Nama Peserta
: dr. Satriani Badullahi
Nama Wahana
: RSUD Lasinrang Pinrang
Topik
: Appendisitis Akut
Tanggal (Kasus) : 20 Juli 2016
Nama Pasien: Tn.Ad
No. RM: 16 78 39
Tanggal Presentasi:
Pendamping: dr. H. Rifai Umar, M.Kes
dr. Agus Salim
Tempat Presentasi: Ruang Pertemuan RSUD Lasinrang Pinrang
Objek Presentasi:
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi:
Seorang pria berusia 30 tahun datang ke RSUD Lasinrang Pinrang dengan keluhan utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya
nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah, nyeri terasa semakin hebat
sejak 1 hari ini untuk menghilangkan nyeri os beristirahat. Os mengeluh bila berdiri nyeri
perut semakin kuat sehingga os sering membungkukkan badannya untuk mengurangi nyeri
tersebut. Os mengeluh demam sejak 3 hari yang lalu, tidak tinggi, tidak menggigil, tidak terus
menerus, dan tidak berkeringat. Os mengeluh nafsu makan berkurang semenjak sakit, batuk
tidak ada, mual ada, muntah ada, pusing ada. Riwayat sakit maag tidak ada, BAB tidak ada
sejak 2 hari yang lalu, flatus (+), BAK biasa.
Riwayat penyakit dahulu
- Pasien mengaku tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya, riwayat
operasi sebelumnya (-), hipertensi (-), diabetes melitus (-), gastritis (+), hemorroid (+).
Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal.
Tujuan: Menegakkan diagnosis kasus medik dan memberikan terapi sesuai kompetensi serta
melakukan rujukan yang tepat
Bahan
Tinjauan
Riset
Kasus
Audit
Bahasan:
pustaka
Cara
Diskusi
Presentasi dan E-mail
Pos
Membahas:
diskusi
Data Pasien:
Nama: Tn.Ad
No. Registrasi: 16 78 39
Nama Klinik:
RSUD Lasinrang Pinrang
Data Utama Untuk Bahan Diskusi:
Diagnosis / Gambaran Klinis:
Seorang pria berusia 30 tahun datang ke RSUD Lasinrang Pinrang dengan keluhan utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pada awalnya
nyeri dirasakan di ulu hati lalu berpindah ke perut kanan bawah, nyeri terasa semakin hebat
sejak 1 hari ini untuk menghilangkan nyeri os beristirahat. Bila berdiri nyeri perut semakin
kuat sehingga os sering membungkukkan badannya untuk mengurangi nyeri tersebut. Os
mengeluh demam, tidak menggigil, tidak terus menerus, dan tidak berkeringat, nafsu makan
berkurang semenjak sakit, batuk tidak ada, mual ada, muntah ada, pusing ada. Riwayat sakit
maag tidak ada, BAB tidak ada sejak 2 hari yang lalu, flatus (+), BAK biasa.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan pasien sadar GCS E4M6V5, keadaan umum lemah.
Tekanan darah 120/80 mmHg. Suhu 38,50 C, Nyeri tekan (+) di titik McBurney dan
1
Portofolio Medik
epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+), Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler
(-), Tidak teraba massa di perut kanan bawah.
Riwayat Pengobatan:
Pasien sering mengkonsumsi obat penghilang nyeri yang dijual bebas di warung bila timbul
gejala sakit perut atau sakit kepala.
Riwayat Kesehatan / Penyakit:
Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
Riwayat Keluarga:
Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga tidak ada.
Lain-lain:
Daftar Pustaka:
1. De Jong, Wim. 2004. Apendisitis Akut, dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi II. Hal
640- 645. Jakarta: EGC.
2. Mansjoer, Arif dkk. 2000. Apendisitis, dalam Kapita Selekta Kedokteran, edisi III, jilid
II. Hal 307-313. Jakarta: Media Aesculapius.
3. Rudi Ali Arsyad. 2006. Pemakaian Sistem Skor dalam Menegakkan Diagnosis
Apendisitis Akut pada Anak Usia 6-14 Tahun di Bagian Bedah Anak RS. DR. Sardjito
Tahun 2004-2006. Diunduh dari http://arc.ugm.ac.id
4. Modul Kepaniteraan Klinik Bedah. Appendisitis Akut. Bagian Ilmu Bedah FK
Unand. 2002.
