Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEBUTUHAN KHUSUS
Makalah
Disusun oleh :
Iga Tri Budiarti
Nim: 091611101017
Dosen Pembimbing:
drg. Berlian Prihatiningrum M.DSc. Sp.Kga
BAGIAN PEDODONSIA
RUMAHSAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah tentang Perawatan Gigi Pada Pasien Anak Dengan Kebutuhan Khusu ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. drg. Niken Probosari, M.Kes sebagai kepala bagian klinik Pedodonsia RSGM
Universitas Jember.
2. drg. Berlian Prihatiningrum, M.DSc. Sp.Kga sebagai dosen bagian klinik
Pedodonsia RSGM Universitas Jember.
3. Seluruh dosen pembimbing klinik Pedodonsia Universitas Jember.
4. Semua pihak yang sudah turut mendukung dalam penyusunan Makalah ini,
yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Perawatan Gigi Pada Pasien Anak
Dengan Kebutuhan Khusus. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu,
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Jember, Januari 2017
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.........................................................................................................1
Kata Pengantar........................................................................................................2
Daftar Isi.................................................................................................................3
BAB 1
Pendahuluan............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................7
1.3 Tujuan...............................................................................................................7
1.4 Manfaat.............................................................................................................8
BAB 2
Tinjauan pustaka.....................................................................................................9
2.1 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).................................................................9
2.2 Down Syndrome...............................................................................................9
2.3 Cerebral Palsy (CP)..........................................................................................11
2.4 Congenital Heart Diseases (CH D) .................................................................12
2.5 Epilepsi.............................................................................................................12
2.6 Autisme............................................................................................................14
2.7 Kesehatan Gigi pada Anak Berkebutuhan Khusus .........................................15
2.7.1 Kesehatan gigi pada anak berkebutuhan khusus temporer ...................15
2.7.2 Kesehatan gigi pada anak berkebutuhan khusus permanen ..................15
2.7.3 Macam masalah kesehatan gigi anak berkebutuhan khusus..................15
2.7.4 Perawatan gigi yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan
khusus....................................................................................................17
BAB 3
Pembahasan...........................................................................................................19
3.1 Perawatan gigi yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan khusus.........20
3.1.1 Perawatan kuratif dan rehabilitatif.......................................................20
a. Pencabutan gigi anak berkebutuhan khusus.....................................20
b. Penambalan gigi anak berkebutuhan khusus....................................22
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas kesekian bagi
sebagian orang. Padahal rongga mulut merupakan pintu gerbang masuknya
kuman dan bakteri, sehingga dapat mengganggu kesehatan organ tubuh
lainnya. Beberapa masalah gigi dan mulut bisa terjadi karena kurangnya
menjaga kebersihan gigi dan mulut misalnya karies atau lubang pada gigi,
karies dapat mengenai siapa saja tanpa mengenal usia. (Kemenkes RI, 2014).
Anak merupakan usia rentan terhadap karies dan penyakit mulut lainnya
karena masih memerlukan bantuan dari orang tua maupun keluarga untuk
membimbing dalam menjaga kebersihan gigi dan mulutnya begitu pula pada
anak berkebutuhan khusus yang memiliki resiko yang sangat tinggi pada
masalah kebersihan gigi dan mulutnya karena memiliki keterbatasan dalam
dirinya. (Indrawati, 2015).
Anak berkebutuhan khusus merupakan kelompok anak yang
mengalami keterbatasan baik secara fisik, mental, intelektual, sosial maupun
emosional, kondisi karakteristik seperti ini berpengaruh terhadap proses
pertumbuhan dan perkembangan anak (Permeneg PP&PA Nomor 10 Tahun
2011). Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kelainan bawaan, penyakit
yang didapat, trauma, ataupun faktor lingkungan. Karakteristik anak
berkebutuhan khusus sangat unik berbeda dengan kelompok anak pada
umumnya sehingga berdampak pada kebutuhan pelayanan yang didapatkan.
Pemberian pelayanan khusus pada kelompok ini bertujuan agar anak
mendapatkan kesempatan berkembang sesuai kondisi fisik, mental dan
potensi masing-masing (Kemenkes RI, 2010). Berlandaskan Pasal 7 Undang
Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, menyebutkan
bahwa anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh pelayanan khusus yang
memberikan
gambaran
adanya
peningkatan
jumlah
anak
merupakan bahan tambal cair yang digunakan untuk mengisi alur-alur yang
terdapat pada permukaan gigi geraham yang dalam, sehingga sealant tersebut
bisa mencegah partikel makanan masuk ke dalam. Penutupan fissure
sealant dan pit tersebut sangat efektif untuk mencegah terjadinya gigi
berlubang. (Susanti, 2014).
Penambalan maupun pencabutan gigi untuk anak berkebutuhan
khusus atau anak normal pada dasarnya adalah sama, namun jika disertai
dengan adanya kelainan sitematik pada anak maka cara penanganan yang
dilakukan
pun
akan
berbeda
dokter anestesia dan dokter anak. (Susanti. 2014). Kesuksesan perawatan gigi
pada anak berkebutuhan khusus ini juga sangat dipengaruhi oleh kerjasama
antara terapi wicara dan ahli gizi. Penggunaan alat orthodonsi juga bisa
dilakukan pada anak berkebutuhan khusus melalui pertimbangan yang tepat.
(Susanti. 2014).
1.2 Rumusan Masalah
Apakah perawatan yang dilakukan untuk merawat gigi anak dengan
kebutuhan khusus?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan perawatan gigi anak dengan kebutuhan khusus,
pada
orang tua, pengajar dan semua pihak yang berhubungan dengan anak
yang berkebutuhan khusus.
1.3.2 Tujuan khusus
Menjelaskan perawatan yang dilakukan oleh dokter gigi pada anak
dengan kebutuhan khusus.
vii
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat untuk masyarakat
Memberikan pemahaman perawatan gigi anak dengan kebutuhan
khusus, pada orang tua, pengajar dan semua pihak yang berhubungan
dengan anak yang berkebutuhan khusus.
1.4.2 Manfaat untuk IPTEK
Memberikan informasi kepada para peneliti untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga dadpat meningkatkan
kesehatan gigi anak dengan kebutuhan khusus.
1.4.3 Manfaat untuk praktisi
Memberikan pemahaman cara perawatan gigi
berkebutuhan khusus pada dokter gigi.
viii
anak dengan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
Anak berkebutuhan khusus adalah yang termasuk anak yang mengalami
hambatan dalam perkembangan perilakunya. Perilaku anak-anak ini, yang
antara lain terdiri dari wicara dan okupasi, tidak berkembang seperti pada
anak yang normal (Muslim, 2006). Macam-macam Anak Berkebutuhan
Khusus (ABK) ABK terdiri dari dua kelompok, yaitu: ABK temporer
(sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk kategori ABK
temporer meliputi: anak- anak yang berada di lapisan strata sosial ekonomi
yang paling bawah, anak-anak jalanan (anjal), anak-anak korban bencana
alam, anak-anak di daerah perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak
yang menjadi korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK
permanen adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders),
Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas (Gifted), dan
lain-lain (Hidayat, 2009).
2.2 Down Syndrome
Sindrom Down atau Trisomi 21 merupakan suatu kelainan yang
disebabkan oleh gangguan kromosom dengan manifestasi klinik yang
bervariasi. Mayoritas memperlihatkan kario tipe-tipe penuh (Full Trisomy).
Full trisomymemperlihatkan adanya ekstra kromosom pada kromosom 21, 47
kromosom terdapat pada setiap sel. Sindrom Down tipe mosaik mempunyai
jumlah kromosom normal (46) pada beberapa sel tertentu, sehingga
memperlihatkan karakteristik fisik yang lebih ringan, dan keadaan mental
yang lebih balk. Sindrom Down tipe penuh memperlihatkan tanda klinis yang
lebih berat. Tanda-tanda klinis Sindrom Down, yaitu berat badan lahir rendah,
pendek, mikro cephali, kepala datar, wajah datar, lows etear, ranbut halus
ix
dan
phaangares
sindaktili,
klinodaktili
simian
crease
kaki
palsy
adalah
istilah
luas
yang
digunakan
untuk
xi
endodonlik,
ekstraksi
gigi,
skeling
dapat
rnenimbulkan
xii
xiii
Gambar 2.4: Kejang Tonik dan Klonik pada pasien epilepsy (Syarif:
2011)
2.6 Autisme
Autisme adalah kondisi adanya gangguan perkembangan yang sangat
compleks, yang biasa terjadi di usia 3 tahun, yang menunjukkan gangguan
komunikasi, interaksi sosial dan perilaku. Mereka tidak mampu membentuk
hubungan sosial dan berkomunikasi normal, sehingga terisolasi dari kontak
manusia dan tenggelam dalam dunianya sendiri. Etiologi belum diketahui
pasti tetapi diduga multifactor, dengan gejala dapat ringan sampai berat.
