Anda di halaman 1dari 8

II

2.1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Komoditas

2.1.1 Deskripsi Ikan Patin


Ikan merupakan salah satu mahluk hidup bertulang belakang (vertebrata)
yang masuk ke dalam kelompok poiklilotermik (berdarah dingin) hidup di dalam
air dan memiliki sirip. Sebagian besar ikan bernafas dengan insang, namun pada
beberapa spesies ikan alat pernafasannya dibantu oleh organ pernafasan lain
seperti labirin. Ikan dapat dibagi menjadi ke dalam beberapa golongan
berdasarkan lokasi budidayanya, yaitu ikan air tawar, ikan air payau, dan ikan air
laut. Berdasarkan klasifikasi taksonominya ikan dibagi menjadi beberapa
golongan, yaitu Ciprinid, siklid, salmonid, dan klaridid. Biasanya ikan dibagi
menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha), ikan bertulang rawan (kelas
Chondrichthyes), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Ikan memiliki kandungan gizi yang lebih baik jika dibandingkan dengan
sumber protein lainnya. Perbandingan kandungan nilai zat gizi pada ikan dan
beberapa sumber protein dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Perbandingan Kandungan Nilai Zat Gizi pada Beberapa Sumber Protein
Hewani per Gram
Kandungan

Satuan

Ikan

Protein
Lemak
Karbohidrat
Abu
Vitamin A
Vitamin D
Air
Kolesterol
Asam Amino Esensial
Asam Amino Non Esensial

%
%
%
%
IU/g
IU/g
%
Mg/g
%
%

16-20
2-22
0,5-1,5
2,5-4,5
50.000
20-200.000
56,79
70
10
10

Daging
Sapi
18
3
1,2
0,7
600
75,5
70
10
-

Daging
Ayam
20
7
1,1
72,9
60
10
2

Telur
Utuh
11,8
11,0
11,7
65,5
550
10
-

Susu
Sapi
3,3
3,8
4,7
35
87,6
11
10
10

Sumber: Diskanlut Jawa Tengah (2010)9

Diskanlut Jawa Tengah. 2010. Meranda keamanan pangan produk hasil perikanan.
http://diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/60. [4 Maret 2011].

11

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat keunggulan kandungan nilai zat gizi


yang dimiliki oleh ikan dibanding sumber protein hewani lainnya. Kandungan
protein, lemak, vitamin A dan vitamin B tertinggi terdapat pada ikan yaitu 20
persen, 22 persen, 50.000 IU/g dan 20-200.000 IU/g.
Ikan patin (Pangasius hypophthalamus) merupakan ikan air tawar yang
termasuk ke dalam golongan pangasidae yaitu catfish atau ikan yang memiliki
kumis atau antenna. Ikan patin berasal dari Sungai Mekong di Vietnam sampai ke
Sungai Chao Praya di Thailand dan diintroduksi masuk Indonesia melalui Bogor
pada tahun 1975. Ikan patin termasuk ke dalam ikan yang memiliki sifat aktif
pada malam hari (nocturnal) dan hidup di sungai-sungai terutama liang-liang di
tepi sungai. Ikan patin atau sius memiliki bentuk kepala relatif kecil dengan mulut
terletak di ujung kepala bagian bawah, dan pada kedua sudut mulutnya terdapat
dua pasang kumis pendek atau antenna yang berfungsi sebagai alat peraba atau
radar saat berenang. Bentuk tubuh ikan patin memanjang dengan dominan warna
putih seperti perak dan warna kebiru-biruan pada bagian punggung. Ketika
dewasa, tubuh ikan patin dapat mencapai ukuran panjang 120 cm. Seperti halnya
ikan lele (catfish) yang lain, ikan patin tidak memiliki sisik. Pada bagian
punggung terdapat sirip yang berbentuk jari-jari lunak sebanyak 6-7 buah dan satu
jari-jari keras. Pada bagian dada terdapat sirip sebanyak 12-13 jari-jari lunak dan
sebuah jari-jari keras yang berfungsi sebagai patil. Pada bagian perut terdapat sirip
yang terdiri dari 6 jari-jari lunak dan memiliki sirip anal yang tersusun dari 30-33
jari-jari lunak. (Khairuman 2002). Kriteria kualitas air budidaya ikan patin dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 8. Kriteria Kualitas Air Budidaya Ikan Patin
I
II

Parameter
Fisika
- Suhu
Kimia
- pH
- Oksigen terlarut
- Amoniak
- Alkalinitas
- Kandungan karbondioksida

Nilai Batas
28-30C
5-9
3-6 mg/l
< 1 mg/l
80-250 mg/l
9-20 ppm

Sumber: Khairuman (2002)

