2.1
TINJAUAN PUSTAKA
Satuan
Ikan
Protein
Lemak
Karbohidrat
Abu
Vitamin A
Vitamin D
Air
Kolesterol
Asam Amino Esensial
Asam Amino Non Esensial
%
%
%
%
IU/g
IU/g
%
Mg/g
%
%
16-20
2-22
0,5-1,5
2,5-4,5
50.000
20-200.000
56,79
70
10
10
Daging
Sapi
18
3
1,2
0,7
600
75,5
70
10
-
Daging
Ayam
20
7
1,1
72,9
60
10
2
Telur
Utuh
11,8
11,0
11,7
65,5
550
10
-
Susu
Sapi
3,3
3,8
4,7
35
87,6
11
10
10
Diskanlut Jawa Tengah. 2010. Meranda keamanan pangan produk hasil perikanan.
http://diskanlut-jateng.go.id/index.php/read/news/detail/60. [4 Maret 2011].
11
Parameter
Fisika
- Suhu
Kimia
- pH
- Oksigen terlarut
- Amoniak
- Alkalinitas
- Kandungan karbondioksida
Nilai Batas
28-30C
5-9
3-6 mg/l
< 1 mg/l
80-250 mg/l
9-20 ppm
12
13
dosis 2/3 dari kebutuhan, yaitu 1,7 ml. Setelah disuntik, ikan akan diurut untuk
pengeluaran telur dan sperma, proses ini dilakukan setelah 5-10 jam dari waktu
penyuntikan. Stripping dilakukan dengan cara mengurut perut ikan dari arah dada
sampai daerah kloaka. Telur yang dikeluarkan ditampung pada wadah plastik atau
mangkuk kemudian dicampur dengan sperma. Pencampuran telur dan sperma
dilakukan dengan menggunakan pengaduk yang halus dan elastis seperti bulu
unggas. Hal ini dilakukan untuk mencegah pecahnya telur ketika diaduk. Setelah
proses pencampuran, sperma dan telur yang telah tercampur tersebut siap untuk
ditaburkan dalam media penetasan yang telah dipersiapkan. Media yang
digunakan untuk penetasan misalnya akuarium yang beraerasi halus, hal ini
bertujuan agar telur tidak berbenturan. Ketinggian air mencapai 20 cm dan
penetrasi cahaya masuk hingga dasar. Waktu penetasan mencapai 18-28 jam
setelah pemijahan. Setelah semua telur menetas, dilakukan penggantian air
sebanyak 75 persen dengan air yang telah diinkubasi/diendapkan agar stabilitas
suhu air terjaga. Larva yang menetas diberi pakan tambahan setelah berusia tiga
hari dan pemberian pakan dilakukan setiap dua jam sekali. Pakan yang diberikan
berupa artemia, dan untuk benih yang berusia 4-5 hari diberikan pakan berupa
cacing sutera sebanyak tiga kali sehari. Pemeliharaan larva dilakukan hingga larva
berukuran inchi. Kondisi suhu dan temperatur air adalah kunci yang harus
diperhatikan dalam proses pemeliharaan larva. Suhu dijaga diantara kisaran 2931C. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai panjang benih sebesar inchi
(2 cm) adalah sekitar 21 hari dari penetasan. Perawatan larva merupakan proses
yang paling membutuhkan perhatian lebih, karena pada fase ini benih sensitif
terhadap kualitas air. Panen dilakukan ketika benih berukuran inchi atau selama
21 hari. Kegiatan panen dilakukan dengan mengambil benih menggunakan
serokan. Ikan disortir dan dihitung dengan menggunakan centong. Kemudian
benih ikan tersebut dikemas ke dalam kantong plastik. Dalam satu kantong plastik
ukuran 40x50 cm bisa menampung 1.000 ekor benih patin. Kantong tersebut
diberikan oksigen sebanyak 25 persen dari isi kantong.
Input yang digunakan dalam kegiatan usaha pembenihan ikan patin
dapat dilihat pada Tabel Rata-rata Sarana Produksi Kegiatan Usaha Pembenihan
Ikan Patin di bawah ini.
