah sekumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh
hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga
selalu berinteraksi satu sama lain (Harmoko, 2012).
Bailon, 1978 (dalam Achjar, 2010) berpendapat bahwa keluarga
sebagai dua atau lebih individu yang berhubungan karena hubungan darah,
ikatan perkawinan atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dalam peranannya dan menciptakan serta mempertahankan
budaya.
Keluarga adalah sekumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama
melalui ikatan perkawinan dan kedekatan emosi yang masing-masing
mengidentifikasi diri sebagai bagian dari keluarga (Ekasari, 2000).
Menurut Duval, 1997 (dalam Supartini, 2004) mengemukakan bahwa
keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan,
adopsi, dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional
dan sosial setiap anggota.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah sekumpulan dua orang
atau lebih yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, hubungan darah,
hidup dalam satu rumah tangga, memiliki kedekatan emosional, dan
berinteraksi satu sama lain yang saling ketergantungan untuk menciptakan

atau mempertahankan budaya, meningkatkan perkembangan fisik, mental,


emosional, dan sosial setiap anggota dalam rangka mencapai tujuan bersama.
2.2 Struktur keluarga
2.3 Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis
keturunan ayah.
2.4 Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan ini disusun melalui garis
keturunan ibu.
2.5 Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah dari istri.
2.6 Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
dari suami.
2.7 Keluarga kawinan, adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari keluarga
karena adanya hubungan dengan suami istri.

2.3 Tipe Keluarga


Menurut (Friedman, 2009), adapun tipe keluarga sebagai berikut:
1. Tipe keluarga tradisional
1) Keluarga Inti (The nuclear family)
Keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak (kandung atau angkat).
2) Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.
3) Single Parent
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak (kandung atau
angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau kematian.
4) Single adult living alone
Suatu rumah tangga yang terdiri dari 1 orang dewasa hidup sendiri.
2

5) The childless
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah, bisa disebabkan
karena mengejar karir atau pendidikan.
6) Keluarga Besar (The extended family)

Keluarga yang terdiri dari keluarga inti ditambah keluarga lain, seperti
paman, bibi, kakek, nenek dan lain-lain.
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja diluar kota, dan bisa berkumpul pada hari
minggu atau hari libur saja.
8) Multi generation
Beberapa generasi atau kelompok umum yang tinggal bersama dalam
1 rumah.
9) Kin-network family
Beberapa keluarga yang tinggal bersama atau saling berdekatan dan
menggunakan barang-barang pelayanan seperti dapur, sumur yang
sama.
10) Blended family
Keluarga yang dibentuk dari janda atau duda dan membesarkan anak
dari perkawinan sebelumnya.
11) Keluarga usila
Keluarga terdiri dari suami dan istri yang ssudah usia lanjut,
sedangkan anak sudah memisahkan diri.
2. Tipe keluarga non tradisional
1) Keluarga Orang Tua Tunggal Tanpa Menikah (The unmerrid teenage
mother).
Keluarga yang terdiri dari 1 orang dewasa terutama ibu dan anak dari
hubungan tanpa nikah.
2) The step parents family
Keluarga dengan orang tua tiri
3) Commune family

Keluarga yang terdiri dari lebih dari satu paangan monogami yang
menggunakan fasilitas secara bersama.
4) The nonmarrital hetero seksual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa nikah.
5) Keluarga Homoseksual (Gay and lesbian family)
Seorang yang mempunyai persamaan seks tinggal dalam 1 rumah
sebagaimana pasangan suami istri.
6) Cohabitating couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena
alasan tertentu.
7) Groupmarriage family
Beberapa orang dewasa yang telah merasa saling menikah berbagi
sesuatu termasuk seks dan membesarkan anak.
8) Group nertwork family
Beberapa keluarga inti yang dibatasi oleh norma dan aturan, hidup
berdekatan dan saling menggunakan barang yang sama dan
bertanggung jawab membesarkan anak.
9) Foster family
Keluaraga yang menerima anak yang tidak ada hubungan saudara
untuk waktu sementara.
10) Home less family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen karena
keadaan ekonomi atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Keluarga yang dekstruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan
emosional, berkembang dalam kekerasan dan kriminal.
2.4 Fungsi Keluarga
Menurut (Friedman, 2009), mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga yaitu :
1. Fungsi afektif
1) Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Berguna untuk pemenuhan kebutuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagian dan
4

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling


mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dipelajari dan
dikembangan melalui interaksi dan hubungan dalam kelurga. Dengan
demikian kelurga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh
keluarga dapat mengembangkan konsep diri yang positif. Komponen
yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam fungsi afektif adalah :
a. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung

antar

anggota

keluarga.

Setiap

anggota

yang

mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain


maka kemampuan untuk memberikan kasih sayang akan maningkat
yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling
mendukung. Hubungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar memberi hubungan dengan orang lain diliat keluarga atau
masyarakat.
b. Saling menghargai bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan
tercapai.
c. Ikatan dan identifikasi, ikatan dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuian pada berbagai aspek kehidupan
anggota keluarga. Orang tua harus mengemban proses identifikasi

yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku yang positif


tersebut.
d. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kabahagian keluarga keretakan keluarga. Keretakan keluarga,
kenakalan anak atau masalah kelurga timbul karena fungsi afektif
keluarga tidak terpenuhi.
2. Fungsi sosialisasi
Individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir, keluarga merupakan tempat
individu untuk belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu
dan keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga
yang diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar disiplin, belajar
norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan interaksi dengan
keluaarga.
3. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber
daya manusia.
4. Fungsi ekonomi
Keluarga memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang seperti kebutuhan
makanan, tempat tinggal dan lain sebagainya.
5. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan yaitu
mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga
yang

sakit.

mempengaruhi

Kemampuan
status

keluarga

kesehatan

memberikan
keluarga.

