Anda di halaman 1dari 7

A.

Definisi
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. (Bobak, 2005). Kelahiran adalah proses dimana janin dan
ketuban di dorong keluar melalui jalan lahir (Bobak, 2005).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari rahim ibu. Persalinan dianggap normal jika proses yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit ( Dep.kes RI,
2002).
B. Tanda Persalinan
1. Tanda Persalinan Sudah Dekat (Rukiyah, dkk., 2012)
a. Terjadi lightening
Menjelang minggu ke 36 pada primigravida terjadi penurunan fundus
uteri karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul
b. Terjadinya his permulaan
Pada saat hamil muda sering terjadi kontraksi Braxton hicks dikemukan
sebagi keluhan karena dirasakan sakit dan mengganggu terjadi karena
perubahan

keseimbangan

estrogen,progesterone,

dan

memberikan

kesempatan rangsangan oksitosin.


Dengan makin tua hamil, pengeluaran estrogen dan progesterone makin
berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi yang lebih
seringb sebagai his palsu.
Sifat his permulaan (palsu)
1) Rasa nyeri ringan di bagian bawah
2) Datangnya tidak teratur
3) Tidak ada perubahan pada serviks atau pembawa tanda
4) Durasinya pendek
5) Tidak bertambah bila beraktifitas

2. Tanda Persalinan
a. Terjadinya his persalinan yang bersifat :
1) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan.
2) Sifatnya teratur, interval semakin pendek dan kekuatanya semakin
besar.
3) Semakin ibu beraktivitas kekuatan his akan semakin besar.
b. Pengeluaran lendir dan darah (bloody show) yang lebih banyak karena
robekan kecil pada serviks.
c. Pengeluaran cairan yang terjadi pada beberapa kasus ketuban pecah, dan
dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu
24 jam kemudian
C. Tahap Persalinan
Tahap persalinan dibagi menjadi 4 kala, yaitu (Rukiyah, dkk., 2012):
1. Kala I : Dimulai dari saat persalinan mulai sampai pembukaan lengkap (10
cm) proses ini terbagi dalam dua fase yeitu :
a. Fase laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm
b. Fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm, kontraksi lebih
kuat dan sering selama fase aktif
2. Kala II : dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses
ini biasanya berlangsung 2 jam pada primi dan 1 jam pada multi
3. Kala III : dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4. Kala IV : dimulai saat lahirnya plasenta sampai dua jam pertama postpartum.

D. Pathway

E. Komplikasi
Menurut Wiknjosostro (2005) dalam proses persalinan dapat terjadi komplikasi
sebagai berikut:
1. Perdarahan Masa Nifas
Perdarahan postpartum atau pendarahan pasca persalinan adalah perdarahan
dengan jumlah lebih dari 500 ml setelah bayi lahir. Ada dua jenis menurut
waktunya, yaitu perdarahan dalam 24 jam pertama setelah melahirkan dan
perdarahan nifas. Perdarahan post partum dalam 24 jam pertama biasanya
masih berada dalam pengawasan ketat dokter. Dalam dua jam pertama,
kondisi terus dipantau, salah satunya untuk mengetahui apakah terdapat
perdarahan post partum. Sementara itu, perdarahan masa nifas dapat terjadi
ketika sudah tidak berada di rumah sakit lagi. Oleh karena itu harus waspada
terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.

2. Infeksi Paska Persalinan (Post Partum)


Infeksi post partum adalah infeksi yang terjadi setelah ibu melahirkan.
Keadaan ini ditandai oleh peningkatan suhu tubuh, yang dilakukan pada dua
kali pemeriksaan, selang waktu enam jam dalam 24 jam pertama setelah
persalinan. Jika suhu tubuh mencapai 38 derajat celcius dan tidak ditemukan
penyebab lainnya (misalnya bronhitis), maka dikatakan bahwa telah terjadi
infeksi post partum. Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses
persalinan adalah infeksi pada rahim, daerah sekitar rahim, atau vagina.
Infeksi ginjal juga terjadi segera setelah persalinan.
3. Ruptur Uteri
Secara sederhana ruptur uteri adalah robekan pada rahim atau rahim tidak
utuh. Terdapat keadaan yang meningkatkan kejadian ruptur uteri, misalnya ibu
yang mengalami operasi caesar pada kehamilan sebelumnya. Selain itu,
kehamilan dengan janin yang terlalu besar, kehamilan dengan peregangan
rahim yang berlebihan, seperti pada kehamilan kembar, dapat pula
menyebabkan rahim sangat teregang dan menipis sehingga robek
4. Trauma Perineum
Perineum adalah otot, kulit, dan jaringan yang ada diantara kelamin dan anus.
Trauma perineum adalah luka pada perineum sering terjadi saat proses
persalinan. Hal ini karena desakan kepala atau bagian tubuh janin secara tibatiba, sehingga kulit dan jaringan perineum robek.
F. Penanganan
1. Kala I
Penanganan
a. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah ,ketakutan dan
kesakitan
b. Jika ibu tampak kesakitan dukungan/asuhan yang dapat diberikan; lakukan
perubahan posisi,sarankan ia untuk berjalan , dll.
c. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan
d. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perugahan yang terjadi serta
prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan
e. Membolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya
setelah buang air besar/.kecil.

f. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat atasi dengan cara:
gunakan kipas angina/AC,Kipas biasa dan menganjurkan ibu mandi
sebelumnya.
g. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi berikan
cukup minum
h. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin
2. Kala II
Penanganan
a. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan : mendampingi
ibu agar merasa nyaman,menawarkan minum, mengipasi dan meijat ibu
b. Menjaga kebersihan diri
c. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan bagi ibu
d. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau
ketakutan ibu
e. Mengatur posisi ibu
f. Menjaga kandung kemih tetap kosong
g. Memberikan cukup minum
3. Kala III
Penanganan:
Memberikan oksitosin untuk merangsang uetrus berkontraksi yang juga
mempercepat pelepasan plasenta :
a. Oksitosin dapat diberikan dalam dua menit setelah kelahiran bayi
b. Jika oksitosin tidak tersedia rangsang puting payudara ibu atau susukan
bayi guna menghasilkan oksitosin alamiah atau memberikan ergometrin
0,2 mg IM.
4. Kala IV
Penanganan
a. Periksa fundus setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras. Apabila uterus berkontraksi otot uterus akan menjepit pembuluh
darah untuk menghentikan perdarahan .
b. Periksa tekanan darah,nadi,kantung kemih, dan perdarahan setiap 15 menit
pada jam ke I dan setiap 30 menit selama jam ke II
c. Anjurkan ibu untuk minum demi mencegah dehidrasi. Tawarkan ibu
makanan dan minuman yang disukainya.
d. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian ibu yang bersih dan kering
e. Biarkan ibu beristirahat
f. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi

g. Bayi sangat siap segera setelah kelahiran


h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh bangun,pastikan ibu dibantu
karena masih dalam keadaan lemah atau pusing setelah persalinan.
i. Ajari ibu atau keluarga tentang :
j. Bagaimana memeriksa fundus dan menimbulkan kontraksi
k. Tanda-tanda bahaya bagi ibu dan bayi
G. Pengkajian
1. Biodata klien atau ibu
2. Riwayat kehamilan sebelumnya yang berkaitan dengan antenatal care
3. Riwayat persalinan atau kelahiran terdahulu (vakum, forceps, induksi
oksitosin), BBLR, BBL besar
4. Riwayat post partum : Perdarahan, hipertensi akibat kehamilan
5. Riwayat penyakit yang diderita : sulit bernafas, hipertensi, kelainan jantung
6. Riwayat kesehatan keluarga : Gameli, molahidatidosa
7. Riwayat kehamilan sekarang : ANC, keluhan
8. HPHT untuk menentukan taksiran partus
9. Sejak kapan ibu merasa mulas, apakah sudah teratur
10. Kapan terakhir makan
11. Kapan terakhir BAB atau BAK
H. Pemeriksaan Fisik
Abdomen
1. Tinggi fundus uteri dengan pemeriksaan Leopold I, jika > 40 cm
kemungkinan kehamilan kembar, poli hidramnion atau makrosamia
2. Posisi, letak, presentasi dan turunnya kepala janin dengan leopold II, III, IV
3. Pemeriksaan untuk menilai turunnya kepala janin :
4. Kontraksi uterus
a. Fase laten 1 kalla setiap 10 menit
b. Fase aktif < 20 detik (lemah), 20-40 detik (sedang), > 40 detik (kuat)
5. DJJ normal: 120-140x/menit
I. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut b.d agen cidera biologis
b. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
c. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
d. Perubahan eliminasi sehubungan dengan bedrest.
e. Resiko infeksi b.d trauma jaringan

DAFTAR PUSTAKA
Bobak. 2005.Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai