Anda di halaman 1dari 12

APLIKASI SOFTWARE PLAXIS

UNTUK ANALISIS PENYEBAB KELONGSORAN


DI PERUMAHAN ROYAL SIGURA-GURA MALANG

Alvin Wahyu Pratama1, Runi Asmaranto2, Andre Primantyo Hendrawan2


1

Mahasiswa Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya


2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
Jl. MT.Haryono No.167 Malang-65145 Jawa Timur-Indonesia
Telp/Fax : 0341-562454
Email:cristinao_081092@yahoo.com

ABSTRAK
Longsor merupakan pergerakan tanah dari atas ke bawah pada ketinggian tertentu.
Telah terjadi kelongsoran di Perumahan Royal Sigura-gura Malang dimana perumahan
tersebut terletak di pinggir sungai metro. Ada beberapa opsi terkait penyebab kelongsoran
tersebut yaitu akibat adanya beban diatasnya serta rembesan yang melalui tanah. Maka dari
itu perlunya analisis stabilitas lereng di lokasi tersebut. Metode yang digunakan yaitu
Metode Bishop (perhitungan secara manual) dan Metode Elemen Hingga (perhitungan
dengan menggunakan Software Plaxis). Dari hasil analisis stabilitas lereng tersebut Faktor
Keamanan terkecil berada pada kombinasi rembesan dan beban dengan diperoleh Faktor
Keamanan = 0,5217, yang menggambarkan bahwa kondisi lereng tersebut mengalami
kelongsoran. Rekomendasi yang disarankan yaitu menggunakan lereng trap alami, biogrouting, dan geogrid.
Kata kunci : Longsor, Analisis Stabilitas Lereng, Metode Bishop, Metode Elemen
Hingga, Software Plaxis.
ABSTRACT
Landslide is a ground motion from top to bottom at a certain height. There has
been a landslide in Royal Sigura-Gura Residence Malang, where the residence is located
on the Metro riverside. There are several options related to the cause of the landslide, it is
due to the weight above it and the seepage through the ground. Therefore these locations
need the slope stability analysis. The method used is the method of Bishop (manual
calculation) and Finite Element Method (calculation using Plaxis Software). Based on the
analysis of the slope stability,the smallest Safety Factor set of combination seepage and
load with Safety Factor = 0,5217,which illustrates that the slope conditions experienced
sliding. Suggested recommendation is to use a natural trap slopes, bio-grouting, and
geogrid.
Keywords: landslide, slope stability analysis, Bishop Method, Finite Element Method,
Plaxis software.
I. PENDAHULUAN
Pertambahan penduduk, menyebabkan
bertambahnya pula kebutuhan akan
tempat tinggal. Hal ini akan membuat
kebutuhan lahan semakin besar, sehingga
berujung pada pembangunan perumahan
secara besar-besaran khususnya di daerah
lereng sungai. Banyak pembangunan
perumahan yang tidak memperhatikan
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum
Nomor :63/PRT/1993 tentang garis
sempadan sungai, daerah manfaat sungai,

daerah penguasaan sungai dan bekas


sungai. Sehingga menyebabkan banyak
permasalahan salah satunya adalah
kelongsoran. Salah satu contohnya
kejadian tanah longsor di Perumahan
Royal Sigura-gura Malang yang terjadi
pada tanggal 25 April 2014 pukul 18.00
WIB yang menyebabkan empat rumah
dan satu mobil pick-up jatuh ke sungai
namun tidak ada korban jiwa. Maka dari
itu perlu adanya analisis stabilitas lereng.

Metode yang digunakan untuk analisis


stabilitas lereng yaitu Metode Bishop
(perhitungan secara manual) dan Metode
Elemen Hingga (perhitungan dengan
menggunakan Software Plaxis).
Tujuan dari analisis stabilitas lereng
dengan menggunakan dua metode
tersebut adalah agar dapat mengetahui
nilai Faktor Keamanan dari lereng
tersebut
serta
mencari
penyebab
kelongsoran di lokasi
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah terdiri dari butiran-butiran
mineral yang merupakan hasil dari
pelapukan batuan. Ukuran butirannya
sangat bervariasi dan sifat-sifat fisik dari
tanah banyak tergantung dari faktor
ukuran, bentuk, dan komposisi kimia
butiran. Tanah berguna sebagai bahan
bangunan
pada
berbagai
macam
pekerjaan teknik dan juga sebagai
pendukung pondasi dari bangunan.
2.1.1Klasifikasi Tanah
Terdapat dua sistem klasifikasi tanah
yang sering diguanakan, Unified Soil
Classification System (USCS) dan
American of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO).
Sistem-sistem ini menggunakan sifat-sifat
indeks yang sederhana, seperti distribusi
ukuran butiran, batas cair, dan index
plastisitas.
2.1.1.1 Sistem Klasifikasi AASHTO
Pada sistem ini tanah diklasifikasikan
ke dalam tujuh kelompok besar, A-1
sampai dengan A-7 merupakan sub-sub
kelompok. Tanah-tanah dalam tiap
kelompoknya dievaluasi terhadap indeks
kelompoknya yang dihitung dengan
rumus-rumus empiris. Pengujian yang
digunakan adalah analisis saringan dan
batas-batas Atterberg.
2.1.1.2 Sistem Klasifikasi Unified
Sistem ini mengelompokkan tanah
kedalam dua kelompok besar yaitu : 1.
Tanah berbutir kasar (coarse-grainedsoil), yaitu : tanah kerikil dan pasir
dimana kurang dari 50% berat total
contoh tanah lolos ayakan no.200, 2.