Pencegahan penyakit gigi dan mulut merupakan hal utama yang harus
diterapkan dalam menangani kasus autis. Dianjur pada prang tua agar
melakukan pemeliharaan kesehatan dirumah. Anak autis tidak memiliki
masalah kesehatan gigi yang spesifik, tetapi cenderung memiliki index karies
dan penyakit periodontal yang tinggi. Penanganan di kedokteran gigi
tergantung dari berat ringannya autis. Pada kasus yang ringan bisa dilakukan
dengan pendekatan nonfarmakologis namun untukkasus berat, harus
denganpendekatanfarmakologis. (Syarif, 2002).
xiv
adalah
suatu
pencegahan
penyakit
yang
xv
gangguan perilaku dan otot, refleks muntah dan gerakan tubuh tidak
terkontrol. Keadaan inilah yang membatasi anak-anak tersebut untuk
dapat melakukan pembersihan gigi yang optimal dan menempatkan
mereka pada posisi berisiko mengalami masalah kesehatan gigi dan
mulut. (Susanti, 2014)
Masalah kesehatan gigi dan mulut yang sering dialami anak-anak
berkebutuhan khusus
1. Gigi berlubang (karies gigi) disebabkan antara lain oleh kelainan
bentuk dan struktur gigi (anomali), frekuensi muntah atau
gastroesophangeal refluks, jumlah air ludah kurang, pengobatan
yang mengandung gula atau diet khusus yang memerlukan
pemberian susu botol yang diperpanjang dan keterbatasan anak
ataupun kemauan dari orang-orang sekitar untuk membantu
membersihkan gigi dan mulut secara rutin setiap hari.
2. Penyakit jaringan penyangga gigi (periodontal) seperti gusi berdarah,
kegoyongan gigi dan karang gigi. Kondisi ini disebabkan oleh
kebersihan mulut yang kurang diperhatikan karena ketidakmampuan
menggunakan sikat gigi dengan benar, pola makan yang kurang baik
dan efek samping dari obat-obatan yang dikonsumsi. Radang pada
jaringan periodontal yang parah dapat mengakibatkan anak
kehilangan gigi.
3. Maloklusi terjadi karena adanya keterlambatan erupsi gigi, tidak ada
benih gigi, gigi berlebih, gangguan fungsi hubungan otot-otot dalam
mulut dan periodontal sehingga rahang atas maju, gigitan terbuka
dan gigitan silang. Bruksism (ngerot) pada penderita cerebral palsy
mengakibatkan gigi rahang atas maju ke depan. Untuk menangani
bruksism dapat digunakan bite guard.
4. Bernafas melalui mulut (pernapasan mulut kronik) disebabkan oleh
jalan nafas yang lebih sempit sehingga anak berkebutuhan khusus
xvi
xviii
BAB 3
PEMBAHASAN
Untuk mencapai keberhasilan perawatan gigi anak khususnya anak-anak
berkebutuhan khusus diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara
dokter gigi, anak dan orang tua. Dokter gigi khususnya dokter gigi anak tidak
dapat bekerja sendiri dalam merawat gigi anak, begitu pula dengan orang tua.
Menjalin kerjasama antara dokter gigi anak dengan orang tua anak dapat
mewujudkan gigi yang sehat sepanjang hidup anak-anak. (Susanti, 2014).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila anak berkebutuhan khusus
datang ke dokter gigi antara lain:
1. Sebaiknya sebelum anak mendatangi dokter gigi anak, orang tua datang
terlebih dahulu berkonsultasi, sebab perawatan gigi anak berkebutuhan
khusus
membutuhkan
identifikasi
dini
mengenai
riwayat
medis,
xix
kerjasama orang tua dan dokter gigi anak. Pada kunjungan pertama, anak
diperkenalkan dengan dokter gigi anak dan lingkungan perawatannya. Alat
bantu visual seperti gambar sikat gigi, pasta, cara menggosok gigi dan alat
elektronik (kamera) dapat digunakan untuk menumbuhkan sikap positif
anak. (Shella, 2013).
3.1 Perawatan gigi yang dapat dilakukan pada anak berkebutuhan
khusus
3.1.1 Perawatan kuratif dan rehabilitatif.
Penambalan maupun pencabutan pada anak berkebutuhan
khusus maupun normal pada dasarnya sama, namun jika disertai
dengan adanya kelainan sistemik maka penanganannya dilakukan
secara multidisipliner dengan dokter anak dan dokter anestesia.