asuahan

Kesanggupan

kesehatan
kelurga

melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan


keluarga yang dilaksanakan.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Mengenal masalah.
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
c. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
e. Mempertahankan hubungan dengan fasilitas kesehatan masyarakat.
2.5
Konsep Tahap Perkembangan Keluarga
1. Tahap I ( keluarga pasangan baru/ beginning family)
Keluarga baru di mulai pada saat masing-masing individu, yaitu suami istri
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan
keluarga masing-masing, secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki
keluarga baru (Harmoko, 2012).
Tugas perkembangan:
1. Membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru.
2. Membina hubungan dengan teman lain, keluarga lain.
3. Membina keluarga berencana.
Masalah kesehatan: masalah seksual, peran perkawinan, kehamilan yang
kurang direncanakan
2. Tahap II ( keluarga dengan kelahiran anak pertama/ child bearing famly)
Tahap II mulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
berusia 30 bulan. Transisi ke masa menjadi orangtua adalah salah satu kunci
dalam siklus kehidupan keluarga. Dengan kelahiran anak pertama, keluarga

menjadi kelompok trio, membuat sistem yang permanen pada keluarga untuk
pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung tanpa memerhatikan hasil akhir
dari pernikahan). (McGoldrick, Heiman, & Carter, 1993 dalam Marilyn M.
Friedman, 2010)
Tugas perkembangan:
1. Perubahan peran menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangannya.
Masalah kesehatan: pendidikan meternitas, perawatan bayi yang baik,
pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini, imunisasi,
tumbuh kembang dan lain-lain.
3. Tahap III ( keluarga dengan anak prasekolah/ families with prescholl)
Tahap III siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak pertama berusia 2
tahun dan diakhiri ketika anak berusia 5 tahun. Keluarga saat ini dapat terdiri
dari tiga sampai lima orang, dengan posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu,
putra-saudara laki-laki, dan putri- saudara perempuan. Keluarga menjadi
lebih kompleks dan berbeda ( Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M.
Friedman, 2010).
Tugas perkambangan:

1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga.


2. Membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan lingkungan.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak
yang lain juga harus dipenuhi.
4. Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun di luar
keluarga.
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak-anak.
6. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
Masalah kesehatan:
1. Masalah kesehatan fisik: penyakit menular pada anak.
2. Masalah kesehatan psikososial: hubungan perkawinan, perceraian.
3. Persaingan antara kakak adik.
4. Pengasuhan anak.
4. Tahap IV ( keluarga dengan anak sekolah/ families with children)
Tahap ini dimulai pada saat anak tertua memasuki sekolah pada usia 6 tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk. Selain
aktifitas sekolah, masing-masing anak memiliki aktifitas di sekolah, masing9

masing akan memiliki aktifitas dan minat sendiri. Demikian pula orang tua
yang mempunyai aktifitas berbeda dengan anak. (Harmoko, 2012)
Tugas perkembangan:
1. Membantu sosialisasi anak dengan tetangga, sekolah dan lingkungan.
2. Mempertahankan hubungan perkawinan bahagia.
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat.
4. Meningkatkan komunikasi terbuka.
5. Tahap V ( keluarga dengan anak remaja/ families with teenagers)
Ketika anak pertama berusia 13 tahun, tahap V dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam
atau tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meningglakan
keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia
lebih dari 19 atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya
anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap anak remaja adalah
melonggrakan kebebasan remaja yang lebih besar dalam mempersiapkan
diri menjadi seorang dewasa muda (Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn
M. Friedman, 2010).
Tugas perkembangan:

10

1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,


meningkatkan otonominya.
2. Mempererat hubungan yang intim dalam keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan tumbuh kembang keluarga.
Masalah kesehatan: penyalahgunaan obat-obatan dan penyakit jantung
6. Tahap VI ( keluarga dengan anak dewasa/ launching center families)
Tahap ini dimulai pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lama tahap
ini bergantung pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini
adalah mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam
melepaskan anaknya untuk hidup sendiri (Harmoko, 2012).
Tugas perkembangan:
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua yang sedang sakit dan memasuki masa tua
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

11

Masalah kesehatan:
1. Masa komunikasi dewasa muda dengan orang tua tidak lancar.
2. Transisi peran suami istri.
3. Memberi perawatan.
4. Kondisi kesehatan kronis
5. Masalah menopause
6. Efek dari obat-obatan, merokok, diet dan lain-lain.

7. Tahap VII ( keluarga usia pertengahan/ middle age families)


Tahapan ini dimulai pada saat anak yang terakhir meningglakan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Beberapa
pasangan pada fase ini akan dirasakan sulit karena masalah usia lanjut,
perpisahan dengan anak, dan perasaan gagal sebagai orang tua. Pada tahap ini
semua anak meninggallkan rumah, maka pasangan berfokus untuk
mempertahankan kesehatan dengan berbagai aktifitas (Harmoko, 2012).
Tugas perkembangan:
1. Mempertahankan kesehatan.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya
dan anak-anak.

12

3. Meningkatkan keakraban pasangan.


Masalah kesehatan:
1. Promosi kesehatan.
2. Masalah hubungan dengan perkawinan.
3. Komunikasi dan hubungan dengan anak cucu dan lain-lain.
4. Masalah hubungan dengan perawatan.

8. Tahap VIII ( keluarga usia lanjut)


Tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu
atau kedua pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lainnya
(Duvall & Miller, 1985 dalam Marilyn M. Friedman, 2010).
2.6 Keluarga Sebagai Sistem

Masukan

Lingkungan
Proses

Keluaran

Umpan Balik

Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut (Harmoko, hal 15; 2012):

13

a. Masukan (input) terdiri atas: anggota keluarga, fungsi keluarga, aturan dari
keluarga (masyarakat) sekitar (luas), budaya, agama, dan sebagainya.
a. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan
fungsi keluarga.
b. Keluaran (output) adalah hsil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga yang terdiri atas perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku sebagai
warga negara, dan lain-lain
c. Umpan balik (feedback) adalah pengontrol dalam masukan dan proses yang
berasal dari keluaran.
2.7 Struktur Keluarga
Struktur keluarga oleh Friedman dalam (Harmoko, hal 19; 2012) sebagai berikut:
a. Struktur komunikas
Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila dilakukan secara
jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan.
Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin mengemukakan pesan secara jelas
dan berkualitas, serta meminta dan menerima umpan balik. Penerima pesan
mendengarkan pesn, memberikan umpan balik, dan valid.
b. Struktur peran
Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi,
pada struktur peran bisa bersifat formal atau informal. Posisi/ status adalah posisi
individu dalam masyarakat misal status sebagai istri/ suami.
c. Struktur kekuatan
Kemampuan dari individu untuk mengontrol, memengaruhi, atau mengubah
perilaku orang lain. Hak (legitimate power), ditiru (referent power), keahlian

