Skrip Si
Skrip Si
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Multiple Intelligences (MI) pada awalnya merupakan teori kecerdasan
dalam ranah psikologi yang dicetuskan oleh Howard Gardner, seorang pakar
psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Hardvard University.
Ketika ditarik ke dunia edukasi, multiple intelligences menjadi sebuah strategi
pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti strategi
pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar
mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya (Munif Chatib, 2015: 98).
Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan
rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah
ditentukan dalam silabus. Strategi ini akan menjadi kekuatan yang besar untuk
memajukan pendidikan dan kompetensi siswa apabila diterapkan pada kurikulum
yang komprehensif. Kurikulum yang komprehensif ini adalah kurikulum yang
mendidik siswa dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kurikulum yang diterapkan pemerintah saat ini kita kenal dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini adalah kurikulum
berbasis kompetensi yang memberikan kewenangan cukup besar kepada satuan
pendidikan untuk mendesain kurikulum dan silabusnya dengan variasi strategi
pembelajaran yang menarik. Artinya, multiple intelligences sebagai strategi
pembelajaran sangat sesuai dengan kurikulum nasional yang ditetapkan
pemerintah.
76
76
76
76
76
Berdasarkan pada pokok permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan
penerapan
strategi
pembelajaran
berbasis
multiple
intelligences dalam pembelajaran seni musik pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng.
2. Mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
dapat meningkatkan motivasi bernyanyi pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian dan penulisan proposal ini diharapkan dapat
bermanfaat antara lain :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan, khususnya terkait penerapan strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences di sekolah menengah pertama.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan motivasi untuk pihak sekolah agar bersama-sama
menjadikan SMP Negeri 1 Watansoppeng menjadi sekolah yang
berhasil dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences untuk peserta didiknya.
2) Diharapkan dapat memberikan dukungan untuk proses pembelajaran
siswa-siswanya dengan memberikan fasilitas-fasilitas sekolah yang
memadai, guna mengembangkan kemampuan dan kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa-siswi SMP Negeri 1 Watansoppeng ini.
b. Bagi Guru
76
1) Meningkatkan
motivasi
bagi
guru
untuk
lebih
menyiapkan
76
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Multiple Intelligences
1. Konsep Multiple Intelligences
Multiple Intelligences yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan
kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk merupakan salah satu teori
kecerdasan yang dicetuskan oleh Howard Gardner, seorang pakar psikologi dan
profesor pendidikan Hardvard University. Teori tersebut telah memberikan
pengaruh positif yang signifikan terhadap perkembangan psikologi dan
pendidikan dewasa ini (Ula, 2013: 86).
Howard Gardner telah menemukan konsep kecerdasan majemuk
berdasarkan penelitian yang dituangkan dalam bukunya Frame of Mind pada
tahun 1983. Howard Gardner menemukan bahwa setiap manusia memiliki
76
76
b. Inteligensi Logis-Matematis
Inteligensi logis-matematis memuat kemampuan menggunakan angkaangka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep
matematis, manganalisis berbagai permasalahan secara logis, menerapkan
matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta
menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah. Menurut Gardner, inteligensi
logis-matematis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan
bilangan dan logika secara efektif.
c. Inteligensi Visual-Spasial
Inteligensi
Visual-Spasial
meliputi
kemampuan-kemampuan
untuk
76
76
76
Menurut Gardner dalam Chatib (2015: 91) gaya belajar adalah bagaimana
sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa. Berdasarkan penelitian
yang dilakukannya, ternyata gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Multiple Intelligences Research
(MIR) adalah instrumen riset yang dapat memberikan deskripsi tentang
kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan
kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang.
Gaya belajar di sini diartikan dengan cara dan pola bagaimana sebuah
informasi dapat dengan baik dan sukses diterima oleh otak seseorang. Oleh karena
itu, seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajar siswanya masingmasing. Kemudian, setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar
dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil MIR.