12

2.1.2 Benih Ikan Patin


Ikan patin adalah salah satu ikan yang susah melakukan pemijahan
sendiri jika berada di habitat aslinya. Hal ini menyebabkan perlu dilakukan
pembenihan secara buatan melalui teknik kawin suntik yang menggunakan
kelenjar hipofisa, sehingga benih dapat tersedia sepanjang waktu tanpa harus
berada pada habitat aslinya atau tergantung musim. Ikan patin dapat memijah
dengan dua cara, yaitu pemijahan secara alami dan pemijahan secara buatan.
Pemijahan secara alami terjadi secara sendiri tanpa diberi perlakuan khusus dari
manusia, sedangkan pemijahan secara buatan dilakukan dengan menyuntik
ataupun dengan cara mengurut (stripping) perlakuan khusus pada ikan patin
tersebut bertujuan untuk merangsang ikan patin agar ikan dapat memijah dengan
cepat. Kegiatan pembenihan ikan patin secara buatan meliputi beberapa kegiatan,
yaitu pemeliharaan calon indukan, pemilihan induk, pemberokan, penyuntikan,
striping, penetasan, pemeliharaan larva, dan panen. Induk yang akan dipijahkan
dipelihara terlebih dahulu di dalam bak khusus. Selama masa pemeliharaan, induk
diberi pakan indukan setiap pagi dan sore hari. Setelah dipelihara, induk yang
akan dipijahkan dipilih sesuai dengan syarat-syarat tertentu, diantaranya umur
ikan patin minimal tiga tahun untuk indukan betina dan dua tahun untuk indukan
jantan, bobotnya 2 Kg/ekor untuk indukan betina dan 1,5 Kg/ekor untuk indukan
jantan, Indukan betina akan memiliki perut yang membesar kearah anus dan terasa
empuk jika disentuh, kloaka membengkak dan berwarna merah tua dan untuk
indukan jantan akan mengeluarkan sperma yang berwarna putih jika perutnya
diurut ke arah anus. Pemberokan adalah kegiatan yang dilakukan kepada induk
patin ketika induk ikan tersebut dipuasakan selama satu hari atau 24 jam. Induk
yang dipuasakan sebaiknya diletakan pada hapa agar indukan mudah ditangkap
dan dipegang, sehingga memudahkan pelaksanaan penyuntikan hipofisa.
Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung ikan sedalam dua cm dan sudut
penyuntikan 45, setelah itu indukan betina dilepas kembali untuk pematangan
gonad. Penyuntikan terhadap indukan dilakukan sebanyak dua kali dengan jeda
waktu 12 jam. Masing-masing indukan membutuhkan 2,5 ml ovaprim untuk
proses penyuntikan. Penyuntikan pertama dilakukan dengan menyuntikan
sebanyak sepertiga dari kebutuaan yaitu 0,8 ml. Penyuntikan kedua diberikan

13

dosis 2/3 dari kebutuhan, yaitu 1,7 ml. Setelah disuntik, ikan akan diurut untuk
pengeluaran telur dan sperma, proses ini dilakukan setelah 5-10 jam dari waktu
penyuntikan. Stripping dilakukan dengan cara mengurut perut ikan dari arah dada
sampai daerah kloaka. Telur yang dikeluarkan ditampung pada wadah plastik atau
mangkuk kemudian dicampur dengan sperma. Pencampuran telur dan sperma
dilakukan dengan menggunakan pengaduk yang halus dan elastis seperti bulu
unggas. Hal ini dilakukan untuk mencegah pecahnya telur ketika diaduk. Setelah
proses pencampuran, sperma dan telur yang telah tercampur tersebut siap untuk
ditaburkan dalam media penetasan yang telah dipersiapkan. Media yang
digunakan untuk penetasan misalnya akuarium yang beraerasi halus, hal ini
bertujuan agar telur tidak berbenturan. Ketinggian air mencapai 20 cm dan
penetrasi cahaya masuk hingga dasar. Waktu penetasan mencapai 18-28 jam
setelah pemijahan. Setelah semua telur menetas, dilakukan penggantian air
sebanyak 75 persen dengan air yang telah diinkubasi/diendapkan agar stabilitas
suhu air terjaga. Larva yang menetas diberi pakan tambahan setelah berusia tiga
hari dan pemberian pakan dilakukan setiap dua jam sekali. Pakan yang diberikan
berupa artemia, dan untuk benih yang berusia 4-5 hari diberikan pakan berupa
cacing sutera sebanyak tiga kali sehari. Pemeliharaan larva dilakukan hingga larva
berukuran inchi. Kondisi suhu dan temperatur air adalah kunci yang harus
diperhatikan dalam proses pemeliharaan larva. Suhu dijaga diantara kisaran 2931C. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai panjang benih sebesar inchi
(2 cm) adalah sekitar 21 hari dari penetasan. Perawatan larva merupakan proses
yang paling membutuhkan perhatian lebih, karena pada fase ini benih sensitif
terhadap kualitas air. Panen dilakukan ketika benih berukuran inchi atau selama
21 hari. Kegiatan panen dilakukan dengan mengambil benih menggunakan
serokan. Ikan disortir dan dihitung dengan menggunakan centong. Kemudian
benih ikan tersebut dikemas ke dalam kantong plastik. Dalam satu kantong plastik
ukuran 40x50 cm bisa menampung 1.000 ekor benih patin. Kantong tersebut
diberikan oksigen sebanyak 25 persen dari isi kantong.
Input yang digunakan dalam kegiatan usaha pembenihan ikan patin
dapat dilihat pada Tabel Rata-rata Sarana Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan
Ikan Patin di bawah ini.