Tanah berbutir halus (fine-grained-soil),


yaitu tanah dimana lebih dari 50% berat
total contoh tanah lolos ayakan no.200.
2.1.2 Indeks Plastisitas
Indeks Plastisitas (PI) adalah selisih
batas cair dan batas plastis. Indeks
Plastisitas (PI) merupakan interval kadar
air dimana tanah masih bersifat plastis.
Indeks plastisitas menunjukkan sifat
keplastisan tanah. Jika tanah mempunyai
(PI) tinggi, maka tanah mengandung
banyak butiran lempung. Jika (PI)
rendah,
seperti
lanau,
sedikit
pengurangan kadar air mengakibatkan
tanah menjadi kering.
2.1.3 Kekuatan Geser Tanah (Shear
Strength)
Kuat geser tanah adalah gaya
perlawanan yang dilakukan oleh butirbutir tanah terhadap desakan atau tarikan.
Dengan dasar pengertian ini, bila tanah
mengalami pembebanan maka akan
ditahan oleh :1. Kohesi tanah yang
bergantung pada jenis tanah dan
kepadatannya,
tidaktergantung
dari
tegangan normal yang bekerja pada
bidang geser. 2. Gerakan antara butirbutir tanah yang besarnya berbanding
lurus dengan tegangan normal pada
bidang geser. Menurut teori Mohr (1910)
kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi
oleh akibat adanya kombinasi keadaan
kritis dari tegangan normal dan tegangan
geser, sehingga dapat diambil hubungan
fungsi antar tegangan normal dan
tegangan geser pada bidang runtuhnya.
Adapun persamaan yang menyatakan
hubungan fungsi tersebut adalah :
. Tegangan efektif yang terjadi
di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh
tekanan pori. Terzaghi (1935) mengubah
persamaan Coloumb dengan bentuk
tegangan efektif sebagai berikut :
dengan,
= kekuatan geser (kN/m2)
= kohesi tanah (kN/m2)
= sudut geser dalam tanah ( 0 )
= tegangan normal total yang
bekerja pada bidang geser (kN/m2)
u
= tegangan air pori

Ada bermacam-macam percobaan


untuk menentukan kekuatan geser tanah
(Direct Shear), misalnya saja pengujian
triaxial (Triaxial Test), pengujian geser
langsung, dan pengujian kekuatan geser
unconfined.
2.1.4 Permeabilitas Tanah
Permeabilitas Tanah dapat dibedakan
menjadi dua yaitu air dalam tanah dan air
yang merembes melalui tanah. Air dalam
tanah adalah air yang bebas dalam zone
jenuh (saturation zone) yang selanjutnya
dapat dibedakan atas air tanpa tekanan
dengan permukaan yang bebas dan air
tanah yang terkekang tanpa permukaan
bebas. Air yang merembes melalui tanah
adalah air yang bergerak karena gravitasi.
2.1.5 Pemadatan Tanah (Compaction of
Soil)
Dengan adanya pemadatan tanah,
berat isi dan kekuatan tanah akan
meningkat sedangkan permeabilitas tanah
berkurang.Untuk menguji kekuatan tanah
yang dipadatkan biasanya dilakukan uji
tahanan penetrasi. Pada umumnya
kekuatan tanah segera setelah pemadatan
selesai menunjukkan harga maksimum
pada kadar air yang sedikit lebih rendah
dari kadar air optimum.
2.2 Definisi Longsor
2.2.1 Pengertian Longsor
Yang dimaksud dengan longsor
adalah suatu pergerakan tanah dari atas
ke bawah pada ketinggian tertentu.Pada
umumnya suatu longsor mempunyai
bidang kelongsoran, dan pada umumnya
terdapat dua macam bentuk bidang
longsor, yaitu: 1.Bidang Longsor
Berbentuk Datar ; 2.Bidang Longsor
berbentuk Lingkaran
2.2.2 Klasifikasi Longsor
MenurutVarnes (1978), dan Hansen
(1984) longsoran (landslide) dapat
diklasifikasikan menjadi:Jatuhan (Fall),
Longsoran-longsoran gelinciran (Slides),
Aliran (Flow), Longsoran majemuk
(Complex landslide).
2.2.3 Penyebab Longsor
Faktor-faktor penyebab Longsor
dapat dikategorikan sebagai berikut

