Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Dunia kesehatan telah berkembang sejak zaman purba

hingga sekarang. Hal tersebut tidak lepas dari keberadaan


obat sebagai media pengobatan yang sangat terkenal hingga
saat ini. Berbagai metode telah ditemukan untuk membuat
senyawa yang berkhasiat sebagai obat tersebut. Hal yang
menarik adalah penggunaan aneka ragam tanaman sebagai
bahan

atau

material

dalam

rangka

melakukan

metode

pembuatan senyawa obat.


Tanaman diketahui telah digunakan dimulai dari zaman
purba sebagai pengobatan tradisional. Aneka ragam tanaman
yang ada di dunia khususnya di benua Asia memiliki khasiat
yang luar biasa sebagai agen pengobatan umat manusia.
Puluhan ribu tanaman diketahui memiliki khasiat-khasiat
sebagai obat yang dapat dimanfaatkan oleh manusia.
Namun, pengelolaan tanaman tersebut untuk digunakan
sebagai obat memerlukan proses khusus. Proses tersebut
disebut sebagai ekstraksi. Definisi ekstraksi adalah suatu
proses

pemisahan

suatu

komponen

campuran

untuk

mendapatkan suatu senyawa aktif yang dapat memberikan


efek

farmakologis

dari

jaringan

tumbuhan

yang

memproduksinya dengan menggunakan solven yang sesuai.


Pemilihan solven yang cocok dan metode yang sesuai untuk
melakukan

ekstraksi

sangat

penting

untuk

mencapai

keberhasilan memperoleh senyawa aktif.


Oleh karena itu, perlu untuk mengetahui pengetahuan
mengenai

macam-macam

metode

ekstraksi

dan

karakteristiknya masing-masing. Di dalam makalah ini, penulis


ingin membahas tentang metode-metode di dalam ekstraksi,
pelarut-pelarut

yang

digunakan

di

dalamnya,

dan

karakteristiknya. Penulis berharap dengan penulisan makalah


ini,

pembaca

mendapatkan

wawasan-wawasan

tentang

ektraksi tumbuh-tumbuhan demi memajukan dunia farmasi ke


depannya.
1.2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana tahapan melakukan ekstraksi yang benar?
b. Bagaimana tahapan menyiapkan simplisia dengan baik?
c. Apa perbedaan metode ekstraksi cara panas dan cara
dingin?
d. Bagaimana cara memilih metode ekstraksi, metode
penguapan, dan metode pengeringan yang terbaik?
e. Mengapa teori dan praktik ekstraksi seperti dalam jurnal
1.3.

memiliki perbedaan?
Tujuan
a. Mengetahui tahapan ekstraksi yang benar
b. Mengetahui tahapan persiapan simplisia yang baik
c. Memahami perbedaan antara metode ekstraksi cara
panas dan cara dingin
d. Mengetahui cara memilih metode ekstraksi, metode
penguapan, dan metode pengeringan yang paling baik

BAB II
ISI
2.2. Ekstraksi Secara Umum
2.2.1. Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi adalah penyarian zat-zat berkhasiat atau zat-zat
aktif dari bagian tanaman obat, hewan dan beberapa jenis ikan
termasuk biota laut. Zat-zat aktif terdapat di dalam sel, namun
sel tanaman dan hewan berbeda demikian pula ketebalannya,
sehingga diperlukan metode ekstraksi dengan pelarut tertentu
2.2.2. Tujuan Ekstraksi
Tujuan dari prosedur ekstraksi pada suatu simplisia adalah
untuk mendapatkan zat yang diinginkan dan mengeliminasi
material yang tidak diinginkan dengan menggunakan pelarut
yang disebut menstruum. Selama ekstraksi, solvent berdifusi ke
dalam sel tumbuhan dan melarutkan zat yang sama polaritasnya.
2.2.3. Pelarut yang Umum Digunakan dalam Ekstraksi
a. Air
Air merupakan solvent universal. Dulu sering
digunakan
antimikroba.

untuk

melarutkan

Namum

seiring

zat

dengan

sifat

berkembangnya

teknologi, diketahui bahwa air dapat memungkinkan


untuk menjadi media bagi bakteri sehingga jarang
digunakan untuk melarutkan antimikroba. Sekarang,
air sering

digunakan untuk melarutkan flavonoid

larut air seperti antosianin dan senyawa fenolik yang


memiliki sifat antioksidan.
b. Aseton
Aseton merupakan salah satu pelarut yang
dapat melarutkan beberapa zat hidrofilik maupun
lipofilik. Hal ini disebabkan karena aseton bersifat
semi polar. Aseton bersifat stabil dan tidak toksik.
Beberapa penelitian mengungkapkan aseton lebih
baik dalam melarutkan tannin dan zat fenolik lainnya
daripada methanol.
c. Alkohol
Terdapat dua senyawa etanol yang sering
digunakan sebagai pelarut ekstraksi yaitu etanol dan
methanol. Etanol lebih mudah menembus membrane
sel

untuk

mengekstraksi

zat

intraseluler

dari

tumbuhan. Metanol lebih polar dari etanol, tapi


memiliki sifat sitotoksik.
d. Kloroform
Sering digunakan untuk mengekstraksi
terpenoid lakton, tannin dan flavonoid lainnya.
e. Eter
Biasa digunakan untuk melarutkan kumarin
dan asam lemak.
Tabel 1. Jenis-jenis Pelarut dan Zat yang Dapat
Dilarutkan

2.2. Penyiapan Simplisia


1. Pengumpulan Bahan Baku
Simplisia dapat berasal dari bagian akar, batang, daun, biji, maupun bagian
buah dari suatu tumbuhan. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda-beda antara lain tergantung pada:
a. Bagian tanaman yang digunakan
b. Umur tanaman yang digunakan
c. Waktu panen
d. Lingkungan tempat tumbuh

2. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk menyortir simplisia-simplisia ke dalam
beberapa kelompok, serta memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya yang berasal dari simplisia Tanah mengandung bermacammacam mikroba dalam jumlah tinggi, sehingga pembersihan simplisia
dari tanah dapat mengurangi jumlah mikroba awal.

