Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TERAPI BERMAIN MEWARNAI GAMBAR PADA KLIEN ANAK USIA


SCHOOL AGE 6-12 TAHUN DIRUANG MENUR RSUP
SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
Dosen Pembimbing: Anita Liliana, S. Kep., Ns., M. Kep

Disusun oleh
Ni Putu Ari Santi
16160018

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2016

LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL TERAPI BERMAIN

Mahasiswa

Ni Putu Ari Santi


16160018

Mengetahui,

Pembimbing Klinik

Nanik Budi Stuti, S. Kep., Ns

Pembimbing Akademik

Anita Liliana,S.Kep.,Ns.,M.Kep

SUSUNAN ACARA TERAPI BERMAIN

Topik

: Terapi bermain pada anak

Sub Topik

: Menggambar dan mewarnai

Sasaran

: Anak usia school age 6-12 tahun

Tempat: Ruang Menur RSST


Waktu

: 27 Oktober 2016

A. Latar belakang
Pada masa kanak-kanak aktivitas bermain merupakan salah satu
stimulasi bagi perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau
anak dirawat di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun
harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan, seperti
marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan dampak
dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa stressor
yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan permainan
anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena dengan
melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan
permainan. Tujuan bermain di rumah sakit pada prinsipnya adalah agar dapat
melanjutkan

fase

pertumbuhan

dan

perkembangan

secara

optimal,

mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat beradaptasi lebih efektif terhadap


stress. Bermain sangat penting bagi mental, emosional, dan kesejahteraan anak
seperti kebutuhan perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti
pada saat anak sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Pada anak pra sekolah proses hospitalisasi menjadi pengalaman
pertama. Pada masa ini, anak pra sekolah terus mengasah keterampilannya dan
belajar keterampilan lain dalam persiapannya agar dapat meluaskan dunianya
ke lingkungan tetangga dan sekolah. Termasuk bermain bersama teman sebaya

merupakan media pengenbangan keterampilan fisik dan sosial yang paling


baik pada anak prasekolah. Bermain sangat penting untuk mengembangkan
emosi, fisik, dan pertumbuhan kognitif anak, selain itu bermain juga
merupakan cara anak untuk belajar, bermain bisa menurunkan dampak
kecemasan dan untuk meningkatkan kreatifitas anak melalui beberapa jenis
permainan (Nelson, 2011).

Bermain merupakan hal yang berbeda

dengan belajar dan bekerja. Selain itu bermain juga dapat bermakna sebagai
kegiatan anak yang menyenangkan dan dinikmati. Dengan demikian, pada
dasarnya setiap aktivitas bermain selalu didasarkan pada perolehan
kesenangan dan kepuasan, sebab fungsi utama bermain adalah untuk relaksasi
dan menyegarkan kembali kondisi fisik dan mental yang berada pada ambang
ketegangan (Andang, 2009).
B. Tujuan
1. TIU ( Tujuan Instruksional Umum )
Setelah diajak bermain diharapkan anak dapat melanjutkan tumbuh
kembangnya,

mengembangkan

pengalaman bermain

aktifitas

dan

kreatifitas

melalui

dan beradaptasi efektif terhadap stress karena

penyakit dan dirawat.


2. TIK ( Tujuan Instruksional Khusus )
Setelah diajak bermain selama 35 menit anak diharapkan :
a. Gerakan motorik halusnya lebih terarah
b. Berkembang kognitifnya
c. Dapat mewarnai gambar yang disukai
d. Dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dengan perawat yang berada
diruangan tempat klien dirawat
e. Kejenuhan selama dirawat di RS berkurang

C. Manfaat Bermain
Hardjadinata

(2009)

