Anda di halaman 1dari 27

Makalah Pengembangan Formulasi Produk Biotek

& Human Papillomavirus (HPV) Vaccines

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


BIOTEKNOLOGI
Dosen Pengampu : Dra. Esti Mumpuni, M.Si,Apt.

Disusun oleh :
ACHMAD MARSAM DESWANTO
NPM 5415221074

PROGRAM MAGISTER ILMU KEFARMASIAN


PEMINATAN KOSMETIK BAHAN ALAM
UNIVERSITAS PANCASILA
JAK AR TA
2017`

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan

kepada Tuhan, karena atas berkat dan rahmat-Nya

makalah ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Makalah
ini adalah sebagai salah satu tugas mata kuliah Bioteknologi dengan judul makalahnya
yaitu Pengembangan Formulasi Produk Biotek & Human Papillomavirus (HPV)
Vaccines
Dalam kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Ibu Esti Mumpuni, M.Si.,Apt. selaku dosen mata kuliah Bioteknologi yang
telah memberi materi perkuliahan dengan sangat baik.
3. Teman-teman yang telah banyak membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya
baik dari segi isi, penampilan maupun teknik pengetikannya. Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharap agar makalah ini dapat menjadi sumbangan ilmu
pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah pengetahuan kita.

Bogor, Januari 2017

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bioteknologi mengacu pada penerapan sistem biologi, organisme hidup atau
turunannya dalam membuat atau memodifikasi produk atau proses untuk penggunaan
khusus. Bioteknologi digunakan di macam-macam bidang termasuk pertanian, ilmu
makanan dan farmasi. Perusahaan farmasi menggunakan bioteknologi untuk obat
manufaktur, pharmacogenomics, terapi gen dan pengujian genetik. Bioteknologi
perusahaan membuat produk bioteknologi (lebih spesifik kata produk farmasi biotek)
dengan memanipulasi dan memodifikasi organisme, biasanya pada tingkat molekul.
Bioteknologi farmasi perusahaan menggunakan teknologi DNA rekombinan, yang
memerlukan manipulasi genetik sel atau antibodi monoklonal untuk membuat produk
bioteknologi mereka. Produk-produk farmasi biotek yang dibuat oleh perusahaanperusahaan biotek yang banyak digunakan dalam pencegahan, diagnosis atau
pengobatan berbagai jenis penyakit tentunya agar kita selalu menerapkan healthy
lifestyle kita agar menjadi lebih baik lagi.
Formulasi farmasi konvensional adalah merupakan molekul relatif sederhana
diproduksi terutama melalui teknik trial and error untuk mengobati gejala-gejala
penyakit atau penyakit. Di lain pandangan, biofarmasi adalah molekul biologis yang
kompleks, yang umum dikenal sebagai protein, yang biasanya

bertujuan

menghilangkan mekanisme yang mendasari untuk mengobati penyakit. Namun, hal ini
tidak benar dalam semua kasus seperti dalam kasus diabetes mellitus tipe 1 di mana
insulin hanya digunakan untuk mengobati gejala-gejala penyakitnya dan bukan
penyebab utama. Bioteknologi farmasi pada dasarnya, adalah digunakan untuk
membuat molekul yang lebih besar yang kompleks dengan bantuan sel-sel hidup
(seperti yang ditemukan dalam tubuh manusia seperti sel-sel bakteri, ragi sel, hewan
atau tumbuhan sel). Tidak seperti molekul kecil yang diberikan kepada pasien melalui
tablet, molekul besar yang biasanya disuntikkan ke dalam tubuh pasien.
Kebanyakan protein diberikan secara parenteral dan harus steril. Secara umum,
protein sensitif terhadap panas dan perawatan sterilisasi lain yang digunakan secara
teratur; mereka tidak dapat menahan autoclaving, sterilisasi gas atau sterilisasi oleh
radiasi pembentuk ion. Akibatnya, sterilisasi produk akhir adalah tidak mungkin. Oleh

karena itu, obat-obatan protein harus berkumpul di bawah kondisi aseptik, mengikuti
aturan tetap dan berkembang dalam industri farmasi untuk pembuatan aseptik.
Pembaca dirujuk pada buku standar untuk informasi lebih rinci (Halls, 1994; Groves,
1988; Klegerman dan Groves, 1992).
Peralatan dan excipient ditangani secara terpisah dan dengan autoclaved, atau
disterilkan oleh dry heat (> 160 C), penanganan kimia atau radiasi gamma dilakukan
untuk meminimalisir bioburden. Teknik penyaringan digunakan untuk menghilangkan
yangterkontaminasi

microbacteri.

Prepenyaringan

menyaring

sebagian

besar

bioburden dan bahan-bahan partikulat lainnya. Langkah "sterilisasi" terakhir sebelum


mengisi vial adalah penyaringan melalui filter membran berukuran 0,2 atau 0.22 mm.
Perakitan produk dilakukan di kelas 100 ruang (maksimum 100 partikel > 0.5 mm per
kubik kaki) dengan aliran udara laminar yang disaring melalui filter partikulat udara
(HEPA-High Efficiency Particulate Air) efisiensi tinggi. Terakhir, "faktor manusia"
adalah sumber utama dari kontaminasi. Operator terlatih yang mengenakan kain
pelindung (masker, topi, gaun, sarung tangan atau pakaian dari kepala-ke-kaki) adalah
yang harus mengoperasikan fasilitas. Pertukaran filter reguler, validasi peralatan
HEPA regular dan pembersihan menyeluruh ruanganplus peralatan adalah faktorfaktor penting yang menunjangkesuksesan.
Sebagai produk DNA rekombinan yang berkembang di mikroorganisme,
organisme ini harus diuji dari virus kontaminan dan langkah-langkah yang tepat harus
dilakukan jika kontaminasi virus terjadi. Selama proses, tidak ada virus (yang tidak
diinginkan) harus muncul. Excipients dengan faktor risiko tertentu seperti serum
turunan darah manusia albumin harusdiuji secara hati-hati sebelum penggunaan dan
kemunculannya pada proses perumusan harus diminimalisir.
Ketika dua disiplin-farmasi dan bioteknologi-datang bersama-sama, mereka
menghasilkan banyak keuntungan bagi manusia dalam hal kesehatan. Hal ini
dimungkinkan melalui Pharmacogenomics (berasal dari 'farmakologi' dan 'genomics')
yang merujuk kepada studi tentang bagaimana warisan genetik mempengaruhi respon
tubuh manusia individu untuk obat. biofarmasi obat bertujuan untuk merancang dan
memproduksi obat-obatan yang disesuaikan dengan genetik masing-masing orang.
Dengan demikian perusahaan bioteknologi farmasi dapat mengembangkan obatobatan khusus dibuat untuk efek terapi yang maksimal. Selain itu, obat-obatan
bioteknologi dapat diberikan kepada pasien dalam dosis yang tepat sebagai dokter
akan tahu genetika pasien dan bagaimana proses dan tubuh memetabolisme obat.