:Perubahan
lereng
suatu
tebing,
perubahan
tinggi
suatu
tebing,
peningkatan
beban
permukaan,
perubahan kadar air, aliran air tanah,
pengaruh getaran, penggundulan daerah
tebing, pengaruh pelapukan secara teknis
dan kimia.
2.3 Lereng
Lereng adalah suatu tepian yang
terletak antara landasan dan tanjakan,
berdasarkan macamnya lereng dibagi
menjadi tiga macam, yaitu: Lereng alam,
Lereng buatan tanah asli, Lereng buatan
tanah yang dipadatkan.
2.4 Analisis Stabilitas Lereng
Analisis stabilitas lereng merupakan
suatu perhitungan analisis yang dilakukan
pada daerah lereng suatu konstruksi
bangunan atau pada kondisi tanah asli
untuk memberikan gambaran mengenai
tingkat kestabilan lereng yang sering kali
dinyatakan dalam suatau koefisien
dengan membandingkan jumlah gaya
atau momen yang mendorong dan jumlah
gaya atau momen yang menahan.Dalam
perhitungan stabilitas lereng dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu: adanya faktor
beban dan adanya rembesan yang melalui
tanah.Analisa Stabilitas Lereng dibagi
menjadi 2 macam, yaitu: 1.Analisa
Stabilitas Lereng Tak Terbatas (Infinite
Slope); 2.Analisa Stabilitas Lereng
Terbatas (Finite Slope).
2.4.1 Analisa Stabilitas Lereng Tak
Terbatas (Infinite Slope)
Lereng tak terbatas adalah suatu
kondisi dimana panjang permukaan
bidang miring dari lereng lebih panjang
dari kedalamnnya.
2.4.2 Analisa
Stabilitas
Lereng
Terbatas (Finite Slope)
Lereng terbatas adalah suatu lereng
jika harga tinggi kritis (Hcr) mendekati
tinggi lereng.analisa stabilitas lereng
terbatas
berdasarkan
bidang
keruntuhannya dibagi menjadi 2 macam
yaitu, : 1.Analisa Stabilitas Lereng
Dengan Bidang Keruntuhan Datar;
2.Analisa Stabilitas Lereng Dengan
Bidang Keruntuhan Lingkaran Silindris.

2.5 Angka Keamanan


Faktor keamanan (Fs) didefinisikan
sebagai perbandingan dari kekuatan geser
yang diperlukan agar seimbang terhadap
kekuatan geser material yang ada.
Menurut Suyono Sosrodarsono faktor
keamanan dirumuskan sebagai berikut :
Fs =

, dengan :
Fs = Angka keamanan terhadap
kekuatan tanah
= Kekuatan geser rata-rata tanah
=Tegangan geser rata-rata yang
bekerja sepanjang bidang longsor.
Fs = 1 , maka tanah dalam keadaan akan
longsor. Umumnya, harga 1,5 untuk
angka keamanan terhadap kekuatan geser
dapat diterima untuk merencanakan
stabilitas suatu lereng.
2.6
Pengujian Sifat Material Pada
Lereng Perumahan
2.6.1 Umum
Salah satu parameter sifat mekanis
yang
didapat
dari
pengujian
dilaboratoriumadalah parameter kuat
geser tanah.
2.6.2 Metode Untuk Menentukan
Faktor Keamanan Pada Lereng
2.6.2.1 Uji Triaksial
Uji laboratorium ini sering dilakukan
untuk mengetahui nilai-nilai dari
parameter kekuatan geser tanah yaitu
nilai kohesi (c) serta nilai sudut
perlawanan geser () dengan cara
menvisualisasikan grafik lingkaran Mohr,
lalu tegangan geser ini digunakan untuk
mengetahui bidang keruntuhan tanah
yang diuji.
Pengujian triaksial ini dapat dilakukan
dengan 3 cara, yaitu pengujian dengan
cara unconsilidated-undrained (tanpa
terkonsolidasi-tanpa drainase / UU),
consolidated-undrained (terkonsolidasitanpa drainase / CU), dan consolidateddrained (terkonsolidasi dengan drainase /
CD).
2.6.2.2 Uji Direct Shear (Uji Kuat
Geser Langsung)
Harga parameter-parameter kekuatan
geser tanah dapat ditentukan dengan

pengujian uji kuat geser langsung.


Pengujian ini hanya dilakukan pada tanah
yng mempunyai sifat tanah non kohesif
atau tanah berpasir.
2.6.2.3 Uji Tekan Bebas (Unconfined
Compression Test)
Uji tekan bebas termasuk hal yang
khusus dari uji triaksial unconsolidatedundrained, UU (tak terkonsolidasi tak
terdrainase). Pengujian ini hanya cocok
untuk jenis tanah lempung jenuh, dimana
pada pembebanan cepat, air tidak sempat
mengalir ke luar dari benda uji. Pada
lempung jenuh, tekanan air pori dalam
benda uji pada awal pengujian negatif
(tegangan kapiler).
2.6.2.4 Metode Bishop
Bishop mengembangkan cara yang
lebih kompleks lagi dengan memasukkan
gaya yang bekerja di sekitar bidang
irisan,
namun
tetap
melakukan
perhitungan
dengan
kesetimbangan
momen. Cara analisa yang dibuat oleh A.
W. Bishop (1995) menggunakan cara
elemen dimana gaya yang bekerja pada
setiap elemenmerupakan metode yang
paling sering digunakan dalam analisa
stabilitas
lereng
dikarenakan
perhitungannya sederhana, cepat dan
memberikan hasil perhitungan faktor
keamanan yang cukup teliti. Kesalahan
metode ini dibandingkan metode lainnya
jarang yang lebih dari 5%.
2.6.2.5 Metode Elemen Hingga (Finite
Element Method)
Dalam metoda elemen hingga atau FEM,
tidak dilakukan asumsi bidang longsor.
Faktor keamanan dicari dengan mencari
bidang lemah pada struktur lapisan
tanah.Faktor
keamanan
didapatkan
dengan cara mengurangi nilai kohesi (c)
dan sudut geser dalam tanah ( ), secara
bertahap hingga tanah mengalami
keruntuhan. Nilai faktor keamanan
kemudian dihitung sebagai berikut :