Kerjasama dengan terapis wicara dan ahli gizi sangat berpengaruh
pada kesuksesan perawatan. Penggunaan alat orthodonsi juga dapat
dilakukan pada anak berkebutuhan khusus dengan pertimbangan
yang tepat. (Susanti, 2014).
a. Pencabutan gigi anak berkebutuhan khusus
Salah satu hal penting untuk management prilaku pada
anak adalah bagaimana dokter gigi dapat mengkontrol rasa sakit
terutama pada saat pencabutan gigi anak. Perlunya kunjungan
berulang
pada
anak
ternyata
dapat
mengurangi
xx
xxi
mengurangi
rasa
sakit
pada
waktu
prosedur anaestesi.
(Cristiono: 2012).
Management rasa sakit pada anak sangatlah penting
terutama pada saat pencabutan gigi, dengan management yang
bagus akan didapatkan hasil yang optimal sehingga anak akan
memperoleh perawatan yang optimal dengan sedikit trauma.
Penguasaan metode pendekatan pada anak dan prosedur anestesi
serta teknik pencabutan juga memegang peranan penting untuk
memperoleh hasil yang diharapkan. (Cristiono: 2012).
b. Penambalan gigi anak berkebutuhan khusus
Salah satu perawatan gigi yang biasanya dilakukan
untuk melindungi gigi susu adalah tambalan gigi susu.
Banyak orang yang menganggap prosedur ini tidak perlu
dilakukan, karena nantinya gigi susu akan tanggal dengan
sendirinya. (Santosa: 2010). Namun, ada beberapa hal yang
menyebabkan perawatan ini menjadi penting.
1. Gigi susu berfungsi sebagai panduan atau penjaga tempat
bagi bagi gigi permanen. Apabila gigi susu telah dicabut
atau tanggal sebelum gigi permanen tumbuh, maka gigi di
sekitarnya dapat berpindah ke posisi yang ditinggalkan
gigi tersebut. Sehingga, nantinya gigi permanen tidak
dapat tumbuh karena dihalangi oleh gigi lain.
2. Gigi susu berperan penting dalam perkembangan pola
bicara anak. Gigi susu yang rusak akibat karies gigi dapat
menyebabkan
masalah
seperti
lisp
(kesulitan
xxii
jangka
waktu
yang
panjang
antara
masa
pertumbuhan gigi susu dan saat gigi susu mulai tanggal. Gigi
susu dapat mulai tumbuh sejak usia 6 bulan sampai 3 tahun dan
mulai tanggal saat anak memasuki usia 5 tahun. Gigi susu yang
terakhir, yaitu geraham belakang, akan mulai tanggal saat anak
berusia sekitar 13 tahun. Maka dari itu, anak yang berusia 1-13
tahun akan membutuhkan tambalan gigi susu. Sebelum gigi
permanen
tumbuh,
ada
banyak
gangguan
gigi
yang
gigi.
Supaya
pasien
tidak
cemas,
orangtua
xxiii
dan
mencari
gigi
yang
harus
ditambal.
Sebelum
gel
penghilang
rasa
pada
gusi
sebelum
menyedot
air
dan
serpihan
gigi
dengan
alat
dalam air liur yang terus membasahi gigi. Fluoride sistemik ini
meliputi fluoridasi air minum dan melalui pemberian makanan
tambahan fluoride yang berbentuk tablet, tetes atau tablet isap.
Namun di sisi lain, para ahli sudah mengembangkan berbagai
metode penggunaan fluor, yang kemudian dibedakan menjadi
metode perorangan dan kolektif. Contoh penggunaan kolektif
yaitu fluoridasi air minum (biasa kita peroleh dari air kemasan)
dan fluoridasi garam dapur. (Herdiyanti: 2010).
