Anda di halaman 1dari 7

Nama : Taufix Hidayat

NIM

: 16503244011

Prodi : Pendidikan Teknik Mesin

MANDI JUNUB
Niat Mandi Wajib Dan Tata Caranya
Niat mandi besar atau mandi jinabat itu seperti niat niat dalam ibadah yang lain, yaitu
di dalam hati, adapun kalimat dan arti Doa Niat Mandi Wajib niatnya adalah sebagai berikut
yang di kelompkan dalam tiga bahagian AN :
1. Jika mandi besar disebabkan junub Mimpi basah, keluar mani, senggama maka niat mandi
besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAFIL HADATSIL
AKBAR MINAL JANABATI FARDLON LILLAHI TAALA
Artiya: Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari
jinabah, fardlu karena Allah Taala
2. Jika mandi besarnya disebabkan karena haid maka niat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITUL GHUSLA LIRAFIL HADATSIL
AKBAR MINAL HAIDI FARDLON LILLAHI TAALAArtinya Dengan menyebut nama
Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari haidl, fardlu karena Allah
Taala
3. Jika mandi besarnya disebabab karena nifas, maka niyat mandi besarnya adalah
BISMILLAHI RAHMANI RAHIM NAWAITU GHUSLA LIRAFIL HADATSIL
AKBAR MINAN NIFASI FARDLON LILLAHI TAALA
Artinya Dengan menyebut nama Allah Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar
dari nifas, fardlu karena Allah Taala
Adapun Tata Cara Mandi Wajib Mandi Junub sebagai berikut:
Dan untuk urutan tata cara mandi wajib yang benar menurut Islam adalah sebagai berikut:
1. Dimulai dengan niat untuk menghilangkan hadas besar. Mulailah segala sesuatu hal
dengan niat. Bisa bahasa Arab atau bahasa Indonesia saja.
2. Membersihkan telapak tangan sebanyak 3x lalu bercebok Membersihkan
serta kotoran yang ada disekitarnya hingga bersih dengan tangan kiri.

kemaluan

3. Mencuci tangan setelah membersihkan kemaluan dengan menggosokkan tangan ke tanah


atau dengan menggunakan sabun.

4.

Berwudhu dengan wudhu yang sempurna seperti ketika hendak shalat

5.

Mengguyur air pada kepala sebanyak 3 kali hingga sampai ke pangkal rambut

6.

Mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala bagian kiri

7.

Menyela-nyela (menyilang-nyilang) rambut dengan jari

8.

Mengguyur air pada seluruh badan dimulai dari sisi yang kanan, lalu kiri.