3. Pencucian
Pencucian dilakukan

untuk menghilangkan tanah dan

pengotoran

lainnya yang melekat pada bahan simplisia. Untuk bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut dalam air, pencucian dilakukan dalam

waktu singkat. Pencucian tidak dapat membersihkan simplisia dari semua


mikroba karena

air

pencucian

yang

digunakan biasanya

juga

mengandung sejumlah mikroba. Pada simplisia akar, batang atau buah


dapat pula dilakukan pengupasan kulit luarnya untuk mengurangi
jumlah mikroba awal Bahan yang telah dikupas tersebut mungkin tidak
memerlukan pencucian jika cara pengupasannya dilakukan dengan tepat
dan bersih

4. Perajangan
Perajangan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan
dan pengepakan. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau atau dengan
mesin perajang khusus, sehingga diperoleh irisan dengan ketebalan yang
sesuai. Irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurang atau
hilangnya

zat

berkhasiat

yang

mudah

menguap

sehingga

akan

mempengaruhi bau, rasa, serta kualitas simplisia. Penjemuran sebelum


perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan akibat reaksi antara
simplisia dan logam pisau. Bahan simplisia seperti temulawak, temu
giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang
terlalu tipis untuk mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri.

5. Pengeringan
Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah
rusak sehingga dapat disimpan dalam waktu yang

lebih lama.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar matahari


atau menggunakan suatu alat pengering (oven). Hal-hal yang perlu
diperhatikan selama proses pengeringan:
a. Suhu pengeringan
b. Kelembaban udara
c. Waktu pengeringan
d. Luas permukaan simplisia
Suhu pengeringan tergantung kepada bahan simplisia dan cara
pengeringannya. Bahan simplisia dapat dikeringkan pada suhu 30 0 - 90C.
Suhu optimum biasanya tidak melebihi 60C. Bahan simplisia yang

mengandung senyawa aktif yang tidak tahan panas atau mudah menguap
harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin (misal: 300 - 450 C)

6. Sortasi Kering
Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing seperti
bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-pengotoran
lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering, serta menyortir
simplisia sesuai dengan kualitasnya.

7. Pengepakan dan Penyimpanan


Simplisia dikemas dalam kemasan yang sesuai serta disimpan dalam
kondisi ruangan yang sesuai.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses ekstraksi antara lain :
1. Temperatur
Temperatur yang tinggi akan berpengaruh positif terhadap ekstraksi karena
adanya peningkatan kecepatan difusi, peningkatan kelarutan dari larutan, dan
penurunan viskositas pelarut. Dengan viskositas pelarut yang rendah, kelarutan
yang dapat dicapai lebih besar. Temperatur yang digunakan harus dapat
disesuaikan dengan kelarutan pelarut, stabilitas pelarut, tekanan uap pelarut, dan
selektivitas pelarut.
2. Ukuran Partikel
Ukuran partikel biasanya disesuaikan dengan komposisi senyawa yang
akan diekstraksi secara umum serbuk yang lebih halus akan mudah di ekstraksi.
Untuk meningkatkan kinerja proses ekstraksi baik dari waktu yang diperlukan
yang lebih singkat dan hasil ekstrak yang diperoleh dapat lebih besar, diupayakan
sampel padatan yang digunakan memiliki luas permukaan yang besar. Luas
permukaan yang besar ini dapat dicapai dengan memperkecil ukuran bahan
padatan. Pengecilan ukuran padatan ini dapat diusahakan dengan penggerusan

atau penekanan pada padatan. Ukuran kecil padatan ini kemudian akan
memperpendek lintasan kapiler proses difusi dan tahanan proses difusi internal
dapat diabaikan. Semakin luas permukaan padatan maka perpindahan massa
ekstraksi akan berlangsung lebih cepat. Namun keberadaan padatan berukuran
kecil pun harus dibatasi jumlahnya, karena jumlah padatan yang terlampau banyak
dapat menghalangi aliran pelarut untuk kontak dengan zat aktif dalam padatan itu
sendiri. Pengecilan ukuran padatan juga perlu diperhatikan agar tidak terlalu kecil
yang dapat menghilangkan kemungkinan pelarut terserap ke dalam padatan.
3. pH
pH berperan dalam selektivitas dan rentang pH yang digunakan harus
disesuaikan dengan kestabilan bahan yang akan diekstrak.
4. Difusi
Dalam mengekstraksi bahan aktif dari simplisia, pelarut harus berdifusi ke
dalam sel. Selanjutnya zat aktif harus cukup larut dalam pelarutnya sehingga
kesetimbangan akan tercapai antara solute dan solvent. Struktur yang berpori dari
padatan berarti memungkinkan terjadinya difusi internal solute dari permukaan
padatan ke pori-pori padatan tersebut. Difusivitas merupakan suatu parameter
yang menunjukkan kemampuan solute berpindah secara difusional. Semakin besar
difusivitas bahan padatan maka semakin cepat pula difusi internal yang terjadi
dalam padatan tersebut.
5. Pelarut
Pelarut yang dipilih harus disesuaikan dengan beberapa kriteria berikut:
1.Kepolaran dan kelarutan pelarut
Pelarut yang dipilih memiliki kepolaran yang sama dengan bahan yang
akan diekstrak sehingga pelarut dapat melarutkan solute dengan baik. Dengan
tingkat kelarutan yang tinggi, hanya sedikit pelarut yang diperlukan.
2. Selektifitas
Pelarut diharapkan memiliki selektifitas yang tinggi sehingga hanya akan
melarutkan senyawa-senyawa tertentu yang ingin diekstrak atau sesedikit
mungkin melarutkan senyawa-senyawa pengotor, sehingga pemisahan dari
campurannya pun dapat berlangsung lebih sempurna.
8

