Anda di halaman 1dari 33

76

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Multiple Intelligences (MI) pada awalnya merupakan teori kecerdasan
dalam ranah psikologi yang dicetuskan oleh Howard Gardner, seorang pakar
psikologi perkembangan dan profesor pendidikan dari Hardvard University.
Ketika ditarik ke dunia edukasi, multiple intelligences menjadi sebuah strategi
pembelajaran untuk materi apapun dalam semua bidang studi. Inti strategi
pembelajaran ini adalah bagaimana guru mengemas gaya mengajarnya agar
mudah ditangkap dan dimengerti oleh siswanya (Munif Chatib, 2015: 98).
Strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences merupakan
rangkaian aktivitas belajar yang merujuk pada indikator hasil belajar yang sudah
ditentukan dalam silabus. Strategi ini akan menjadi kekuatan yang besar untuk
memajukan pendidikan dan kompetensi siswa apabila diterapkan pada kurikulum
yang komprehensif. Kurikulum yang komprehensif ini adalah kurikulum yang
mendidik siswa dalam ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Kurikulum yang diterapkan pemerintah saat ini kita kenal dengan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum ini adalah kurikulum
berbasis kompetensi yang memberikan kewenangan cukup besar kepada satuan
pendidikan untuk mendesain kurikulum dan silabusnya dengan variasi strategi
pembelajaran yang menarik. Artinya, multiple intelligences sebagai strategi
pembelajaran sangat sesuai dengan kurikulum nasional yang ditetapkan
pemerintah.

76

SMP Negeri 1 Watansoppeng merupakan salah satu sekolah unggulan


yang ada di Soppeng. Sekolah tersebut masih menerapkan kurikulum KTSP dalam
pembelajaran seni budaya (musik). Adapun pembelajaran ini bertujuan agar
peserta didik memiliki kemampuan dalam memahami konsep dan pentingnya seni
musik, menampilkan kreativitas melalui seni musik dan menampilkan sikap
apresiasi terhadap karya seni musik.
Pembelajaran seni musik di SMP khususnya pada kelas VIII diarahkan
untuk dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengekspresikan
karya seni musik nusantara. Dalam pembelajaran ini siswa dituntut untuk dapat
menyanyikan lagu nusantara secara individu dan kelompok serta bagaimana siswa
dapat menyusun pergelaran seni di kelas. Hal ini berdasarkan indikator yang
tercantum dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru
mata pelajaran terkait. Realita yang terjadi di lapangan, kebanyakan dari siswa
tidak dapat mencapai indikator yang ada disebabkan karna materi yang
disampaikan oleh guru tidak dipahami oleh siswa. Sehingga dalam proses
pembelajaran siswa tidak memiliki motivasi dalam bernyanyi.
Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14
September 2015 pada siswa kelas VIII, peneliti menemukan beberapa
permasalahan. Pertama, banyak dari siswa tidak dapat menyanyikan lagu
nusantara baik itu secara individu ataupun secara kelompok. Ini dikarenakan siswa
tidak memiliki kepercayaan diri dan motivasi dalam mengikuti proses
pembelajaran. Kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
juga disebabkan karena guru bidang studi yang bersangkutan merupakan guru
yang memiliki keahlian di bidang seni rupa, sehingga proses pembelajaran terjadi

76

secara konvensional, dimana guru hanya memberikan ceramah dan tidak


mengarahkan praktek bernyanyi secara variatif.
Permasalahan yang kedua, kurangnya motivasi siswa dalam proses
pembelajaran tersebut juga disebabkan karna guru kurang memperhatikan
kecerdasan dari siswanya. Kurang diperhatikannya kecerdasan yang beragam
ternyata berakibat negatif bagi siswa. Hal ini bisa dilihat dalam proses
pembelajaran dimana para siswa cepat merasa bosan pada saat guru menjelaskan
materi pelajaran dan mereka lebih memilih untuk mengobrol dengan teman
sebangku, bahkan ada siswa yang membuat kegaduhan di kelas pada saat proses
pembelajaran.
Berdasarkan berdasarkan data yang diperoleh peneliti terkait jenis-jenis
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa kelas VIII.4 dari hasil tes MIR (Multiple
Intelligences Research) menunjukkan bahwa kecerdasan visual mendapat jumlah
skor 93, kecerdasan kinestetik mendapat jumlah skor 68, kecerdasan logismatematis mendapatkan jumlah skor 66, kecerdasan interpersonal mendapat
jumlah skor 66, kecerdasan intrapersonal mendapat jumlah skor 47, kecerdasan
musikal mendapat jumlah skor 78, kecerdasan linguistik mendapat jumlah skor
77, dan kecerdasan naturalistik mendapat jumlah skor 75 (lampiran 7).
Dari analisis terhadap kecenderungan kecerdasan yang diperoleh dari
hasil MIR (Multiple Intelligences Research) dapat disimpulkan gaya belajar
terbaik bagi seseorang. Adapun kecerdasan tertinggi yang diperoleh dari kelas
VIII.4 yakni kecerdasan visual dengan jumlah skor 93 dan kecerdasan musikal
dengan jumlah skor 78. Namun beragamnya jenis kecerdasan yang dimiliki siswa
ternyata belum diperhatikan dengan baik dalam proses pembelajaran. Hal tersebut
berakibat pada kurang maksimalnya proses pembelajaran dan motivasi siswa