Disunnahkan untuk melaksanakan mandi besar junub jinabat itu dengan tertib seperti yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa aalihi wasallam.
Tambahan:
Oleh Sheikh Abu Bakar Jabir Al-Jazairiy
Mandi wajib dimulai dengan mengucapkan bismillah, dan berniat untuk menghilangkan
hadast besar,
Membersihkan kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian bercebok.
Membersihkan kemaluannya, dan kotoran yang ada di sekitarnya.
Berwudhu seperti halnya orang yang berwudhu hendak shalat, kecuali kedua kakinya.
Namun boleh membersikan kedua kakinya ketika berwudhu atau mengakhirkannya sampa
selesai mandi.
Mencelupkan kedua telapak tangannya ke dalam air, lalu menyela-nyela pangkal rambut
kepalanya dengan kedua telapak tangannya itu kemudian membersihkan kepalanya dan kedua
telinganya tiga kali dengan tiga cidukan.
HR At-TIrmidzi Menyela pangkal rambut hanya khusus bagi laki-laki. Bagi perempuan,
cukup dengan mengguyurkan pada kepalanya tiga kali guyuran, dan menggosoknya, tapi
jangan mengurai membuka rambutnya yang dikepang, karena ada hadist yand diriwayatkan
oleh At-Tirmidzi dari Ummu Salamah yang bertanya kepada Rasulullah, Aku bertanya, wahai
Rasulullah! Sesungguhnya aku ini perempuan yang sangat kuat jalinan rambut kepalanya,
apakah aku boleh mengurainya ketika mandi junub (mandi besar)? Maka Rasulullah
menjawab, Jangan, sebetulnya cukup bagimu mengguyurkan air pada kepalamu tiga kali
guyuran.
Mengguyur tubuhnya yang sebelah kanan dengan air, membersihkannya dari atas sampai ke
bawah, kemudian bagian yang kiri seperti itu juga berturut-turut sambil membersihkan
bagian-bagian yang tersembunyi pusar, bawah ketiak, lutut, dan lainnya, dan diriwatkan Dari
Ali bin Abi Thalib, bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa aalihi wasallam telah bersabda:
Barangsiapa yang meningggalkan bagian tubuh yang harus dialiri air dalam mandi janabat
walaupun satu rambut untuk tidak dibasuh dengan air mandi itu, maka akan diperlakukan
kepadanya demikian dan demikian dari api neraka . HR. Abu Dawud
Seorang Wanita Tidak Harus Melepas Jalinan atau Kepangan Rambutnya
cara mandi wajibYa Rasulullah, aku adalah wanita yang SANGAT KUAT kepangan/jalinan
rambutku, apakah aku harus melepaskannya saat mandi janabah? Beliau menjawab: Tidak

perlu, namun cukup bagimu untuk menuangkan air tiga tuangan ke atas kepalamu, kemudian
engkau curahkan air ke tubuhmu, maka engkau suci. HR. Muslim no. 330
Boleh Mandi Hanya Sekali Setelah Men-jimai Beberapa Istri
Anas bin Malik radiyallahu anhu berkata: Adalah Nabi shallahu alaihi wa sallam
mengelilingi istri-istrinya (menjimai mereka secara bergantian -pent.) dengan satu kali
mandi. HR. Muslim no. 706 dan mandinya disini dilakukan ketika selesai jima yang akhir.
Demikianlah Ulsan Hasbi Htc Mengenai Mandi Wajib, semoga artikel tata cara mandi wajib
yang benar cara Mandi bersih diatas adalah cara mandi wajib menurut islam, bisa bermanfaat
bagi wanita dan pria yang Ingin lebih tahu mengenai Mandi wajib. Wassalam.

TAYAMMUM
Pengertian Tayammum
Kami mulai pembahasan ini dengan mengemukakan pengertian tayammum. Tayammum
secara bahasa diartikan sebagai Al Qosdu (
) yang berarti maksud. Sedangkan
secaraistilah dalam syariat adalah sebuah peribadatan kepada Allah berupa mengusap wajah
dan kedua tangan dengan menggunakan shoid yang bersih[1]. Shoid adalah seluruh
permukaan bumi yang dapat digunakan untuk bertayammum baik yang terdapat tanah di
atasnya ataupun tidak[2].
Dalil Disyariatkannya Tayammum
Tayammum disyariatkan dalam islam berdasarkan dalil Al Quran, As Sunnah dan Ijma
(konsensus) kaum muslimin[3]. Adapun dalil dari Al Quran adalah firman Allah Azza wa
Jalla,



Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air
atauberhubungan badan dengan perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan permukaan bumi yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu. (QS. Al Maidah [5] : 6).
Adapun dalil dari As Sunnah adalah sabda Rasulullah shollallahu alaihi was sallam dari
sahabat Hudzaifah Ibnul Yaman rodhiyallahu anhu,

Dijadikan bagi kami (ummat Nabi Muhammad shollallahu alaihi was sallam ) permukaan
bumi sebagai thohur/sesuatu yang digunakan untuk besuci[4] (tayammum) jika kami tidak
menjumpai air.[5]
Media yang dapat Digunakan untuk Tayammum
Media yang dapat digunakan untuk bertayammum adalah seluruh permukaan bumi yang
bersih baik itu berupa pasir, bebatuan, tanah yang berair, lembab ataupun kering. Hal ini
berdasarkan hadits Nabi shollallahu alaihi was sallam dari sahabat Hudzaifah Ibnul
Yamanrodhiyallahu anhu di atas dan secara khusus,




