PENDAHULUAN
Pemilihan prosedur anestesia dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
umur, status fisik (termasuk adanya kelainan/penyakit), posisi, jenis pembedahan,
keterampilan dan kebutuhan dokter bedah, ketrampilan dan pengalaman dokter
anestesiologi, keinginan pasien, serta yang lainnya. Sebagian besar prosedur
pembedahan (70-75%) dilakukan dengan anestesia umum, sedangkan operasi
lainnya dilakukan dengan anestesia regional atau lokal. Operasi sekitar kepala,
leher, intra-torakal, intra abdominal paling baik dilakukan dengan menggunakan
anestesia umum endotrakea. Anestesia umum dilihat dari cara pemberian obat
yaitu secara parenteral, perektal, perinhalasi. Anestesia regional berdasarkan
teknik pemberian yaitu infiltrasi lokal, field block, blok saraf, analgesia
permukaan (topikal), dan analgesia regional intra vena.1
Sistem kardiovaskuler pada pasien yang dilakukan anetesia umum pada
prosedur pembedahan baik pembedahan jantung ataupun pembedahan lainnya
memiliki komplikasi yang multiple. Pasien yang biasanya stabil dapat mengalami
penurunaan saat sebelum operas, menyebabkan peningkatan pada morbiditas dan
mortilitas paska operasi. Angka kematian pada pasien yang dilakukan operasi
yang bukan noncardiac disebabkan oleh komplikasi cardiovascular.2
Setiap tahun, sekitar 30 juta individu di Amerika Serikat melakukan
operasi. dan sekitar 1/3 nya adalah pasien yang memiliki gangguan jantung atau
memiliki factor risiko tinggi jantung. Insidensi terjadinya infark miokard
preoperative meningkat 10 hingga 50 pasien yang memiliki riwat infark miokard
sebelumnya.3
Risiko kardiovaskular harus diperhatikan oleh dokter bedah dan dokter
anestesi dan membaginya dalam beberapa klasifikasi bedasarkan beberapa
kategori. Yaitu pada pasien yang memiliki risiko rendah terjadinya gangguan
kardiovaskular berdasarkan investigasi preoperative dan penatalaksanaan untuk
menurunkan morbiditas dan mortilitas saat operasi.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Decompensatio Cordis
Decompensatio Cordis atau disebut juga dengan gagal jantung merupakan
kondisi yang memiliki prognosis yang buruk. Pada keaadaan ini jantung tidak
mampu memompa darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
yang cukup sehingga hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi dokter
anestesi.4
2.2 Epidemiologi
Gagal jantung merupakan masalah yang semakin tinggi di Amerika Serikat
dan di dunia. Presentase Risiko terjadinya gagal jantung pada pasien berumur
40 tahun sebesar 21,0 % pada laki-laki dan 20.3 % pada wanita dan pada
pasien berumur 80 tahun sebesar 20.2 % pada laki-laki dan 19.3 % pada
wanita.5 Gagal jantung adalah satu-satunya kondisi kardiovaskular dengan
insidens, prevalensi dan mortalitas yang terus meningkat.6
Laki-laki memiliki prediposisi yang lebih tinggi pada gagal jantung
dibandingkan wanita. Laki-laki, dengan tingkat edukasi yang rendah, aktifitas
fisik yang tidak aktif, perokok, obesitas , diabetes, hipertensi, penyakit katup
jantung dan penyakit jantung koroner merupakan faktor risiko terjadinya
gagal jantung.7 Dari beberapa faktor ini penyakit jantung koroner merupakan
faktor risiko yang paling berpengaruh dan berkontribusi tersering terjadinya
gagal jantung pada laki-laki. Berdasarkan studi, setengah dari pasien gagal
jantung mempunyai riwayat penyakit jantung koroner.8
90 % dari pasien dengan gagal jantung memiliki riwayat hipertensi
sistemik atau penyakit jantung koroner atau keduanya.10 Selain itu juga faktor
usia memiliki peran terjadinya gagal jantung, karena lebih dari 80 % pada
pasien dengan gagal jantung kronik berumur lebih dari 65 tahun.11 Riwayat
merokok merupakan predisposisi dari morbiditas (terjadinya gagal jantung
yang rekurens dan infark miokard) dan mortalitas pada pasien dengan gagal
jantung.12
2.3 Genetik
Genetik memiliki peran yang lebih besar dalam pendeteksian dini dan
penatalaksanaan pada gagal jantung, khususnya pada penyakit jantung secara.
Beberapa gen dengan risiko dengan penyakit jantung telah teridentifikasi,
seperti angiotensin converting enzyme (ACE) genotype DD.13 Elucidation
dari human genome dan aplikasi dari gene mapping techniques pada
sindroma kardiovaskular monogenic yang jarang terjadi terbukti memiliki
tingkat pengetahun yang lebih dalam secara fundamental pada pathogenesis
pada
penyakit
kardiovaskular
yang
sering
terjadi.