76

dalam bernyanyi. Berdasarkan kondisi inilah, peneliti mencoba untuk memberikan


alternatif bagi perbaikan pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences
Pengamatan dan penelitian di kelas telah menunjukkan bahwa lebih
banyak siswa yang kemungkinan termotivasi dan sukses di kelas, dimana guru
menggunakan beragam aktivitas yang didesain untuk memikat siswa yang
kekuatannya terletak di satu atau lebih kecerdasan yang dideskripsikan oleh
Gardner (Shearer dalam Sousa, 2012: 20). Selain itu menurut Chatib (2015: 107)
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences sangat banyak jumlahnya.
Seiring dengan kreativitas guru, database strategi ini juga terus berkembang.
Pendalaman tentang strategi pembelajaran ini akan menghasilkan kemampuan
guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar dengan waktu yang
relative singkat (Chatib, 2015: 98).
Menurut Thomas Armstrong dalam Dilaga (2014: 3), di kelas yang
menerapkan teori multiple intelligences, guru selalu mengubah metode presentasi
dalam mengajar mulai dari metode yang mengakomodasi kecerdasan linguistik ke
metode yang mengakomodasi kecerdasan spasial kemudian ke metode yang
mengakomodasi kecerdasan musikal dan seterusnya. Guru di kelas kecerdasan
majemuk juga mengajak siswa untuk menstimulasi gerak tubuh mereka dalam
pembelajaran agar materi yang dipelajari terasa lebih nyata. Guru yang
menerapkan multiple intelligences dalam pembelajaran juga meminta siswa
menjalin interaksi satu sama lain dengan berbagai macam cara, misalnya
berpasangan, membentuk kelompok, berdiskusi dan lain-lain.
Uraian Thomas Arsmstrong di atas menunjukkan bahwa penerapan teori
multiple intelligences dalam pembelajaran dapat membangun suasana belajar

76

menjadi lebih menyenangkan dan memudahkan siswa dalam memahami materi.


Hal tersebut tentunya dapat memberi dampak pada meningkatnya motivasi
bernyanyi siswa. Kegiatan, metode dan media yang inovatif serta kreatif dipakai
dalam strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences tentunya bisa
mengakomodasi setiap kecerdasan dan gaya belajar yang dimiliki oleh para siswa.
Strategi ini dapat meningkatkan motivasi bernyanyi siswa agar lebih aktif dalam
proses pembelajaran seni musik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berharap agar strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences dapat mengatasi permasalahan yang ada di kelas
VIII SMPN 1 Watansoppeng, sehingga siswa dapat termotivasi dalam
menyanyikan lagu nusantara baik itu secara individu ataupun secara kelompok.
Selain itu, diharapkan siswa dapat mengembangkan kecerdasan lainnya seperti
kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan kinestetik
lewat pembelajaran seni musik agar dapat meningkatkan motivasi bernyanyi para
siswanya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
dalam pembelajaran seni musik pada siswa kelas VIII SMPN 1 Watansoppeng?
2. Sejauh mana strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences dapat
meningkatkan motivasi bernyanyi pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng ?
C. Tujuan Penelitian

76

Berdasarkan pada pokok permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan

penerapan

strategi

pembelajaran

berbasis

multiple

intelligences dalam pembelajaran seni musik pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng.
2. Mengetahui sejauh mana strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences
dapat meningkatkan motivasi bernyanyi pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil penelitian dan penulisan proposal ini diharapkan dapat
bermanfaat antara lain :

1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dalam
bidang pendidikan, khususnya terkait penerapan strategi pembelajaran
berbasis multiple intelligences di sekolah menengah pertama.
2. Secara Praktis
a. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan motivasi untuk pihak sekolah agar bersama-sama
menjadikan SMP Negeri 1 Watansoppeng menjadi sekolah yang
berhasil dalam menerapkan strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences untuk peserta didiknya.
2) Diharapkan dapat memberikan dukungan untuk proses pembelajaran
siswa-siswanya dengan memberikan fasilitas-fasilitas sekolah yang
memadai, guna mengembangkan kemampuan dan kecerdasan yang
dimiliki oleh siswa-siswi SMP Negeri 1 Watansoppeng ini.
b. Bagi Guru

76

1) Meningkatkan

motivasi

bagi

guru

untuk

lebih

menyiapkan

pembelajaran yang tepat untuk mengembangkan kecerdasan peserta


didik.
2) Membantu guru dalam mengembangkan kecerdasan majemuk yang
dimiliki oleh setiap peserta didiknya.
3) Sebagai bahan pertimbangan untuk memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya.
c. Bagi Siswa
1) Memberikan motivasi belajar bagi mereka.
2) Mempermudah dalam penguasaan materi pelajaran.
3) Siswa dapat mengembangkan salah satu atau lebih multiple
intelligences yang mereka miliki.
d. Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan dan wawasan peneliti tentang strategi
pembelajaran berbasis multiple intelligences.