, dengan
MSF = faktor keamanan, creduced dan
terendah yang
reduced = nilai c dan

didapat pada saat program Plaxis


mengatakan tanah mengalami keruntuhan
(soil body collapse).
2.7 Program Plaxis 8.2 2 Dimensi
Program
Plaxis
merupakan
rangkaian program untuk menganalisa
deformasi dan stabilitas dalam geoteknik.
Prosedur input data (rock properties)
yang
sederhana
memudahkan
menciptakan model elemen yang
kompleks dan tersedianya tampilan
output secara detail berupa hasil
perhitungan.
Diharapkan
dengan
kelebihan ini didapat mempermudah
analisa dan mendapat hasil yang akurat.
Oleh karena itu, penulis memilih program
Plaxis untuk menganalisa kelongsoran
yang terjadi di perumahan Royal Siguragura Malang.
Dalam analisis, data yang dibutuhkan
sebagai
input-an
program
Plaxis
diantaranya :
1. Nilai parameter tanah yang
didapat dari hasil penyelidikan
tanah
2. Beban yang ada dilokasi
kelongsoran
3. Rembesan air yang meluber
dilokasi kelongsoran
2.7.1 Bagian-Bagian Jendela Utama
Program Masukan Plaxis
Berikut ini merupakan bagian-bagian dari
Jendela utama Program Plaxis:

Gambar 1 Bagian jendela utama program


Plaxis
Sumber : Pedoman Plaxis 8.2 Indonesia
Berikut ini fungsi dari bebarapa bagianbagian utama program masukan Plaxis :
1. Menu Utama : Menu utama memuat
seluruh pilihan masukan dan fasilitas
operasional dari program masukan.

2.

Toolbar Umun
: Toolbar ini
memuat
tombol-tombol
untuk
aktivitas khusus yang berhubungan
dengan berkas, pencetakan, zooming
(memperbesar atau memperkecil
tampilan obyek) ataupun untuk
pemilihan obyek.
3. Toolbar Geometri: Toolbar ini
memuat
tombol-tombol
untuk
aktivitas khusus yang berhubungan
dengan pembuatan model geometri
4. Mistar : Pada sisi kiri dan sisi atas
dari bidang gambar terdapat mistar
yang menunjukkan koordinat x dan y
dari model geometri. Mistar ini
secara langsung akan menunjukkan
dimensi dari geometri.
5. Bidang Gambar : Bidang gambar
adalah area gambar dimana model
geometri dibuat dan dimodifikasi.
Pembuatan dan model geometri
umumnya
dilakukan
dengan
menggunakan bantuan mouse.
6. Sumbu : Jika koordinat awal atau
salib sumbu berada dalam rentang
dimensi yang ditentukan maka pusat
sumbu tersebut akan digambarkan
sebagai sebuah lingkaran kecil
dengan sumbu x dan y diindikasikan
oleh anak panah.
7. Masukan
Manual
:
Jika
penggambaran dengan menggunakan
mouse tidak dapat memberikan
tingkat keakurasian atau ketepatan
yang diinginkan maka baris Masukan
manual dapat digunakan.
8. Indikator Posisi Kursor : Indikator
posisi kursor menunjukkan posisi
saat ini dari kursor mouse baik dalam
satuan fisik (koordinat x dan y)
maupun dalam satuan piksel layar
tampilan.
3. METODOLOGI
Lokasi studi terletak di Perumahan
Royal Sigura-gura, yang terletak di
Kelurahan
Sumbersari,
Kecamatan
Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa
Timur. Pendugaan jenis tanah dan
karakteristik tanah dalam studi ini
didasarkan
pada
hasil
pengujian

laboratorium. Uji yang akan dilakukan


yaitu (Uji Ayakan, Uji Hydrometer, Uji
Berat Jenis Tanah, Uji Pemadatan, Uji
Triaxial, Uji Falling Head, Uji Plastisitas
Tanah). Analisis stabilitas lereng
dilakukan dengan menggunakan dua cara
yang pertama yaitu perhitungan secara
manual dengan menggunakan dua cara
yang pertama yaitu perhitungan secara
manual dengan menggunakan Metode
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk analisis stabilitas lereng perlu
diketahui jenis tanah serta karakteristik
dari tanah tersebut. Hasil dari pendugaan
jenis dan karakteristik tanah berdasarkan
hasil uji laboratorium yang telah
dilakukan dapat dilihat pada Tabel 1, 2
dan 3 berikut:
Tabel 1 Hasil uji laboatorium dan
klasifikasi jenis tanah
Jenis
Tanah
Tanah
A
Tanah
B
Tanah
C

Bishop, yang kedua yaitu perhitungan


dengan menggunakan Software Plaxis
dengan metode Elemen Hingga. Simulasi
yang dilakukan dalam perhitungan
analisis stabilitas lereng ada empat
kondisi yaitu:
1. Kondisi kering
2. Kondisi kering dan beban
3. Kondisi rembesan
4. Kondisi rembesan dan beban