Salah satu manfaat lebih dari bioteknologi farmasi adalah dalam bentuk vaksin yang
lebih baik. Biotek perusahaan desain dan memproduksi vaksin yang lebih aman oleh
organisme yang ditransformasi melalui rekayasa genetik. Vaksin-vaksin biotek
meminimalkan risiko infeksi.
Sementara, Produk bioteknologi farmasi lain yang dibuat oleh perusahaan
farmasi biotek mencakup, Antibodi, Protein dan DNA rekombinan Produk.
Human Papillomavirus (HPV) Vaccines merupakan salah satu vaksin yang
sedang banyak digunakan di Amerika Serikat. Terdapat dua jenis vaksin HPV yang
sedang dikembangkan dan disetujui di Amerika Serikat bahkan juga negara lainnya.
Kedua vaksin tersebut berdasarkan rekombinan virus seperti partikel dari protei HPV
L1 (VLP), komponen L1 dari membran kapsid terluar virus yang secara alami merakit
sendiri untuk membentuk partikel mirip dengan struktur kapsid terluar dari HPV.
Human Papilloma Virus (HPV) termasuk golongan pavovavirus yang
merupakan virus DNA yang dapat bersifat memicu terjadinya perubahan genetik. HPV
berbentuk ikosahedral dengan ukuran 50-55 nm, 72 kapsomer, dan 2 protein kapsid.
HPV merupakan suatu virus yang bersifat non enveloped yang mengandung double
stranded DNA. Virus ini juga bersifat epiteliotropik yang dominan menginfeksi kulit
dan selaput lendir dengan karakteristik proliferasi epitel pada tempat infeksi. Infeksi
virus HPV telah dibuktikan menjadi penyebab lesi prekanker, kondiloma akuminata,
dan kanker. Meskipun HPV menyerang wanita, virus ini juga mempunyai peran dalam
timbulnya kanker anus, vulva, vagina, penis dan beberapa kanker orofaring.
Virus ini menginfeksi membran basalis pada daerah metaplasia dan zona
transformasi serviks. Setelah menginfeksi sel epitel serviks sebagai upaya untuk
berkembang biak, virus ini akan meninggalkan sekuensi genomnya pada sel inang.
Genom HPV berupa episomal (bentuk lingkaran dan tidak terintegrasi dengan DNA
inang) dijumpai pada Carcinoma Insitu (CIN) dan berintegrasi dengan DNA inang
pada kanker invasif. Pada percobaan invitro HPV terbukti mampu mengubah sel
menjadi immortal.
Cervarix dari Glaxo Smith Kine merupakan vaksin dwivalen (dua antigen) yang
mengandung rekombinan sel serangga (sistem vektor baculovirus). Protein kapsid
HPV L1 berasal dari HPV tipe 11 dan HPV tipe 16, sehinggatersedia agen proteksi
bagi untai HPV yang berasosiasi dengan kanker servik.
Gardasil dari Merck merupakan vaksin quadravalen (empat antigen) yang
tersusun dari protein kapsid rekombinan HPV L1 berdasarkan VLPs dari empat untai
berbeda dari HPV (HPV-6, HPV-11, HPV-16, dan HPV-18) diekspresikan oleh

Saccharomyces cereviciae (yeast), sehingga dapat menyediakan agen proteksi pada


untai HPV yang berasosiasi dengan dua kanker yaitu kanker servik dan kelamin.
Banyak sekali beberapa perusahaan dari beberapa negara yang mengembangkan
vaksin dari HPV ini, terlebih pada industri farmasi di Amerika Serikat terlihat dari
luasnya pemasaran dengan dukungan R&D yang profesional.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertimbangan Umum Formulasi Protein
Protein rekombinan merupakan protein yang diperoleh dari hasil teknologi DNA
rekombinan. Kemajuan teknologi DNA rekombinan telah mendorong berkembangnya
berbagai metode produksi protein rekombinan menggunakan inang yang aman dan
relatif mudah dikultur sehingga protein dapat diproduksi pada skala industri.Sebagian
besar enzim yang digunakan untuk proses industri merupakan hasil rekayasa, baik
rekayasa pada tingkat genetik maupun protein. Melalui teknologi DNA rekombinan
dapat dilakukan pemindahan gen pengode enzim/protein dari satu organisme ke
organisme lain. Sehingga bila enzim/protein tersebut diidentifikasi sebagai kandidat
enzim untuk digunakan dalam industri, gen pengode enzim/protein tersebut dapat
dikloning dalam suatu mikroorganismeinang yang cocok, dan diproduksi dalam skala
industri. Dengan cara ini produksi enzim industridengan kualitas dan kemurnian yang
tinggi dapat dilakukan.
Protein yang digunakan untuk bidang farmasi dan kedokteran (protein
terapeutik dan vaksin)juga telah diproduksi secara rekombinan. Biofarmasi
diistilahkan untuk obat- obatan yang merupakan protein rekombinan, vaksin
rekombinan dan antibodi monoklonal.Protein yang digunakan untuk kepentingan
pengobatan dan terapi ini disyaratkan mempunyai kemurnian yang tinggi. Teknologi
DNA rekombinan juga telah menyediakan berbagai strategi untuk meningkatkan
produksi dan mempermudah pemurnian protein.Salah satu contoh penggunaan
teknologi produksi enzim rekombinan adalah produksi enzim detergen Lipolase oleh
Novo Nordisk A/S, yang mempercepat pembuangan lemak yang tertinggal pada kain.
Enzim ini pertama kali diidentifikasi pada jamur Humicola languinosa dengan jumlah
yang tidak cukup untuk produksi komersial. Fragmen DNA dari gen pengode enzim
ini dikloning dalam jamur Aspergillus oryzae sehingga dapat diproduksi secara
komersial. Enzim ini terbukti efisien pada berbagai kondisi pencucian pakaian. Enzim
ini juga stabil pada beberapa variasi suhu dan pH, serta resistan terhadap proteolisis
(Smith, J.E., 1996).
Pertimbangan umum formulasi protein dan peptida, rute penggunaan protein
dan peptida, bahan pembantu dalam formulasi protein dan peptida, teknik-teknik
dalam formulasi protein dan peptida serta evaluasi mutu sediaan akhir.

Pertimbangan pada aspek mikrobiologi meliputi :


-

Sterilitas

Kebanyakan protein diberikan secara parenteral dan harus steril. Secara umum, protein
sensitif terhadap panas dan perawatan sterilisasi lain yang digunakan secara teratur;
mereka tidak dapat menahan autoclaving, sterilisasi gas atau sterilisasi oleh radiasi
pembentuk ion. Akibatnya, sterilisasi produk akhir adalah tidak mungkin. Oleh karena
itu, obat-obatan protein harus berkumpul di bawah kondisi aseptik, mengikuti aturan
tetap dan berkembang dalam industri farmasi untuk pembuatan aseptik. Pembaca
dirujuk pada buku standar untuk informasi lebih rinci (Halls, 1994; Groves, 1988;
Klegerman dan Groves, 1992).
Peralatan dan excipient ditangani secara terpisah dan dengan autoclaved, atau
disterilkan oleh dry heat (> 160 C), penanganan kimia atau radiasi gamma dilakukan
untuk meminimalisir bioburden. Teknik penyaringan digunakan untuk menghilangkan
yangterkontaminasi

microbacteri.

