nya. Di sisi lain, apabila mereka melawan, kenapa dia harus mengkhawatirkan urus
an mereka?
Kecerdasan di dalam tubuh manusia bagaikan pangeran : sepanjang anggota tubuh be
rada di dalam ketaatan, semuanya akan berjalan dengan baik, tetapi ketika mereka
memberontak, semuanya menjadi rusak. Tidakkah engkau lihat kerusakan yang munc
ul dari tangan, kaki, dan lidah manusia, anggota tubuhnya, ketika dia mambuk kar
ena minum terlalu banyak anggur? Ketika dia sadar hari esoknya, dia berkata, Oh,
apa yang telah aku lakukan? Kenapa aku terlibat perkelahian? Kenapa aku sedemiki
an terkutuk? Maka, suatu perkara akan baik sepanjang ada pemimpin di dalam kota
dan penduduk yang mentaatinya. Sekarang, sejauh setiap orang taat, yang intelek
(akal) akan memikirkan kesenangan terbaik anggotanya. Apabila, sebagai contoh,
akal berpikiran. Aku akan pergi, dia hanya akan pergi apabila kaki taat; kalau tid
ak, dia tidak akan berpikir untuk pergi.
Sebagaimana intelek adalah pangeran dari tubuh, orang suci adalah intelek di ten
gah entitas lain. Di dalam hubungan antara orang suci dan orang-orang biasa, mes
kipun orang-orang awam memiliki intelek, pengetahuan, kemampuan spekulasi, dan k
emampuan untuk belajar sendiri, semuanya tak lebih hanyalah tubuh bagi sang intele
k. Sekarang, ketika tubuh seseorang tidak taat pada intelek, segala sesuatu bera
da di dalam kesesatan. Ketika taat, mereka tentu mengikuti apa pun yang dilakuka
nnya. Karena tidak mampu memahami melalui inteleknya senddiri, mereka tidak bole
h menentang pikiran sendiri tetapi mesti taat pada pimpinannya. Ketika kacung ma
gang pada guru penjahit, dia mesti taat. Apabila diberi potongan kecil untuk dij
ahit, dia harus menjahit potongan kecil itu. Apabila diberi kelim baju, dia mest
i menyetik kelim itu. Apabila ingin belajar, dia mesti membuang inisiatifnya sen
diri dan benar-benar di bawah aturan gurunya.
Kami berharap bahwa Tuhan akan membawa sebuah keadaan, katakanlah kehendak-Nya,
yang berada di atas dan melampaui ribuan pemaksaan dan usaha, karena malam Al-Qa
dar lebih baik dari seribu bulan (QS. 97 : 3). Pernyataan ini serupa dengan perk
taan Satu sentuhan Tuhan ebih baik daripada ibadah seluruh manusia dan jin.
Itu u
ntuk mengatakan, kedatangan kehendak Tuhan adalah hasil dari ratusan ribu usaha.
Usaha tambahan memang baik dan berguna bahkan bermanfaat
tetapi apa yang selanj
utnya berguna bagi kehendak?
Pangeran bertanya, Apakah kehendak mendatangkan usaha?
Kenapa tidak? jawab guru. Ketika ada kehendak, di sana terdapat pula usaha. Usaha ap
a yang dicurahkan Isa hingga bisa berkata dari buaian, Aku adalah hamba Tuhan; Di
a telah memeberiku Kitab Injil. (QS.19:30)? Yohanes pembaptis menerangkan diri ke
tika masih berada di dalam rahim ibunya. Ucapan muncul kepada Muhammad Rasululla
h tanpa usaha, karena dia dikatakan sebagai, Dia, yang dadanya telah dilapangka
n Tuhan (Qs.39 : 22). Ketika orang pertama kali dibangunkan dari kesalahan, da r
ahmat di sana; itu pemberian murni dari Tuhan. Apabila itu, tidak demikian, ken
apa orang lain yang mirip Muhammad tidak memilikinya? Rahmat dan kemarahan seper
ti binaran saat lalat keluar dari api. Pada pertamanaya, binar itu adalah hadiah ,
tetapi ketika engkau meletakkan katun pada binaran itu, lalu menaruhnya, dan men
yelimutinya, maka binar itu menjadi rahmat dan kemarahan . Pada asalnya manusia itu
kecil dan lemah : Manusia diciptakan lemah (QS.4:28). Tetapi mirip api, ketika
engkau memelihara orang lemah, dia menjadi besar dan memakan seluruh dunia; Api
kecil itu menjadi besar : Engkau adalah atak yang agung (QS. 68 : 4 ).