76

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Multiple Intelligences
1. Konsep Multiple Intelligences
Multiple Intelligences yang dalam bahasa Indonesia diartikan dengan
kecerdasan ganda atau kecerdasan majemuk merupakan salah satu teori
kecerdasan yang dicetuskan oleh Howard Gardner, seorang pakar psikologi dan
profesor pendidikan Hardvard University. Teori tersebut telah memberikan
pengaruh positif yang signifikan terhadap perkembangan psikologi dan
pendidikan dewasa ini (Ula, 2013: 86).
Howard Gardner telah menemukan konsep kecerdasan majemuk
berdasarkan penelitian yang dituangkan dalam bukunya Frame of Mind pada
tahun 1983. Howard Gardner menemukan bahwa setiap manusia memiliki

76

beberapa jenis kecerdasan yang dapat ditumbuh kembangkan. Jenis-jenis


kecerdasan itu tidak hanya cukup diukur dengan tes tertulis, menyelesaikan soalsoal seperti yang telah berlaku selama berpuluh-puluh tahun.
Bagi Gardner, tes IQ tidak cukup membuktikan seberapa tinggi tingkat
inteligensi yang dimiliki seseorang. Hal ini dikarenakan jenis inteligensi yang
dimiliki setiap manusia beragam. Jadi, sangat tidak cocok jika diuji hanya dengan
tes tulis semata. Sementara tes IQ yang telah dipakai selama ini hanya
menekankan pada kemampuan matematis-logis saja. Begitu beragamnya
inteligensi manusia sehingga tidaklah memungkinkan jika hanya menggunakan
tes IQ sebagai alat ukurnya (Ula, 2013: 87).
Menurut Gardner dalam Djohan (2005: 128-129) menyebutkan bahwa
manusia memiliki 8 inteligensi dasar. Adapun kedelapan jenis inteligensi tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Inteligensi Linguistik
Gardner dalam Ula (2013: 88) menyatakan bahwa inteligensi linguistik
adalah kemampuan untuk menggunakan dan mengolah kata-kata dengan efektif,
baik secara oral maupun tertulis. Inteligensi linguistik berhubungan erat dengan
keterampilan orang dalam menguasai bahasa tulisan dan lisan. Inteligensi jenis ini
banyak menonjol pada seorang sastrawan, pencipta puisi, penulis jurnal, editor,
orator, dramawan maupun pemain sandiwara, guru, pengacara, dan pelatih /
mentor.

76

b. Inteligensi Logis-Matematis
Inteligensi logis-matematis memuat kemampuan menggunakan angkaangka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep
matematis, manganalisis berbagai permasalahan secara logis, menerapkan
matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta
menelaah berbagai permasalahan secara ilmiah. Menurut Gardner, inteligensi
logis-matematis adalah kemampuan yang lebih berkaitan dengan penggunaan
bilangan dan logika secara efektif.

c. Inteligensi Visual-Spasial
Inteligensi

Visual-Spasial

meliputi

kemampuan-kemampuan

untuk

merepresentasikan dunia melalui gambaran-gambaran mental dan ungkapan


artistik. Bagi Howard Gardner, inteligensi ini adalah kemampuan untuk
menangkap dunia ruang-visual secara tepat, kemampuan untuk mengenal bentuk
dan benda secara tepat, melakukan perubahan suatu benda dalam pikiran dan
mengenali perubahan itu, menggambarkan suatu hal atau benda dalam pikiran dan
mengubahnya dalam bentuk nyata, serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.
d. Inteligensi Kinestetik

76

Inteligensi ini meliputi kemampuan menggunakan tubuh atau gerak tubuh


untuk mengekspresikan gagasan dan perasaan. Menurut Gardner, inteligensi
kinestetik ini menyoroti kemampuan untuk menggunakan seluruh badan (atau
bagian dari badan) dalam membedakan berbagai cara, baik untuk ekspresi gerak
(tarian, akting) maupun aktivitas bertujuan (atletik). Semua orang dengan
inteligensi ini akan mampu menggunakan otot-ototnya untuk mengendalikan
gerak badannya, memiliki koordinasi tangan-mata, dan mampu menggerakkan
objek untuk melengkapi sejumlah gerak kompleks atau mengatur sebuah pesan.
Orang-orang dengan inteligensi ini akan sangat menikmati kegiatan fisik, seperti
berjalan kaki, menari, berlari, berkemah, atau berenang.
e. Inteligensi Musikal
Inteligensi ini meliputi kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan
teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana
untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, dan
menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Howard Gardner
mendefinisikan inteligensi musikal sebagai kemampuan untuk mengembangkan,
mengekspresikan, dan menikmati bentuk-bentuk musik serta suara; seperti
kepekaan terhadap ritme, melodi dan intonasi, kemampuan memainkan alat
musik, kemampuan menyanyi dan mencipta lagu, bahkan kemampuan untuk
menikmati lagu, musik serta nyanyian.
f. Inteligensi Interpersonal