Prepenyaringan

menyaring

sebagian

besar

bioburden dan bahan-bahan partikulat lainnya. Langkah "sterilisasi" terakhir sebelum


mengisi vial adalah penyaringan melalui filter membran berukuran 0,2 atau 0.22 mm.
Perakitan produk dilakukan di kelas 100 ruang (maksimum 100 partikel > 0.5 mm per
kubik kaki) dengan aliran udara laminar yang disaring melalui filter partikulat udara
(HEPA-High Efficiency Particulate Air) efisiensi tinggi. Terakhir, "faktor manusia"
adalah sumber utama dari kontaminasi. Operator terlatih yang mengenakan kain
pelindung (masker, topi, gaun, sarung tangan atau pakaian dari kepala-ke-kaki) adalah
yang harus mengoperasikan fasilitas. Pertukaran filter reguler, validasi peralatan
HEPA regular dan pembersihan menyeluruh ruanganplus peralatan adalah faktorfaktor penting yang menunjangkesuksesan.
-

Dekontaminasi Virus
Sebagai

produk

DNA

rekombinan

yang

berkembang

di

mikroorganisme, organisme ini harus diuji dari virus kontaminan dan langkah-langkah
yang tepat harus dilakukan jika kontaminasi virus terjadi. Selama proses, tidak ada
virus (yang tidak diinginkan) harus muncul. Excipients dengan factor risiko tertentu
seperti serum turunan darah manusia albumin harusdiuji secara hati-hati sebelum
penggunaan dan kemunculannya pada proses perumusan harus diminimalisir.
-

Penghapusan Pyrogen
Pyrogens adalah senyawa yang menyebabkan demam. Pyrogens eksogen

(pyrogens diperkenalkan ke dalam tubuh, tidak dihasilkan oleh tubuh sendiri) dapat

berasal dari bakteri, virus atau sumber jamur. Bakteri pyrogens umumnya merupakan
tempat endotoxins dari bakteri gramnegative. Mereka adalah lipopolysaccharides.
Struktur umum ditunjukkan dalam gambar 1. Struktur dasar yang dipertahankan dalam
array penuh dari ribuan endotoxins yang berbeda adalah lipid A-moiety. Properti
umum lain yang disebabkan oleh endotoxins adalah muatan listrik negatif yang tinggi.
Kecenderungan mereka untuk agregat dan membentuk unit besar dengan MWof lebih
dari 106 dalam air dan kecenderungan mereka untuk meresap ke permukaan
menunjukkan bahwa senyawa ini alaminya amphipathic. Mereka stabil di bawah
kondisi autoclaving standar, tapi rusak ketika dipanaskan dalam keadaan kering. Untuk
alasan ini peralatan dan wadah ditangani pada suhu di atas 160 C untuk waktu yang
lama (misalnya, 30 menit dry heat padasuruh 250 C).
Penghapusan pyrogen produk rekombinan turunan dari sumber bakteri harus
menjadi bagian integral dari proses preparasi. Prosedur kromatografi pertukaran ion
(memanfaatkan muatan negatifnya) dapat secara efektif mengurangi tingkat
endotoksin sebagai larutannya. Excipients yang digunakan dalam perumusan protein
pada dasarnya harus bebas endotoksin. Sebagai larutan air untuk injeksi" (compendial
standar) disuling atau dihasilkan oleh osmosis reverse.

Gambar 1. Struktur endotoksin secara umum. Kebanyakan endotoksin diperhitungkan sebagai


fraksi tak larut "lipid A" aktif dilarutkan oleh berbagai gugus gula(lingkaran berwarna yang
berbeda). Meskipun struktur umumnya serupa, endotoxins individu bervariasi menurut sumber
mereka dan ditandai dengan rantai antigen O-spesifik. Sumber: Diadaptasi dari Groves, 1988.

2.1.2 Excipients yang Digunakan Dalam Formulasi Parental Produk Biotek


Dalam formulasi protein yang ditemukan, selain zat aktif, sejumlah excipients
dipilih untuk tujuan yang berbeda. Proses perumusan desain harus dilakukan dengan

hati-hati untuk memastikan produk terapi efektif dan aman. Sifat protein (misalnya,
tidak stabil) dan penggunaan terapi (misalnya, beberapa sistem injeksi) dapat membuat
formulasi tersebut cukup kompleks dalam konteks profil excipient dan teknologi
(freeze-drying, persiapan aseptik).

Tabel 1 Daftar komponen yang dapat ditemukan dalam formulasi yang saat ini dipasarkan. Di
bagian berikut daftar ini dibahas secara lebih rinci.

Penguat (enhancer) Kelarutan

Protein, khususnya mereka yang bebas-glikosilasi, mungkin memiliki kecenderungan


untuk menyatu dan mengendap. Pendekatan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kelarutan termasuk pemilihan pH dan kondisi kekuatan ionik yang
tepat. Penambahan asam amino seperti lisin atau arginin (digunakan untuk melarutkan
jaringan pengaktif plasminogen, t-PA), atau surfaktan seperti sodium dodecylsulfate
untuk melarutkan IL-2non-glucosylated juga dapat membantu untuk meningkatkan
kelarutan. Mekanisme kerja dari penguat (enhancer) kelarutan ini tergantung pada
jenis penguat tersebut dan protein yang terlibat dan tidak selalu sepenuhnya dipahami.

Gambar 2. menunjukkan efek


dari konsentrasi arginin pada
kelarutan t-PA (alteplase) pada
pH 7.2 dan 25 C. Angka ini
dengan jelas menunjukkan efek
dramatis asam amino dasar ini
di kelarutan t-PA.

Dalam contoh di atas, penggabungan fisik secara alami, yaitu berdasarkan interaksi
hidrofobik dan/atau elektrostatik antara molekul. Namun, penggabungan didasarkan
pada formasijembatan kovalenantar molekul melalui ikatan disulfida, dan ester atau

amida. Dalam kasus tersebut, kondisi yang tepat harus ditentukan untuk menghindari
reaksi kimia ini.
-

Agen anti adsorpsi dan anti-agregasi (penggabungan)

Agen anti adsorpsi (penghirupan) ditambahkan untuk mengurangi penyerapan protein


aktif pada interface (antarmuka). Beberapa protein yang cenderung untuk mengekspos
situs hidrofobik, biasanya hadir dalam inti dari struktur asli protein ketika interface
muncul. Interface ini dapat berupa air/udara, air/dinding kontainer atau interface yang
terbentuk antara fasa air dan peralatan yang digunakan untuk pemberian obat
(misalnya, kateter, jarum).
Pada gambar 2 efek arginin pada altaplase tipe I dan tipe II pada pH 7.2 dan 25 C.
A, altaplase tipe I; B, alteplasetipe II; C, 50: 50 perpaduan altaplase tipe I dan tipe II.
Sumber: Dari Nguyen dan Ward, 1993.
Molekul

protein

partiallyunfolded

yang

terhirup

ini

membentuk

agregat,

meninggalkan permukaan, kembali ke fasa, membentuk agregat lebih besar dan


mengendap. Sebagai contoh, mekanisme yang diusulkan untuk agregasi insulin dalam
media berair melalui kontak dengan permukaan hidrofobik (atau interface udara-air)
disajikan dalam gambar 3 (Thurow dan Geisen, 1984). Insulin asli dalam larutan
adalah dalam keadaan seimbang antara monomeric, dimeric tetrameric, dan bentuk
hexameric. Kelimpahan relatif dari keadaan agregasi berbeda tergantung pada pH,
konsentrasi insulin, kekuatan ion dan excipients tertentu (misalnya, Zn2 dan fenol).
Telah diusulkan bahwa bentuk dimeric insulin menghiruppada antamuka hidrofobik
dan kemudian membentuk agregat lebih besar pada interface.