menyatakan

bermain

bermanfaat

untuk

menstimulasi kemampuan sensori-motorik, kognitif, sosial-emosional dan

bahasa anak. Bermain juga memberikan kesempatan pada anak untuk belajar,
terutama dalam hal penguasaan tubuh, pemecahan masalah dan kreativitas.
Bermain merupakan aktivitas penting pada masa anak-anak. Berikut
ini adalah bererapa manfaat bermain pada anak-anak :
1. Perkembangan aspek fisik
Anggota tubuh mendapat kesempatan untuk digerakkan, anak dapat
menyalurkan tenaga (energi) yang berlebihan, sehingga ia tidak merasa
gelisah. Dengan demikian otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat.
2. Perkembangan aspek motorik kasar dan halus.
3. Perkembangan aspek sosial
Anak akan belajar tentang sistem nilai, kebiasaan-kebiasaan dan standar
moral yang dianut oleh masyarakat.
4. Perkembangan aspek emosi atau kepribadian
Anak mendapat kesempatan untuk melepaskan ketegangan yang dialami,
perasaan tertekan dan menyalurkan dorongan-dorongan yang muncul
dalam dirinya. Setidaknya akan membuat anak relaks.
5. Perkembangan aspek kognisi
Anak belajar konsep dasar, mengembangkan daya cipta, memahami katakata yang diucapkan oleh teman-temannya.
6. Mengasah ketajaman penginderaan
Menjadikan anak kreatif, kritis dan bukan anak yang acuh tak acuh
terhadap kejadian disekelilingnya.
7. Sebagai media terapi,
Selama bermain perilaku anak-anak akan tampil bebas dan bermain adalah
sesuatu yang secara alamiah sudah dimiliki oleh seorang anak.
8. Sebagai media intervensi
Untuk melatih kemampuan-kemampuan tertentu dan sering digunakan
untuk melatih konsentrasi pada tugas tertentu, melatih konsep dasar.
Fungsi bermain
Fungsi Bermain pada Anak Wong (2008), menjelaskan beberapa
fungsi dari bermain untuk anak adalah:
1. Perkembangan sensori motorik
Aktivitas sensori motorik merupakan bagian yang berkembang paling
dominan pada masa bayi. Perkembangan sensori motorik didukung oleh
stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan), dan
stimulasi kinetik. Stimulus sensorik yang diberikan oleh lingkungan anak
akan direspon dengan memperlihatkan aktivitas-aktivitas motoriknya.
2. Perkembangan kognitif (intelektual)

Anak belajar mengenal warna, bentuk/ukuran, tekstur dari berbagai macam


objek, angka, dan benda.
3. Sosialisasi
Dengan bermain anak akan mengembangkan dan memperluas sosialisasi,
belajar untuk mengatasi persoalan yang timbul, mengenal nilai-nilai moral
dan etika, belajar mengenai apa yang salah dan benar, serta bertanggung
jawab terhadap sesuatu yang diperbuatnya.
4. Kreativitas
Tidak ada situasi yang lebih menguntungkan/menyenangkan untuk
berkreasi daripada bermain. Anak-anak dapat bereksperimen dan mencoba
5.

ide-idenya.
Kesadaran diri
Dengan aktivitas bermain, anak akan menyadari bahwa dirinya berbeda

dengan yang lain dan memahami dirinya sendiri.


6. Nilai-nilai moral
Anak belajar mengenai perilaku yang benar dan salah dari lingkungan
rumah maupun sekolah. Interaksi dengan kelompoknya memberikan makna
pada latihan moral mereka.
7. Nilai terapeutik
Bermain dapat mengurangi tekanan atau stres dari lingkungan. Dengan
bermain, anak dapat mengekspresikan emosi dan ketidakpuasan atas situasi
sosial serta rasa takutnya yang tidak dapat diekspresikan di dunia nyata.
Prinsip bermain
Prinsip

dalam

Aktivitas

Bermain

Soetjiningsih

(2007),

mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar aktivitas
bermain bisa menjadi stimulus yang efektif sebagaimana berikut:
1. Perlu ekstra energi
Bermain memerlukan energi yang cukup, sehingga anak memerlukan
nutrisi yang memadai. Asupan yang kurang dapat menurunkan gairah anak.
2. Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga stimulus
yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan mempunyai
kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat permainannya.
3. Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan tahap
perkembangan otak.
4. Ruang untuk bermain

Diperlukan suatu ruangan atau tempat khusus untuk bermain bila


memungkinkan, dimana ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi
tempat untuk menyimpan mainannya.
5. Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya,
atau diberitahu oleh orang tuanya.
6. Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya, saudara atau
orang tuanya.