14

(exper power), hadiah (reward power_, paksa (coercive power), dan effektif
power.
d. Strukur nilai dan norma
a. Nilai, suatu sistem, sikap, kepercayaan yang secara sadar atau
tidak dapat mempersatukan annggota keluarga.
b. Norma, pola perilaku yang baik menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
c. Budaya, kumpulan daripada perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.8 Tugas Keluarga
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai
4.
5.
6.
7.

dengan

kedudukannya masing- masing


Sosialisasi antara para anggotanya
Pemeliharaan antara keterlibatan anggota keluarga
Pengaturan jumlah anggota keluarga
Membangkitkan dorongan dan semangat para anggotanya

2.9 Ciri ciri Keluarga


1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan
hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara
3. Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama termasuk perhitungan
garis keturunan
4. Keluarga mempunyai

fungsi

ekonomi

yang

dibentuk

oleh

anggota-anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai


keturunan dan membesarkannya
2.10

Ciri Keluarga Indonesia

15

1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong


royong
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran
3. Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan
secara musyawarah
4. Berbentuk monogram
5. Bertanggung jawab
6. Mempunyai semangat gotong royong

2.10 Asuhan Keperawatan Keluarga


1. Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang komplek dengan
menggunakan pendekatan sistematis untuk bekerja sama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.(Harmoko, hal 69: 2012)
2. Pengkajian
a. Data umum
a)Nama kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika ada, pekerjaan
dan pendidikan kepala keluarga, komposisi keluarga, yang terdiri
atas

nama

atau

inisial,

jenis elamin, tanggal lahir atau umur,

hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi dari masingmasing anggota keluarga, dan genongram (genogram keluarga dalam
tiga generasi)
b)Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau
masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

16

c)Suku bangsa, mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut, serta


mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan kesehatan
d)Agama, mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan
yang dapat memengaruhi kesehatan.
e)Status sosial ekonomi keluarga, ditentukan oleh pendapatan, baik kepala
keluarga maupun anggota keluarga maupun anggota keluarga lainnya.

f) Aktivitas rekreasi keluarga dan waktu luang, rekreasi keluarga tidak


hanya dilihat kapan keluarga pergi bersama-sama untuk mengunjung
tempat rekreasi, namun menonton TV dan mendengarkan radio juga
merupakn aktivitas rekreasi.
b. . Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a) Tahap perkembangan keluarga saat ini, ditentukan oleh anak tertua
dari keluarga inti.
b) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi, menjelaskan
bagaimana tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga
serta kendalanya.
c) Riwayat keluarga inti, menjelaskan riwayat kesehatan pada keluarga
inti, meliputi:
- Riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing,
-

anggota, dan sumber


Pelayanan yang digunakan keluarga seperti perceraian, kematian,
dan keluarga yang hilang.

17

d) Riwayat keluarga sebelumnya, keluarga asal keduanya orang tua


(seperti apa kehidupan keluarga asalnya) hubungan masa silam dan
saat dengan orang tua dari kedua orang tua.
c. Pengkajian lingkungan
a) Karakteristik rumah
Gambaran tipe tempat tinggal, gambaran kondisi rumah, kamar
mandi, dapur, kamar tidur, kenersihan dan sanitasi rumah, pengaturan
privasi dan perasaan secara keseluruhan dengan pengaturan atau
penataan rumah mereka
b) Karakteristik lingkungan dan komunitas tempat tinggal
Tipe lingkungan tempat tinggal komunitas kota atau desa, tipe tempat
tinggal, keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi jalan dan
rumah, fasilitas-fasilitas ekonomi dan transportasi.
c) Mobilitas geografis keluarga
Ditentukan apakah keluarga tiggal di daerah ini atau apakah sering
mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.
d) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta
perkumpulan keluarga yang ada.
e) Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga yang sehat, sumber dukungan dari anggota
keluarga dan jaminan pemeliharaan kesehtan yang dimiliki keluarga.
d. Struktur keluarga
a) Pola-pola komunikasi keluarga,

menjelaskan mengenai cara

berkomunikasi antar anggota keluarga


b) Struktur kekuatan keluarga, kemampuan anggota keluarga untuk
mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku

18

c) Struktur peran, menjelaskan peran dari masing-masing anggota


keluarga baik formal/informal
d) Struktur nilai atau norma keluarga, menjelaskan mengenai nilai dan
norma yang dianut keluarga yang berhubungan dengan kesehatan
e. Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif, kaji gambaran diri keluarga, perasaan yang dimiliki
b) Fungsi sosialisasi, kaji bagaimana interkasi keluarga, sejauh mana
anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan prilaku
c) Fungsi perawatan kesehatan, kaji kemampuan keluarga dalam
mengenal masalah kesehatannya dan memelihara kesehatannya.
d) Fungsi reproduksi, kaji jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anggota keluarga
e) Fungsi ekonomi, kaji sejauh mana keluarga memenuhi kebutuhan
sandang, pangan dan papan.
f. Stress dan koping keluarga
a) Stressor jangka pendek dan panjang
- Jangka pendek: penyelesaian stressor yang dialami < 6 bulan
- Jangka panjang: penyelesaian stressor yang dialami > 6 bulan
b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/ stressor, kaji sejauh
mana keluarga berespon terhadap situasi
c) Strategi koping yang digunakan, bagaimana strategi koping yang
digunakan keluarga bila menghadapi permaslahan
d) Strategi adaptasi disfungsional, dijelaskan mengenai strategi adaptasi
disfungsional yang digunakan keluarga dalam menghadapi masalah.