AASHTO

Unified

MDD
(gr/cm3)

c
(kg/cm2)

(o)

A-7-5 &
A-7-6

OH

1,011

0,158

A-2-6

SC

1,049

0,12

A-7-5 &
A-7-6

OH

1,139

0,345

lebih didominasi oleh lempung ataupun


lanau. Selain pendugaan jenis serta
karakteristik
tanah,
perlu
adanya
perhitungan beban serta sketsa pola
rembesan yang juga sangat berpengaruh
terhadap stabilitas lereng tersebut.
Perhitungan beban
berdasarkan
rumah yang ada di sepanjang lereng
tersebut yaitu sebanyak 10 rumah dengan
luas masing-masing 60 m2, sedangkan
panjang lereng tersebut 60 m. Maka
beban terpusat yang ada dilereng tersebut
dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Sumber: Hasil Uji Laboratorium


Tabel 2 Lanjutan Hasil uji laboatorium
dan klasifikasi jenis tanah
Jenis
Tanah
Tanah
A
Tanah
B
Tanah
C

Gs

wet
(gr/cm3)

OMC
(%)

PL
(%)

2,629

1,45

34

1,55

46,31

2,428

1,41

29

1,271

42,93

2,35

1,38

16

1,002

37,68

Sumber: Hasil Uji Laboratorium


Tabel 3 Lanjutan Hasil uji laboatorium
dan klasifikasi jenis tanah
Jenis
Tanah
Tanah
A
Tanah
B
Tanah
C

LL (%)

SL (%)

IP (%)

63,16

39,92

16,84

52,94

22,48

10,01

53,85

20,62

16,16

Gambar 2 Penggambaran beban terpusat


pada lereng
Sumber : Simulasi Tugas Akhir
Sketsa
penggambaran
pola
rembesan didasarkan pada keadaan yang
ada di lokasi studi dimana di bawah
perumahan tersebut terdapat goronggorong dengan pola sebagai berikut:

k
(cm/detik)
4,67029 x
10-06
2,3508 x
10-07
1,17705 x
10-05

Sumber: Hasil Uji Laboratorium


Dari hasil uji laboratorium tersebut
dapat diketahui bahwa tanah tersebut

Gambar 3 Penggambaran pola rembesan


Sumber : Simulasi Tugas Akhir

Analisis stabilitas lereng secara manual


dengan menggunakan Metode Bishop
dilakukan dengan empat simulasi yaitu:
Kondisi Kering, Kondisi ada rembesan,
Kondisi kering beban, Kondisi ada
rembesan dan beban.
Sedangkan untuk kondisi tanah dilakukan
dalam dua simulasi yaitu: Stratifikasi
Tanah Homogen, Stratifikasi Tanah
Heterogen.
Dari beberapa simulasi tersebut, maka
hasil analisis stabilitas lereng tersebut
dapat dilihat pada Tabel 4 5:
Tabel 4 Hasil Analisis stabilitas lereng
stratifikasi tanah homogen :
Manual dengan
Simulasi mensimulasikan
tanah homogen
1
0,930
2
0,760
3
0,810
4
0,700
Sumber : Hasil Perhitungan
Tabel 5 Hasil Analisis stabilitas lereng
stratifikasi tanah heterogen :
Manual dengan
Simulasi mensimulasikan
tanah heterogen
1
0,850
2
0,720
3
0,750
4
0,680
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari analisis tersebut dapat dilihat
bahwa Faktor Keamanan terkecil dapat
dilihat pada simulasi ke-4.
Analisis stabilitas lereng yang kedua
dilakukan dengan menggunakan Software
Plaxis, dalam Software ini metode yang
digunakan yaitu metode Elemen Hingga,
Simulasi yang dilakukan yaitu :
1. Analisis Tanah C (Tanah Ladang)
pada saat kondisi kering yaitu kondisi
tanpa rembesan dan tanpa beban.
2. Analisis Tanah C (Tanah Ladang)
pada saat kondisi ada rembesan.

3. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan


Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi ada rembesan dan ada beban.
4. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi kering yaitu kondisi tanpa
rembesan dan tanpa beban.
5. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi ada rembesan.
6. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi ada beban namun tanpa
rembesan.
Hasil dari analisis stabilitas lereng
dengan menggunakan Software Plaxis
dapat dilihat pada Tabel 6
Tabel 6 Tabulasi hasil perhitungan
dengan menggunakan Software Plaxis
Simulasi

Software Plaxis 8.2

1
1,5364
2
1,2109
3
0,6845
4
0,5222
5
0,6842
6
0,5217
Sumber : Hasil Running Software Plaxis
Berikut ini merupakan contoh gambar
hasil dari Running Software Plaxis pada
saat kondisi ada beban dan ada rembesan.

Gambar 4 Kondisi jaring-jaring elemen


hingga terdeformasi
Sumber : Simulasi Tugas Akhir
Kondisi ini merupakan kondisi dimana
jaring-jaring elemen hingga mengalami
deformasi. Deformasi yang dimaksud
bisa dalam bentuk penurunan dan dalam
bentuk pengembangan seperti yang
terlihat pada gambar diatas. Nodal-nodal
yang bekerja pada gambar diatas

mengalami penurunan. Hal ini bisa


dianalogikan elemen-elemen tanah yang
mengalami pergerakan atau penurunan ke
bawah akibat adanya beban yang bekerja
diatasnya. Untuk total perpindahan nodal
yang terbesar bisa dilihat pada bagian
bawah gambar, dengan total perpindahan
nodal sebesar 1620 m. Ini bisa
dianalogikan sebagai perpindahan total
elemen-elemen tanah yang terjadi akibat
adanya faktor-faktor yang bekerja, seperti
tegangan horizontal, tegangan vertikal,
tegangan efektif dan tekanan air pori.