Macam-macam bermian
Macam-macam bermain menurut Hidayat (2005), macam-macam
bermain di antaranya adalah:
1. Bermain afektif sosial
Bermain ini menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan
dengan orang lain. Sifat dari permainan ini adalah orang lain yang berperan
aktif dan anak hanya berespon terhadap stimulasi sehingga akan
memberikan kesenangan dan kepuasan bagi anak.
2. Bermain bersenang-senang
Bermain ini hanya memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang
ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran
orang lain. Sifat bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang
diberikan pada anak.
3. Bermain ketrampilan
Bermain ini dengan menggunakan objek yang dapat melihat kemampuan
ketrampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreatif dan trampil
dalam segala hal. Sifat dari permainan ini adalah bersifat aktif dimana anak
selalu ingin mencoba kemampuan dalam ketrampilan tertentu.
4. Bermain dramatik
Macam bermain ini dapat dilakukan anak dengan mencoba melakukan
berpura-pura dalam berperilaku. Sifat dari permainan ini adalah anak
dituntut aktif dalam memerankan sesuatu. Permainan dramatik dapat
dilakukan apabila anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal
kehidupan sosial.
5. Bermain menyelidiki

Bermain ini dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan dalam
menyelidiki sesuatu atau memeriksa dari alat permainan, permainan ini
bersifat aktif pada anak dan dapat digunakan untuk mengembangkan
kemampuan kecerdasan pada anak. Sifat permainan tersebut harus selalu
diberikan stimulasi dari orang lain agar selalu bertambah dalam
kemampuan kecerdasan anak.
6. Bermain konstruksi
Bermain ini bertujuan untuk menyusun sesuatu objek permainan agar
menjadi sebuah konstruksi yang benar. Sifat dari permainan ini adalah aktif
dimana anak selalu ingin menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam
permainan dan akan dapat membangun kecerdasan pada anak.
7. Permainan
Permainan ini dapat dilakukan secara sendiri atau bersama temannya
dengan menggunakan beberapa peraturan permainan. Sifatnya adalah aktif,
anak akan memberikan respon kepada temannya sesuai dengan jenis
permainan dan akan berfungsi memberikan kesenangan yang dapat
mengembangkan perkembangan emosi pada anak.
8. Bermain onlooker
Jenis permainan ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan oleh anak
lain yang sedang bermain tetapi tidak berusaha untuk bermain. Sifat dari
bermain ini adalah pasif akan tetapi anak akan mempunyai kesenangan atau
kepuasan sendiri dengan melihatnya.
9. Bermain soliter/mandiri
Merupakan bermain yang dilakukan secara sendiri hanya berpusat pada
permainannya sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Sifatnya adalah aktif
akan tetapi bentuk stimulasi tambahan kurang, karena dilakukan sendiri
dalam perkembangan mental pada anak, kemudian dapat membantu untuk
menciptakan kemandirian pada anak.
10. Bermain paralel
Merupakan bermain secara mandiri tetapi di tengah-tengah anak lain yang
sedang bermain akan tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat dari
bermain ini adalah anak aktif secara mandiri tetapi masih dalam satu
kelompok, dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas
mandiri dalam kelompok tersebut terlatih dengan baik.
11. Bermain asosiatif

Merupakan bermain secara bersama dengan tidak mengikat sebuah aturan


yang ada, semuanya bermain tanpa mempedulikan teman yang ada dalam
sebuah aturan. Bermain ini akan menumbuhkan kreatifitas anak karena
stimulasi dari anak lain ada, akan tetapi belum dilatih dalam mengikuti
peraturan dalam kelompok.
12. Bermain kooperatif Merupakan bermain secara bersama dengan adanya
aturan yang jelas sehingga adanya perasaan dalam kebersamaan sehingga
terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Sifat dari bermain ini adalah
aktif, anak akan selalu menumbuhkan kreativitasnya dan melatih anak pada
peraturan kelompok sehingga anak dituntut selalu mengikuti peraturan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas bermain
Menurut Supartini (2008), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terapi bermain pada anak. Pertama adalah tahap perkembangan anak. Aktivitas
bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan
dan perkembangan. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif
untuk pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga
sebaliknya karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan
dan perkembangan anak.
Status kesehatan anak juga mempengaruhi aktivitas bermain, karena
untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi (Wong, 2008).
Walaupun demikian, bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat sedang
sakit. Kebutuhan bermain pada anak sama halnya dengan kebutuhan bekerja
pada orang dewasa. Yang penting pada saat kondisi anak sedang menurun atau
anak terkena sakit, bahkan dirawat di rumah sakit, orang tua dan perawat
harus jeli memilihkan permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan
prinsip bermain pada anak yang sedang dirawat di rumah sakit (Supartini,
2008).