14

Tabel 9. Rata-rata Sarana Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan Ikan Patin di


Desa Tegalwaru (52 Akuarium) Tahun 2009.
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Jenis
Pakan indukan
Ovaprim
Artemia
Cacing sutera
Alat suntik
Obat (Elbay)
Minyak tanah
Listrik
Kantong plastic
Karet gelang
Oksigen
Tenaga kerja
Transportsi
Garam

Satuan
Kilogram
Mili liter
Kilogram
Kilogram
Unit
Gram/Liter
Liter
Kilogram
Kilogram
Kantong
HOK
Kilogram

Jumlah per Siklus


67.5
25
10
478.8
7
5
165
7
0.25
252
90.8
165.5

Sumber: Zelvina (2009)

2.2

Penelitian Terdahulu
Studi mengenai pengukuran efisiensi telah dilakukan oleh Farrell tahun

1957 yang mengajukan pengukuran efisiensi yang terdiri dari dua komponen:
efisiensi teknis, yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mendapat
output maksimum dari satu set input yang tersedia, dan efisiensi alokasi, yang
merefleksikan kemampuan dari perusahaan menggunakan input dalam proporsi
yang optimal, sesuai dengan harga masing-masingnya. Kedua ukuran efisiensi ini
kemudian dikombinasikan akan menyediakan ukuran total efisiensi ekonomi.
Pengukuran efisiensi ini mengasumsi bahwa fungsi produksi adalah produsen
yang efisien secara penuh telah diketahui. Efisiensi teknis berdasarkan alat
analisisnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menggunakan pendekatan
stochastic frontier dan pendekatan perbandingan Biaya Korbanan Marjinal
(BKM) dan Net Profit Marjinal (NPM). Dalam penelitian ini, analisis efisiensi
teknis akan dilakukan melalui pendekatan stochastic frontier. Kelebihan dari
pendekatan stochastic frontier adalah bahwa setiap input yang digunakan dalam
proses produksi mempunyai kapasitas maksimum dan optimal (Tasman 2008).
Di dalam model stochastic frontier, output diasumsikan dibatasi (bounded)
dari atas oleh suatu fungsi produksi stokastik. Pada setiap model frontier,
simpangan yang mewakili gangguan statistik (statistical noise) diasumsikan
15

independen dan identik dengan distribusi normal. Distribusi yang paling sering
disasumsikan adalah setengah normal (half normal). Jika dua simpangan
diasumsikan independen satu sama lain serta independen terhadap input, dan
dipasang asumsi distribusi spesifik (normal, dan setengah normal secara berturutturut), maka fungsi likelihood dapat didefinisikan dan penduga maximum
likelihood dapat dihitung. Cara lain yang dapat digunakan adalah melalui estimasi
model dengan OLS dan mengoreksi konstanta dengan menambahkan penduga
konsisten dari E (u) berdasarkan momen yang lebih tinggi dari residual kuadratik
terkecil. Setelah model diestimasi, nilai-nilai (vi ui) juga dapat diperoleh.
(Adiyoga 1999)
Sedangkan analisis pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan
usahatani atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis tersebut
dilakukan dengan membandingkan antara total penerimaan dengan pengeluaran
atas biaya tunai dan pengeluaran atas biaya diperhitungkan.
2.2.1 Analisis Efisiensi Teknis
Beberapa penelitian terdahulu yang analisis efisiensi teknis dengan
menggunkan pendekatan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) dan Net Profit
Marjinal (NPM) adalah Nugraha (2010). Penelitian tersebut menganalisis
mengenai efisiensi produksi usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Nugraha meneliti mengenai efisiensi
produksi usahatani brokoli di Lembang. Tujuan dari penelitiannya adalah 1)
menganalisis keragaan usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang
ditinjau dari pendapatan usahataninya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi brokoli. 2) menganalisis efisiensi produksi brokoli di Desa Cibodas,
Kecamatan Lembang. Dalam penelitain tersebut peneliti menggunakan metode
pengumpulan data secara purposive sampling terhadap 36 petani brokoli. Faktor
yang diduga berpengaruh terhadap produksi brokoli diantaranya: luas lahan, benih
brokoli, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea, pestisida padat, pestisida cair,
dan tenaga kerja. Analisis faktor yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas dan
analisis efisiensi yang digunakan adalah dengan membandingakan Biaya
Korbanan Marjinal (BKM) dan Net Profit Marjinal (NPM).