Gambar 3. Asosiasireversibe insulin, penyerapannya pada interface hidrofobik dan agregasi


ireversibel dalam selaput protein terhirup. Setiap lingkaran mewakili sebuah molekul insulin
monomeric. Sumber: Diadaptasi dari Thurow dan Geisen, 1984.

Hl ini menjelaskan mengapa agen antiadhesion juga dapat bertindak sebagai agen antiagregasi. Albumin memiliki kecenderungan kuat untuk menempel ke permukaan dan
karena itu ditambahkan dalam konsentrasi yang relatif tinggi (misalnya, 1%) ke
formulasi protein sebagai agen anti-adhesi. Albumin bersaing dengan protein terapi
untuk situs pengikatan dan seharusnya mencegah adhesi agen aktif terapi
olehgabungan dari kecenderungan pengikatannya dan kecenderungan hadirnya
kelimpahan. Insulin adalah salah satu dari banyak protein yang dapat membentuk
endapan fibrillar (struktur berbentuk batang panjang dengan diameter kisaran 0.1
mm). Konsentrasi rendah fosfolipid dan surfaktan telah ditujukan untuk mengerahkan
efek penghambatan fibrilasi. Pemilihan pH yang tepat juga dapat membantu untuk
mencegah fenomena yang tidak diinginkan (Brange dan Langkjaer, 1993). Selain
albumin, surfaktan juga dapat mencegah adhesi ke interface dan pengendapan.
Molekul-molekul ini mudah menempelke interface hidrofobik dengan kelompokkelompok hidrofobik mereka sendiri dan membuat interface ini hidrofil dengan
mengekspos kelompok hidrofil mereka ke fasa air.
-

Komponen Penyangga (buffer)

Pemilihan penyanggaadalah bagian penting dari proses perumusan, dikarenakan


ketergantungan pH dari kelarutan protein dan stabilitas fisik dan kimia. Sistem
penyangga yang secara teratur dialami dalam formulasi Bioteknologi adalah fosfat,
sitrat dan asetat. Sebuah contoh yang baik tentang pentingnya titik isoelektrik
(algoritma negatifnya sama dengan pI) adalah profil kelarutan hormon pertumbuhan
manusia (hGH, pI sekitar 5)sebagaimana disajikan pada gambar 4. Bahkan perubahan
pH pendek dan sementara dapat menyebabkan agregasi. Kondisi ini dapat terjadi,
misalnya selama proses pembekuan dalam proses freeze-drying, ketika salah satu
komponen penyangga mengkristal dan yang lain tidak. Dalam penyangga fosfat,
Na2HPO4

mengkristal

lebih

cepat

daripada

NaH2PO4.

Hal

ini

menyebabkanpenurunan dalam pH selama langkah pembekuan. Komponen penyangga

lainnya tidak mengkristal, tapi membentuk sistem amorf dan kemudian perubahan pH
diminimalisir.
-

Pengawet dan antioksidan

Metionin, Sistein, triptofan, tirosin dan histidine adalah asam amino yang mudah
teroksidasi (Tabel 4 dalam Bab 2). Protein yang kaya asam-asam amino bertanggung
jawab untuk degradasi oksidatif. Penggantian oksigen oleh gas inert dalam vial
membantu mengurangi stres oksidatif. Selain itu, penambahan antioksidan seperti
asam askorbat atau acetylcysteine dapat dipertimbangkan. Menariknya, efek
destabilisasi pada protein telah digambarkan juga dari antioksidan (Vemuri dkk.,
1993b). Asam askorbat, misalnya, dapat bertindak sebagai oksidan untuk kemunculan
sejumlah logam berat.

Gambar 4. Sebuah plot kelarutan dari berbagai bentuk hGH sebagai fungsi dari pH. Sampel
dari hGH merupakan rekombinan hgh (lingkaran), Met-hGH (segitiga) atau hipofisis hGH
(kotak).

Kelarutan ditentukan dengan mendialisis larutan sekitar 11 mg/ml setiap


protein menjadi penyangga yang tepat untuk masing-masing pH. Penyangga sitrat, pH
3-7, dan borat, pH 8-9, semua berada di 10mm konsentrasi penyangga. Konsentrasi
hGH diukur dengan absorbansi UV serta dengan RP-HPLC, relatif terhadap standar
eksternal. Simbol tertutup menunjukkan bahwa endapan hadir dalam tabung dialisis
setelah equilibrium; simbol terbuka berarti bahwa tidak ada bahan padat muncul, dan
dengan demikian kelarutan setidaknya berada di jumlah ini. Sumber: Dari Pearlman
dan Bewley 1993.

Protein tertentu dirumuskan dalam wadah yang dirancang untuk beberapa


skema injeksi. Setelah pemberian dosis pertama, pencemaran dengan mikroorganisme
dapat terjadi dan pengawet diperlukan untuk meminimalisir pertumbuhan. Biasanya,
bahan pengawet ini hadir dalam konsentrasi yang bakteriostatik daripada bakterisida
secara alami. Agen-agen antimikroba yang disebutkan dalam USP 29 adalah yang
mengandung merkuri phenylmercuric nitrat dan thimerosal dan asam p-asam, fenol,
Benzil alkohol dan chlorobutanol (USP 29; Groves, 1988; Pearlman dan Bewley,
1993). Penggunaan Merkuri yang mengandung pengawet saat ini sedang didiskusikan
(FDA, 2006).
-

Agen Osmotik

Untuk protein, aturan reguler berlaku untuk menyesuaikan tonisitas produk parenteral.
Larutan Salin dan mono - atau dissacharide merupakan yang umum digunakan.
Excipients ini tidak mungkin inert; mereka mungkin mempengaruhi stabilitas
struktural protein. Sebagai contoh, gula dan polihidrat dapat menstabilkan struktur
protein melalui prinsip " pengecualian preferensial " (Arakawa dkk., 1991). Zat aditif
ini (promotor struktur air) meningkatkan interaksi pelarut dengan protein dan
merekatidak termasuk darilapisan permukaan protein; protein terhidrasi istimewa.
Fenomena ini dapat dimonitor melalui stabilitas termal yang meningkat dari protein.
Sayangnya, efek kuat "pengecualian preferensial" ini meningkatkan kecenderungan
protein untuk mengaitkan diri.
-

Self Life obat-obatan yang berbasis Protein

Protein dapat disimpan (i) sebagai suatu larutan, (ii) dalam bentuk beku-kering, (iii)
dalam bentuk kering dalam keadaan dipadatkan (tabelt). Beberapa mekanisme di balik
proses degradasi kimia dan fisik telah dibahas sedikit dalam Bab 2. Stabilitas larutan
protein sangat tergantung pada faktor-faktor seperti pH, kekuatan ionik, suhu, dan
kehadiran stabilisator. Misalnya, Gambar 5 menunjukkan ketergantungan pH a1antitripsin dan jelas menunjukkan pentingnya pH shelf life protein.