3. Diagnosa

19

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu, keluarga,


atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan
analisa data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakantindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya
(Harmoko, hal 86; 2012)
Tipologi dari diagnosa keperawatan (Harmoko, hal 86; 2012)
a. Diagnosis aktual: Masalah keperawatan yang sedang dialami oleh
keluarga dan memerlukan waktu yang cepat
b. Diagnosis resiko tinggi: masalah keperawatan yang belum terjadi
tetapi maslah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat
c. Diagnosis potensial: suatu keadaan sejahtera ketika keluarga telah
mampu memenuhi kebutuhan kesehatannya.
Menentukan Prioritas Masalah
No
1.

2.

Kriteria

Nilai

Bobot

Sifat masalah :

Tidak/kurang sehat
Ancaman kesehatan
Keadaan sejahtera/krisis

Kemungkinan masalah dpt diubah :

Mudah
Sebagian
Tidak dapat

20

3.

4.

Potensial masalah untuk dicegah :

Tinggi
Cukup
Rendah

Menonjolnya masalah:

Masalah berat harus segera ditangani


Ada masalah tetapi tdk perlu segera

1
0

ditangani
Masalah tidak dirasakan

Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan dgn cara :


- Tentukan skor untuk setiap kriteria yg telah dibuat
- Selanjutnya skor dibagi dgn angka tertinggi kemudian dikalikan dengan
bobot
-

Skor
Angka tertinggi
Jumlahkan skor untuk semua
kriteria, skor
X Bobot
tertinggi adalah 5 sama dengan seluruh bobot

4. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang
direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah kesehatan/masalah keperawatan yang telah di identifikasi
(Harmoko, hal 93; 2012).
Langkah-langkah mengembangkan rencana asuhan keperawatan keluarga
(Harmoko; 2012)
a. Menentukan sasaran atau goal
b. Menentukan tujuan dan objek
c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan
21

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria


5. Implementasi
Pelaksanaan merupakan salah satu tahap dari proses keperawatan keluarga
dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk membangkitkan minat
keluarga dalam mengadakan perbaikan ke arah perilaku hidup sehat
(Harmoko, hal 97; 2012)
Tindakan keperawatan keluarga mencakup hal-hal di bawah ini (Harmoko,
2012)
a. Menstimulasi

kesehatan

atau

penerimaan

keluarga

mengenai

kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi kesehatan,


mengidentifikasi

kebutuhan,

dan harapan tentang kesehatan, serta

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah


b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang
tepat dengan cara mengidentifikasi
melakukn

tindakan,

konsekuensi

untuk

tidak

mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga, dan mendiskusikan konsekuensi setiap tindakan


c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat
dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan
perawatan
d. Membantu keluaga untuk menemukan cara membuat lingkungan
menjadi sehat dengan menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan
keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal
mungkin

22

e. Memotivasi
dengan

keluarga

untuk

memanfaatkan

fasilitas

kesehatan

cara mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan

keluarga cara menggunakan fasilitas tersebut.


6. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, tahap penilaian
diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak/ belum berhasil, maka
perlu disusun rencana baru yang sesuai (Harmoko, 2012)
KONSEP TEORI GOUT ARTRITIS
A.

KONSEP MEDIS

1.

Pengertian
Gout

arthritis

adalah

kelompok

keadaan

heterogeneus

yang

berhubungan dengan defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia).


(Smeltzer and bare, 2001)
Gout arthritis adalah serangan radang persendian yang berulang yang
disebabkan oleh deposit atau penimbunan kristal asam urat di dalam persendian.
(Sustrani L. Dkk, 2007).
2. Etiologi
Penyebab timbulnya gout arthritis adalah reaksi inflamasi jaringan
terhadap pembentukan kristal monosodium urat monohidrat, sehingga dari
penyebabnya penyakit ini digolongkan sebagai kelainan metabolik. Kelainan
ini berhubungan dengan gangguan kinetik asam urat yaitu hiperurisemia.

23

a.

Faktor genetik
Hiperurisemia digolongkan sebagai penyakit gangguan metabolisme

purin bawaan, sebagai akibat kekurangan enzim Hipoxantin-Guanin Phospo


Ribosil-Transferase (HGPRT) yang berfungsi untuk menetralisir kadar asam urat
dalam tubuh.
b.

Produksi asam urat yang berlebihan.


Kadar asam urat meninggi karena berlebihan mengkonsumsi makanan

berkadar purin tinggi yaitu daging, jeroan, kepiting, kerang, keju, kacang tanah,
bayam, buncis, kembang kol. Asam urat terbentuk lagi dari hasil metabolisme
makanan-makanan tersebut.
c.

Kurangnya pengeluaran asam urat.


Hal ini terjadi akibat ketidakmampuan ginjal mengeluarkan asam urat yang

berlebihan dari dalam tubuh. Sementara pengeluaran melalui usus mungkin juga
berkurang. (Muttaqin Arif, 2008)
3.

Anatomi dan fisiologi

Pergerakan tidak mungkin terjadi jika kelenturan dalam rangka tulang tidak ada.
Kelenturan dimungkinkan oleh adanya persendian. Sendi adalah suatu ruangan,
tempat satu atau dua tulang berada saling berdekatan. Fungsi utama sendi adalah
memberi pergerakan dan fleksibilitas dalam tubuh.

24

Berdasarkan strukturnya sendi dibedakan atas:


a.

Fibrosa
Sendi ini tidak memiliki lapisan tulang rawan dan tulang yang satu dengan

yang lainnya dihuhubungkan oleh jaringan penyambung fibrosa.

b.

Kartilago
Sendi yang ujung-ujung tulangnya terbungkus oleh tulang rawan hialin,

disokong oleh ligamen dan hanya dapat sedikit bergerak.


c.

Sinovial
Sendi tubuh yang dapat digerakkan serta memiliki rongga sendi dan

permukaan sendi yang dilapisi tulang rawan hialin.