Aku mengatakan, Guru kami sangat mencintai Anda.
Guru mengatakan, Kedatanganku mau pun perkataanku selalu dipenuhi dengan cintaku.
Aku mengatakan apa yang akan datang. Apabila Tuhan berkehendak, Dia akan membuat
kata tak berharga ini jadi penuh manfaat. Dia akan menyemayamkan mereka di dala
m dadamu dan menjadi mereka amat berguna. Apabila Dia tidak berkenan, engkau dap
at membuat ratusan ribu kata tetapi tidak akan masuk ke dalam hatimu; mereka aka
n mati dan terlupakan. Mereka akan jadi seperti percikan yang jatuh pada kain la
p dan membakar; Apabila Tuhan berkehendak, satu percikan itu akan menjadi besar
dan menyebar; apabila Dia tidak berkehendak, ribuan percikan dapat jatuh pada ka
in, tetapi semuanya lenyap tanpa jejak.
Pemilik Surga dan Bumi adalah Tuhan (QS. 48 : 4). Kata-kata itu adalah tentara T
uhan yang bisa membongkar dan menaklukkan benteng atas perintah-Nya. Apabila dia
memerintahkan beberapa ribu tentara pergi ke sebuah benteng, tetapi tidak untuk
Tuhan mengelilingimu dengan tentara kata-kata, baik untuk menolak musuhmu atau u
ntuk menyergap kekuatan musuh. Musuh di dalam adalah musuh sejati. Jika bisa men
undukkan musuh yang di dalam, musuh dunia luar bukanlah apa-apa. Dapat jadi apa
mereka? Tidakkah engkau lihat betapa ribuan orang kafir menjadi tawanan seorang
kafir, siapa raja mereka? Satu orang kafir adalah tawanan pikiran. Kita sadari k
emudian, bahwa pikiranlah yang harus dihadapi dan dikuasai, karena dengan menget
ahui kelemahan seseorang, berarti pikiran ribuan orang tertawan. Pertimbangkan k
ekuatan apa dan kemegahan apa di sana, betapa musuh dapat disergap, dan betapa d
unia tertaklukkan ketika tidak terbatas!
Ketika aku melihat dengan jelas seratus ribu bentuk tanap ikatan dan segerombola
n tanpa akhir, rombongan demi rombongan,a dalah tawanan orang yang pada giliran
nya akan ditawan pemikiran menyedihkan. Seluruh mereka adalah tawanan dari pikir
an. Bagaimana jadinya mereka apabila pikiran itu agung, tanpa akhir, penting, su
ci, dan luhur? Kemudian kita sadari bahwa pikiranlah yang penting; bentuk menjad
i hal kedua, sekedar alat. Tanpa pikiran, bentuk adaalah zat padat tiada guna. Sia
pa pun yang hanya melihat bentuk dirinya adalah zat padat tiada guna. Siapa pun ya
ng hanya melihat bentuk dirinya adalah zat padat dan tidak memiliki jalan mencapai
makna hakikat. Dia anak kecil dan tidak dewasa, meski pun secara fisik bisa jad
i berumur ratusan tahun. Kami telah kembali dari perjuangan kecil menuju perjuanga
n besar. Yakni pulang dari peperangan dengan bentuk untuk berperang dengan musuh r
esmi . Sekarang kita melakukan perang dengan pikiran agar pikiran baik mengalahkan
yang buruk dan memaksa mereka keluar dari kerajaan tubuh.