Gambar 5. Perpindahan nodal secara


horizontal (Ux)
Sumber : Hasil Running Software Plaxis
Perpindahan nodal secara horizontal (Ux)
merupakan akumulasi atau total dari
perpindahan nodal dalam arah horizontal.
Dilihat dari kondisi yang ada perpindahan
nodal terbesar terdapat pada daerah yang
ditandai, pada nodal nomor 1347 (dilihat
dari tabel perpindahan horizontal) dengan
perpindahan horizontal sebesar 1620 m.
Hal ini bisa ianalogikan sebagai elemenelemen
tanah
yang
mengalami
perpindahan menuju arah horizontal atau
menuju lereng dengan nilai perpindahan
sebesar 1620 m. Elemen-elemen tanah
yang mengalami perpindahan menuju
arah
horizontal
dipengaruhi
oleh
beberapa faktor diantaranya : tekanan
horizontal yang disebabkan oleh tekanan
air pori berlebih dan beban tanah itu
sendiri.

Gambar 6 Perpindahan nodal secara


vertikal (Uy)

Sumber : Hasil Running Software Plaxis


Perpindahan nodal secara vertikal (Uy)
merupakan akumulasi atau total dari
perpindahan nodal dalam arah vertikal.
Dilihat dari kondisi yang ada perpindahan
nodal terbesar terdapat pada daerah yang
ditandai, pada nodal nomor 1 (dilihat dari
tabel perpindahan vertikal) dengan
perpindahan vertikal sebesar -1470 m
(mengalami perpindahan tekanan vertikal
menuju ke arah gravitasi).Elemen-elemen
tanah yang mengalami perpindahan
menuju arah vertikal dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya : tekanan
vertikal yang disebabkan oleh beban
eksternal yang bekerja. Kondisi ini sesuai
dengan keadaan di lokasi studi.

Gambar 7 Perpindahan total (Utot) nodal


Sumber : Hasil Running Software Plaxis
Perpindahan total (Utot) merupakan
perpindahan
yang
dibentuk
dari
perpindahan nodal yang bergerak secara
vertikal (Uy) dengan perpindahan nodal
yang bergerak secara horizontal (Ux).
Dilihat dari kondisi gambar diatas, bahwa
perpindahan total nodal yang terjadi
berada pada daerah yang sudah ditandai
dengan nilai perpindahan total sama
dengan perpindahan secara horizontal.
Hal ini bisa dianalogikan bahwa, elemenelemen tanah mengalami perpindahan
total
sama
dengan
perpindahan
horizontal.
Karena
didaerah
ini
merupakan daerah yang mempunyai
potensi longsor besar, akibat perpindahan
elemen tanah yang besar pula.

Gambar 8 Kondisi tegangan efektif

Sumber : Hasil Running Software Plaxis


Tegangan efektif merupakan tegangan
yang bekerja akibat adanya pengaruh dari
tekanan air pori. Semakin besar tegangan
efektifnya, maka semakin besar pula
angka keamanannya, begitu pula
sebaliknya. Jika dilihat pada kondisi
diatas tegangan efektif yang besar
terletak pada nodal bagian bawah mampu
menahan tekanan yang ada diatasnya
karena mempunyai tegangan efektif yang
besar. Nilai dari tegangan efektif ini
sebesar -132,27 kN/m2. Sedangkan niali
tegangan efektif terkecil berada pada
daerah lereng yang berwarna biru. Pada
kondisi ini menunjukkan elemen-elemen
tanah bagian lereng tidak bisa menahan
tekanan yang bekerja akibat adanya
tegangan normal dan tekanan air pori
berlebih. Jika nilai tekana air pori
melebihi nilai tegangan normal, maka
akan mengakibatkan niali dari tegangan
efektif menjadi minus (tanah dalam
keadaan jenuh sempurna) yang bisa
mengakibatkan tanah menjadi longsor.
Dari kedua analisis stabilitas lereng
yang telah dilakukan dapat diketahui
perbandingan hasil Faktor Keamanan
antar hasil perhitungan secara manual dan
perhitungan dengan Software Plaxis.
Berikut ini merupakan perbandingan hasil
analisis stabilitas lereng :
Tabel 7 Perbandingan hasil Faktor
Kemanan secara Manual dan dengan
menggunakan Software Plaxis

Sumber : Hasil Perhitungan dan Hasil


Running Software Plaxis
Berikut
ini
merupakan
grafik
perbandingan Faktor Keamanan pada
kondisi kering :

Gambar 9 Grafik Faktor Keamanan


kondisi ada rembesan
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari grafik tersebut bisa dilihat angka
keamanan terkecil terletak pada saat
melakukan
perhitungan
dengan
menggunakan Software Plaxis untuk
Tanah A dan Bpada saat kondisi kering
dan beban sebesar 0,6842<1.
Berikut
ini
merupakan
grafik
perbandingan Faktor Keamanan pada
kondisi ada rembesan :