Dijadikan (permukaan, pent.) bumi seluruhnya bagiku (Nabi shollallahu alaihi was sallam)
dan ummatku sebagai tempat untuk sujud dan sesuatu yang digunakan untuk bersuci.[6]

Jika ada orang yang mengatakan bukankah dalam sebuah hadits Hudzaifah ibnul
Yaman[7]Nabi mengatakan tanah?! Maka kita katakan sebagaimana yang dikatakan oleh Ash
Shonanirohimahullah, Penyebutan sebagian anggota lafadz umum bukanlah
pengkhususan[8]. Hal ini merupakan pendapat Al Auzaai, Sufyan Ats Tsauri Imam Malik,
Imam Abu Hanifah[9]demikian juga hal ini merupakan pendapat Al Amir Ashonani[10],
Syaikh Al Albani[11], Syaikh Abullah Alu Bassaam[12] rohimahumullah-, Syaikh DR.
Sholeh bin Fauzan Al Fauzan[13] dan Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al
Kholafiy hafidzahumallah[14].
Keadaan yang Dapat Menyebabkan Seseorang Bersuci dengan Tayammum
Syaikh Dr. Sholeh bin Fauzan Al Fauzan hafidzahullah menyebutkan beberapa keadaan yang
dapat menyebabkan seseorang bersuci dengan tayammum,

Jika tidak ada air baik dalam keadaan safar/dalam perjalanan ataupun tidak[15].
Terdapat air (dalam jumlah terbatas pent.) bersamaan dengan adanya kebutuhan lain
yang memerlukan air tersebut semisal untuk minum dan memasak.
o Adanya kekhawatiran jika bersuci dengan air akan membahayakan badan atau
semakin lama sembuh dari sakit.
o Ketidakmapuan menggunakan air untuk berwudhu dikarenakan sakit dan tidak
mampu bergerak untuk mengambil air wudhu dan tidak adanya orang yang
mampu membantu untuk berwudhu bersamaan dengan kekhawatiran habisnya
waktu sholat.
o Khawatir kedinginan jika bersuci dengan air dan tidak adanya yang dapat
menghangatkan air tersebut.

Tata Cara Tayammum Nabi shallallahu alaihi was sallam


Tata cara tayammum Nabi shollallahu alaihi was sallam dijelaskan hadits Ammar bin
Yasirrodhiyallahu anhu,



.




Rasulullah shallallahu alaihi was sallam mengutusku untuk suatu keperluan, kemudian aku
mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka aku berguling-guling di tanah
sebagaimana layaknya hewan yang berguling-guling di tanah. Kemudian aku ceritakan hal
tersebut kepada Nabi shallallahu alaihi was sallam. Lantas beliau mengatakan,
Sesungguhnya cukuplah engkau melakukannya seperti ini. Seraya beliau memukulkan
telapak tangannya ke permukaan bumi sekali pukulan lalu meniupnya. Kemudian beliau
mengusap punggung telapak tangan (kanan)nya dengan tangan kirinya dan mengusap
punggung telapak tangan (kiri)nya dengan tangan kanannya, lalu beliau mengusap
wajahnya dengan kedua tangannya.[16]

Dan dalam salah satu lafadz riwayat Bukhori,



Dan beliau mengusap wajahnya dan kedua telapak tangannya dengan sekali usapan.
Berdasarkan hadits di atas kita dapat simpulkan bahwa tata cara tayammum beliaushallallahu
alaihi was sallam adalah sebagai berikut.