Ada beberapa pandangan tentang konsep gender dalam kaitannya

dengan permainan anak. Dalam melakukan aktivitas bermain tidak


membedakan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Semua alat permainan
dapat digunakan oleh anak laki-laki atau perempuan untuk mengembangkan
daya pikir, imajinasi, kreativitas, dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, ada
pendapat yang meyakini bahwa permainan adalah salah satu alat untuk

membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat permainan


anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal ini
dilatarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara
laki-laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan
(Supartini, 2008).
Selain iu, lingkungan tempat bermain juga mempunyai pengaruh
besar dalam mencapai perkembangan anak yang optimal. Lingkungan yang
penuh kasih sayang dan fasilitas yang cukup dalam membentuk rangsangan,
membuat dampak yang besar dalam meningkatkan taraf kecerdasan anak.
Stimulasi lingkungan yang baik akan menyebabkan penambahan ketebalan
korteks otak, jumlah sinaps dan penambahan pembuluh kapiler di otak
(Hardjadinata, 2009).
Alat dan jenis permainan juga perlu diperhatikan dalam aktivitas
bermain anak. Alat yang dipilih harus sesuai dengan tahapan tumbuh kembang
anak. Label yang tertera pada mainan harus dibaca terlebih dahulu sebelum
membelinya, apakah mainan tersebut aman dan sesuai dengan usia anak. Alat
permaian yang harus didorong, ditarik dan dimanipulasi akan mengajarkan
anak untuk dapat mengembangkan kemampuan koordinasi alat gerak
(Supartini, 2008).

D. Perencanaan
1. Jenis Program Bermain
Menggambar dan mewarnai gambar
2. Karakteristik Permainan
a. Malatih motorik halus
b. Melatih kesabaran dan ketelitian
3. Karakteristik Peserta

a. Usia 6-12 tahun


b. Jumlah peserta 1 orang anak dan didampingi orang tua
c. Keadaan umum mulai membaik
d. Klien dapat duduk, klien tidak memiliki masalah pada musculoskeletal
e. Peserta kooperatif
4. Metode:Demontrasi dan bermain bersama
5. Alat alat yang digunakan (Media)
a. Kertas gambar yang siap diwarnai
b. Alat untuk menggambar (pensil warna/spidol/pantel)
c. Benang
d. Penggaris
e. Alat untuk melubangi kertas (perforator)

E. Strategi pelaksanaan
No
1.

Kegiatan

Waktu

Persiapan
a. Menyiapkan ruangan
b. Menyiapkan alat-alat
c. Menyiapkan anak dan keluarga

5 menit

2.

Pembukaan
a. Membuka proses terapi bermain dengan mungacap
salam dan meperkenalan diri
b. Menjelaskan pada anak dan keluarga tentang tujuan,
manfaat bermain dan menjelaskan cara permainan
c. Mengajak anak bermain
d. Mengevaluasi respon anak dan keluarga

5 menit

3.

Kegiatan
a. Anak mulai menggambar hal yang disukai
b. Kemudian anak dianjurkan untuk mewarnai gambar
dengan warna yang disukai
c. Setelah selesai mewarnai gambar, anak dibantu untuk
melubangi bagian atas kertas gambar
d. Dipasang benang sepanjang 10 cm pada bagian atas
yang dilubangi
e. Gantungkan hasil mewarnai gambar di dekat tempat
tidur anak

20 menit

4.

Penutup 5 menit
Memberikan reward pada anak atas hasil karyanya

5 menit

Jumlah

35 menit

F. Evaluasi yang diharapkan


a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan satu
b.
c.
d.
e.
f.

gambar yang diwarnai kemudian digantung


Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
Anak merasa senang
Anak tidak lagi merasa takut dengan perawat
Orang tua dapat mendampingi anak sampai selesai
Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan aktifitas

bermain
G. Evaluasi Hasil Terapi Bermain

1. Evaluasi persiapan terapi bermain


a.
Persiapan alat sudah lengkap
b.
Pelaksanaan terapi bermain tidak bisa dilakukan di ruang
bermain karena ada kelurga dari pasien lain yang menonton tv
c.
Terapi bermain dilakukan di ruangan pasien
2. Evaluasi proses terapi bermain.
a.
Respon keluarga baik, senang dan mendukung anaknya
diajak bermain.
b.
Anak terlihat senang dan antusias saat diajak bermain.
c.
Anak mengikuti proses kegaiatan dengan baik, fokus dan
kooperatif.
d.
e.
f.
g.

Perasaan takut anak terhadap perawat berkurang.


