S1 2016 330877 Introduction
S1 2016 330877 Introduction
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Motion sickness atau mabuk perjalanan adalah gangguan yang
disebabkan oleh adanya gerakan, sehingga dapat memicu rasa mual, pusing,
bahkan muntah. Mabuk perjalanan dapat muncul akibat pengaruh dari senyawa
penghantar saraf, yakni histamin. Histamin yang berikatan dengan reseptor H1
kemudian akan memicu reaksi mual dan muntah (Patil dkk., 2014). Suatu
senyawa dibutuhkan untuk bisa mencegah ikatan yang terjadi antara histamin
dengan reseptor H1 agar tidak timbul reaksi mual dan muntah, yakni antihistamin.
Antihistamin akan berikatan dengan reseptor H1 menggantikan histamin. Salah
satu contoh antihistamin yang biasa digunakan adalah Promethazin-HCl yang
merupakan antihistamin generasi pertama. Promethazine-HCl (PM-HCl) memiliki
karakter rasa yang pahit sehingga dibutuhkan treatment khusus untuk
mengatasinya (Kolhe dkk., 2013). Promethazine-HCl akan diinkluisikan ke dalam
molekul -siklodekstrin untuk menutupi rasa pahit dengan metode kneading.
Kneading dipilih karena relatif sederhana dan dapat menghasilkan jumlah
kompleks yang relatif lebih banyak dibandingkan ko-presipitasi dan spray dry
(Miclea dkk., 2010).
Kebanyakan sediaan antimual yang ada di pasaran berbentuk tablet
konvensional, sehingga kurang efektif bagi pasien yang sedang mengalami mabuk
perjalanan karena saat seseorang merasa mual, maka ada reflek untuk
mengeluarkan benda yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Oleh sebab itu,
dibutuhkan suatu bentuk sediaan yang tidak perlu ditelan. Anak-anak adalah
kalangan yang sering mengalami mabuk perjalanan, sehingga dibutuhkan suatu
sediaan yang acceptable untuk anak-anak yang masih kesulitan untuk menelan
obat. FDT merupakan sediaan yang cocok karena dapat langsung hancur di dalam
mulut tanpa membutuhkan air, sehingga akan lebih praktis terutama untuk orang
yang sedang dalam perjalanan dengan ketersediaan air yang terbatas. Sediaan
dalam bentuk FDT juga akan memudahkan anak-anak (usia 5-7 tahun) yang masih
sulit menelan obat. FDT akan memberi aksi yang cepat karena zat aktif akan
diabsorpsi langsung ke pembuluh darah tanpa perlu melalui saluran cerna
sehingga dapat menghindari first-pass effect (Bhowmik dkk., 2009).
Suatu sediaan haruslah dapat melepaskan zat aktifmya agar dapat
menimbulkan efek. Kecepatan pelepasan obat dipengaruhi oleh kemampuan
disintegrasi sediaan. Semakin cepat sediaan terdisintegrasi, maka pelepasan zat
aktif akan semakin cepat, sehingga akan cepat pula memberikan efek terapi.
Kemampuan FDT untuk dapat terdisintegrasi dengan cepat dipengaruhi oleh
adanya
eksipien
yang
disebut
superdisintegrant.
Terdapat
dua
jenis
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
pengaruh
kombinasi
superdisintegrant
Ac-Di-Sol
dan
siklodekstrin?
2.
1.
Tujuan Umum :
Memperoleh produk sediaan Fast Disintegrating Tablet (FDT) dengan
formula yang memberikan sifat fisik optimum.
2.
Tujuan Khusus :
a.
b.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan mampu memberikan informasi
mengenai
a.
Definisi
Fast Disintegrating Tablet (FDT) merupakan tablet yang
ditempatkan di mulut dan hancur dalam waktu kurang dari 60 detik oleh
saliva tanpa membutuhkan air dan memberi aksi yang cepat. (Jain &
Naruka, 2009).
b.
1.)
2.)
3.)
4.)
5.)
6.)
Penggunaan yang mudah, terutama untuk pasien pediatric dan geriatric yang
sukar menelan.
7.)
1.)
2.)
c.
Metode Pembuatan
Ada beberapa macam metode pembuatan fast disintegrating tablet (FDT)
setelah dibekukan. Teknik ini menciptakan struktur berpori yang dapat terlarut
dengan cepat. Zat aktif dilarutkan pada cairan yang terdapat di matriks, lalu
ditimbang dan dituang pada cetakan, kemudian dilewatkan pada terowongan
pembekuan. Kemudian cetakan ditempatkan di lemari pendingin, selanjutnya
tablet dilepas dari cetakan.