Memukulkan kedua telapak tangan ke permukaan bumi dengan sekali


pukulan kemudian meniupnya.
Kemudian menyapu punggung telapak tangan kanan dengan tangan kiri dan
sebaliknya.
Kemudian menyapu wajah dengan dua telapak tangan.
Semua usapan baik ketika mengusap telapak tangan dan wajah dilakukan sekali
usapan saja.
Bagian tangan yang diusap adalah bagian telapak tangan sampai pergelangan
tangansaja atau dengan kata lain tidak sampai siku seperti pada saat wudhu[17].
Tayammum dapat menghilangkan hadats besar semisal janabah, demikian juga untuk
hadats kecil.
Tidak wajibnya urut/tertib dalam tayammum.

Pembatal Tayammum
Pembatal tayammum sebagaimana pembatal wudhu. Demikian juga tayammum tidak
dibolehkan lagi apa bila telah ditemukan air bagi orang yang bertayammum karena
ketidakadaan air dan telah adanya kemampuan menggunakan air atau tidak sakit lagi bagi
orang yang bertayammum karena ketidakmampuan menggunakan air[18]. Akan tetapi shalat
atau ibadah lainnya[19] yang telah ia kerjakan sebelumnya sah dan tidak perlu
mengulanginya. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shallallahu alaihi was sallam dari sahabat
Abu Said Al Khudri radhiyallahu anhu,




:



Dua orang lelaki keluar untuk safar. Kemudian tibalah waktu shalat dan tidak ada air di
sekitar mereka. Kemudian keduanya bertayammum dengan permukaan bumi yang suci lalu
keduanya shalat. Setelah itu keduanya menemukan air sedangkan saat itu masih dalam
waktu yang dibolehkan shalat yang telah mereka kerjakan tadi. Lalu salah seorang dari
mereka berwudhu dan mengulangi shalat sedangkan yang lainnya tidak mengulangi
shalatnya. Keduanya lalu menemui Nabi shallallahu alaihi was sallam dan menceritakan
yang mereka alami. Maka beliau shallallahu alaihi was sallam mengatakan kepada orang
yang tidak mengulang shalatnya, Apa yang kamu lakukan telah sesuai dengan sunnah

dan kamu telah mendapatkan pahala shalatmu. Beliau mengatakan kepada yang
mengulangi shalatnya, Untukmu dua pahala[20][21].
Juga hadits Nabi shollallahu alaihi was sallam dari sahabat Abu Huroiroh rodhiyallahu
anhu,

.

Seluruh permukaan bumi (tayammum) merupakan wudhu bagi seluruh muslim jika ia tidak
menemukan air selama sepuluh tahun (kiasan bukan pembatasan angka)[22], apabila ia
telah menemukannya hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menggunakannya sebagai
alat untuk besuci.[23]
Di Antara Hikmah Disyariatkannya Tayammum
Sebagai penutup kami sampaikan hikmah dan tujuan disyariatkannya tayyamum adalah
untuk menyucikan diri kita dan agar kita bersyukur dengan syariat ini serta tidaklah sama
sekali untuk memberatkan kita, sebagaimana akhir firman Allah dalam surat Al Maidah ayat
6,

Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak menyucikan kamu dan
menyempurnakan nikmatNya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al Maidah: 6).
Abul Faroj Ibnul Jauziy rohimahullah mengatakan ada empat penafsiran ahli tafsir
tentangnikmat apa yang Allah maksudkan dalam ayat ini,
Pertama, nikmat berupa diampuninya dosa-dosa[24].
Kedua, nikmat berupa hidayah kepada iman, sempurnanya agama, ini merupakan pendapat
Ibnu Zaid rohimahullah.
Ketiga, nikmat berupa keringanan untuk tayammum, ini merupakan pendapat Maqotil dan
Sulaiman.
Keempat, nikmat berupa penjelasan hukum syariat, ini merupakan pendapat sebagian ahli
tafsir[25].
Demikianlah akhir tulisan ini mudah-mudahan menjadi tambahan amal bagi penulis dan
tambahan ilmu bagi pembaca sekalian. Allahumma Amiin.

Anda mungkin juga menyukai