Anak tidak merasa bosan dengan suasana rumah sakit.
Keluarga mendampingi selama proses terapi bermain.
Anak di ruangan lain ingin ikut untuk bermain dan
bermain bersama

H. Dokumentasi Selama Proses Terapi Bermain

Daftar Pustaka
Andang, I. (2009). Education Games. Yogyakarta: Pro U Media.
Hidayat,A, A. (2005).Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba
Medika.
Hardjadinata, Y. (2009). Batitaku Mandiri.Jakarta: Dian Rakyat.
Soetjiningsih.

(2007).

Permasalahannya. Jakarta:

Buku

Ajar

Tumbuh

Kembang

Remaja

dan

Sagung Seto.

Supartini, Y. (2008). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC
Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol.1. Edisi 6.
Jakarta:

EGC.

Wong, L. Donna. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Vol.1. Edisi 6.


Jakarta: EGC.
Yuliana, N. (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:
Universitas

Negeri Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Pda
    LP Pda
    Dokumen10 halaman
    LP Pda
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Nic Noc LP
    Nic Noc LP
    Dokumen43 halaman
    Nic Noc LP
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Naskah Publikasi
    Naskah Publikasi
    Dokumen12 halaman
    Naskah Publikasi
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • NOC-NIC Askep
    NOC-NIC Askep
    Dokumen4 halaman
    NOC-NIC Askep
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Happy Land
    Happy Land
    Dokumen10 halaman
    Happy Land
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Analisa Data Gerontik
    Analisa Data Gerontik
    Dokumen7 halaman
    Analisa Data Gerontik
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Diare Akut Pada Anak
    Diare Akut Pada Anak
    Dokumen14 halaman
    Diare Akut Pada Anak
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Terapi Aktivitas Kelompok Fix
    Terapi Aktivitas Kelompok Fix
    Dokumen17 halaman
    Terapi Aktivitas Kelompok Fix
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen3 halaman
    Kata Pengantar
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • LP Gea
    LP Gea
    Dokumen17 halaman
    LP Gea
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Lampiran Nic
    Lampiran Nic
    Dokumen3 halaman
    Lampiran Nic
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • LP Diare Neny Print Ya Bang Zulqifli
    LP Diare Neny Print Ya Bang Zulqifli
    Dokumen16 halaman
    LP Diare Neny Print Ya Bang Zulqifli
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Khasiat Soya
    Khasiat Soya
    Dokumen2 halaman
    Khasiat Soya
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • LP Gea
    LP Gea
    Dokumen17 halaman
    LP Gea
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Pernyataan Tidak Plagiat
    Pernyataan Tidak Plagiat
    Dokumen1 halaman
    Pernyataan Tidak Plagiat
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Proposal Terapi Bermain Arik
    Proposal Terapi Bermain Arik
    Dokumen17 halaman
    Proposal Terapi Bermain Arik
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Halaman Persetujuan
    Halaman Persetujuan
    Dokumen1 halaman
    Halaman Persetujuan
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Lefleat Ispa
    Lefleat Ispa
    Dokumen2 halaman
    Lefleat Ispa
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • BAB 2 Colostrum New
    BAB 2 Colostrum New
    Dokumen35 halaman
    BAB 2 Colostrum New
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Bab 1 Colostrum
    Bab 1 Colostrum
    Dokumen10 halaman
    Bab 1 Colostrum
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Kuisoner Kecemasan Tmas
    Kuisoner Kecemasan Tmas
    Dokumen3 halaman
    Kuisoner Kecemasan Tmas
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Konsep Koping
    Konsep Koping
    Dokumen20 halaman
    Konsep Koping
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Format Pengkajian Remaja
    Format Pengkajian Remaja
    Dokumen2 halaman
    Format Pengkajian Remaja
    Shasi Pryanka
    100% (1)
  • BAB 2 Colostrum New
    BAB 2 Colostrum New
    Dokumen35 halaman
    BAB 2 Colostrum New
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Pneumonia
    Laporan Pendahuluan Pneumonia
    Dokumen9 halaman
    Laporan Pendahuluan Pneumonia
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Analisis Jurnal
    Analisis Jurnal
    Dokumen12 halaman
    Analisis Jurnal
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Hernia
    Laporan Pendahuluan Hernia
    Dokumen13 halaman
    Laporan Pendahuluan Hernia
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen13 halaman
    Bab I
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Leaflet AIDS
    Leaflet AIDS
    Dokumen3 halaman
    Leaflet AIDS
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Komunitas
    Asuhan Keperawatan Komunitas
    Dokumen39 halaman
    Asuhan Keperawatan Komunitas
    Badriati Chairun Nisah
    Belum ada peringkat