Pengeringan Beku (Frezze drying) Protein

Protein dalam larutan sering tidak memenuhi persyaratan stabilitas untuk produk
farmasi yang dihasilkan industri (> 2 tahun), bahkan ketika disimpan secara permanen
di bawah kondisi kulkas (dingin). Kemunculan air yang berlimpah mendorong proses
degradasi kimia dan fisik

Gambar 5 profil stabilitas pH (pada 25 C) monomeric rekombinan a1-antitripsin (rAAT)


dengan ukuran pengecualian-HPLC assay (tingkat konstan degradasi k).rAAT monomeric
menurun dengan cepat pada konsentrasi asam dan kondisi dasar. Stabilitas optimal terjadi
pada pH 7,5. Sumber: Diadaptasi dari Vemuri dkk., 1993.

Pengeringan beku dapat memberikan stabilitas yang diminta. Selama freezedrying air akan dihapus melalui sublimasi dan bukan oleh penguapan. Tiga tahap
dapat dilihat dalam proses freeze-drying: (i) langkah beku, (ii) langkah pengeringan
utama dan langkah pengeringan sekunder (iii) (gambar 6). Tabel 2 menjelaskan apa
yang terjadi selama tahap ini. Pengeringan dari larutan protein tanpa penyebab tepat
excipients, sebagai suatu peraturan, kerusakan permanen protein beku. Tabel 3 Daftar
excipients biasanya ditemui dalam produk protein pengeringan beku yang berhasil.
Pembekuan
Di langkah pembekuan (gambar 6) suhu sistem air dalam cawan-cawan diturunkan.
Pembentukan kristal tidak dimulai tepat di titik beku termodinamika atau
keseimbangan, tapi pendinginan super terjadi. Itu berarti bahwa kristalisasi seringnya
hanya terjadi ketika suhu 15 c atau lebih rendah telah tercapai. Selama langkah
kristalisasi, suhu sementara dapat meningkat dalam botol, karena generasi kristalisasi
panas. Selama tahap pendinginan, konsentrasi protein dan excipients muncul karena
massa kristal es tumbuh dengan mengorbankan fasa air. Ini dapat menyebabkan
presipitasi satu atau lebih dari excipients, yang akibatnya dapat mengakibatkan
perubahan pH (Lihat di atas dan gambar 7) atau perubahan kekuatan ionik.

Hal tersebut juga dapat menyebabkan denaturasi protein. Pendinginan vial dilakukan
dengan menurunkan suhu shelf. Memilih skema pendinginan yang tepat untuk shelf,
dan akibat vial, penting karena menentukan tingkat ukuran pendinginan super dan es
kristal. Kristal kecilterbentuk pada saat pendinginan cepat; bentuk kristal besar
terbentuk di tingkat pendinginan yang lebih rendah. Kristal es kecil diperlukan untuk
tingkat padat berpori dan sublimasi cepat (Pikal, 1990a).

Tabel 2 tiga tahap dalam proses pengeringan beku (freeze-drying) dari formulasi protein.

Jika sistem tidak (sepenuhnya) mengkristal tapi membentuk massa amorf pada
pendinginan, suhu di tahap"beku" harus turun di bawah Tg, temperatur transisi gelas.
Dalam sistem amorf viskositas berubah secara dramatis di kisaran suhu di sekitar Tg:
keadaan "karet" berada di atas dan keadaan kaca berada di bawah Tg. Pada awal
tahap pengeringan utama tidak ada air yang muncul dalam vial. Minus empat puluh
derajat celcius adalah suhu beku umum sebelum sublimasi diawali dengan
pengurangan tekanan.
Pengeringan Utama
Pada tahap pengeringan utama (Gambar. 6) sublimasi massa air dalam botol dimulai
dengan menurunkan tekanan. Uap air yang dikumpulkan pada kondensor, dengan suhu
(secara substansial) lebih rendah daripada shelf dengan vial. Sublimasi memerlukan
energi (sekitar 2500 kJ/gram es). Penurunan suhu dihindari oleh pasokan panas dari
shelfke vial, sehingga shelf dipanaskan selama tahap ini.

Gambar 6 Contoh dari protocol pengeringan beku untuk sistem dengan air
pengkristalan.Singkatan: T,temperature; P, pressure (tekanan).

Tabel 3 excipients umum dalam formulasi protein yang di beku keringkan.

Panas dikirim ke vial melalui (i) kontak langsung self dan vial, (ii) radiasi (iii)
konduksi gas (gambar 8). Konduksi gas bergantung pada tekanan: Jika seseorang
memilih tekanan gas yang relative tinggi, pengiriman panas terjadi karena
konduktifitas tinggi. Tetapi, itu menurunkan massa transfer dikarenakan tekanan
pengiriman yang rendah: tekanan antara tekanan vapor equilibrium pada interface
diantara massa beku/kering dan tekanan ruangan (Pikal, 1990a).
Selama tahap pengeringan utama, terjadi pengiriman panas dari shelf ke vial melalui
dasar vial dan dari massa beku ke massa beku interface/bubuk kerng, untuk menjaga
agar proses sublimasi tetap berlangsung. Selama tahap pengeringan ini, isi vial tidak
bolek mencapai range temperature eutektik atau temperature transisi gelas. Umumnya,
batas aman yang digunakan adalah 2C hingga 5C, jika tidak cake tersebut akan
hancur. Kehancuran tersebut menyebabkan pengurangan tingkat sublimasi besar dan
pembentukan cake yang buruk. Penolakan pemindahan panas menurun selama proses
pengeringan sebagaimana menurunnya jarak pengiriman dengan penanganan ulang
interface. Dengan penolakan pemindahan massa (pemindahan vapor air), yang muncul
adalah kebalikannya.