2.)
Molding
Molding ada dua tipe, yakni solvent method dan heat method. Solvent
method melibatkan pembasahan serbuk dengan pelarut hydro alcohol yang diikuti
dengan pengempaan pada tekanan rendah yang menghasilkan masa yang basah.
Heat method adalah metode dengan cara membuat suspensi yang mengandung
agar dan gula (misal: manitol atau laktosa) kemudian suspensi tersebut dituang
pada cetakan, lalu dilakukan proses pengerasan agar pada suhu ruangan supaya
membentuk jeli dan keringkan pada suhu 30C dibawah vacuum.
3.)
Spray dring
Pada teknik ini, gelatin dapat digunakan sebagai agen pendukung dan
matriks, manitol sebagai bulking agen, dan sodium starch glycolate atau Avicell
PH 102 atau Primogel digunakan sebagai superdisintegrant. Tablet yang dibuat
dengan cara spray dring dilaporkan dapat terdisintegrasi kurang dari 20 detik
pada medium berair. Tablet yang dihasilkan dapat dengan cepat terdisintegrasi
ataupun melarut.
4.)
Sublimation
Untuk menciptakan matriks yang berpori, dibutuhkan bahan yang mudah
5.)
Direct compression
Metode ini adalah metode yang sangat sederhana, murah, dan juga
perlatan yang dibutuhkan tidak rumit. Akan tetapi, metode ini mengharuskan
bahan-bahan yang digunakan memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang tinggi
agar dapat dihasilkan tablet yang baik.
Dalam metode kempa langsung, zat aktif dicampur dengan eksipien,
kemudian diberi pelicin dan selanjutnya dikempa langsung menjadi tablet
(Mohanachandran dkk., 2011). Metode kempa langsung membutuhkan komponen
yang memiliki sifat alir, kompaktibilitas, dan kompresibilitas yang baik
(Ohwoavworhua dkk., 2007).
2.
Superdisintegrant
a.
Definisi
Superdisintegrant adalah agen penghancur yang telah dimodifikasi
disintegrasi
sehingga
akan
meningkatkan
kecepatan
disolusi.
Mekanisme
Swelling
Swelling adalah mekanisme yang ada pada pati. Ketika kontak dengan
air, bahan penghancur yang ada di dalam tablet akan mengembang dan
menyebabkan bahan yang ada di dalam tablet terdesak sehingga tablet pecah
(Mangal dkk., 2012).
2.)
Wicking
Disintegran (dengan gaya kohesi dan kompresibilitas rendah) akan
menyebabkan terbentuknya pori-pori pada tablet, sehingga air akan dapat masuk
dan menyebabkan tablet pecah. Contohnya Crospovidon, Crosscarmillose
(Mangal dkk., 2012).
10
3.)
Deformasi
Selama kompresi tablet, partikel mengalami deformasi. Deformasi
tersebut kembali pada ukuran normal ketika terjadi kontak dengan media (Bala
dkk., 2012).
4.)
Repulsion
Partikel yang tidak mengembang pun dapat menyebabkan disintegrasi
tablet. Teori ini meyakini bahwa tidak ada mekanisme tunggal yang bertanggung
jawab pada aksi disintegran, melainkan kombinasi dari mekanisme-mekanisme
mayor. Air akan masuk ke dalam pori-pori dan partikel akan saling tolak menolak
karena adanya gaya listrik (Mangal dkk., 2012)
3.
sebagai penutup rasa pahit dari obat dengan cara menurunkan kelarutan atau
menurunkan paparan partikel obat yang pahit. Metode yang bisa digunakan untuk
kompleks inklusi adalah grinding, solid dispersion / co-evaporated dispersion,
neutralization method, kneading method, precipitation method, spray drying, dan
melting (Sharma & Chopra, 2010).
11
b.
12
c.
d.
e.
kecepatan dan sensitifitasnya yang baik. FTIR mampu menganalisis area yang
sangat sulit dan tidak mungkin dilakukan oleh instrumen dispersif. FTIR mampu:
1.
2.
3.
daerah spektrum IR, sehingga bisa dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif
(Krishna dkk., 2013). Prinsip kerja FTIR adalah sebagai berikut :
13
Prinsip FTIR adalah energi yang diserap sampel pada berbagai frekuensi
sinar infra merah direkam, diteruskan ke inferometer, kemudian diubah menjadi
inferogram. Sedangkan mekanisme kerja yang terjadi pada FTIR terlihat pada
Gambar 5.