Hasil Pembelajaran:
1. Penegakan diagnosa appendicitis
2. Tatalaksana appendicitis
3. Mengenali gejala awal appendicitis
Portofolio Medik
Portofolio Medik
Portofolio Medik
Pada tahap awal terjadinya reaksi peradangan appendiks, yang mengalami iritasi baru
mukosa dari appendiks sehingga pada saat ini keluhan nyeri semata hanya akibat distensi dari
appendiks atau akibat kontraksi otot polos appendiks dalam usaha menghilangkan sumbatan
lumen tadi. Secara patologi stadium ini disebut stadium kataral atau akut fokal. Jika reaksi
peradangan telah sampai ke serosa disertai adanya proses supuratif akibat ekspansi kuman ke
dinding disebut appendisitis supurativa. Stadium selanjutnya bila telah terdapat daerah yang
mengalami gangren makan disebut appendisitis akut stadium gangrenosa, yang jika tidak
dilakukan pertolongan akan menjadi appendisitis perforasi.
Perjalanan penyakit appendisitis akut bisa terhenti pada stadium akut fokal, namun
mukosa yang telah mengalami iritasi akan menyisakan jaringan parut dalam proses
penyembuhannya, sehingga hal ini akan mengakibatkan keluhan nyeri sekitar pusar berulang,
secara patologi stadium ini disebut appendisitis kronis. Pada stadium supuratif gangrenosa
atau mikroperforasi akibat adanya daya tahan tubuh yang baik yang salah satu tandanya
adanya proses pendindingan dari appendiks yang meradang oleh omentum (walling off)
makan akan terbentuk suatu infiltrasi di kanan bawah yang disebut appendisitis infiltrat.
Manifestasi Klinis
Gejala utama pada apendisitis akut adalah nyeri abdomen. Pada mulanya terjadi nyeri
visceral, yaitu nyeri yang sifatnya hilang timbul seperti kolik yang dirasakan di daerah
umbilikus dengan sifat nyeri ringan sampai berat. Hal tersebut timbul oleh karena apendiks
dan usus halus mempunyai persarafan yang sama, maka nyeri visceral itu akan dirasakan
mula-mula di daerah epigastrium dan periumbilikal. Secara klasik, nyeri di daerah
epigastrium akan terjadi beberapa jam (4-6 jam) seterusnya akan menetap di kuadran kanan
bawah dan pada keadaan tersebut sudah terjadi nyeri somatik yang berarti sudah terjadi
rangsangan pada peritoneum parietale dengan sifat nyeri yang lebih tajam, terlokalisir serta
nyeri akan lebih hebat bila batuk ataupun berjalan kaki.
Hampir tujuh puluh lima persen penderita disertai dengan vomitus akibat aktivasi
N.vagus, namun jarang berlanjut menjadi berat dan kebanyakan vomitus hanya sekali atau
dua kali. Penderita apendisitis juga mengeluh obstipasi sebelum datangnya rasa nyeri dan
beberapa penderita mengalami diare, hal tersebut timbul biasanya pada letak apendiks
pelvikal yang merangsang daerah rektum. Gejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi,
yaitu suhu antara 37,50 38,50C tetapi bila suhu lebih tinggi, diduga telah terjadi perforasi.
Pemeriksaan Fisik
Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney.
Nyeri lepas muncul karena rangsangan peritoneum, sementara rebound tenderness (nyeri
lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen
kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan
penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Pada apendisitis retrosekal atau
retroileal diperlukan palpasi dalam untuk menentukan adanya rasa nyeri. Dengan
pemeriksaan Rectal Toucher akan ditemukan nyeri tekan pada arah jam11. Pemeriksaan uji
5
Portofolio Medik
psoas dan uji obturator merupakan pemeriksaan yang lebih ditujukan untuk mengetahui letak
apendiks. Rigiditas psoas dapat ditemukan bila appendiks letak retrocaecal, terutama bila
appendiks melekat pada otot psoas.
Pemeriksaan jumlah leukosit membantu menegakkan diagnosis apendisitis akut. Pada
kebannyakan kasus terdapat leukositosis, terlebih pada kasus dengan komplikasi.
Diagnosis
Gejala dan pemeriksaan fisik appendisitis bisa dinilai untuk menegakkan diagnosa
appendisitis dengan menggunakan Alvarado Score.
Skor Alvarado
Semua penderita dengan suspek Appendicitis acuta dibuat skor Alvarado dan
diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: skor <6 dan >6. Selanjutnya dilakukan
Appendectomy, setelah operasi dilakukan pemeriksaan PA terhadap jaringan Appendix dan
hasilnya diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu: radang akut dan bukan radang akut.
Keterangan:
0-4 : kemungkinan Appendicitis kecil
5-6 : bukan diagnosis Appendicitis
7-8 : kemungkinan besar Appendicitis
9-10 : hampir pasti menderita Appendicitis
Bila skor 5-6 dianjurkan untuk diobservasi di rumah sakit, bila skor >6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
6
Portofolio Medik
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien pada kasus ini, dapat dilakukan
penilaian Alvarado score:
Migration of pain
:1
Anorexia
:1
Nausea/vomiting
:RLQ tenderness
:2
Rebound
:1
Elevated temperatur : 1
Leukocytosis
:2
Left shift
:Total points
:8
Dari penilaian Alvarado score dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien ini
kemungkinan besar menderita Appendisitis akut.