76

Inteligensi ini meliputi kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain


dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada
orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi
dengan orang lain, dan memahami intensi, hasrat, dan motivasi orang lain.
g. Inteligensi Intrapersonal
Inteligensi ini bisa juga disebut dengan inteligensi intrapribadi yang adalah
kecerdasan dalam diri sendiri. Kecerdasan ini meliputi kemampuan untuk
mengerti diri sendiri, apa yang terbaik yang harus dilakukan, apa yang harus
dihindari serta apa saja yang dapat meningkatkan kemampuan diri. Jenis
kecerdasan ini terdiri dari kemampuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan
mengelola emosi, dan kemampuan memotivasi diri sendiri.
h. Inteligensi Naturalistik
Howard Gardner mendefinisikan Inteligensi ini sebagai kemampuan
seseorang untuk dapat mengerti flora dan fauna dengan baik, kemampuan untuk
memahami dan menikmati alam, dan menggunakan kemampuan itu secara
produktif dalam berburu, bertani serta mengembangkan pengetahuan akan alam.
Singkatnya, inteligensi naturalistik ini merupakan keahlian mengenali dan
mengategorikan spesies flora dan fauna di lingkungannya.

2. Gaya Belajar Menurut Teori Multiple Intelligences

76

Menurut Gardner dalam Chatib (2015: 91) gaya belajar adalah bagaimana
sebuah informasi dapat diterima dengan baik oleh siswa. Berdasarkan penelitian
yang dilakukannya, ternyata gaya belajar siswa tercermin dari kecenderungan
kecerdasan yang dimiliki oleh siswa tersebut. Multiple Intelligences Research
(MIR) adalah instrumen riset yang dapat memberikan deskripsi tentang
kecenderungan kecerdasan seseorang. Dari analisis terhadap kecenderungan
kecerdasan tersebut, dapat disimpulkan gaya belajar terbaik bagi seseorang.
Gaya belajar di sini diartikan dengan cara dan pola bagaimana sebuah
informasi dapat dengan baik dan sukses diterima oleh otak seseorang. Oleh karena
itu, seharusnya setiap guru memiliki data tentang gaya belajar siswanya masingmasing. Kemudian, setiap guru harus menyesuaikan gayanya dalam mengajar
dengan gaya belajar siswa yang telah diketahui dari hasil MIR.
Dalam multiple intelligences dikenal beragam gaya belajar siswa menurut
jenis kecerdasannya. Menurut Thomas Armstrong dalam Dilaga (2014: 16 - 19),
gaya belajar sisiwa dalam multiple intelligences meliputi :
a. Belajar dengan cara linguistik
Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakat dalam bidang ini adalah
dengan mengucapkan, mendengar dan melihat kata-kata. Cara terbaik untuk
memotivasi mereka di rumah termasuk berbicara dengan mereka, menyediakan
banyak buku, rekaman dan kaset kata-kata yang diucapkan, serta berikan
kesempatan mereka untuk banyak menulis.
b. Belajar dengan cara logis-matematis

76

Anak-anak yang memiliki kelebihan dalam kecerdasan jenis ini belajar


dengan membentuk konsep dan mencari pola serta hubungan abstrak. Berikan
mereka materi konkret yang bisa dijadikan bahan percobaan, waktu yang
melimpah untuk mempelajari gagasan baru, kesabaran dalam menjawab rasa ingin
tahu mereka dan jawaban logis untuk jawaban yang diberikan.
c. Belajar dengan cara spasial
Anak-anak yang unggul dalam bidang ini paling efektif belajar secara
visual melalui gambar, slide atau video. Mereka perlu diajari melalui gambar,
metafora visual dan warna. Cara terbaik untuk memotivasi mereka adalah melalui
media seperti film, slide, video, diagram, peta dan grafik, serta beri kesempatan
pada mereka untuk menggambar dan melukis.
d. Belajar dengan cara kinestetik
Anak-anak yang berbakat dalam kecerdasan ini belajar dengan menyentuh,
memanipulasi dan bergerak. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat
kinestetik, dinamik dan viseral. Cara terbaik memotivasi mereka adalah melalui
seni peran, improvisasi dramatis, gerakan kreatif dan semua jenis kegiatan yang
melibatkan kegiatan fisik.
e. Belajar dengan cara musikal
Anak-anak dengan kecerdasan musikal belajar melalui irama dan melodi.
Mereka bisa mempelajari apa pun dengan lebih mudah jika hal itu dinyanyikan,
diberi ketukan atau disiulkan. Gunakan metronom, instrumen perkusi atau
software musik sebagai cara untuk mempelajari misteri baru. Biarkan mereka

76

belajar dengan diiringi musik kesukaan mereka jika hal ini kelihatannya
membantu.
f. Belajar dengan cara interpersonal
Cara belajar terbaik anak-anak yang berbakat dalam kategori ini adalah
berhubungan dan bekerja sama. Mereka perlu belajar melalui interaksi dinamis
dengan orang lain. Sediakan berbagai jenis permainan yang bisa mereka lakukan
bersama teman-teman mereka.
g. Belajar dengan cara intrapersonal
Anak-anak dengan kecenderungan ke arah ini paling efektif belajar ketika
diberi kesempatan untuk menetapkan target, memilih kegiatan mereka sendiri, dan
menentukan kemajuan mereka sendiri melalui proyek apapun yang mereka minati.
Anak-anak ini memotivasi diri mereka sendiri. Berikan mereka kesempatan untuk
belajar sendiri, dengan kecepatan yang mereka tentukan sendiri dan melakukan
proyek serta permainan individu.
h. Belajar dengan cara naturalis
Anak-anak yang cenderung sebagai naturalis akan menjadi bersemangat
ketika terlibat dalam pengalaman di alam terbuka. Anak yang memiliki
kecerdasan seperti ini cenderung senang mengobservasi lingkungan alam seperti
aneka macam bebatuan, jenis-jenis lapisan tanah serta aneka macam flora dan
fauna. Selain itu mereka menyukai subjek, cerita-cerita dan pertunjukan yang
berhubungan dengan binatang dan fenomena alam. Bahkan mereka menunjukkan
minat yang luar biasa terhadap mata pelajaran seperti biologi dan mata pelajaran
yang berhubungan dengan alam serta makhluk hidup.