Di dalam perjuangan ini, peperangan besar ini, gagasan amatlah penting dan berla
ku tanpa alat tubuh. Karena sebagaimmana Intelek Aktif membalikan dunia langit t
anpa sebuah alat, maka gagasan tidak memerlukan peralatan untuk melakukan itu. En
gkau adalah substansi (hakikat), dunia ini dan seluruh isinya adalah aksiden. Ti
dak cocok mencari hakikat di dalam aksiden. Mengislah mereka yang mencari penget
ahuan dari hati; tertawalah pada mereka yang mencari nalar dari jiwa. Orang mesti
tidak berdiam di dalam sesuatu yang aksiden.
Mencari kesturi sendiri melalui baunya dan bukan bau itu sendiri dan tidak puas
hanya dengan sekedar bau adalah baik. Meski demikian, tinggal apda bau kesturi a
dalah buruk, karena orang berpegang pada sesuatu yang tidak abadi. Bau adalah pe
lengkap bagi kesturi, tetapi bertahan hanya sepanjang kesturi berada di dunia in
i. Ketika dia pergi di belakang hijab ke dalam dunia lain, mereka yang hidup oleh
bau akan mati karena bau yang bertaut pada kesturi sekarang telah pergi ke tempa
t yang mengejawantah sebagai kesturi. Meski begitu, sangat beruntung orang yang
mencapai kesturi melalui bau dan menjadi kesturi itu sendiri. Akhirnya, jadi abad
i di dalam hakikat kesturi dan mengambil sifat kesturi, dia tidak pernah kehabis
an. Setelah itu, dia mengabarkan harum kesturi itu pada dunia, dan dunia akan hi
dup melaluinya. Apa yang tertinggal sebelumnya, tak bersisa amelainkan nama. Sep
erti kuda, atau binatang lain, yang kembali menjadi garam di dalam lubang garam
. Tiada lagi selain nama yang tertinggal bahwa mereka pernah jadi kuga, karena y
ang namapak dalam perbuatan dan dampaknya adalah lautan garam. Apa bahayanya nam
a melakukan itu? Ia tidak akan membawanya ke luar dari wilayah garam. Bahkan apa
bila engkau menamai tambang garam dengan nama lain, rasa garam tidak akan berkur
ang.
Meski demikian, orang harus melewati kesenangan dan kebahagiaan yang hanya seked
ar bayangan dan pantulan dari kenyataan. Orang mesti tidak puas dengan ukuran ke
cil ini, yang meski pun adalah rahmat Tuhan dan bayangan keindahan-Nya, tetapi m
asih tidak ajeg. Ia ajeg di dalam hubungannya dengan Tuhan, tetapi tidak di dala
m hubungannya dengan manusia lain. Ia bagaikan cahaya matahari yang bersinar ke
dalam rumah. Meski pun itu cahaya matahari, dia masih tetap bertalian dengan mat
ahari. Dan ketika matahari terbenam cahayanya akan menghilang. Maka, orang mesti
menjadi matahari agar dia tidak takut pada perpisahan.
Ada pmeberian dan ada pengetahuan . Sejumlah orang memiliki bakat dan pembawaan tetap
i tidak memiliki pengetahuan . Sebagian lagi memiliki pengetahuan tetapi tidak memili
ki pemberian . Orang yang meiliki keduanya betul-betul beruntung dan tanpa bandinga
n. Demi contoh, akan kami ceritakan tentang seorang manusia yang pergi menelusur
i jalan. Tetapi dia tidak tahu apakah itu jalan yang benar atau salah. Dia melan
gkah dengan buta, berharap akan mendengar kokok ayam atau melihat beberapa tanda
perkampungan. Sekarang, dengan apa manusia ini diperbandingan dengan orang yang
mengetahui jalan dan tidak membutuhkan tanda atas pos bimbingan? Dia tahu yang
dia lakukan. Maka, mengetahui berarti melampaui segala sesuatu.