2.2 Gen Pengkode Vaksin HPV

Pada vaksin HPV Cervarix gen yang disisipkan adalah gen pengkode protein L1.
Protein L1 merupakan protein yang berfungsi dalam pembentukan kapsid bagi Human
Papiloma Virus atau sering disebut mayor viral coat protein. Gen pengkode protein L1
memiliki

sekuen

DNA

yang

mengkode

5CCACATGTCTCTTTGGCTGCCTAGCG-3

dan

protein

L1

adalah

5-GCGGCCGCTCGA

GTTACAGCTTAC GTTTTTTGC-3. (San Milln, Sebastin, Nuez, Veramendi, &


Escribano, 2009).
Vektor kloning yang digunakan sebagai media agar target DNA dapat
diperbanyak untuk selanjutnya diekspresikan menjadi protein yang diinginkan adalah
pGEM-T. Kemudian enzim restriksi yang digunakan adalah AfI1 dan NotI. Setelah
itu, plasmid kloning dimasukan ke dalam E. Coli.(Deschuyteneer et al., 2010; San
Milln et al., 2009).
Sementara vektor ekspresi yang digunakan adalah Autographa californica
nucleopolyhedrovirus (AcMNPV) yang merupakan jenis Baculovirus Expressing
sistem. Baculovirus Exspresssing Vector System merupakan virus yang menginfeksi
serangga, salah satu protein penting yang disandi oleh genom virus ini adalah
polihedrin, yang akan terakumulasi dalam jumlah sangat besar didalam nuclei sel-sel
serangga yang diinfeksi karena gen tersebut mempunyai promoter yang sangat aktif.
Promoter ini dapat digunakan untuk memacu overekspresi gen-gen asing yang diklon
ke dalam genom baculovirus sehingga akan diperoleh produk protein yang sangat
banyak jumlahnya di dalam kultur sel-sel serangga yang terinfeksi. Nantinya protein
yang diekspresikan dalam sel serangga akan dimurnikan dan berubah menjadi VLP
(Virus Like Partikel).(Deschuyteneer et al., 2010).
Baculovirus tersebut akan diekspresikan didalam sel serangga (Eukaryota) yaitu
Trichoplusia nii. Lebih tepatnya diinfeksikan ke sel Trichoplusia nii Hi-5 Rix4446.
Penggunaan organisme eukaryota pada pengekspresian protein tersebut karena dengan
diproduksi pada sel insecta maka akan menghasilkan vaksin dengan imun respon
humoral yang lebih baik dan lebih tinggi serta jumlah yang lebih banyak.
(Deschuyteneer et al., 2010).
Human Papilloma Virus (HPV) (Rekombinan) merupakan rangkaian yang
dimodifikasi dengan 3-monophosphoryl lipid A (MPL) yang telah dihilangkan kadar
keasamannya ditambah adjuvant (zat yang dapat meningkatkan respon kekebalan
tubuh terhadap antigen) aluminum [AS(04)].

Pembuatan vaksin ini menggunakan prinsip pengekspresian gen L1 menjadi


Kapsid yang kosong (Virus Like Partikel). Di mana telah kita ketahui L1 berfungsi
dalam membentuk kapsid dari HPV16.
HPV-16 L1 cDNA diisolasi terlebih dahulu dari virus HPV. Gen L1 ini
diamplifikasi dengan PCR dengan primer 5CCACATGTCTCTTTGGCTGCCTAG
CG-3 dan 5-GCGGCCGCTCGAGTTACAGCTTACG TTTTT TGC-3. Gen L1
kemudian disisipkan pada vektor klonning pGEM-T yang dimasukkan ke bakteri
E.coli untuk memastikan protein yang diisolasi sudah benar. Kemudian gen disisipkan
pada vektor ekspresi Autographa californica nucleopolyhedrovirus (AcMNPV) (salah
satu jenis dari vektor baculovirus) dengan enzim restriksi AfI1 dan NotI. Kemudian
setelah vektor tersisipi oleh gen L1, vector baculovirus dimasukkan ke dalam sel
insekta yaitu Trichoplusia ni yakni pada sel Hi-5 Rix4446. Setelah menginfeksi sel
serangga, salah satu protein penting yang disandi oleh genom virus ini adalah
polihedrin, yang akan terakumulasi dalam jumlah sangat besar didalam nuclei sel-sel
serangga yang diinfeksi karena gen tersebut mempunyai promoter yang sangat aktif.
Promoter ini dapat digunakan untuk memacu overekspresi gen-gen asing yaitu
gen L1 yang diklon ke dalam genom baculovirus sehingga akan diperoleh produk
protein L1 yang sangat banyak jumlahnya di dalam kultur sel-sel serangga yang
terinfeksi. Selanjutnya dilakukan ekstraksi untuk mengeluarkan protein L1 yang sudah
diekspresikan. Protein ini akan menjadi VLP (Virus Like Partikel) yang berupa kapsid
virus kosong dimana didalamnya tidak terdapat materi genetik virus.
2.3 Kondisi Kloning Vaksin HPV
Vaksin yang digunakan untuk mencegah kanker serviks adalah vaksin HPV,
yang pertamakali di temukan dan dikenalkan oleh Profesor lan frazer dari Australia
tahun 2006. Setelah melewati riset yang cukup panjang, akhirnya pada 29 Juni 2006,
U.S Food and Drug Administration (FDA) mengesahkan vaksin pertama dalam
mencegah kanker servik dan penyakit lain yang terkait dengan HPV. Vaksin ini
dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe HPV(6,11,16,
18), tipe yang menyebabkan 70 % kanker servik dan 90% genital wart. Vaksin HPV
merupakan vaksin dengan teknologi rekombinan. Vaksin berisi VLP ( Virus Like
Protein ) yang merupakan kloning dari LI ( Viral Capsid gene) yang mempunyai sifat
imunogenik kuat. Vaksin HPV merupakan vaksin profilaksis bukan vaksin
terapetik. Di Dunia Proporsi remaja putri yang mendapatkan satu atau lebih dosis

vaksin HPV hanya 49 %, dan proporsi mendapatkan semua tiga dosis 32 % ( WHO,
2010 ).
Kanker serviks disebabkan oleh infeksi kronik human papillomavirus
(HPV) dengan genotipe HPV-16 sebagai HPV tersering yang menginfeksi epitel
serviks. Protein penyelubung virus yang disebut kapsid mayor (L1) mempunyai
peranan penting dalam menginfeksi epitel serviks. Gen diamplifikasi dengan
polymerase chain reaction menggunakan primer spesifik. Infeksi HPV-16 pada
jaringan kanker dikonfirmasi dengan menggunakan kit komersial untuk tes genotipe
HPV. Fragmen L1 kemudian diklon dan diinsersikan ke dalam pJET1.2/L1-16,
kemudian dipotong dengan enzim BamHI dan BgIII untuk kemudian divalidasi dan
disekuensing. Hasil sekuensing menunjukkan amplikon gen L1 HPV-16 sebesar 1.595
pasang basa. Analisis dari dua amplikon gen L1 HPV-16 menggunakan software
BIOEDIT dan Basic Local Alignment Search Tool menunjukkan kesamaan ho mologi
99% dan 97% dengan sekuens L1 HPV-16 asal Thailand yang terregistrasi pada
GenBank.
2.4 Mekanisme Kerja Vaksin HPV
Vaksin HPV bekerja seperti imunisasi lain. Para peneliti berhipotesis bahwa
komponen permukaan yang unik dari HPV dapat membuat respon antibodi yang
mampu melindungi tubuh terhadap infeksi, dan komponen ini dapat digunakan untuk
membentuk dasar vaksin.
Komponen permukaan HPV dapat berinteraksi satu sama lain untuk membentuk
Virus-Like Partikel (VLP) yang tidak menular, karena mereka tidak memiliki DNA.
Namun, VLP ini dapat menempel pada sel-sel dan merangsang sistem kekebalan tubuh
untuk memproduksi antibodi yang dapat mencegah papillomavirus menginfeksi sel
dimasa mendatang.
Meskipun vaksin HPV dapat membantu mencegah infeksi HPV masa depan,
mereka tidak bisa membantu menghilangkan infeksi HPV yang ada. Artinya mereka
hanya berfungsi untuk mecegah terjadinya kanker serviks bukan untuk mengobati.
Vaksin bekerja dengan mengajari sistem kekebalan tubuh untuk mengenali dan
menyerang bakteri atau virus yang dapat menyebabkan penyakit dalam badan
manusia. Semua perempuan mulai usia 9 tahun. Ada juga ahli yang bilang, semua
perempuan dibawah 27 tahun. Untuk yang usianya lebih dari 27 tahun
berkonsultasilah dulu ke dokter Spesialis Kebidanan dan penyakit Kandungan,untuk
pemeriksaan pre-vaksinasi.