1)

Sendi pada tangan

a)

Sendi karpal
Permukaan persendiaan antara tulang-tulang karpal adalah ceper dan

halus. Permukaan ceper ini dengan mudah saling bergeseran dan membentuk
persendian meluncur antara bagian berbagai tulang itu, tulang karpal tersusun
berdempetan rapat sehingga hanya gerakan meluncur terbatas yang mungkin
tetapi dapat melaksanakan jumlah gerakan yang cukup banyak jika semua tulang
bergerak bersama.
25

b)

Sendi karpo-metakarpal
Sendi meluncur yang berbentuk antara sisi distral dari garis bawah

tulang-tulang karpal dari setiap lubang dari lima tulang, metakarpal sendi karpo
metakarpal dari ibu jari yaitu sendi pelana, terbentuk antara basis metakarpal
pertama dan trapezium (mulangulum moyus). Sendi intermetakarpal dibentuk
antara basis tulang-tulang metakarpal, permukaan persendian lateral membentuk
sendi datar atas sendi meluncur antara tulang-tulang ini.
c)

Sendi metakarpo-falangeal
Sendi dari jenis kondiloed, kepala dari lima tulang metakarpal ini

diterima dalam permukaan, persendian pada basis dari falang proximal, gerakan
flexi, extensi, abduksi dan adduksi berlangsung disendi-sendi ini.
d)

Sendi interfalangeal
Adalah sendi engsel, sendi ini terbentuk oleh kepala falang proximal

yang diterima dalam pembentukan persendian diatas basis falang distal,


gerakannya adalah flexi dan extensi.
2)

Sendi pada kaki

a)

Sendi lutut
Sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk oleh kedua kondil

femur yang bersendi dengan permukaan superior dan kondil-kondil tibia.

26

b)

Sendi-sendi tibio fibuler


Sendi-sendi ini dibentuk antara ujung atas dan ujung bawah kedua

tulang tungkai bawah. Batang dari tulang-tulang itu digabungkan oleh seluruh
ligamen (antar tulang) yang membentuk sebuah sendi ketiga antara tulang-tulang
ini seperti pada lengan bawah.
c)

Sendi pergelangan kaki


Sendi engsel yang dibentuk antara ujung-ujung bawah tibia beserta

maleous medialisnya dan maleolus lateralisnya dari fibula yang bersama-sama


membentuk sebuah lubang untuk menerima badan talus, kapsul sendi diperkuat
oleh liagmen-ligamen penting yang bersangkutan.
d)

Sendi telapak kaki


Sendi antara berbagai tulang tarsaslia disatukan oleh ligamen dorsal

plantar terletak diantara permukaan bawa talus dan permukaan atas kalkaneus,
gerakan sendi sedikit mengayun adduksi dan abduksi.
e)

Falang
Merupakan tulang-tulang pipa pendek yang masing-masing terdiri atas 3

ruas kecuali ibu jari banyaknya ruas.(Pearce Evelyn, 1992)


4.

Manifestasi klinis

Terdapat 4 tahap perjalanan klinis penyakit gout arthritis:

27

a.
1)

Tahap pertama adalah hiperurisemia asimptomatik


Penderita tidak menunjukkan gejala-gejala selain dari peningkatan asam

urat serum.
2)

Hanya 20 % dari penderita hiperurisemia asimptomatik yang menjadi

serangan gout akut.


b.

Tahap kedua adalah arthritis gout akut

1)

Terjadi pembengkakkan mendadak dan nyeri yang luar biasa

2)

Arthritis bersifat monoartikular dan menunjukkan tanda-tanda peradangan

lokal.
3)

Mungkin terdapat demam dan peningkatan sel darah putih. Serangan dapat

dipicu oleh pembedahan, obat-obatan alkohol dan stres emosional, tahap ini
biasanya mendorong pasien untuk mencari pengobatan segera.
4)

Sendi-sendi lain dapat terserang, termasuk sendi jari-jari tangan, lutut, mata

kaki, pergelangan tangan dan siku.


5)

Serangan gout akut biasanya akan pulih tanpa pengobatan tetapi dapat

memakan waktu 10-14 hari.


c.
1)

Tahap ketiga adalah interkritikal


Tidak terdapat masalah dalam masa ini yang dapat berlangsung dan

beberapa bulan sampai tahun.


28

2)

Kebanyakan orang mengalami ulangan serangan gout dalam waktu kurang

dari 1 tahun jika tidak diobati.


d.

Tahap keempat adalah gout kronis

1)

Timbunan urat terus bertambah dalam beberapa tahun jika pengobatan tidak

dimulai.
2)

Peradangan kronis akibat kristal-kristal asam urat menyebabkan nyeri, sakit

dan kaku, juga pembesaran dan penonjolan dari sendi yang bengkak.
3)

Serangan gout arthritis akut dapat terjadi pada tahap ini. Tofi terbentuk pada

masa gout kronis insolubilitas realitif dari urat, bursa olekranon, tendon achilles.
Permukaan ekstension lengan bawah bursa intrapatela dan heliks telinga adalah
tempat yang sering dihinggapi tofi. (Misnadiarly, 2007)
5.

Patofisiologi

Ada beberapa faktor yang berperan dalam mekanisme penyakit gout arthitis yaitu:
faktor genetik, produksi asam urat yang berlebihan, kurangnya pengeluaran asam
urat. Dari faktor-faktor tersebut menyebabkan gangguan metabolisme purin dalam
tubuh sehingga keadaan purin dalam darah meningkat (hiperurisemia).
Hiperurisemia konsentrasi asam urat dalam serum yang lebih besar dari 7,0 mg/dl
dapat normal tetapi tidak selalu menyebabkan kristal monosodium urat. Serangan
gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan mendadak

29

kadar asam urat serum, kalau kristal asam urat mengendap dalam sebuah sendi,
respons inflamasi akan terjadi dan serangan gout dimulai.
Dengan serangan yang berulang-ulang penumpukan kristal natrium urat yang
dinamakan topus akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki,
tangan dan telinga. Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan penyakit renal kronis
yang terjadi sekunder akibat penumpukan asam urat.
Gambaran kristal urat dalam cairan sinovial sendi yang asimtomatik menunjukkan
bahwa faktor-faktor non kristal mungkin berhubungan dengan imunoglobin yang
terutama berupa IgG. IgG akan meningkatkan fagositosis kristal dan dengan
demikian memperlihatkan aktivitas imunologik. (Smeltzer and bare, 2001)

30

PATHWAY

31

6.