3. Murah dan mudah diperoleh.


4. Tidak korosif, tidak beracun, stabil secara termal dan tidak mudah
terbakar.
5. Tidak menyebabkan terbentuknya emulsi.
6. Tidak reaktif.
7. Tidak mengubah susunan kimia dari bahan yang diekstrak (tidak terjadi
reaksi antara pelarut dengan bahan yang diekstrak)
8. Titik didih
Titik didih pelarut cukup rendah sehingga hanya membutuhkan pemanasan
yang tidak terlampau besar. Bila pemanasan yang diperlukan membutuhkan energi
yang sangat besar, dapat menimbulkan kerusakan pada bahan yang diekstrak dan
hal seperti itu tentu saja dihindari. Namun titik didih pelarut pun tidak boleh
terlampau rendah yang dapat menyebabkan kehilangan pelarut dalam jumlah yang
besar akibat pemanasan. Titik didih pelarut pun harus seragam agar tidak
menimbulkan residu di bahan pangan.
9. Viskositas dan densitas
Viskositas dan densitas dari pelarut diharapkan cukup rendah agar pelarut
lebih mudah mengalir dan kontak dengan padatan berlangsung lebih baik.
10. Sifatnya terhadap air
Pelarut yang digunakan sebaiknya bersifat hidrofilik terlebih bila bahan
yang akan diekstrak masih mengandung sedikit air. Bila pelarut yang digunakan
bersifat hidrofob, pelarut yang diharapkan dapat menembus dinding sel dan
melarutkan isi sel (klorofil/bahan yang akan diekstrak) akan ditolak terlebih
dahulu oleh keberadaan air.
Jenis pelarut yang bisa digunakan berupa :
1. Air
Keuntungan :

Relatif murah
Mudah diperoleh
Tidak toksik
Stabil
9

Tidak mudah menguap

Kekurangan :

Dapat dimungkinkan terjadinya reaksi hidrolisa


dapat ditumbuhi jamur dan mikroba
titik didih 100C (tidak cocok untuk senyawa yang terurai pada temperatur

tinggi)
untuk pengeringan dibutuhkan waktu yang lama.

2. Pelarut organik
Keuntungan :

Senyawa tidak terhidrolisis


Titik didih relatif rendah sehingga tidak perlu dilakukan pemanasan tinggi
Tidak dapat ditumbuhi jamur

Kekurangan :

Mahal

Beberapa pelarut organik bersifat toksik (karsinogenik) dan bisa terbakar.


Contoh : etanol, metanol, CHCl3, eter, heksan, dan lain-lain.

2.4. Metode Ekstraksi Cara Panas dan Cara Dingin


Metode ekstraksi dengan cara panas merupakan suatu metode ekstraksi yang
menggunakan panas dalam memperoleh ekstraknya dan digunakan untuk senyawa
atau zat aktif yang tahan terhadap pemanasan. Contoh metode ekstraksi dengan
cara panas adalah refluks, soxhletasi, digesti, infus, dan dekok.
1. Refluks

10

Refluks merupakan suatu metode ekstraksi dengan cara panas


dengan menggunakan pelarut pada temperatur titik didihnya dalam selang
waktu tertentu dengan menggunakan jumlah pelarut yang relatif konstan
dengan adanya pendingin balik. Umumnya metode refluks digunakan
untuk mengekstraksi bahan-bahan yang tahan terhadap pemanasan
(termostabil). Metode refluks umumnya menggunakan pelarut yang
bersifat volatil atau mudah menguap. Prinsip dari metode refluks adalah
pelarut volatil yang digunakan akan menguap pada suhu tinggi, namun
akan didinginkan dengan kondensor sehingga pelarut yang tadinya dalam
bentuk uap akan mengembun pada kondensor dan turun lagi ke dalam
wadah reaksi sehingga pelarut akan tetap ada selama reaksi berlangsung.
Keuntungan metode refluks adalah digunakan untuk mengekstraksi
sampel-sampel yang memiliki tekstur kasar. Kerugian metode refluks
adalah butuh volume total pelarut yang besar dan sejumlah manipulasi
operator
2. Soxhletasi

11

Soxhletasi

merupakan

metode

ekstraksi

cara

panas

dengan

menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan


alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontiniu dengan jumlah pelarut yang
relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Pelarut yang diguakan
untuk mmetode soxhletasi harus mempunyai syarat tertentu yakni pelarut
yang mudah menguap contohnya

n-heksana, eter, petroleum eter,

metilklorida dan alkohol, titik didih pelarut rendah, pelarut tidak


melarutkan senyawa yang diinginkan, pelarut terbaik untuk bahan yang
akan diekstraksi, pelarut tersebut akan terpisah dengan cepat setelah
pengocokan, sifat sesuai dengan senyawa yang akan diisolasi, polar atau
nonpolar.
Prinsip metode soxhletasi adalah dengan bahan yang akan
diekstraksi diletakkan dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas, karton, dan
sebagainya) dibagian dalam alat ekstraksi dari gelas yang bekerja
kontinyu.Wadah gelas yang mengandung kantung diletakkan antara labu
penyulingan dengan labu pendingin aliran balik dan dihubungkan dengan
labu melalui pipa. Labu tersebut berisibahan pelarut, yang menguap dan
mencapai ke dalam pendingin aliran balik melalui pipet, berkondensasi di
dalamnya, menetes ke atas bahan yang diekstraksi dan menarik
12