Sinar yang datang dari sumber sinar akan diteruskan kemudian dipecah
oleh pemecah sinar menjadi dua bagian sinar yang saling tegak lurus. Sinar
tersebut akan dipantulkan oleh dua cermin, yaitu cermin diam dan bergerak.
Pantulan sinar dari kedua cermin akan dipantulkan kembali ke pemecah sinar.
Dari pemecah sinar, sinar akan diarahkan menuju sampel dan selanjutnya
diteruskan menuju detektor. Sinar yang sampai pada detektor ini akan
menghasilkan sinyal yang disebut inferogram. Inferogram akan diubah menjadi
spectra IR dengan bantuan komputer (Stuart, 2004).
14
5.
a.
b.
15%
10%
7,5%
5%
30%
20%
15%
10%
memiliki kadar kurang dari 25 mg atau kurang dari 25% dalam tablet harus
15
Uji kerapuhan
Kerapuhan merupakan parameter yang digunakan untuk menilai
Uji kekerasan
Kekerasan tablet adalah parameter untuk mengukur kekuatan atau
16
yang terjadi antarpartikel dalam tablet, serta berhubungan dengan waktu hancur
tablet, waktu pembasahan, dan disolusi tablet. Semakin keras suatu tablet maka
jarak antar partikel penyusun tablet semakin rapat sehingga penetrasi air ke dalam
tablet akan terhambat. Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan hardness
tester. Kekerasan FDT yang baik adalah 3-5 kg/cm2 (Panigrahi dkk., 2010).
e.
partikel halus dicatat sebagai waktu hancur (Bhowmik dkk., 2009). Waktu hancur
yang dipersyaratkan untuk FDT tidak lebih dari 3 menit (Departmeent of Health,
2009). Kavitha dkk. (2013) menyebutkan waktu hancur FDT tidak lebih dari 60
detik. Semakin cepat tablet terdisintegrasi maka semakin cepat zat aktif lepas dari
sediaan untuk memberikan efek terapi.
f.
mencapai permukaan teratas dari tablet (Prajapati & Patel, 2010). Waktu
pembasahan dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan penyerapan air.
Semakin cepat waktu pembasahan suatu tablet akan semakin baik karena dapat
mempercepat waktu hancur tablet, walaupun tidak ada persyaratan khusus untuk
pembasahan FDT. Uji waktu pembasahan dilakukan untuk mengetahui seberapa
cepat FDT dapat menyerap air, dimana kecepatan penyerapan air akan
mempengaruhi kemampuan dan kecepatan disintegrasi dari tablet. Semakin cepat
waktu pembasahan, maka kemampuan disintegrasi tablet menjadi lebih cepat.
17
g.
kapasitas matriks tablet untuk menyerap dan menampung air. Rasio absorpsi
berkaitan dengan kemampuan disintegrasi tablet karena dengan semakin banyak
air yang dapat diserap oleh matriks tablet maka semakin baik kemampuan
disintegrasinya.
Gambar 6. Properti alat uji rasio absorpsi air (Laboraturium FTS Padat Farmasi UGM)
h.
Uji Disolusi
Disolusi adalah proses melarutnya zat aktif ke dalam suatu medium
setelah terlepas dari sediaannya. Uji disolusi obat yang dilakukan secara in vitro
bertujuan untuk melihat profil disolusi dan mengetahui persen pelepasan obat. Uji
18
disolusi
FDT
Promethazine-HCl
terinklusi
-siklodekstrin
dilakukan
Y
a, b, ab
(A)dan (B)
19
Monografi Bahan
a.
Promethazine HCl
Promethazine-HCl (C17H20N2S,HCl) adalah hidroklorida dari10-(2-di-
methylamnino-n-propyl)phenothiazine.Promethazine-HCl
menggunakan
spektrofotometri-UV
akibat
adanya
dapat
gugus
dianalisis
kromofor
dan
BM = 320,88
Memiliki aksi sebagai antikolinergik, antiemetikum, lokal anastesi, dan
memiliki sifat sedatif. Digunakan sebagai obat mual (antiemetikum) pada kasus
motion sickness atau mabuk perjalanan. Promethazine-HCl merupakan antagonis
reseptor H1, sehingga berkompetisi dengan histamin bebas untuk berikatan dengan
reseptor H1, agar histamin bebas tidak dapat berinteraksi dengan sisi aktif reseptor
20
untuk mencegah timbulnya mual (Patil dkk., 2014). Promethazine yang tersedia
dalam bentuk garam dengan hidroklorida menyebabkan sifatnya menjadi hidrofil
(Popescu & Grigoriu, 2012). Sebagai akibat dari sifatnya yang mudah larut dalam
air, maka akan memudahkan dalam pembuatan sediaan Fast Disintegrating
Tablet, karena sayarat FDT yang baik adalah tidak meninggalkan residu, sehingga
bahan-bahan yang digunakan harus larut dalam air (Dhiman dkk., 2012).