Pemeriksaan diagnostik

32

a.

Pemeriksaan laboratorium

1)

Pemeriksaan darah
Urid Acid

Terjadi peningkatan urid acid


Kadar normal
Laki-laki 2,1-8.5 mg/dl
Perempuan 2,0-6,6 mg/dl
Leukosit
Leukositosis ringan
5000-10000/ul (mm3)
LED
Terjadi peningkatan LED
Laki-laki < 20mm/jam
Perempuan < 15 mm/jam

2)

Pemeriksaan urine

33

Menunjukkan kadar asam urat dalam urine tinggi (kadar normal asam urat
pada laki-laki < 13 mg/dl, pada perempuan < 10 mg/dl.
3)

Pemeriksaan cairan sendi/aspirasi cairan sendi


Menunjukkan penumpukan kristal asam urat dalam sendi. (Sustrani L.

Dkk, 2007).
b.

Pemeriksaan radiologi
Pada stadium gout arthritis, tanda awal gambaran radiologi hanya nampak

berupa pembengkakan jaringan lunak disekitar persendian (periartikuler) yang


asimetris, keadaan ini terjadi akibat reaksi peradangan pada stadium awal.
Perubahan gambaran radiologi pada gout artritis kronis hanya terlihat:
1)

Bila tulang sudah mengalami erosi sehingga berbentuk bulat atau lonjong

dengan tepi siklerotik akibat deposit urat disekitar sendi.


2)

Kadang-kadang ditemukan pengapuran di dalam topus


Tanda khas gout artritis yaitu apabila pada foto rontgen ditemukan erosi

punch out.
(Misnadiarly, 2007)

7.

Penatalaksanaan

34

a.

Pengobatan serangan akut dengan colchicine 0,6 mg (pemberian oral)

colchicine 1,0-3,0 (dalam NaCl IV), phenilbutazone, indomethacin


b.

Sendi diistirahatkan

c.

Kompres dingin

d.

Diet rendah purin

e.

Analgetik dan antipiretik

f.

Terapi pencegahan dengan meningkatkan ekskresi asam urat menggunakan

probenecid 0,5 g/hari atau sulfinpyrazone pada pasien yang tidak tahan terhadap
probenecid atau menurunkan pembentukan asam urat dengan allopurinol 100 mg
2 kali sehari.
g.

Mengontrol makanan dan minuman dengan mengenali jenis makanan dan

minuman yang kadar purinnya tinggi, sedang dan rendah yaitu:


1)

Kadar tinggi purin (150-180 mg/100 gr)

Jeroan (hati, ginjal, limfa, paru), otak, saripati daging, dan alkohol
2)

Kadar sedang purin (50-150 mg/100 gr)

Daging sapi, udang, kepiting, cumi, kerang, kacang-kacang, kembang kol, bayam,
kangkung, asparagus dan jamur.
3)

Kadar rendah purin (< 50 mg/100 g)

35

Gula, telur, susu, minuman karbonasi


(Sustrani L. Dkk, 2007)
8.

Komplikasi

Komplikasi dari Gout Arthritis adalah


a.

Batu ginjal

b.

Gagal ginjal

(Sustrani L. Dkk, 2007)


9.

Prognosis

Tanpa terapi yang adekuat, serangan dapat berlangsung berhari-hari, bahkan


beberapa minggu, periode asimtomatik akan memendek apabila penyakit menjadi
progresif, semakin muda usia pasien pada saat mulainya penyakit, maka semakin
besar kemungkinan menjadi progresif, gout arthritis kronis terjadi setelah
serangan akut berulang tanpa terapi yang adekuat. Pada pasien gout arthritis
ditemukan

peningkatan insiden hipertensi, penyakit ginjal, diabetes melitus,

hipertriliseridemia dan aterosklerosis, penyebab belum diketahui.(Mansjoer dkk,


1999)

B.

Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

36

Asuhan keperawatan merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan pada


praktik keperawatan yang berlangsung di berikan kepada klien atau pasien pada
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. (Kusnanto, 2004).
1.

Pengkajian keperawatan

Pengkajian keperawatan adalah tahap awal dan proses keperawatan dan


merupakan suatu proses yang sistemik dalam pengumpulan data dari berbagai
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien
(Nursalam, 2001).
Pengumpulan data klien baik subjektif ataupun objektif meliputi anamnesis
riwayat penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
diagnostik.
a.
1)

Anamnesis
Identitas, meliputi nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama bahasa yang

digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan,


golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosis medis.
Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi
metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poliartikuler. Gout
arthritis biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memperoleh
pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien. Perawat dapat menggunakan metode
PQRST.

37

a)

Proviking incident : hal ini menjadi faktor presipitasi nyeri adalah gangguan

metabolisme purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan serangan sinovitis


akut berulang.
b)

Quality of pain : nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.

c)

Region : redation, relief nyeri pada sendi metatarsofalageal ibu jari kaki.

d)

Severity (scale) of pain : nyeri yang dirasakan antara skala 1-3 pada rentang

pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas kerusakan
yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.
e)

Time : berapa lama nyeri berlangsung, kapan apakah bertambah buruk, pada

malam hari atau siang hari.


2)

Riwayat penyakit sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan secara umum mencakup


awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang. Penting ditanyakan
berapa lama pemakaian obat analgetik, allopurinol.
3)

Riwayat penyakit dahulu

Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung


terjadinya gout arthritis (misalnya penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,
hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah pernahkah klien
dirawat yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.

38

4)

Riwayat penyakit keluarga

Kaji adakah keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang
sama dengan klien karena klien gout arthritis dipengaruhi oleh faktor genetik. Ada
produksi/sekresi asam urat yang berlebihan dan tidak diketahui penyebabnya.
5)

Riwayat psikososial

Kaji respons emosi klien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran klien
dalam kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang
berbeda dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas
fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan dan
prognosis penyakit dan peningkatan asam urat pada sirkulasi. Adanya perubahan
peran dalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas fisik
memberikan respons terhadap konsep diri yang maladaptif.
b.