Hipertensi,
penurunan
compliance
paru dan
meningkatkan
kerja
dan
vasodilator.42
Penatalaksanaan
gagal
jantung
adalah
Ketika penderita gagal jantung memiliki tanda dan gejala dari kongesti
sistemik pulmoner, agents diuretik memainkan peran teraupetik integral pada
sindroma ini. Diuretik merupakan agen pertama yang digunakan pada
penatalaksanaan gagal jantung.45 Tujuan penatalaksanaan diuretic adalah
menyediakan sekresi sodiumm dan air oleh ginjal.
46
berat dan kronik. Ventrikel kiri yang berdilatasi, fraksi ejeksi berkurang dan
gallop.51
Aktivasi dari system renin-angiotensin memiliki peran yang sangat penting
pada patogenesis gagal jantung. Secara umum, elevasi dari aktivitas pada
plasma renin berkolerasi dengan progresifitas gagal jantung. 54 Reduksi dari
perfusi renal dan CO menunjukan factor utama dari proses tersebut.55 Pasien
dengan disfungsi ventrikel kiri asimptomatik, dapat meningkatkan aktivitas
plasma renin, khususnya jika diobati dengan agen diuretic. Konsekuens yang
berlawanan pada aktivasi dari system angiotensin renin menunjukan
rasioalitas dalam penggunaan ACEI pada penatalaksanaan gagal jantung.56
Sehingga karena kemampuan pembuluh darah perifer berdilatasi dan
menurunkan afterload pada jantung, ACEIs menunjukkan peningkatan fungsi
cardiac.56 Terapi jangka panjang menunjukkan peningkatan pada gejala gagal
jantung. ACEI telah mampu meningkatkan endothelial derived relaxing factor
(EDRF) pada model eksperimental, dan factor ini dapat membantu
vasodilatasi perifer yang meningkat dan memberikan manfaat klinik selama
terapi jangka panjang.58
64
10
Efek dari anestesi isoflurane dan halothane pada gagal jantung. Anestesi
agen ini akan menurunkan mean arterial pressure dan meningkatkan
denyantung jantung tetapi tidak secara signifikan pada CO.66 Halothane,
tetapi bukan isoflurane, menurun secara signifikan pada CO khususnya pada
fase advance pada gagal jantung. Administrasi dari ACEI, enalaprilat,
mengembalikan efek CO pada halothane ketika kombinasi dari halothane
dan enalaprilat menghasilakan depresi sirkulasi yang berat.66
Interaksi obat pada pasien yang mengkonsumsi digitalis harus
diantisipasi. Obat apapun dapat meningkattkan aktivitas system saraf
parasimpatis, atau memiliki efek adiktif pada digitalis.62 Simpathomimetik
dengan efek agonis beta, termasuk pada pancuronium, dapat meningkat
pada disritmida pada pasien yang mengkonsumsi digitalis.62
Walaupun propofol biasa digunakan sebagai induksi anestesi dan
pemeliharanaan anestesi serta sedasi saat pembedahan, hipotensi sistemik
dan penurunan CO pada pasien dengan atau tanpa penyakit jantung
intrinsic.67 Hal ini merupakan pertimbangan yang signifikans pada pasien
dengan gagal jantung. Propofol mengurangi resistensi arterial total dan
meningkatkan compliance arterial total yang berasal dari impedansi aorta
pada pasien dengan gagal jantung.68 Miosit pada pasien dengan gagal
jantung lebih sensitive pada efek negative dari propofol dan velositas dari
pemendekan. Secara umum propofol memilik efek negative dan langsung
pada proses kontraktil miosit pada gagal jantung. Selain itu juga miosit yang
sehat dapat menurunkan konsentrasi propofol.67 Etomidate adalah pemilihan
obat untuk induksi. Ketamin dapat juga digunakan untuk induksi pada
pasien dengan gagal jantung.68
Sehubungan dengan penatalaksanaan operative pada pasien dengan
gagal jantung, klinisi telah menyaksikan bahwa peningkatan pada prosedur
pembedahan. Walaupun pengobatan inotropic meningkat, manajemen
pembedahan pada gagal jantung merupakan aspek perkembangan tercepat
11
72
12
pressure diperlukan
13
meningkatkan
jumlah
dari
pendonor
organ
gagal
untuk
14
15
16
BAB III
KESIMPULAN
Dokter anestesi akan menghadapi pasien dengan gagal jantung.
Penatalaksanaan yang tepat pada pasien dengan gagal jantung dapat menghindari
terjadinya komplikasi yang lebih jauh pada. Manajemen preoperative yang benar
dan tepat dalam memonitoring perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi yang
dapat terjadi. Dengan anamnesis yang menyeluruh, pemeriksaan fisik yang tepat
dan menyeluruh serta riwayat konsumsi obat merupakan penatalaksanaan yang
penting, pemeliharaan dan pencegahan pada level tinggi untuk keselamatan,
perawatan dan pemeliharaan serta kenyamanan pada pasien dengan gagal jantung.
17