keluar bahan yang diekstraksi. Larutan berkumpul di dalam wadah gelas


dan setelah mencapai tinggi maksimalnya, secara otomatis dipindahkan ke
dalam labu. Dengan demikian zat yang terekstraksi terakumulasi melalui
penguapan bahan pelarut murni berikutnya. Pada cara ini diperlukan bahan
pelarut dalam jumlah kecil, juga simplisia selalu baru artinya suplai bahan
pelarut bebas bahan aktif berlangsung secara terus-menerus. Keuntungan
menggunakan metode soxhletasi adalah sampel yang akan diekstraksi
dapat diekstraksi dengan sempurna karena dilakukan secara berulang
ulang, jumlah pelarut yang digunakan sedikit, jumlah sampel yang
diperlukan sedikit, pelarut organik dapat mengambil senyawa organik
berulang kali. Sedangkan kerugian menggunakan metode soxhletasi antara
lain pelarut yang digunakan mempunyai titik didih rendah, sehingga
mudah menguap dan hilang sehingga sulit memperoleh pelarutnya
kembali.
3. Digesti

Metode ekstraksi dengan cara digesti merupakan suatu proses


maserasi kinetik (dengan pengadukan secara kontiniu) pada temperatur
yang lebih tinggi dari suhu kamar (25 C). Digesti secara umum metode
digesti dilakukan pada suhu 40-50 C. Keuntungan menggunakan metode
digesti adalah akibat dari pemanasan, kekentalan atau viskositas pelarut
akan berkurang, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya lapisanlapisan batas fase, kemudian daya melarutkan cairan penyari akan
meningkat (Koefisien difusi berbanding lurus dengan suhu absolut dan
berbanding terbalik dengan kekentalan).
13

4. Infusa dan Dekok


Infus merupakan suatu metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut air pada temperatur penangas air (benjana infus tercelup dalam
penangas air mendidih, temperatur terukur 96-98 C) selama waktu tertentu
(15-20 menit). Sedangkan dekok merupakan infus pada waktu yang lebih
lama dan dan temperatur sampai titik didih air (25-30 C).
Metode Ekstraksi dengan Cara Dingin
Metode ekstraksi dengan cara dingin merupakan metode ekstraksi
yang tidak melibatkan pemanasan pada tahapan ekstraksinya dan metode
tersebut digunakan untuk zat aktif atau senyawa yang tidak tahan terhadap
panas dan akan rusak apabila terkena panas (Termolabil). Contoh metode
ekstraksi dengan cara dingin adalah Maserasi dan Perkolasi.

1. Maserasi

Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan cara pengekstrakan


simplisia dengan menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan
atau pengadukan pada suhu kamar. Metode maserasi biasanya digunakan
untuk menyari simplisia yang mengandung komonen kimia yang mudah
larut dalam cairan penyari. Penyarian zat aktif yang dilakukan dengan
cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari yang sesuai pada
temperatur kamar , terlindung dari cahaya. Cairan penyari akan masuk ke
dalam sel melewati dinding sel. Isi sel akan larut karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel.
Larutan yang konsentrasinya tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh

14

cairan penyari dengan konsentrasi rendah ( proses difusi ). Peristiwa


tersebut berulang sampai terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan
di luar sel dan di dalam sel. Keuntungan menggunakan metode maserasi
adalah peralatannya sederhana,

sedangkan kerugian menggunakan

metode maserasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi


sampel cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak
dapat digunakan untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur kasar.
2. Perkolasi
Perkolasi merupakan metode ekstraksi cara dingin dengan dengan jalan
melewatkan pelarut yang sesuai secara lambat pada simplisia dalam suatu
percolator. Tujuan menggunakan perkolasi adalah upaya zat berkhasiat
tertarik seluruhnya dan biasanya dilakukan untuk zat berkhasiat yang
tahan ataupun tidak tahan pemanasan. Cara melakukan perkolasi adalah
Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian
bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke
bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif
sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak kebawah
disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya,
dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan
yang berperan pada perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya
larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler dan daya
geseran. Keuntungan

melakukan perkolasi adalah tidak terjadi

kejenuhan, dan pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan


penyari sehingga zat seperti terdorong untuk keluar dari sel). Sedangkan
kerugiannya adalah cairan penyari lebih banyak sehingga tidak ekonomis
dan resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara
terbuka.
2.5 Metode Penguapan

15

Metode penguapan diperlukan untuk menghilangkan cairan


penyari (solven) selama proses ekstraksi sehingga dihasilkan
ekstrak yang lebih murni.
Metode penguapan dibagi menjadi tiga jenis yaitu:
1. Metode penguapan dengan menggunakan rotary
evaporator
2. Metode penguapan dengan menggunakan freeze-drying
3. Metode penguapan dengan menggunakan blow-down
1. Metode Penguapan dengan Rotary Evaporator
Metode ini menggunakan wadah berbentuk bulat untuk
menghilangkan solven dari ekstrak dengan mekanisme kerja
berupa rotasi mekanik.