Pemeriksaan fisik

1)

B1 (breathing)

Inspeksi :

Bila tidak melibatkan sistem pernapasan, biasanya ditemukan

kesimetrisan rongga dada, klien tidak sesak napas, tidak ada penggunaan otot
bantu pernapasan
Palpasi

Taktil fremitus seimbang kanan dan kiri

Perkusi :

Suara resonan pada seluruh lapang paru

39

Auskultasi

Suara nafas hilang/melemah pada sisi yang sakit, biasanya

didapatkan suara ronchi atau mengi


2)

B2 (Blood)

Pengisian capilary refil kurang dari 1 detik, sering ditemukan keringat dingin dan
pusing karena nyeri.
3)

B3 (Brain)

Kesadaran biasanya compos mentis


-

Kepala dan wajah

: Ada sianosis

Mata

Sklera biasanya ikterik, konjungtiva anemis pada kasus

efusi pleura hemoragi kronis


-

Leher

4)

B4 (Bladder)

Biasanya pelebaran vena jugularis dalam batas normal

Produksi urine biasanya dalam batas normal dan tidak ada keluhan utama pada
sistem perkemihan, kecuali penyakit gout sudah mengalami komplikasi ke ginjal
berupa pielonefritis, batu asam urat, dari gagal ginjal kronis yang akan
menimbulkan perubahan fungsi pada sistem ini.
5)

B5 (Bowel)

40

Kebutuhan eliminasi pada kasus gout tidak ada gangguan, tetapi perlu dikaji
frekuensi, konsistensi, warna serta bau feses, selain itu juga perlu dikaji frekuensi,
kepekaan, warna, bau dan jumla urine, klien biasanya mual, mengalami nyeri
lambung dan tidak ada nafsu makan, terutama yang memakai obat analgesik dan
anti hiperurisemia
6)

B6 (Bone)

Pada pengkajian ini ditemukan


-

Look. Keluhan utama nyeri sendi yang merupakan keluhan utama yang

mendorong klien mencari pertolongan. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan


dan sedikit berkurang dengan istirahat. Deformitas sendi (pembentukan tofus)
terjadi dengan temuan salah satu sendi pergelangan kaki secara perlahan
membesar.
-

Feel. Ada nyeri tekan pada sendi kaki yang membengkak

Move. Hambatan gerakan sendi biasanya semakin bertambah berat

2.

Diagnosa Keperawatan

Diagnosa

keperawatan

adalah

pernyataan

yang

jelas

mengenai

status

kesehatan/masalah aktual. Resiko dalam rangka mengidentifikasi dan menentukan


intervensi keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan/ mencegah masalah
kesehatan klien yang dapat muncul pada pasien dengan gout arthritis adalah:

41

a.

Nyeri sendi yang berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan

kristal pada membran sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan
proliferasi sinovia, dan pembentukan panus
b.

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang

gerak kelemahan otot, nyeri pada gerakan dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proliferasi sinovia dan pembentukan panus
c.

Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan

terbentuk tofus (Muttaqin Arif, 2008)


d.
e.

Anxietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang terpajannya

informasi (Doenges, 2000)


3.

Perencanaan Keperawatan

Perencanan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi


atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada diagnosa
keperawatan tahap ini dimulai setelah menentukan diagnosa keperawatan dan
menyimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2001).

a.

Diagnosa I

42

Nyeri sendi yang berhubungan dengan peradangan sendi, penimbunan kristal


pada membran sinovia, tulang rawan artikular, erosi tulang rawan, proliferasi
sinovia dan pembentukan panus
Tujuan perawatan :
Kriteria hasil

Nyeri berkurang atau teratasi


:

Klien melaporkan penurunan nyeri, menunjukkan

perilaku yang lebih rileks, memperagakan keterampilan reduksi nyeri, skal 0-1
atau teratasi
Intervensi keperawatan
1)

Kaji lokasi, intensitas dan tipe nyeri. Observasi kemajuan nyeri ke daerah

yang baru, kaji nyeri dengan skala 0-4.


Rasional

Nyeri merupakan respon subjektif yang dapat dikaji dengan

menggunakan skala nyeri. Klien melaporkan nyeri biasanya diatas tingkat cedera.
2)

Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor pencetus

Rasional :
3)

Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan dan peradangan pada sendi.


Jelaskan dan bantu klien terkait dengan tindakan pereda nyeri

nonkarmakologi dan non-invasif.


Rasional :

Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan nonfarmakologi lagi

menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri.

43

4)

Ajarkan relaksasi, teknik terkait ketegangan otot rangka yang dapat

mengurangi intensitas nyeri.


Rasional : Akan melancarkan peredaran darah sehingga kebutuhan oksigen pada
jaringan terpenuhi dan mengurangi nyeri.
5)

Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

Rasional : Mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri ke hal yang


menyenangkan.
6)

Tingkatkan pengetahuan tentang penyebab nyeri dan hubungan dengan

berapa lama nyeri akan berlangsung.


Rasional

: Pengetahuan tersebut membantu menguragi nyeri dan dapat

membantu meningkatkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik.


7)

Hindarkan klien meminum alkohol, kafein dan obat diuretik

Rasional :

Pemakaian alkohol, kafein dan obat-obat diuretik akan menambah

peningkatan kadar asam urat dalam serumen.


8)

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian allopurinol

Rasional : Allupurinol menghambat biosintesis asam urat sehingga menurunkan


kadar asam urat serum.

44

b.

Diagnosa II

Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan penurunan rentang gerak


kelemahan otot, nyeri pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki sekunder
akibat erosi tulang rawan, proliferasi sinovia dan pembentukan panus
Tujuan perawatan :

Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan

kemampuannya
Kriteria hasil

Klien ikut dalam program latihan, tidak mengalami kontraksi

sendi, kekuatan otot bertambah, klien

menunjukkan tindakan untuk

meningkatkan mobilitas dan mempertahankan kondisi optimal.