14
Jenis
Pakan indukan
Ovaprim
Artemia
Cacing sutera
Alat suntik
Obat (Elbay)
Minyak tanah
Listrik
Kantong plastic
Karet gelang
Oksigen
Tenaga kerja
Transportsi
Garam
Satuan
Kilogram
Mili liter
Kilogram
Kilogram
Unit
Gram/Liter
Liter
Kilogram
Kilogram
Kantong
HOK
Kilogram
2.2
Penelitian Terdahulu
Studi mengenai pengukuran efisiensi telah dilakukan oleh Farrell tahun
1957 yang mengajukan pengukuran efisiensi yang terdiri dari dua komponen:
efisiensi teknis, yang merefleksikan kemampuan perusahaan untuk mendapat
output maksimum dari satu set input yang tersedia, dan efisiensi alokasi, yang
merefleksikan kemampuan dari perusahaan menggunakan input dalam proporsi
yang optimal, sesuai dengan harga masing-masingnya. Kedua ukuran efisiensi ini
kemudian dikombinasikan akan menyediakan ukuran total efisiensi ekonomi.
Pengukuran efisiensi ini mengasumsi bahwa fungsi produksi adalah produsen
yang efisien secara penuh telah diketahui. Efisiensi teknis berdasarkan alat
analisisnya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu menggunakan pendekatan
stochastic frontier dan pendekatan perbandingan Biaya Korbanan Marjinal
(BKM) dan Net Profit Marjinal (NPM). Dalam penelitian ini, analisis efisiensi
teknis akan dilakukan melalui pendekatan stochastic frontier. Kelebihan dari
pendekatan stochastic frontier adalah bahwa setiap input yang digunakan dalam
proses produksi mempunyai kapasitas maksimum dan optimal (Tasman 2008).
Di dalam model stochastic frontier, output diasumsikan dibatasi (bounded)
dari atas oleh suatu fungsi produksi stokastik. Pada setiap model frontier,
simpangan yang mewakili gangguan statistik (statistical noise) diasumsikan
15
independen dan identik dengan distribusi normal. Distribusi yang paling sering
disasumsikan adalah setengah normal (half normal). Jika dua simpangan
diasumsikan independen satu sama lain serta independen terhadap input, dan
dipasang asumsi distribusi spesifik (normal, dan setengah normal secara berturutturut), maka fungsi likelihood dapat didefinisikan dan penduga maximum
likelihood dapat dihitung. Cara lain yang dapat digunakan adalah melalui estimasi
model dengan OLS dan mengoreksi konstanta dengan menambahkan penduga
konsisten dari E (u) berdasarkan momen yang lebih tinggi dari residual kuadratik
terkecil. Setelah model diestimasi, nilai-nilai (vi ui) juga dapat diperoleh.
(Adiyoga 1999)
Sedangkan analisis pendapatan usahatani dapat dibagi menjadi pendapatan
usahatani atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Analisis tersebut
dilakukan dengan membandingkan antara total penerimaan dengan pengeluaran
atas biaya tunai dan pengeluaran atas biaya diperhitungkan.
2.2.1 Analisis Efisiensi Teknis
Beberapa penelitian terdahulu yang analisis efisiensi teknis dengan
menggunkan pendekatan Biaya Korbanan Marjinal (BKM) dan Net Profit
Marjinal (NPM) adalah Nugraha (2010). Penelitian tersebut menganalisis
mengenai efisiensi produksi usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan
Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Nugraha meneliti mengenai efisiensi
produksi usahatani brokoli di Lembang. Tujuan dari penelitiannya adalah 1)
menganalisis keragaan usahatani brokoli di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang
ditinjau dari pendapatan usahataninya dan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi brokoli. 2) menganalisis efisiensi produksi brokoli di Desa Cibodas,
Kecamatan Lembang. Dalam penelitain tersebut peneliti menggunakan metode
pengumpulan data secara purposive sampling terhadap 36 petani brokoli. Faktor
yang diduga berpengaruh terhadap produksi brokoli diantaranya: luas lahan, benih
brokoli, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk urea, pestisida padat, pestisida cair,
dan tenaga kerja. Analisis faktor yang digunakan adalah fungsi Cobb-Douglas dan
analisis efisiensi yang digunakan adalah dengan membandingakan Biaya
Korbanan Marjinal (BKM) dan Net Profit Marjinal (NPM).
16
17
18