Cara kerja dari metode ini adalah dengan melakukan rotasi


mekanik pada wadah evaporasi di dalam kondisi vakum di
atas heating bath. Dengan dilakukannya dalam kondisi vakum
maka dapat menyebabkan energi yang digunakan untuk
menguapkan solven menjadi lebih efisien karena titik didih
dari solven akan lebih rendah dari yang sebenarnya karena
tekanan udara menjadi lebih kecil karena adanya kondisi
vakum di dalam penguapan.
2. Metode Penguapan dengan Freeze-Drying
Metode ini memerlukan pembekuan supaya dapat
menguapkan solven yang terletak di dalam ekstrak. Metode
ini terdiri dari tiga langkah yaitu:

16

a. Pada pembekuan awal, produk akan dibekukan dengan


suhu di bawah titik triple nya.
b. Pada proses primary drying, diberikan energi berupa panas
yang dapat menyebabkan produk mengalami penyubliman
c. Pada proses secondary drying, dilakukan penghilangan
terhadap air yang mungkin masih terdapat pada produk
dengan meningkatkan suhu yang sebelumnya sangat
rendah.

3. Metode Penguapan dengan Blow-Down


Metode ini menggunakan gas inert sebagai salah satu
material untuk menguapkan solven pada ekstrak. Gas yang
digunakan dapat berupa nitrogen. Gas nitrogen yang
diberikan akan membuat suatu aliran pada permukaan cairan
ekstrak.
a. Awalnya, aliran gas menuju ke wadah evaporasi
b. Kemudian dibantu dengan pemberian pemanasan dari
bawah wadah evaporasi akan membuat solven menguap
c. Molekul-molekul uap dari solven tersebut akan ikut
bersama dengan gas nitrogen yang masuk ke dalam
wadah evaporasi kemudian keluar bersama-sama dari
wadah evaporasi.

17

2.6. Metode Pengeringan


Metode

pengeringan

yang

dapat

dilakukan

untuk

pengeringan dalam proses ekstraksi suatu bahan terbagi menjadi


2 metode yakni metode alamiah dan metode pengeringan
dengan
dilakukan

penggunaan
proses

mesin

dengan

pengeringan

bahan

adalah

bakar.

untuk

Tujuan

memisahkan

kandungan air atau zat cair yang berada pada bahan yang di
ekstraksi
didalam

sehingga dapat mengurangi kandungan zat cair nya


bahan

tersebut

hingga

jumlah

suatu

nilai

yang

dikehendaki. Prinsip dari metode pengeringan adalah dengan


mentransfer panas dan pemecahan molekul-molekul ikatan air.
Metode Pengeringan Alami
Metode pengeringan alami adalah metode pengeringan
suatu ekstrak yang sudah dilakukan sejak zaman dahulu, metode
ini sangat sederhana dan sampai sekarang pun masih banyak
yang melakukan dengan metode seperti ini. Metode pengeringan
alami dilakukan dengan cara penjemuran ekstrak dibawah sinar
matahari dengan menggunakan alas yang dapat terbuat dari
anyaman bambu, tikar, lembaran seng, dan lain-lain. Keuntungan
dari

metode

ini

adalah

harga

yang

murah

karena

tidak

memerlukan mesin yang mahal, mudah dilakukan dan tidak


membutuhkan banyak tenaga kerja. Sedangkan, kerugian dari
18

metode pengeringan alami ini adalah dibutuhkan perlakukan


khusus untuk mengkontrol ekstrak tersebut dibalikkan agar
kering secara merata bagian permukaan atas dan bawahnya,
metode ini juga bergantung pada cuaca sehingga jika sedang
hujan maka proses ini tidak dapat dilakukan sama sekali, serta
metode pengeringan alami ini juga dibutuhkan lahan yang luas
untuk penjemuran.

Metode Pengeringan dengan Mesin


Metode pengeringan ekstraksi dengan mesin biasa
digunakan industri farmasi besar dengan tujuan metode ini dapat
mengeringkan bahan dengan jumlah yang besar dan dapat
dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mesin sehingga
lebih efisien, efektif, dan sangat modern. Namun, kerugiannya
adalah metode ini membutuhkan biaya yang besar untuk
pembelian serta perawatan dari mesin tersebut. Terdapat 6 jenis
alat yang dapat digunakan untuk pengeringan ekstraksi yang
akan dibahas antara lain adalah dengan menggunakan tray
dryer, rotary dryer, fluidized bed dryer, freeze dryer, spray dryer
dan oven vacuum.
1. Tray Dryer
Pengeringan ini juga sudah lama digunakan dan juga sudah
aja sejak dahulu namun sampai sekarang masih digunakan untuk

19

pengeringan bahan padatan, butiran, serbuk atau granul yang


jumlahnya tidak terlalu besar, waktu pengeringan umumnya 1-6
jam dengan temperatur sekitar 50-70 C terkontrol dengan
hemostat, mesin ini terdiri dari kabinet yang terhubung langsung
dengan uap panas berasal dari gas atau diesel. Mekanisme nya
adalah udara panas yang berasal dari bawah tray akan naik
mengalir melalui celah-celah tray dan udara panasnya akan
keluar melalui chamber yang terbuka diatas.

2. Rotary Dryer
Rotary dryrer terdiri dari unit-unit silinder dimana bahan
basah yang mengandung zat cari dimasukkan diujung depan dan
bahan kering (produk) akan keluar dari ujung yang lainnya. Pada
mesin ini terjadi 2 hal yaitu kontak bahan dengan dinding dan
kontak bahan dengan uap panas yang masuk dalam drum mesin
ini. Pengeringan yang terjadi akibat kontak bahan dengan
dinding disebut dengan konduksi karena panas dialirkan dari
dinding yang berupa logam, sementara kontak bahan dengan
uap

disebut

dengan

konveksi.