Penggunaan fluor sebagai bahan topikal aplikasi telah dilakukan
sejak lama dan telah terbukti menghambat pembentukan asam
dan pertumbuhan mikroorganisme sehingga menghasilkan
peningkatan yang signifikan dalam mempertahankan permukaan
gigi dari proses karies. Penggunaan fluor secara topikal untuk
gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara: Topikal
aplikasi yang mengandung fluor. Kumur-kumur dengan larutan
yang mengandung fluor. Menyikat gigi dengan pasta yang
mengandung fluor. (Herdiyanti: 2010).
b. Kontrol Plak
Kontrol plak dengan cara menyikat gigi yang tepat, mengatur
pola makan anak dan penggunaan obat kumur. Pada anak
berkebutuhan khusus yang disertai gangguan fungsi otot
pengunyahan biasanya sisa makanan sering kali masih
terkumpul disekitar giginya. (Susanti, 2014). Pemberian obat
kumur yang tidak mengandung alkohol dapat digunakan pada
anak
yang
sudah
dapat
berkumur
untuk
membantu
xxv
xxvi
xxvii
xxviii
xxix
BAB 4
4.1 Kesimpulan
1. Perawatan gigi pada anak berkebutuhan khusus maupun normal pada
dasarnya sama, namun jika disertai dengan adanya kelainan maka
penanganannya dilakukan secara multidisipliner.
2. Untuk dapat merawat anak dengan kebutuhan khusus maka dokter gigi
harus mengetahui dengan rinci mengenai riwayat penyakit anak serta
kemampuan anak dalam menerima perawatan.
3. Prosedur perawatan yang paling baik adalah pencegahan penyakit gigi dan
mulut agar dapat mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
4. Keberhasilan perawatan gigi pada anak dengan kebutuhan khusus
diperlukan komunikasi dan kerjasama yang baik antara dokter gigi, anak
dan orang tua.
4.2 Saran
1. Melakukan penelitian lebih lanjut tentang perawatan gigi dan mulut yang
terbaik untuk pasien anak dengan kebutuhan khusus.
2. Pelayanan kesehatan untuk anak berkebutuhan khusus perlu dilaksanakan
melalui sistem pelayanan kesehatan yang ada seperti UKGS (Unit
Kesehatan Gigi Sekolah), puskesmas, dan pelayanan kesehatan lainnya.
3. Perlu diberikan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut, serta cara
pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang baik bagi anak berkebutuhan
khusus, guru, serta orang tua.
xxx
xxxi
Daftar pustaka
Carranza FA, Newman M.G., 2006, Carranzas Clinical Periodontology, 10th Ed,
St.Louis: W.B. Saunders Elsevier Company.
Christiono, Sandy. 2012. Management Pencabutan Gigi Anak. Semarang:
UNISSULA
Herdiyati, Yetty, dkk. 2010. Penggunaan Fluor Dalam Kedokteran Gigi. Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran
Kementerian kesehatan RI (2014). Pusat Data dan Informasi. Jakarta selatan.
Lesser, Donna, RDH, BS. 2001. An Overview of Dental Sealants. Diakses dari
http://www.adha.org/downloads/sup_sealant.pdf pada 8 Juni 2009
Lucas, J, Dr . 2008. Fuji VII Pink or White. Diakses dari
http://www.gcasia.info/australia/brochures/pdfs/7704_FUJI%20VII_NEW
%20FORMAT.pdf pada 8 Juni 2009
Nunn, J.H. 2000. British Society of Paediatric Dentistry: A Policy Document on
Fissure Sealants in Paediatric Dentistry. International Journal of
Paediatric Dentistry diakses dari http://www.bspd.co.uk/publication-19.pdf
pada 8 Juni 2009
Sentosa, Ivonne Teguh. 2010. http://mommiesdaily.com/2010/04/08/gigi-susuperlu-ditambal/
Setiawan, Harry. 2016. https://www.docdoc.com/id/info/procedure/penambalangigi-susu
Shella, dkk: 2013. kidzdentalcare.blogspot.com/2013/12/tips-merawat-gigi-anakberkebutuhan.html
xxxii
Susanti, Lila. 2014. Perawatan Gigi dan Mulut Bagi Anak Berkebutuhan Khusus.
mitrakeluarga.com/depok/perawatan-gigi-dan-mulut-bagi-anakberkebutuhan-khusus
Syarif, Willyanti. 2002. Kiat Suksesmenangani Pasien Handicapped Dalam
Praktek Dokter Gigi. Bandung: Bagian Ilmu Kedokteran Anak FKG
UNPAD
Shyam, R. Kavita & Govil, D. Stress and Family Burden in Mothers of Children
with Disabilities. International Journal of Interdisciplinary and
Multidisciplinar Studies (IJIMS), 2014, Vol 1, No.4, 152-159. ISSN: 2348
0343.
Welbury RP. 2001. Paediatric dentistry. 2nd ed. New York: Oxford University
Press
Wikarna, Nyoman. 2012. Fungsi Gigi Susu/Sulung. Diakses dari
ttps://denpasardentist.com/ /2012/11/15
xxxiii