76

3. Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences


Suyanto dan Haryanto dalam Dilaga (2014: 19) mengemukakan bahwa
strategi pembelajaran adalah rangkaian kegiatan terkait dengan pengelolaan siswa,
lingkungan belajar, sumber belajar dan penilaian untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Adapun strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah segala bentuk aktivitas dan strategi yang
dilakukan oleh guru dalam memperhatikan kecerdasan majemuk yang dimiliki
oleh siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ada. Intinya adalah
bagaimana guru dapat mengemas gaya mengajarnya agar mudah ditangkap dan
dimengerti oleh siswanya.
Pendalaman tentang strategi pembelajaran ini akan menghasilkan
kemampuan guru membuat siswa tertarik dan berhasil dalam belajar dengan
waktu yang relatif singkat (Chatib, 2015: 98). Masih menurut Chatib (2015: 107)
strategi

pembelajaran

berdasarkan

multiple

intelligences

sangat

banyak

jumlahnya. Seiring dengan kreativitas guru, database strategi multiple


intelligences juga terus berkembang.
4. Langkah-langkah Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Menurut Chatib (2015: 122-130), langkah-langkah dalam merancang
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences sebagai berikut :
a. Langkah 1
Strategi pembelajaran yang baik adalah batasi waktu guru dalam
melakukan presentasi (30%), limpahkan waktu terbanyak (70%) untuk aktivitas
siswa. Dengan aktivitas tersebut, secara otomatis siswa akan belajar.

76

b. Langkah 2
Untuk merancang strategi pembelajaran terbaik adalah gunakan modalitas
belajar yang tertinggi, yaitu dengan modalitas kinestetis dan visual dengan akses
informasi melihat, mengucapkan, dan melakukan.
c. Langkah 3
Strategi pembelajaran terbaik adalah mengaitkan materi yang diajarkan
dengan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari yang mengandung keselamatan
hidup.
d. Langkah 4
Strategi pembelajaran terbaik adalah menyampaikan materi kepada siswa
dengan melibatkan emosinya. Hindarkan pemberian materi secara hambar dan
membosankan.
e. Langkah 5
Strategi pembelajaran yang terbaik adalah pembelajaran dengan
melibatkan partisipasi siswa untuk menghasilkan manfaat yang nyata dan dapat
langsung dirasakan oleh orang lain. Siswa merasa mempunyai kemampuan untuk
menunjukkan eksistensi dirinya.

B. Motivasi
Menurut Soeharto (1990: 13), motivasi adalah daya dalam diri seseorang
yang mendorong untuk melakukan sesuatu. Motivasi belajar pada hakekatnya
adalah dorongan penggerak aktif dalam diri siswa untuk melakukan aktivitas
belajar. Motivasi belajar bisa dikatakan sebagai energi dalam diri seseorang yang

76

ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap


tujuan-tujuan belajar. Motivasi belajar menentukan secara langsung terhadap
intensitas belajar, seseorang yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
melakukan kegiatan belajar secara optimal (Wiyono dalam Ekawarna, 2013: 81).
Selain itu, menurut Sardiman (2012: 75-76), motivasi dapat juga dikatakan
sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga
seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan
berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi,
motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu sendiri tumbuh
di dalam diri seseorang. Dalam kegiatan belajar, motivasi dapat dikatakan sebagi
keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan dapat memberikan
arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar
itu dapat tercapai. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa
senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan
mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Jadi, tugas guru
adalah bagaimana mendorong para siswa agar pada dirinya tumbuh motivasi.
Adapun motivasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah motivasi
bernyanyi pada siswa kelas VIII SMPN 1 Watansoppeng. Motivasi bernyanyi
yang dimaksud adalah bagaimana siswa dapat menunjukkan perhatian, kepuasan
belajar, semangat belajar, dan kepercayaan diri dalam mengikuti proses
pembelajaran seni musik di kelas.