Pada

pengeringan

dengan

menggunakan alat ini penyerapan panas mudah dilakukan dan


terjadi penyusutan bobo yang lebih tajam dibandingkan dengan
tray dryer. Alat ini beroperasi secara kontinyu yaitu drum akan

20

terus memutar selama satu jam sehingga dapat mengeringkan


baik lapisan luar ataupun dalam dari suatu padatan, Proses
pencampuran yang baik(seragam/merata).

3. Fluidized Bed Dryer


Proses pengeringan dengan alat ini memanfaatkan aliran
udara

panas

dengan

kecepatan

tertentu

yang

dilewatkan

menembus hamparan bahan sehingga hamparan bahan tersebut


memiliki sifat seperti fluida. Aliran bahan yang menyerupai fluida
mengakibatkan

bahan

mengalir

secara

kontinyu

sehingga

otomatis memudahkan operasinya. Pengering tipe fluidisasi


cocok untuk skala besar Kekurangan dari alat ini yaitu tidak
dapat mengolah bahan yang lengket atau berkadar air tinggi.
Alat

ini

terdiri

dari

kipas

(blower)

yang

berfungsi

untuk

menghasilkan aliran udara dan akan menghembuskan udara


panas kedalam ruangan pengeringan, alat ini juga terdapat
elemen

pemanas

(heater)

yang

berfungsi

untuk

menghasilkan/memanaskan udara sehingga kelembaban aliran


udara pengering turun, kemudian juga terdapat plenm dalam
mesin pengering ini yang berfungsi sebagai saluran pemasukan
udara panas yang akan dihembusan keruang pengeringan, dan
terakhir terdapat ruang pengering yang berfungsi sebagai
tempat dimana bahan yang akan dikeringkan ditempatkan.

21

4. Freeze Dryer
Pengeringan dengan alat ini terjadi di bawah titik triple
cairan dengan menyublim air beku menjadi uap, yang kemudian
dikeluarkan dari ruang pengering dengan pompa vakum mekanis
menghasilkan produk bermutu. Ekstrak cair yang akan dilakukan
pengeringan ini sebelumnya harus dibekukan semalam di lemari
pendingin terlebih dahulu dan setelah itu baru dapat dimasukkan
kedalam mesin ini, setelah membeku kemudia dimasukkan
kedalam alat dan dapat disetting sesuai yang diinginkan. Ekstrak
cair yang beku tersebut nantinya akan disedot oleh vaccuum
pump. Prinsip kerja alat ini adalah merubah fase padat/es
menjadi fase gas (uap). Proses pengeringan ini berlangsung
selama 18-24 jam, karena proses yang lama dan panjang inilah
yang dapat menghasilkan produk yang lebih stabil dibandingkan
dengan alat lainnya.

5. Spray Dryer

22

Pengeringan dengan alat ini bertujuan untuk mengurangi


kadar air suatu bahan sehingga dihasilkan suatu produk berupa
bubuk melalui penguapan cairan. Prosesnya adalah atomisasi
cairan untuk membentuk droplet, selanjutnya droplet yang
terbentuk dikeringkan menggunakan udara kering dengan suhu
dan tekanan yang tinggi. Cocok untuk bahan yang berbentuk
larutan yang sangat kental serta berbentuk pasta (susu,zat
pewarna, bahan farmasi).

6. Oven vaccuum
Pengeringan dengan alat oven vacuum adalah metode
pengeringan yang sangat cocok untuk produk yang sangat kental
seperti buah dan sayuran, jus sari

buah dan sayuran, protein

hewan dan nabati, bubuk bumbu dan ekstrak ragi. Mekanisme


kerja alat ini adalah dengan memanaskan produk pada suhu
tertentu (sistem oven/ kering) yang bisa diatur dan konstan
disertai dengan proses pem-vakuman uap air yang dihasilkan
dari pemanasan produk, alat ini berupa rak-rak, rak ini biasanya
berupa rak vorporasi (lubang-lubang). besar kecilnya vorporasi
rak tergantung dengan ukuran produk yang akan dikeringkan.

23

2.7. Penjelasan

Jurnal 1

Judul jurnal: Starch

extraction process

coupled to protein

recovery

from

leguminous tuberous roots (Pachyrhizus ahipa)


Penulis: Andrea Daz, Cecilia Dini, Sonia Z. Via, Mara A. Garca
Tanggal publikasi: 4 Juli 2016
Pati merupakan bahan yang umum digunakan dalam bidang industri, baik
dalam industri makanan, tekstil, farmasi, maupun bioteknologi. Dalam proses
produksi pati, walaupun pati itu sendiri memiliki nilai komersil yang mencapai
lebih dari 90%, koproduk seperti protein dan serat memiliki nilai komersil
mencapai 10%. Dengan demikian, kualitas protein memiliki nilai finansial yang
sangat penting.
Beberapa metode ekstraksi pati menggunakan alkali untuk melarutkan
protein sehingga pati yang murni dapat didapatkan. Akan tetapi, penggunaan
alkali menimbulkan masalah seperti limbah dan penurunan kualitas isolat pati.
Karena itu, peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan protein sebagai
koproduk ekstraksi pati dengan kualitas yang lebih baik dengan mengganti pelarut
dalam proses ekstraksi.
Dalam penelitian ini, pati akan diekstraksi dari Pachyrhizus ahipa.
Pachyrhizus ahipa merupakan jenis tanaman umbi-umbian dari famili Fabaceae.
Sedangkan pelarut yang digunakan adalah larutan dapar natrium fosfat 0,05 M,
pH 7.2, ditambahkan dengan natrium klorida 1 M (dapara PO4-3/NaCl).
1. Penyiapan bahan