Penatalaksanaan
Bila diagnosis appendisitis telah ditegakkan, maka tindakan yang paling tepat adalah
appendektomi dan merupakan pilihan terbaik. Penundaan tindakan bedah sambil pemberian
antibiotik dapat mengakibatkan abses dan perforasi. Pada appendisitis yang diagnosisnya
tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi, maka dianjurkan melakukan pemeriksaan
laboratorium dan ultrasonografi
Penatalaksanaan pasien yang dicurigai Appendicitis :
-
Puasakan
Berikan analgetik dan antiemetik jika diperlukan untuk mengurangi gejala.
Penelitian menunjukkan bahwa pemberian analgetik tidak akan menyamarkan gejala
saat pemeriksaan fisik.
Pertimbangkan KET terutama pada wanita usia reproduksi.
Berikan antibiotika IV pada pasien dengan gejala sepsis dan yang membutuhkan
Laparotomy
Perawatan appendicitis tanpa operasi
Penelitian menunjukkan pemberian antibiotika intravena dapat berguna untuk
Appendicitis acuta bagi mereka yang sulit mendapat intervensi operasi (misalnya untuk
pekerja di laut lepas), atau bagi mereka yang memilki resiko tinggi untuk dilakukan
operasi
Rujuk ke dokter spesialis bedah.
Antibiotika preoperative
Pemberian antibiotika preoperative efektif untuk menurunkan terjadinya infeksi post
operasi. Diberikan antibiotika broadspectrum dan juga untuk gram negative dan anaerob.
Antibiotika preoperative diberikan dengan order dari ahli bedah. Antibiotik profilaksis
harus diberikan sebelum operasi dimulai. Biasanya digunakan antibiotik kombinasi,
seperti Cefotaxime dan Clindamycin, atau Cefepime dan Metronidazole. Kombinasi ini
dipilih karena frekuensi bakteri yang terlibat, termasuk Escherichia coli, Pseudomonas
aeruginosa, Enterococcus, Streptococcus viridans, Klebsiella, dan Bacteroides.
Prognosis
7
Portofolio Medik
Kematian dari appendisitis di Amerika Serikat telah terus menurun dari tingkat 9,9 per
100.000 pada tahun 1939, dengan 0,2 per 100.000 pada 1986. Diantara faktor-faktor yang
bertanggung jawab adalah kemajuan dalam anestesi, antibiotik, cairan intravena, dan produk
darah. Faktor utama dalam kematian adalah apakah pecah terjadi pengobatan sebelum bedah
dan usia pasien. Angka kematian keseluruhan untuk anestesi umum adalah 0,06%. Angka
kematian keseluruhan dalam apendisitis akut pecah adalah sekitar 3%-peningkatan 50 kali
lipat. Tingkat kematian appendisitis perforasi pada orang tua adalah sekitar 15% peningkatan
lima kali lipat dari tingkat keseluruhan.
3. Plan
(20 Juli 2016)
S : nyeri perut kanan bawah (+), batuk (-), mual muntah (+), pusing (+), demam (+),
nafsu makan berkurang, BAK biasa, BAB (-) 2 hari, flatus (+)
O : KU lemah
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 88 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 38.5 C
Nyeri tekan (+) di titik McBurney dan epigastrium, nyeri lepas (+), rovsing (+),
Psoas sign (+), obturator sign (+), defans muskuler (-), Tidak teraba massa di perut
kanan bawah.
A : Appendisitis Akut
P : Rawat inap,
IVFD RL 20 tpm
Inj Ranitidin 1 Ampul/12 jam
Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Drip paracetamol 500 mg/ 8 jam
Drip neurobion 1 amp/ hari
RENCANA
Appendectomy emergency
(21 Juli 2016) hari rawat I (Post OP)
S : Demam tidak ada, Muntah tidak ada, Nyeri pada luka bekas operasi, Flatus (+)
O : KU sedang
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Pernafasan
: 20 x/menit
Suhu
: 37.5 C
Distensi (-), BU (+) normal
A : Post Appendectomy H+1
P : Mobilisasi miring kiri miring kanan
Boleh minum kembung (-)
Diet ML
Inj Ranitidin 1 Ampul/12 jam
Inj Ceftriaxon 1 gr/12 jam
Drip paracetamol 500 mg/ 8 jam
8
Portofolio Medik
Peserta,
Portofolio Medik
10