Dalam multiple intelligences dikenal beragam gaya belajar siswa menurut
jenis kecerdasannya. Menurut Thomas Armstrong dalam Dilaga (2014: 16 - 19),
gaya belajar sisiwa dalam multiple intelligences meliputi :
a. Belajar dengan cara linguistik
Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakat dalam bidang ini adalah
dengan mengucapkan, mendengar dan melihat kata-kata. Cara terbaik untuk
memotivasi mereka di rumah termasuk berbicara dengan mereka, menyediakan
banyak buku, rekaman dan kaset kata-kata yang diucapkan, serta berikan
kesempatan mereka untuk banyak menulis.
b. Belajar dengan cara logis-matematis
76
76
belajar dengan diiringi musik kesukaan mereka jika hal ini kelihatannya
membantu.
f. Belajar dengan cara interpersonal
Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakat dalam kategori ini adalah
berhubungan dan bekerja sama. Mereka perlu belajar melalui interaksi dinamis
dengan orang lain. Sediakan berbagai jenis permainan yang bisa mereka lakukan
bersama teman-teman mereka.
g. Belajar dengan cara intrapersonal
Anak-anak dengan kecenderungan ke arah ini paling efektif belajar ketika
diberi kesempatan untuk menetapkan target, memilih kegiatan mereka sendiri, dan
menentukan kemajuan mereka sendiri melalui proyek apapun yang mereka minati.
Anak-anak ini memotivasi diri mereka sendiri. Berikan mereka kesempatan untuk
belajar sendiri, dengan kecepatan yang mereka tentukan sendiri dan melakukan
proyek serta permainan individu.
h. Belajar dengan cara naturalis
Anak-anak yang cenderung sebagai naturalis akan menjadi bersemangat
ketika terlibat dalam pengalaman di alam terbuka. Anak yang memiliki
kecerdasan seperti ini cenderung senang mengobservasi lingkungan alam seperti
aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah serta aneka macam flora dan
fauna. Selain itu mereka menyukai subjek, cerita-cerita dan pertunjukan yang
berhubungan dengan binatang dan fenomena alam. Bahkan mereka menunjukkan
minat yang luar biasa terhadap mata pelajaran seperti biologi dan mata pelajaran
yang berhubungan dengan alam serta makhluk hidup.
76
pembelajaran
berdasarkan
multiple
intelligences
sangat
banyak
76
b. Langkah 2
Untuk merancang strategi pembelajaran terbaik adalah gunakan modalitas
belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses
informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan.
c. Langkah 3
Strategi pembelajaran terbaik adalah mengaitkan materi yang diajarkan
dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan
hidup.
d. Langkah 4
Strategi pembelajaran terbaik adalah menyampaikan materi kepada siswa
dengan melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan
membosankan.
e. Langkah 5
Strategi pembelajaran yang terbaik adalah pembelajaran dengan
melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat
langsung dirasakan oleh orang lain. Siswa merasa mempunyai kemampuan untuk
menunjukkan eksistensi dirinya.
B. Motivasi
Menurut Soeharto (1990: 13), motivasi adalah daya dalam diri seseorang
yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar pada hakekatnya
adalah dorongan penggerak aktif dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas
belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan sebagai energi dalam diri seseorang yang
76
76
C. Seni Musik
Sebagai suatu cabang seni, kegiatan dalam musik memiliki persamaan
dengan cabang-cabang seni lainnya, yaitu sama-sama bergerak dalam kegiatan
estetika atau keindahan. Bedanya ialah bahwa seni musik menggunakan bunyi
sebagai sarana pencapaiannya. Dengan demikian, musik adalah seni bunyi. Bunyi
yang bukan sekedar nada dan suara, melainkan lebih dari itu.
Seperti kita ketahui, biasanya musik memang tampil berupa rangkaian
nada, baik dalam bentuk vokal (suara manusia) ataupun instrumental (alat musik).
Namun, bukankah musik dapat pula dihasilkan hanya dengan tepuk tangan atau
dengan dua potong kayu yang saling dipukulkan. Dalam hal ini keduanya
merupakan alat musik yang bernada meskipun ada bunyinya.