76

C. Seni Musik
Sebagai suatu cabang seni, kegiatan dalam musik memiliki persamaan
dengan cabang-cabang seni lainnya, yaitu sama-sama bergerak dalam kegiatan
estetika atau keindahan. Bedanya ialah bahwa seni musik menggunakan bunyi
sebagai sarana pencapaiannya. Dengan demikian, musik adalah seni bunyi. Bunyi
yang bukan sekedar nada dan suara, melainkan lebih dari itu.
Seperti kita ketahui, biasanya musik memang tampil berupa rangkaian
nada, baik dalam bentuk vokal (suara manusia) ataupun instrumental (alat musik).
Namun, bukankah musik dapat pula dihasilkan hanya dengan tepuk tangan atau
dengan dua potong kayu yang saling dipukulkan. Dalam hal ini keduanya
merupakan alat musik yang bernada meskipun ada bunyinya.
Dalam kaitannya dengan wawasan seni, tidak semua bunyi yang indah
dapat dianggap sebagai karya seni sebab yang disebut karya seni ialah jika bunyi
itu berupa hasil olah pikir, akal budi, dan perasaan manusia. Jadi, kicau burung di
dahan atau percik air di pematang sawah bukanlah karya seni walaupun kita akui
bahwa keindahannya memang dapat membangkitkan dan menumbuhkan rasa seni
yang mendengarkannya. Demikianlah, musik adalah seni bunyi yang sengaja
dibuat manusia untuk mengungkapkan ide dari akal budi dan perasaan batinnya
(Soeharto, 1990: 8).
Seni musik yang dibahas pada penelitian adalah pembelajaran seni musik
yang diajarkan pada jenjang pendidikan sekolah menengah pertama. Pembelajaran
seni musik di SMP khususnya pada kelas VIII memiliki standar kompetensi dan
kompetensi dasar yang dicapai, dimana dalam indikatornya siswa dituntut untuk

76

mampu menyanyikan lagu daerah nusantara baik secara individu ataupun


kelompok.
D. Karakteristik Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Siswa SMP rata-rata berumur antara 13 sampai 16 tahun. Pada sekitar
umur tersebut mereka berada dalam masa pancaroba, yaitu masa peralihan dari
alam kanak-kanak ke alam dewasa. Pada suatu ketika mereka akan menampakkan
sifat kekanak-kanakannya, tetapi pada saat lain mereka menampakkan sifat
kedewasaannya. Dalam pergaulan sehari-hari sifat akunya mulai berubah, dari aku
sebagai pusat segala-galanya menjadi aku yang sudah bukan anak-anak lagi.
Mereka senang berkelompok dengan teman sebaya. Kadang-kadang disertai
loyalitas yang tinggi dan berpikir kritis. Perkembangan jasmaninya juga
menampakkan perubahan yang nyata. Terlebih kepada anak laki-laki yang
suaranya telah turun satu oktaf dari suara semula. Menghadapi hal tersebut
sebaiknya siswa tidak perlu mendapat layanan khusus, biarkan mereka ikut
menyanyi. Jangan dilarang, tetapi jangan pula dipaksa untuk mencapai nada
tinggi. Sebaiknya guru mengusahakan tugas-tugas yang bersifat kelompok dalam
proses pembelajaran (Soeharto, 1990: 8).
E. Kerangka Pikir
Dalam melaksanakan penelitian ini, ada beberapa hal yang perlu ditinjau
dari berbagai unsur. Sehingga pemahaman yang didapatkan bukan hanya pada
bentuk penyajiannya saja tetapi melibatkan berbagai unsur yang saling berkaitan
antara satu dengan lainnya. Dengan membaca serta memahami dan melihat

76

konsep atau teori yang telah diuraikan diatas dengan acuan atau landasan berpikir,
maka dapatlah dibuat skema yang dijadikan kerangka berpikir. Adapun skema
tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Pembelajaran Seni Musik

Strategi Pembelajaran Berbasis


Multiple Intelligences

Siswa Kelas VIII

Perhatian, Percaya Diri,


Kepuasan Belajar, dan
Semangat Belajar

SMPN 1 Watansoppeng

Motivasi Bernyanyi

Gambar 1. Skema Kerangka Pikir

BAB III
METODE PENELITIAN

76

A. Variabel dan Desain Penelitian


1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian adalah variasi yang merupakan unsur obyek
dalam penelitian tersebut. Ada dua variabel dalam penelitian ini yakni variabel
independen (variabel bebas) dan variabel despenden (variabel terikat). Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau sebab perubahan timbulnya
variabel terikat. Sementara variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi,
akibat dari adanya variabel bebas. Adapun variabel penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. Penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences pada siswa
kelas VIII SMPN 1 Watansoppeng merupakan variabel bebas.
b. Meningkatkan motivasi bernyanyi pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng merupakan variabel terikat.
2. Desain Penelitian
Pada hakekatnya, desain penelitian merupakan strategi dalam mengatur
setting penelitian dan dibuat sebagai kerangka acuan dalam melaksanakan
penelitian. Agar penelitian ini dapat terlaksana dengan baik dan mudah, maka
desain penelitian harus di susun dengan baik dan terencana. Ada banyak macam

76

model desain penelitian yang dapat diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.
Namun, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model yang dikemukakan
oleh Kemmis dan Mc Taggart. Adapun desain penelitian ini adalah sebagai berikut
:

Refleksi
Perencanaan

Pengamata

Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Multiple I


SIKLUS
II

Pengamatan Terhadap Motivasi Bernyanyi Siswa

Kesim

Gambar 2. Skema Desain Penelitian

76

B. Definisi Operasional Variabel


Dalam pembahasan variabel yang telah dikemukakan mengenai variabelvariabel yang akan diamati. Agar tercapai tujuan yang diharapkan dalam
pelaksanaan penelitian, maka pendefinisian tentang maksud-maksud variabel
penelitian yang sangat penting dijelaskan. Adapun definisi dari variabel yang
dimaksud adalah :
1. Bagaimana pelaksanaan penerapan strategi pembelajaran berbasis multiple
intelligences pada siswa kelas VIII SMPN 1 Watansoppeng. Dalam hal ini
dideskripsikan bagaimana langkah-langkah dalam menerapkan strategi
tersebut dalam pembelajaran seni musik.
2. Sejauh mana strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences ini dapat
meningkatkan motivasi bernyanyi pada siswa kelas VIII SMPN 1
Watansoppeng. Motivasi bernyanyi yang dimaksud adalah bagaimana siswa
menunjukkan perhatian, kepuasan belajar, semangat belajar, kepercayaan diri,
dan membangun kerja sama dalam mengikuti proses pembelajaran seni musik
di kelas.

C. Subjek Penelitian

76

Berdasarkan dari judul penelitian yang diangkat, maka subjek penelitian


ini adalah Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Watansoppeng khususnya pada siswa
kelas VIII.4 yang berjumlah 24 orang, 13 laki-laki dan 11 perempuan.

D. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Watansoppeng yang terletak
di Jln.Samudera No.6, kelurahan Botto, kecamatan Lalabata, kabupaten Soppeng.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Februari 2016 sampai
dengan 12 Maret 2016.

E. Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Suharsimi Arikunto (2010: 199) menyatakan bahwa observasi atau
pengamatan meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indera. Pada penelitian ini, observasi
dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan pengamatan terhadap
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan perilaku siswa selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung.
2. Dokumentasi

76

Suharsimi Arikunto (2010: 201) menyatakan bahwa metode dokumentasi


merupakan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, catatan harian, dan sebagainya. Dalam penelitian ini, dokumentasi
yang digunakan berupa dokumentasi foto dan dokumen terkait lainnya untuk
menggambarkan situasi kegiatan belajar mengajar.
3. Wawancara
Wawancara (interview) atau sering disebut kuesioner lisan, adalah
sebuah dialog yang dilakukan pewawancara (interview) untuk memperoleh
informasi dari terwawancara. Wawancara dilakukan dengan cara menentukan
tanya jawab langsung antara pewawancara dengan yang diwawancara tentang
segala sesuatu yang diketahui oleh pewawancara (Suyono Arikunto, 2013:
81).
Menurut Sugiyono (2015: 194) wawancara dapat dilakukan secara
terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka
(face to face) maupun dengan menggunakan telepon. Dalam penelitian ini,
peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak
terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa
garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2015: 197).

76

Adapun wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada guru, dan


siswa SMP Negeri 1 Watansoppeng. Wawancara menjadi salah satu bahan
pertimbangan untuk melakukan refleksi dan perbaikan dalam penerapan
strategi pembelajaran berbasis multiple intelligences.
4. Angket
Angket atau kuesioner adalah instrumen pengumpul data yang
digunakan dalam teknik komunikasi tak langsung. Artinya responden secara
tidak langsung menjawab daftar pertanyaan tertulis yang dikirim melalui
media tertentu. Tujuan penyebaran angket adalah mencari informasi yang
lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa merasa khawatir bila
responden memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan kenyataan dalam
pengisian pertanyaan. Berdasarkan kebebasan responden dalam menjawab
setiap pertanyaan, angket dibagi menjadi dua, yaitu angket terbuka dan angket
tertutup (Suyono Arikunto, 2013: 81).
Angket terbuka merupakan angket yang bisa dijawab atau direspon
secara bebas oleh responden. Peneliti tidak menyediakan alternatif jawaban
bagi responden. Sementara angket tertutup merupakan angket yang jumlah
item dan alternatifjawaban maupun responnya sudah ditentukan, sehingga
responden tinggal memilihnya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
(Suyono Arikunto, 2013: 82). Adapun dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan angket tertutup.

76

F. Instrumen Penelitian
Sugiono dalam Nursam (2015: 31) mengemukakan bahwa pada prinsipnya
meneliti merupakan kegiatan melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur
yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian.
Jadi instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Adapun instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Lembar Observasi
Lembar observasi adalah alat atau pedoman yang diisi oleh observator
yang melakukan observasi. Dalam penelitian ini, lembar observasi digunakan
untuk mengamati kegiatan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Angket atau Kuisioner
Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner tertutup. Pemilihan kuesioner jenis ini agar analisis
data yang dikumpulkan lebih valid daripada menggunakan jenis kuesioner
terbuka.
Skala dalam kuesioner yang akan digunakan menggunakan penilaian
skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap pendapat dan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2015: 134). Jumlah alternatif pilihan yang ada pada skala Likert ada 5 jenis

76

(sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju). Untuk
mengurangi kemungkinan responden menjawab pilihan netral (ragu-ragu),
maka pada kuesioner ini pilihan jawaban ragu-ragu sengaja tidak digunakan
sebagai alternatif jawaban bagi responden.