Gambar 10 Grafik Faktor Keamanan


kondisi ada rembesan
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari grafik tersebut bisa dilihat angka
keamanan terkecil terletak pada saat
melakukan
perhitungan
dengan
menggunakan Software Plaxis untuk
Tanah A dan B pada saat kondisi
rembesan dan beban sebesar 0,5217<1.
Dari hasil perhitungan tersebut juga
bisa dilihat prosentase penurunan nilai
faktor keamanan dengan berbagai
kondisi, yaitu kondisi adanya rembesan,
kondisi kering beban dan yang terakhir
kondisi adanya rembesan dan beban
ketiga kondisi tersebut dibandingkan
terhadap nilai faktor keamanan dalam
kondisi kering :

Tabel 8 Prosentase penurunan nilai


Faktor Keamanan

Sumber : Hasil Perhitungan


Dari hasil tersebut bisa diketahui
bahwa prosentase terkecil terletak pada
kondisi 3 dimana kondisi tersebut
merupakan kondisi adanya beban dan
rembesan. Maka bisa disimpulkan bahwa
kondisi adanya beban dan rembesan
tersebut bisa mengakibatkan adanya
longsor tersebut, sesaui dengan kondisi
yang ada di lokasi studi.
Dari simulasi yang telah dilakukan
dapat diketahui bahwa nilai Faktor
Keamanan yang dihasilkan < 1 atau dlam
kondisi Tidak Aman, maka dari itu
rekomendasi yang diajukan agar nilai
Faktor Keamanannya menjadi aman atau
> 1 sesuai dengan kriteria yaitu :
1. Membuat lereng trap alami (tanpa
plengsengan)
2. Geodrid
3. Bio-grouting
Ketiga
metode
tersebut
bisa
menaikkan Faktor Keamanan hingga 50
% dari Faktor Keamanan awal.
5. KESIMPULAN
1. Kondisi lapisan geologi di lokasi
studi terdiri dari dua lapis tanah yaitu
Tanah A (Tanah Atas) dan Tanah B
(Tanah Bawah), hal ini terlihat secara
visual bahwa Tanah A (Tanah Atas)
merupakan tanah timbunan yang tebalnya
3 meter dari atas. Sedangkan Tanah C
(Tanah Ladang) dikondisikan sebagai
tanah asli daerah tersebut untuk
mengetahui kondisi
asli
sebelum
dibangunnya Perumahan.
Berikut ini merupakan uraian lapisan
geologi tanah di lokasi berdasarkan hasil
Uji Laboratorium :

Tanah A merupakan jenis tanah lempung


organik dengan plastisitas sedang sampai
tinggi menurut klasisfikasi Unified dan
merupakan jenis tanah berlempung
menurut AASHTO. Memiliki niali batas
cair sebesar 63,2 % dan indeks plastisitas
sebesar 16,89%.
Tanah B merupakan jenis tanah pasir
berlanau menururt klasifikasi Unified dan
merupakan jenis tanah pasir berlanau
menurut AASHTO. Memiliki nilai batas
cair sebesar 52,9 % dan indeks plasitistas
sebesar 9,97 %
Tanah C merupakan jenis tanah lempung
organik dengan plastisitas sedang sampai
tinggi menurut klasisfikasi Unified dan
merupakan jenis tanah berlempung
menurut AASHTO. Memiliki niali batas
cair sebesar 53,8 % dan indeks plastisitas
sebesar 16,12 %.
2. Hasil analisis faktor keamanan
stabilitas lereng dilakukan dengan enam
simulasi yaitu :
1. Analisis Tanah C (Tanah Ladang)
pada saat kondisi kering yaitu kondisi
tanpa rembesan dan tanpa beban.
2. Analisis Tanah C (Tanah Ladang)
pada saat kondisi ada rembesan.
3. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi ada rembesan dan ada beban.
4. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi kering yaitu kondisi tanpa
rembesan dan tanpa beban.
5. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi ada rembesan.
6. Analisis Tanah A (Tanah Atas) dan
Tanah B (Tanah Bawah) pada saat
kondisi ada beban namun tanpa
rembesan.
Menurut Metode Bishop untuk kodisi
tanah
heterogen
nilai
Faktor
Keamanannya sebesar 0,85 dan tanah
homogen sebesar 0,93; kondisi rembesan
tanah heterogen faktor keamanannya
sebesar 0,72 dan tanah homogen sebesar
0,76; kondisi kering dan beban tanah
heterogen faktor keamanannya sebesar