Vaksinasi HPV diberikan melalui suntikan sebanyak 3 kali dengan jarak antara
suntikan pertama dengan ke dua 1 bulan dan jarak antara suntikan ke dua dengan
suntikan ke tiga adalah enam bulan sesudahnya.
Vaksin HPV didesain untuk mencegah infeksi oleh HPV tipe 6, 11, 16, dan 18.
Sayangnya, terdapat banyak tipe lain yang dapat menyebabkan kanker serviks dan
juga kutil didaerah kelamin serta perubahan pra kanker yang lain dari leher rahim,
vagina, atau pukas, dengan alasan itu, tes Pap masih direkomendasikan sebagai
metode pemeriksaan dini untuk penyakit.
2.5 Proses Produksi Vaksin HPV
Vaksin HPV sebagai vaksin kanker serviks adalah vaksin kedua di dunia yang
dapat mencegah terjadinya kanker. Sebelumnya terdapat vaksin hepatitis B untuk
mencegah kanker hati. Teknologi untuk memproduksi vaksin HPV adalah rekombinan
DNA. Proses produksinya adalah diawali dengan proses fermentasi yang melibatkan
pertumbuhan independen dari S.cerevisiae, bergabung dengan masing-masing HPV
strain Protein L1 pada media kimia

yang meliputi vitamin, asam amino, garam

mineral, dan karbohidrat.


VLP dilepaskan dari sel-sel ragi dengan menghancurkan

sel dan kemudian

dimurnikan dengan serangkaian metode kimia dan fisik. VLP yang telah dimurnikan,
diserap pada alumunium preformed yang mengandung ajuvan (aluminium amorf
hydroxyphosphate sulfat; tawas). Quadrivalent vaksin HPV VLP adalah suspensi cair
steril disiapkan dengan menggabungkan VLP yang terserap dari setiap jenis HPV dan
jumlah tambahan dari alumunium yang mengandung ajuvan dan kemudian diakhiri
dengan pemurnian buffer.

2.6 Proses Purifikasi dan Pengemasan Produk Vaksin HPV


2.6.1 Proses Purifikasi Vaksin HPV
Untuk mendapatkan vaksin HPV (pemurnian / purifikasi) dilakukan dengan
beberapa cara, sesuai dengan sumber atau vektor penghasil vaksinnya anntara lain
(Perez-Filgueira et al., 2006) :
Sel Serangga
Proses pemurnian vaksin HPV yang diperoleh dari sel serangga dilakukan
dengan cara:Sel serangga yang masih dalam tahap berkembang diberikan 50 mg / mL
gentamisin, 50 unit / MLE penisilin dan 50 mg / mL streptomisin. masukkan dalam

labu ukur 75ml Kemudian pellet yang dihasilkan disentrifugasi dalam 1000g selama 5
menit. 500 mg pellet yang telah terinfeksi sel serangga diresuspensi dalam 8 mL PBSHS dan disonikasi selama 2 menit. Sel-sel yang sudah resisten atau terekombinan
terhadap antibiotik tersebut, pelletnya disentrifugasi pada 1000 g selama 5 menit.
Sedangkan untuk ekstrak dilakukan dengan penambahan sukrosa 40% dan
disentrifugasi dalam rotor ayun (Kontron TST4114) selama 2 jam pada 140000 g pada
40 C. Pelet yang dihasilkan diresuspensi dalam CsCl pada larutan PBS-HS dan
disentrifugasi selama 20 jam pada 260.000 g dalam ember berayun rotor pada 10 0 C.
Fraksi yang dihasilkan diukur dengan refraktometer.
Larva
Untuk mengekstraksi vaksin HPV dari larva, dilakukan dengan cara: 500mg
larva ditambahkan dengan 8mL PBS-HS kemudian dihomogenisasi dengan blender
dan disonikasi selama 2 menit. Selanjutnya disentrifugasi dalam 20000gr selama 5
menit pada suhu 4 derajat celcius. Supernatan yang dihasilkan ditambahkan dengan
sukrosa 40%. Proses selanjutnya dilakukan sama seperti pemurnian vaksin HPV pada
sel serangga.
Mikroskop elektron dan pelabelan immunoglobulin
Sampel fraksi dinyatakan positif apabila dalam gradient CsCl yang didialisis
dengan PBS-HS mengambang pada filter (ukuran pori 0.2 um, Millipore). Sehingga
sampel harus ditempatkan ke grid tembaga yang berlapis karbon (ukuran 400 jala),
ditutupi dengan membran Formvar dan diwarnai dengan uranil asetat 1% selama 1
menit. Sampel diperiksa di bawah Zeiss EM 910 Transmisi Mikroskop Elektron
(TEM) yang beroperasi pada 60 dan 80 kV.
Analisis perakitan L1 dengan pengendapan sukrosa
Untuk mengidentifikasi bentuk perakitan dari L1, ekstrak yang larut dari sel
serangga dan larva disiapkan untuk keperluan Blotting Barat. Sampel dimasukkan ke
dalam gradient yang berupa sukrosa. Setelah 2 jam sampel disentrifugasi pada 150.000
g dalam ember rotor berayun, ditentukan densitasnya dengan refraktometri dan
dianalisis dengan ELISA Vir-1 Antibodi Cam (Abcam). Hasil sedimentasi L1
dikalibrasi dengan katalase hati sapi sebagai penandanya. Sapi tersebut diimunisasi
secara injeksi intraperitoneal dengan CsCl dari larva yang telah dimurnikan
(menggunakan Adjuvant Freund lengkap). Serum yang dihasilkan selanjutnya dititrasi
dengan VLPs yang telah dimurnikan (Gardasil, Merck) dengan ELISA di piring
microtitre pada 40 C dan diencerkan dengan PBS (pH 7,4). Tahapan yang terakhir
dilakukan adalah piring diinkubasi selama 1 jam pada 37 0 C dengan anti-IgG dari

kambing (antibodi horseradish peroksidase yang terkonjugasi). Tahap pencucian dalam


analisis perakitan L1 ini harus dilakukan setiap langkah ketika menggunakan PBS-T.
Sehingga bisa didapatkan absorbansi pada panjang gelombang 405 nm yang diukur
dengan pembacaan plat pada mikrotiter. Titer antibodi dinyatakan sebagai pengenceran
serum tertinggi yang dapat menghasilkan dua kali absorbansi yang merata untuk
serum pra-imun.
2.6.2

Pengemasan Produk Vaksin HPV


GARDASIL

Pabrik

Merck Sharp & Dohme

Komposisi

Quadrivalent human papillomavirus (types 6, 11, 16, 18) recombinant vaccine

Indikasi

Pencegahan displasia serviks derajat tinggi (CIN 2/3), karsinoma serviks, lesi
displastik vulva derajat tinggi (VIN 2/3) & kondiloma akuminata yang
berhubungan dengan HPV tipe 6, 11, 16 & 18.

Dosis

3 dosis terpisah, masing-masing 0.5 mL secara IM, diberikan pd bulan ke 0, 2


& 6.

Kontra Indikasi

Penyakit febris akut berat. Hipersensitivitas.

Perhatian Khusus Penyakit menular seksual. Tidak untuk pengobatan kanker serviks, lesi servik
vulva & displastik vagina derajat tinggi atau kondiloma akuminata & untuk
pencegahan timbulnya lesi lain yang berhubungan dengan HPV.
Trombositopenia atau ggn koagulasi darah. Individu dg ggn respon imun.
Vaksinasi hrs ditunda selama hamil.
Reaksi Simpang
Obat

Sakit kepala, demam, mual, pusing; reaksi lokal pd tempat inj.


Lihat Formulir Pemantauan Reaksi Simpang Obat

Interaksi Obat

Vaksin & imunosupresan lain.

Kategori
Kehamilan (US
FDA)

Hati-hati untuk
Penggunaan

Kategori B: Studi terhadap reproduksi pada binatang percobaan tidak


memperlihatkan adanya risiko terhadap janin tetapi tidak ada studi terkontrol
yang dilakukan terhadap wanita hamil, atau studi terhadap reproduksi binatan
percobaan memperlihatkan adanya efek samping (selain penurunan fertilitas)
yang tidak dikonfirmasikan dalam studi terkontrol pada wanita pada kehamila
trimester 1 (dan tidak ada bukti risio pada trimester selanjutnya).
For caution against possible variation of physical aspect of medicine.

Penyimpanan

Lihat informasi mengenai penyimpanan Gardasil secara rinci untuk


memastikan waktu simpan yang optimal.

Kelas MIMS

Vaksin, Antiserum, & Imunologikal

Klasifikasi Obat

Sediaan/Kemasan
Form

Packing/Price

Gardasil vaccine 0.5 mL

(pre-filled syringe) 0.5 mL x 1's (Rp928,125/pre-filled syringe)

Pabrik Merck Sharp &


:
Dohme

CERVARIX

Cervarix merupakan jenis vaksin bivalen HPV 16/18 L1 VLP vaksin yang
diproduksi oleh Glaxo Smith Kline Biological, Rixensart, Belgium. Pada preparat ini,
Protein L1 dari HPV diekspresikan oleh vektor rekombinan baculovirus dan VLP dari
kedua tipe ini diproduksi yang kemudian dikombinasikan sehingga menghasilkan
suatu vaksin yang sangat merangsang sistem imun . Preparat ini diberikan secara
intramuskuler dalam tiga kali pemberian yaitu pada bulan ke 0, kemudian diteruskan
bulan ke 1 dan ke 6 masing-masing 0,5 ml.
Vaksin ini diberikan dengan cara intramuskuler 0,5 cc diulang tiga kali, produk
Cervarix diberikan bulan ke 0,1 dan 6 sedangkan Gardasil bulan ke 0, 2 dan 6
(Dianjurkan pemberian tidak melebihi waktu 1 tahun). Pemberian booster (vaksin
ulangan), respon antibodi pada pemberian vaksin sampai 42 bulan, untuk menilai
efektifitas vaksin diperlukan deteksi respon antibodi. Bila respon antibodi rendah dan
tidak mempunyai efek penangkalan maka diperlukan pemberian Booster.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari hal-hal yang sudah disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1. Human Papilloma Virus (HPV) Vaccines merupakan salah satu vaksin yang
termasuk golongan pavovavirus yang merupakan virus DNA yang dapat bersifat
memicu terjadinya perubahan genetik.
2. Formulasi protein/peptida sangat berbeda dengan formulasi obat lainnya karena
struktur protein (1 2 3 4) yang reaksi degradasinya tidak satu tahap,hasil degradasi
tidak bisa dideteksi dengan hanya 1 metode analisis.

3. Saat pengembangan formulasi harus diperhatikan:


- Struktur protein
- Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas kimia dan fisika
- Teknik yang digunakan untuk stabilisasi protein
4. Karakteristik khusus senyawa protein :
- Merupakan senyawa makromolekul yang sangat kompleks
- Aktivitas biologinya sangat dipengaruhi oleh
- Struktur dan konformasinya (primer, sekunder, tersier, dan kuarterner)
- Sangat poten (dosis terapi sangat kecil)
- Sangat tidak stabil oleh berbagai faktor.
5. Vaksin HPV berisi VLP ( Virus Like Protein ) yang merupakan kloning dari LI
( Viral Capsid gene) yang mempunyai sifat imunogenik kuat.
6. Vaksin ini dikenal dengan sebutan quadrivalent vaccine, efektif melawan 4 tipe
HPV(6,11,16, 18), tipe yang menyebabkan 70 % kanker servik dan 90% genital
wart.
7. Untuk mendapatkan vaksin HPV (pemurnian / purifikasi) dilakukan dengan
beberapa cara, sesuai dengan vektor penghasil vaksinnya anntara lain sel
serangga, larva, Analisis perakitan L1 dengan pengendapan sukrosa dan
Mikroskop elektron dan pelabelan immunoglobulin.
8. Gardasil dan Cervarix sangat efektif dalam mencegah infeksi dengan jenis HPV
yang targetkan.

DAFTAR PUSTAKA

Daan J. A. Crommelin , Robert D. Sindelar & Bernd Meibohm. 2008.


Pharmaceutical BiotechnologyFundamentals and Applications Third Edition
by Informa Healthcare USA, Inc. Informa Healthcare is an Informa business.
Deschuyteneer, M., Elouahabi, A., Plainchamp, D., Plisnier, M., Soete, D., Corazza,
Y., Lockman, L., Giannini, S., & Deschamps, M. 2010. Molecular and structural
characterization of the L1 virus-like particles that are used as vaccine antigens in
CervarixTM, the AS04-adjuvanted HPV-16 and -18 cervical cancer vaccine.
Landes Bioscience, 6(5): 407419.
Ernndez San Milln, A., Gmez Sebastin, S., Nez, M. C., Veramendi, J., &
Escribano, J. M. 2010. Human papillomavirus-like particles vaccine efficiently
produced in a non-fermentative system based on insect larva.

Gondo, Harry Kurniawan. Vaksin dan Human Papiloma Virus (HPV) untuk
Pencegahan Kanker Serviks Uteri. Surabaya : Fakultas Kedokteran wijaya
Kususma.

Anda mungkin juga menyukai