Intervensi keperawatan
1)

Kaji mobilitas yang ada dan observasi adanya peningkatan kerusakan. Kaji

secara teratur fungsi motorik


Rasional :
2)

Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

Ajarkan klien melakukan latihan gerak aktif pada ekstremitas yang tidak

sakit
Rasional :

Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta

memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan


3)

Bantu klien melakukan latihan ROM (Range Of Motion) dan perawatan diri

sesuai toleransi

45

Rasional :
4)

Untuk mempertahankan fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

Pantau kemajuan dan perkembangan, kemampuan klien dalam melakukan

aktivitas
Rasional :
5)

Untuk mendeteksi perkembangan klien

Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien

Rasional :

Kemampuan mobilitas ekstremitas dapat ditingkatkan dengan latihan

fisik dari tim fisioterapi


c.

Diagnosa III

Gangguan citra diri yang berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan
terbentuknya tofus
Tujuan perawatan
Kriteria hasil

Citra diri klien meningkat

Klien mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan

orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi, mampu menyatakan
penerimaan diri terhadap situasi, mengakui dan menggabungkan perubahan ke
dalam konsep diri dengan cara yang akurat tanpa merasa harga dirinya negatif
Intervensi keperawatan
1)

Kaji perubahan persepsi dan hubungannya dengan derajat ketidakmampuan

46

Rasional :

Menentukan bantuan individual dalam menyusun rencana perawatan

atau pemilihan intervensi


2)

Ingatkan kembali realitas bahwa masih dapat menggunakan sisi yang sakit

dan belajar mengontrol sisi yang sehat


Rasional : Membantu klien melihat bahwa perawat menerima kedua bagian
sebagai bagian dari seluruh tubuh. Mengizinkan klien untuk merasakan adanya
harapan dan mulai menerima situasi baru
3)

Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan

Rasional : Membantu meningkatkan perasaan harga diri dan mengontrol lebih


dari satu area kehidupan
4)

Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak

mungkin hal untuk dirinya sendiri


Rasional

Menghidupkan

kembali

perasaan

mandiri

dan

membantu

perkembangan harga diri serta mempengaruhi proses rehabilitasi


5)

Bersama klien mencari alternatif koping yang positif

Rasional : Dukungan perawat pada klien dapat meningkatkan rasa percaya diri
klien
6)

Dukung prilaku atau usaha peningkatan minat atau partisipasi dalam

aktivitas rehabilitasi

47

Rasional :

Klien dapat berpartisipasi terhadap perbuatan dan memahami peran

individu dimasa mendatang


7)

Kolaborasi dengan ahli neuropsikologi dan konseling bila ada indikasi

Rasional : Dapat memfasilitasi perubahan peran yang penting untuk


perkembangan perasaan. (Muttaqin, Arif, 2008)
d.

Diagnosa IV

Anxietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan perawatan : Anxietas teratasi atau hilang
Kriteria hasil

Klien melaporkan anxietas berkurang, menunjukkan perilaku

yang lebih rileks


Intervensi keperawatan
1)

Evaluasi tingkat anxietas, catat respon verbal dan non verbal pasien, dorong

ekspresi bebas akan emosi


Rasional :

Ketakutan dapat terjadi karena nyeri hebat, meningkatkan perasaan

sakit. Penting pada prosedur diagnostik


2)

Berikan penjelasan hubungan antara proses penyakit dan gejalanya

Rasional

Meningkatkan

pemahaman,

mengurangi

rasa

takut

karena

ketidaktahuan dan dapat membantu menurunkan anxietas

48

3)

Jawab setiap pertanyaan dengan penuh perhatian dan berikan informasi

tentang prognosa penyakit


Rasional :

Penting untuk menciptakan kepecayaan karena informasi yang akurat

dapat memberikan keyakinan pada pasien dan keluarga


4)

Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan

takutnya
Rasional : Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat
ditunjukkan.
e.

Diagnosa V

Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan kurang terpajannya informasi


Tujuan perawatan

: Meningkatkan pemahaman tentang kondisi/prognosis

perawatan
Kriteria hasil : Klien dapat menunjukkan pemahaman tentang kondisi penyakit
dan perawatan
Intervensi keperawatan
1)

Tinjau proses penyakit prognosis dan harapan masa depan

Rasional : Memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan


berdasarkan informasi

49

2)

Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui

diet, obat-obatan dan program diet seimbang, latihan dan istirahat


Rasional : Tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendi atau
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas
3)

Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan

informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan


Rasional : Penurunan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi.
(Doenges, 2000)
4.

Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Dan
ditujukan pada nursing oders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien
(Nursalam, 2001).
Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang
telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping. Selama

tahap

pelaksanaan,

perawat terus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan keperawatan

50

yang paling sesuai dengan kebutuhan klien. Semua tindakan keperawatan dicatat
ke dalam format yang telah ditetapkan oleh institusi (Nursalam, 2001)
5.

Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan


pengumpuan data perlu direvisi untuk menentukan apakah informasi yang telah
dikumpulkan sudah mencukupi dan apakah perilaku yang diobservasi sudah
sesuai. Diagnosa juga perlu dievaluasi dalam hal keakuratan dan kelengkapannya.
Tujuan da intervensi dievaluasi adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut
dapat dicapai secara efektif (Nursalam, 2001).

51

DAFTAR PUSTAKA
Effendy Nasrul, 1998. Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta;
EGC
Mansjoer A. dkk, 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Media Aesculapius.
Jakarta
Misnadiarly, 2007. Rematik. POP Buku Jakarta.
Mubarak I. W,dkk.2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi.
Jakarta; Salemba Medika
Muttaqin Arif, 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan
Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Pearce Evelyn, 1992. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia
EGC, Jakarta.
Smeltzer And Bare, 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 3 EGC,
Jakarta.
Setiadi, 2008. Konsep dan Proses keperawatan Keluarga. Yogyakarta; Graha Ilmu
Sustrani dkk, 2007. Asam Urat. Jakarta. PT Gramedia Utama.

52

Anda mungkin juga menyukai