Dalam kaitannya dengan wawasan seni, tidak semua bunyi yang indah
dapat dianggap sebagai karya seni sebab yang disebut karya seni ialah jika bunyi
itu berupa hasil olah pikir, akal budi, dan perasaan manusia. Jadi, kicau burung di
dahan atau percik air di pematang sawah bukanlah karya seni walaupun kita akui
bahwa keindahannya memang dapat membangkitkan dan menumbuhkan rasa seni
yang mendengarkannya. Demikianlah, musik adalah seni bunyi yang sengaja
dibuat manusia untuk mengungkapkan ide dari akal budi dan perasaan batinnya
(Soeharto, 1990: 8).
Seni musik yang dibahas pada penelitian adalah pembelajaran seni musik
yang diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Pembelajaran
seni musik di SMP khususnya pada kelas VIII memiliki standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dicapai, dimana dalam indikatornya siswa dituntut untuk
76
76
konsep atau teori yang telah diuraikan diatas dengan acuan atau landasan berpikir,
maka dapatlah dibuat skema yang dijadikan kerangka berpikir. Adapun skema
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
SMPN 1 Watansoppeng
Motivasi Bernyanyi
BAB III
METODE PENELITIAN
76
76
model desain penelitian yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.
Namun, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model yang dikemukakan
oleh Kemmis dan Mc Taggart. Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut
:
Refleksi
Perencanaan
Pengamata
Kesim
76
C. Subjek Penelitian
76
76
76
76
F. Instrumen Penelitian
Sugiono dalam Nursam (2015: 31) mengemukakan bahwa pada prinsipnya
meneliti merupakan kegiatan melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat atau pedoman yang diisi oleh observator
yang melakukan observasi. Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan
untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Angket atau Kuisioner
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner tertutup. Pemilihan kuesioner jenis ini agar analisis
data yang dikumpulkan lebih valid daripada menggunakan jenis kuesioner
terbuka.
Skala dalam kuesioner yang akan digunakan menggunakan penilaian
skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2015: 134). Jumlah alternatif pilihan yang ada pada skala Likert ada 5 jenis
76
(sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Untuk
mengurangi kemungkinan responden menjawab pilihan netral (ragu-ragu),
maka pada kuesioner ini pilihan jawaban ragu-ragu sengaja tidak digunakan
sebagai alternatif jawaban bagi responden.
76
2. Teknik Kuantitatif
Tujuan menganalisis data secara kuantitaif yaitu untuk mengetahui
peningkatan motivasi bernyanyi siswa dalam pembelajaran seni musik. Dalam
penelitian ini, data akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
angket untuk mengukur motivasi bernyanyi siswa. Analisis data angket
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menjumlahkan skor
masing-masing aspek, (2) membagi skor tersebut dengan jumlah pernyataan
yang dikalikan dengan jumlah siswa, (3) hasil penghitungan dikalikan 100%
agar menjadi prosentase. Adapun aspek yang akan dinilai dalam kisi-kisi
angket yakni perhatian, percaya diri, kepuasan belajar, dan semangat belajar
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berikut tabel kategori hasil
perhitungan angket siswa :
Tabel 1. Kategori Hasil Perhitungan Angket
No.
SKOR
PROSENTASE
KATEGORI
1.
0 - 24
0 25 %
Tidak Termotivasi
2.
25 - 48
26, 04 50 %
Kurang Termotivasi
3.
49 - 72
51, 04 75 %
Termotivasi
4.
73 - 96
76, 04 100 %
Sangat Termotivasi
76
No.
FREKUENSI
PROSENTASE
KATEGORI
1.
0-6
0 25 %
Tidak Termotivasi
2.
7 - 12
29, 17 50 %
Kurang Termotivasi
3.
13 - 18
54, 17 75 %
Termotivasi
4.
19 - 24
79, 17 100 %
Sangat Termotivasi
76
DAFTAR PUSTAKA
76