0,75 sedangkan tanah homogen sebesar


0,81; kondisi rembesan dan beban tanah
heterogen faktor keamanannya sebesar
0,68 sedangkan tanah homogen sebesar
0,7. Menurut perhitungan dengan
menggunakan Software Plaxis untuk
simulasi
pertama
nilai
Faktor
Keamanannya sebesar 1,5364; sedangkan
simulasi kedua Faktor Keamanannya
sebesar 1,2109; untuk simulasi ketiga
Faktor Keamanannya sebesar 0,6845;
simulasi keempat Faktor Keamanannya
sebesar 0,5222; simulasi kelima Faktor
Keamanannya sebesar 0,6842 dan untuk
simulasi keenam Faktor Keamanannya
sebesar 0,5217.
Dilihat dari nilai Faktor Keamanan
yang telah dianalisis secara manua dan
dengan menggunakan Software Plaxis
maka didapat nilai Faktor Keamanan
terkecil disebabkan oleh adanya kondisi
beban dan rembesan pada tanah yang
disimulasikan baik homogen maupun
heterogen.
Rekomendasi yang disarankan untuk
perbaikan lereng tersebut terdapat
beberapa
cara
diantaranya
dapat
menggunakan sistem trap alami (tanpa
plengsengan); geogrid dan bio-grouting.
Rekomendasi tersebut dapat menaikan
Faktor Keamanan hingga 50 % dari
Faktor Keamanan awal.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Bapak Dr. Runi Asmaranto,
ST.MT selaku dosen pembimbing skripsi
dan penelitian ini yang telah memberikan
bimbingan, arahan serta bantuan selama
berlangsungnya penelitian ini. Bapak
Dr.Eng Andre Primantyo H, ST.,MTyang
telah memberikan bimbingan selama
berlangsungnya pelaksanaan penelitian
dan skripsi ini. Bapak Prasetyo
Rubiantoro selaku Laboran Tanah dan
Air Tanah Jurusan Teknik Pengairan
Universitas Brawijaya Malang yang
banyak
membantu
selama
berlangsungnya penelitian. Tyas selaku
asisten Laboratorium Mekanika Tanah
Teknik Sipil Universitas Brawijaya

Malang yang banyak membantu selama


berlangsungnya penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
----------------,
Peraturan
Menteri
Pekerjaan Umum Republik Indonesia
Nomor 63 Tahun 1993 Tentang
Garis Sempadan Sungai, Daerah
Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan
Sungai dan Bekas Sungai.
Brinkgreve R.B.J. 2007. Acuan Plaxis.
Pdf :Microsoft Corp.
Brinkgreve R.B.J. 2007. Dasar Teori
Plaxis. Pdf:Microsoft Corp.
Brinkgreve R.B.J. 2007. Informasi Umum
Plaxis. Pdf:Microsoft Corp.
Brinkgreve R.B.J. 2007. Latihan Plaxis.
Pdf:Microsoft Corp.
Brinkgreve R.B.J. 2007. Model Material
Plaxis. Pdf:Microsoft Corp.
Christady, Hary. 2010. Mekanika Tanah
1 (Edisi Kelima). Yogyakarta: Gajah
Mada University Press.
Hadi, Samsul. 2014. Pengembang
diminta beli rumah Sigura-gura.
http://www.surya.co.id(diakses
23
Juli 2014).
Hadi, Samsul. 2014. REI Malang : Lokasi
Perumahan Sigura-gura tidak tepat
untuk
Bangunan
.
http://www.surya.co.id(diakses
23
Juli 2014).
M.Das, Braja. 1985. Mekanika Tanah
(Jilid 1). Surabaya: Erlangga.
M.Das, Braja. 1994. Mekanika Tanah
(Jilid 2). Surabaya: Erlangga.
Malang News. 2014. Syaiful Rusdi,
Dukung Infra Struktur Kota Malang
Semakin Baik dan Tertata .
http://www.malangnews.co.id(diakse
s 23 Juli 2014).
Murthy,
V.N.S.
Geotechnical
Engineering
Principles
and
Practices of Soil Mechanics and
Foundations Engiineering. USA :
270 Madison Avenue.
Nurisma, Daru. 2014. Perencanaan
Drainase Vertikal (Vertical Drain)
Untuk
Mempercepat
Waktu
Konsolidasi Pada Pembangunan
PLTU IPP Kaltim 3 (2 x 100 MW)

Skripsi
tidak
dipublikasikan.
Malang: Jurusan Teknik Pengairan,
Fakultas
Teknik,
UniversitasBrawijaya.
Ramadhan, Zaid. 2014. Analisa Stabilitas
Lereng Bendungan Jatigede Dengan
Parameter Gempa Termodifikasi.
Skripsi
tidak
dipublikasikan.
Malang: Jurusan Teknk Pengairan,
Fakultas
Teknik,
Universitas
Brawijaya.
Sosrodarsono, Suyono dan Nakazawa,
Kazuto. 1981. Mekanika Tanah dan
Teknik Pondasi. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita.
Suroso. 2006. Mekanika Tanah. Jurusan
Teknik Pengairan, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya.
Tjie Liong, Juven Dave. 2012. Analisa
Stailitas Lereng Limit Equilibrum vs
Finite Element Method. Pdf .
Universitas Bina Nusantara.
Yohanes David. 2014. Beban Bangunan
dinilai
Penyebab
Longsor.
http://www.surya.co.id(diakses
23
Juli 2014).
Yomanda, Mutiara. 2011. Studi Analisa
Stabilitas
Lereng
Dengan
Menggunakan Metode Irisan Bidang
Luncur Bundar Dan Metode Bishop
Yang Disederhanakan Pada Embung
Kedung Gogor Kabupaten Ngawi
Jawa
Timur.
Skripsi
tidak
dipublikasikan. Malang: Jurusan
Teknik Pengairan, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya.

Anda mungkin juga menyukai