24

Pachyrhizus ahipa yang digunakan adalah tanaman yang dibudidayakan di


Agricultural Experimental Station EES-INTS Montecarlo, Misiones, Argentina.
Tanaman-tanaman ini dipanen ketika tanaman sudah mulai tua. Setelah diterima,
sampel-sampel segera diproses. Sampel ahipa dicuci dengan seksama dengan air
dan disanitasi dengan dicelupkan ke dalam larutan NaClO selama 10 menit.
Kemudian, sampel dikupas dengan tangan, dipotong menjadi kubus dengan
ukuran 1 cm3, dicampur, dan dipisahkan menjadi 6 bagian dengan berat yang
sama.
2. Prosedur ekstraksi
Terdapat dua metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu
metode tradisional dan metode eksperimental. Perbedaan antara kedua metode
terletak pada pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi.
2.1 Metode tradisional
Metode ini terdiri dari enam ekstraksi pati dengan pelarut air. Pertamatama, akar-akar ahipa dihancurkan, dicampur dengan air (2 L pelarut per kg akar),
dan dihomogenasi dengan penggilingan. Kemudian, campuran dibiarkan selama
24 jam dengan suhu 4oC untuk memisahkan pati dari ampas kemudian disaring
dengan kasi kasa. Setelah itu, filtrat (bubur pati) dibiarkan selama 24 jam dengan
suhu 4oC untuk mendekantasi pati. Ampas yang tertahan di kain kasa diletakkan
kembali di wadah, ditambahkan air (2 L per kg akar) dan dihomogenasi.
Homogenat kemudian dibiarkan lagi selama 24 jam dengan suhu 4 oC lalu
disaring.

Pati yang terdekantasi dari setiap filtrat (bubur pati) dipindahkan

(supernatants dibuang) ke nampan dan dikeringkan pada suhu 40 oC di oven


konveksi.
2.2 Metode eksperimental
Metode eksperimental terdiri dari enam ekstraksi pati. Langkah-langkah
25

pengerjaan sama dengan metode tradisional, tetapi larutan dapar PO4-3/NaCl


digunakan pada langkah-langkah awal kemudian air digunakan sebagai pelarut
pada langkah-langkah terakhir. Pertama, akar-akar ahipa yang telah dikupas dan
dipotong dihancurkan dan dicampur dengan larutan buffer (2 L larutan buffer per
kg akar), kemudian dihomogenasi. Campuran tersebut didiamkan selama 24 jam
dengan suhu 4oC lalu disaring dengan kain kasa. Ampas yang tertinggal diletakkan
kembali di wadah dan ditambahkan pelarut buffer (2 L larutan buffer per kg akar),
dihomogenasi, dan dibiarkan selama 24 jam dengan suhu 4oC (ekstraksi kedua).
Filtrat (bubur pati) dibiarkan selama 24 jam dengan suhu 4oC untuk terdekantasi.
Supernatants dari dekantasi pati yang mengandung protein terlarut diperoleh
kembali dan disimpan pada suhu 0oC. Filtrat dari ekstraksi kedua digabungkan
dengan filtrat hasil ekstraksi pertama dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu 4 oC.
Supernatants hasil dekantasi dianalisis kandungan proteinnya. Di ekstraksi yang
terakhir, langkah-langkahnya sama, tetapi larutan buffer diganti dengan air. Bubur
pati hasil ekstraksi dengan air ditambahkan ke pati terdekantasi hasil ekstraksi
sebelumnya. Starch cake tersuspensi dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu 4 oC
untuk didekantasi lagi. Bubur pati air ini digunakan untuk menghilangkan garam
berlebih dari pati yang terdekantasi hasil ekstraksi dengan buffer. Setelah itu,
Supernatants dibuang, starch cake dipindahkan ke nampan, dan dikeringkan pada
suhu 40oC.

26

3. Hasil

Tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah protein yang terekstraksi lebih


tinggi ketika ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut buffer, sedangkan
residu protein yang tertinggal juga lebih rendah. Dengan demikian, penggunaan
larutan buffer sebagai pelarut dalam ekstraksi pati meningkatkan jumlah protein
yang terekstraksi.

27

2.8. Penjelasan Jurnal 2


Jurnal 2: Extraction optimization of medicinally important metabolites from
Datura innoxia Mill.: an in vitro biological and phytochemical
investigation
Bahan: Datura innoxia Mill.

Penyiapan Simplisia
Maserasi, Sonifikasi
Ekstraksi
Penguapan
Pengeringan

28

Bahan yang digunakan untuk ekstraksi: batang, buah, dan daun

Penyiapan Simplisia
Tumbuhan D. innoxia (bagian batang, buah, dan daun) dicuci bersih di
bawah air mengalir untuk menghilangkan kontaminasi dan dikeringkan di tempat
teduh dengan ventilasi aktif pada suhu ruang selama 3 minggu. Batang, buah, dan
daun digerus secara terpisah sampai menjadi serbuk halus menggunakan electric
knife mill dan disimpan dalam kontainer kedap udara.

electric knife mill

Ekstraksi
Serbuk yang telah didapat disubjeksikan pada ekstraksi dengan berbagai
pelarut berbeda, seperti: n-hexane (Nh), chloroform (C), acetone (A), ethyl acetate
+ acetone (EthA), ethyl acetate (Eth), ethanol + chloroform (EC), methanol +