Promethazine-HCl adalah antiemetikum yang sangat kuat namun memiliki
bioavailabilitas oral hanya 25% dikarenakan Promethazine-HCl mengalami firstpass effect yang intensif dalam hati (Ganguly dkk., 2014). Promethazine-HCl
berbentuk serbuk berwarna putih agak krem, tidak berbau, memiliki rasa yang
pahit, dan memiliki kelarutan yang baik di air. Dosis yang digunakan untuk anakanak diatas 2 tahun adalah 0,5 mg/kg BB (Lacy dkk., 2001-2002). Sangat mudah
larut dalam air, dalam etanol mutlak panas dan dalam kloroform, praktis tidak
larut dalam eter, dalam aseton, dan dalam etilasetat (Departemen Kesehatan,
1995).
b.
Ludipress
Terdiri dari laktosa, Kollidon 30, dan Kollidon CL. Ludipress digunakan
21
Ac-Di-Sol
Memiliki nama lain croscarmellose sodium, digunakan secara luas
sebagai disintegran pada kapsul, tablet, dan granul. Biasa digunakan dalam
formulasi tablet yang diproses secara kempa langsung maupun granulasi basah
(Rowe dkk., 2006).
22
Crospovidone
Memiliki nama kimia 1-ethenyl-2-pyrolidinone homopolymer. Biasa
digunakan dalam konsentrasi 2-5% pada tablet yang dibuat dengan metode kempa
langsung dan granulasi kering atau basah.
23
Polyethylene glycol
Memiliki nama kimia -Hydro--hydroxpoly(oxy-1,2-ethanediyl dan
fungsi sebagai basis ointment, plasticizer, solven, basis suppositoria, dan lubrikan
pada kapsul serta tablet (Rowe dkk., 2006). Konsentrasi yang digunakan dalam
formula sebesar 1-5% (Li & Wu, 2014).
Polyethylene glycol atau PEG ada beberapa macam grade, mulai dari
PEG 200 hingga PEG 8000, yang membedakannya adalah ukuran molekulnya.
24
Makin besar angka yang tertera makin besar pula bobot molekulnya. PEG dengan
bobot molekul diatas 6000 dapat digunakan sebagai lubrikan untuk tablet larut air.
PEG dengan grade 6000 dan lebih tersedia sebagai serbuk yang free flowing. PEG
4000 keatas memiliki karakter tidak higroskopis dan semua grade PEG bersifat
larut air (Rowe dkk., 2006).
f.
Siklodekstrin
Berfungsi sebagai solubilizing agent dan stabilizing agent. Siklodekstrin
merupakan molekul yang berbentuk seperti bucket atau cone dengan struktur yang
kaku dengan rongga pada bagian tengah dengan ukuran yang beragam tergantung
tipe dari siklodekstrin. Bagian rongga bersifat hidrofobik dan bagian luarnya
bersifat hidrofilik yang disebabkan oleh susunan gugus hidroksil pada molekul
tersebut. Molekul guest akan masuk kedalam rongga siklodekstrin untuk
membentuk kompleks inklusi (Rowe dkk., 2012)
25
Dalam aplikasinya, banyak digunakan untuk menutupi rasa zat aktif yang
kurang menyenangkan. -siklodekstrin adalah jenis siklodekstrin yang banyak
digunakan karena murah, mudah diperolehm dan dapat membentuk kompleks
dengan banyak molekul. Namun, -siklodekstrin bersifat nefrotoksis jika
digunakan dalam formulasi sediaan parenteral (Rowe dkk., 2006). -siklodekstrin
juga memiliki sifat alir yang kurang baik, sehingga diperlukan lubrikan untuk
memperbaiki sifat alirnya (Asyarie dkk., 2007).
g.
Aspartam
Aspartam adalah pemanis dengan nama lain N-L--Aspartyl-L-
26
Cab-O-Sil
Digunakan sebagai glidant dalam formulasi tablet. Selain sebagai
27
dan
crospovidone efektif pada konsentrasi rendah, masing-masing pada konsentrasi 25% dan 1-3% (Bala dkk., 2012).
G. Hipotesis
1.
2.