16

Penelitian yang menggunakan stochastic frontier diantaranya Ekunwe P.A


dan Emokaro C.O (2009) mengenai efisiensi teknis usahatani ikan lele di Kaduna
(Nigeria) mengajukan beberapa variabel yang diduga berpengaruh terhadap
produksi usahatani ikan lele diantaranya jumlah benih, jumlah jam kerja, jumlah
pakan (pelet) dan luas kolam, sedangkan variabel yang diduga mempengaruhi
efisiensi teknisbudidaya ikan lele diantaranya jenis kelamin, umur, jumlah
anggota keluarga, pendidikan, dan pengalaman berusahatani.
Ugwumba C.O.A (2011) meneliti mengenai efisiensi teknis usahatani ikan
lele di Propinsi Anambra (Nigeria), dalam penelitian ini beberapa variabel yang
diduga berpengaruh terhadap produksi usahatani ikan lele diantaranya jumlah
benih, jumlah hari kerja, modal, dan pakan, sedangkan variabel yang diduga
mempengaruhi efisiensi teknis usahatani ikan lele diantaranya umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah anggota keluarga, jenis kelamin,
akses terhadap kredit, status usahatani, pola usahatani, dan jenis kolam.
Hasil dari penelitian Ekunwe P.A dan Emokaro C.O (2009) dan Ugwumba
C.O.A (2011) memiliki beberapa kesamaan dalam hal variabel yang diuji
diantaranya variabel jumlah pakan, modal, jumlah jam kerja, umur, tingkat
pendidikan, pengalaman berusahatani, dan status usahatani. Dari penelitian
Ekunwe P.A dan Emokaro C.O (2009) dan Ugwumba C.O.A (2011) didapatkan
hasil bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap produksi dan efisiensi usahatani
ikan lele adalah pola usahatani, yaitu pola usahatani intensif akan meningkatkan
efisiensi teknis pada usahatani ikan lele, dan jam kerja berpengaruh terhadap
peningkatan produksi biomasa ikan lele.
Perbedaan yang mendasar antara penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah objek yang diteliti yaitu benih ikan patin sedangkan penelitian
terdahulu lebih fokus pada produksi biomasa dari ika lele sehingga terdapat
perbedaan pada jumlah dan jenis variabel yang digunakan.
2.2.2

Analisis Pendapatan Usahatani


Zelvina (2009) meneliti mengenai pendapatan usaha pembenihan dan

pemasaran benih ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten


Bogor. Zelvina (2009) meneliti mengenai pendapatan usaha pembenihan dan

17

pemasaran benih ikan patin di Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea, Kabupaten


Bogor. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa benih patin yang dihasilkan
sebesar 224.000 ekor dan harga benih patin per ekor Rp80, sehingga penerimaan
usaha setiap siklusnya Rp17.920.000. Biaya total yang dikeluarkan sebesar
Rp14.178.767, sehingga memberikan tingkat pendapatan sebesar Rp3.760.900 per
siklus, R/C rasio 1,26. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan input-input,
penerimaan, pengeluaran dan pendapatan usahatani yang dapat menjadi acuan
dalam membandingkan antara pembenihan ikan patin di Bogor dan Kota Metro.
Penelitian Brajamusti (2008) menyebutkan hasil yang diperoleh dari
perhitungan pendepatan usahatani tahun 2006 atas biaya tunai adalah sebesar
Rp377.092.800, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar
Rp298.901.800. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio tunai
usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,95. Sedangkan total
R/C rasio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,10. Dan
penerimaan usahatani pembenihan larva bawal tahun 2007 atas biaya tunai adalah
sebesar Rp509.288.400, sedangkan pendapatan atas biaya totalnya adalah sebesar
Rp431.097.400. Nilai imbangan penerimaan dan biaya atau R/C rasio tunai
usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,96. Sedangkan total
R/C rasio usahatani pembenihan larva ikan bawal air tawar sebesar 2,28. Dari dua
penelitian tersebut secara umum usahatani pembenihan di Bogor pada sektor
perikanan masih memberikan keuntungan, namun rasio keuntungan yang
diberikan pembenihan ikan bawal lebih besar jika dibandingan pembenihan ikan
patin.

18

Anda mungkin juga menyukai