29

chloroform (MC), ethyl acetate + ethanol (EthE), methanol + ethyl acetate


(MEth), methanol (M), ethanol (E) and distilled water (D). 40 gram material
tumbuhan dimaserasikan dalam 400 ml solvent dalam labu Erlenmeyer 1000 ml
selama 24 jam pada suhu ruang lalu dilakukan sonifikasi (ultrasonic bath, suhu
ruang, selama 30 min). Menurut Celeghini, pada jurnalnya (No. 15 pada
referensi), pada studi optimisasi extraction yield dari bahan herbal, maserasi dan
sonifikasi terbukti merupakan pilihan terbaik berdasarkan waktu atau field rasio,
juga karena bahan yang ingin didapat (sala satunya merupakan golongan
flavonoid) tidak tahan pemanasan. Karena dengan metode maserasi dan sonifikasi,
ekstrak yang nantinya didapat akan lebih banyak dengan penggunaan simplisia
yang lebih sedikit.
Ultrasonic bath: alat
sonifikasi

Marc (residu padat) diekstraksi dua kali menggunakan prosedur yang sama
dan ekstraknya digabung, lalu disaring dengan kain muslin yang dilanjutkan
dengan filtrasi dengan kertas saring Whatmann No. 1. Kemudian dilakukan
penguapan menggunakan evaporasi vacuum dalam rotary evaporator dengan
tujuan untuk mendapatkan ekstrak terkonsentrasi. Setelah itu, dikeringkan dalam
oven vacuum pada suhu 45C untuk mendapatkan ekstrak kasar final (final crude
extract).

Kain muslin dan kertas saring Whatman No.1

30

Hasil Penelitian
Dari ekstraksi tersebut, didapat hasil bahwa persen extract recovery
maksimum (33,28%) didapat pada aqueous leaf extract. Jumlah asam galat
(golongan phenolic acid) tertinggi didapat pada aqueous leaf extract dan ekstrak
buah; sedangkan pada ekstrak batang, didapat pada ekstrak etil asetat-aseton.
Quercetin (golongan flavonoid) tertinggi didapat pada solvent aquadest dan etil
asetat etanol. Terakhir, berdasarkan kuantifikasi HPLC-DAD fase terbalik,
ditemukan sejumlah zat lain seperti katekin, asam kafeat, apigenin, dan rutin yang
signifikan.

31

BAB 3
Penutup
3.1.
Kesimpulan
a. Tahapan melakukan ekstraksi adalah dengan mempersiapkan simplisia,
kemudian menyiapkan pelarut yang sesuai, melakukan ekstraksi dengan
metode yang sesuai dan menampung ekstrak yang diperoleh.
b. Tahapan mempersiapkan simplisia dengan baik adalah sebagai berikut
adalah pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan,
sortasi kering dan pengepakan serta penyimpanan.
c. 3. Ekstraksi metode dingin artinya tidak ada proses pemanasan selama
proses ekstraksi berlangsung, tujuannya untuk menghindari rusaknya
senyawa yang dimaksud akibat proses pemanasan. Contoh metode secara
dingin adalah maserasi dan perkolasi. Sedangkan metode cara panas
artinya adanya proses pemanasan selama proses ekstraksi berlangsung.
Contohnya adalah refluks soxhletasi, digesti, infus dan dekok.
d. 4. Cara memilih metode ekstraksi, metode penguapan, dan metode
pengeringan yang baik adalah dengan memperhatikan aspek sifat-sifat
fisikokimia zat aktif yang akan diekstraksi, apakah tahan terhadap suhu
tinggi atau tidak, kemudian memperhatikan pelarut yang cocok, pH,
kemampuan berdifusi antara zat aktif dengan pelarut dan ukura partikel.
e. 5. Perbedaan cara ekstraksi antara teori dan praktik pada jurnal
mempunyai perbedaan disebabkan karena sifat fisikokimia bahan atau zat
aktif yang akan diekstraksi dan metode yang digunakan biasanya lebih dari
satu untuk memperoleh ekstrak yang lebih murni.
3.2.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk jenis atau metode
ekstraksi apa yang sesuai pada suatu tanaman, termasuk pelarut yang
digunakan, dan kesesuaian dengan tujuan yang ingin dicapai.

DAFTAR PUSTAKA

32

Abeysena, Induka and Rob Darrington. "Understanding Concentration And


Evaporation Technology: Part 1: Basic Principles Of Commonly Used
Evaporation Techniques". Americanlaboratory.com. N.p., 2013. Web. 15
Sept. 2016.
Barley, John. "Freeze Drying / Lyophilization Information: Basic Principles".
Spscientific.com. N.p., 2012. Web. 15 Sept. 2016.
"General Principles Of Freeze Drying - American Lyophilizer, INC.". American
Lyophilizer, INC.. Web. 15 Sept. 2016.
"The Freeze Drying Process". Eurotherm by Schneider Electric |
Temperature Control, Process Control, Measurement and Data
Recording Solutions. Web. 15 Sept. 2016.
Anonim,http://ffarmasi.unand.ac.id/bahanajar,rpkps,jurnal,buku,cv/BA.R
PKPS/faktor_yg _mempengaruhi_ekstraksi.pdf , didownload pada
14 september 2016 pukul 19.30 WIB.
Harborne.J.B, (1996), Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern
Menganilisis Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB, Bandung ,hlm. 69109, 127-158, 234-236, 259-269.
Treybal, R.E.,(1980), Mass Transfer Operations, 3rd Edition, McGraw-Hill
Companies, Inc, New York, pp. 35-36.
Hiscox, J.D and G. F. Israelstam, (1979), A Method for the Extraction of
Chlorophyll from Leaf Tissue without Maceration, didownload pada
http://rparticle.webp.cisti.nrc.ca/rparticle/AbstractTemplateServlet
?calyLang=eng&
journal=cjb&volume=57&year=1979&issue=12&msno=b79- 163,
Can. J. Bot. 57(12), pp. 13321334.
Pembuatan Simplisia.
https://sites.google.com/site/wwwilmukitacom/materikuliah/pembuatan-simplisia. diakses 13 September 2016.

33

Anda mungkin juga menyukai