G. Teknik Analisis Data


Berdasarkan data yang dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis
terhadap hasil dan proses pembelajaran seni musik. Analisis dilakukan dengan dua
cara, yaitu secara kualitatif dan kuantitaif.
1. Teknik Kualitatif
Analisis data kualitatif adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
dokumentasi (Sugiyono 2009: 335). Data kualitatif dalam penelitian ini
diperoleh dari data nontes berdasarkan hasil observasi, dokumentasi foto, dan
wawancara. Analisis data observasi akan memberikan gambaran mengenai
perubahan perilaku harian siswa selama proses pembelajaran, baik sebelum
dan sesudah diterapkannya strategi pembelajaran berbasis MI. Data
dokumentasi tidak dianalisis secara khusus, tetapi hanya digunakan sebagai
data pelengkap dan pendukung selama proses pembelajaran. Analisis data
wawancara memberikan keterangan tentang latar belakang dan kondisi tempat
penelitian.

76

2. Teknik Kuantitatif
Tujuan menganalisis data secara kuantitaif yaitu untuk mengetahui
peningkatan motivasi bernyanyi siswa dalam pembelajaran seni musik. Dalam
penelitian ini, data akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan
angket untuk mengukur motivasi bernyanyi siswa. Analisis data angket
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) menjumlahkan skor
masing-masing aspek, (2) membagi skor tersebut dengan jumlah pernyataan
yang dikalikan dengan jumlah siswa, (3) hasil penghitungan dikalikan 100%
agar menjadi prosentase. Adapun aspek yang akan dinilai dalam kisi-kisi
angket yakni perhatian, percaya diri, kepuasan belajar, dan semangat belajar
siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Berikut tabel kategori hasil
perhitungan angket siswa :
Tabel 1. Kategori Hasil Perhitungan Angket

No.

SKOR

PROSENTASE

KATEGORI

1.

0 - 24

0 25 %

Tidak Termotivasi

2.

25 - 48

26, 04 50 %

Kurang Termotivasi

3.

49 - 72

51, 04 75 %

Termotivasi

4.

73 - 96

76, 04 100 %

Sangat Termotivasi

Adapun analisis data observasi dilakukan dengan menggunakan rumus


rata-rata sederhana yakni membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah

76

siswa kemudian hasil perhitungan dikalikan 100% agar menjadi prosentase.


Berikut tabel kategori hasil perhitungan observasi siswa :
Tabel 2. Kategori Hasil Perhitungan Observasi Siswa

No.

FREKUENSI

PROSENTASE

KATEGORI

1.

0-6

0 25 %

Tidak Termotivasi

2.

7 - 12

29, 17 50 %

Kurang Termotivasi

3.

13 - 18

54, 17 75 %

Termotivasi

4.

19 - 24

79, 17 100 %

Sangat Termotivasi

Hasil perhitungan antara siklus I dan siklus II kemudian dibandingkan.


Hasil inilah yang kemudian dijadikan dasar untuk mengetahui prosentase
peningkatan motivasi bernyanyi siswa dalam proses pembelajaran pada siswa
kelas VIII SMP Negeri 1 Watansoppeng yang selanjutnya akan dijelaskan
dalam bentuk deskriptif.

76

DAFTAR PUSTAKA

A.M, Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada
Arikunto, Suharsimi. (2010). Penelitian Pendidikan. Bandung: Rineka Cipta
Arikunto, Suyono. (2013). Cara Dahsyat Membuat Skripsi. Jawa Timur: Jaya Star
Nine
Candra, Dwi Mila. "Penerapan Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences
Pada Siswa Kelas V Di Sd Juara Gondokusuman Yogyakarta" Skripsi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.
Dilaga, Nur. "Meningkatkan Hasil Belajar Ipa Melalui Strategi Pembelajaran
Berbasis Multiple Intelligences Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri

76

Gembongan" Skripsi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri


Yogyakarta, 2014.
Djohan. (2005). Psikologi Musik.Yogyakarta: Buku Baik Yogyakarta
Ekawarna. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta Selatan: REFERENSI
Faridah, Nur. "Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences Bagi Siswa Usia
Pendidikan Dasar" Skripsi Tarbiah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2012.
Munif Chatib dan Alamsyah Said. (2012). Sekolah anak-anak Juara. Bandung:
Kaifa
Munif Chatib. (2012). Gurunya Manusia. Bandung: Kaifa
. (2013). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa
. (2015). Sekolahnya Manusia. Bandung: Kaifa
Nursam. Kemampuan Menulis Teks Eksposisi Siswa Kelas X SMA Negeri 2
Makassar Proposal Penelitian Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas
Negeri Makassar, 2015
Septianto, Kris Hari. Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Ansambel Musik
Melalui Media Midi Pada Siswa Kelas VIII H di SMP Negeri 3 Ungaran
Skripsi Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang, 2013
Soeharto, M. (1990). Pendidikan Seni Musik Buku Guru Musik Sekolah
Menengah Pertama. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Sousa, David A. (2012). Bagaimana Otak yang Berbakat Belajar. Jakarta Barat:
PT Indeks
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfa Beta
Syamsiah, A."Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Kelas VIII Dalam Belajar
Praktik Tari Melalui Materi Tari Kreasi SMP Negeri 3 Watansoppeng"
Skripsi Fakultas Seni dan Bahasa Universitas Negeri Makassar, 2007.
Ula, Shoimatul. (2013). Revolusi Belajar.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Uno, Hamzah B. (2009). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:
Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai