Peran Mhs Anti Korupsi
Peran Mhs Anti Korupsi
corruption is the use of power for profit, preferment, or prestige or for the benefit of a group
or class, in a way that constitutes a breach of law or of standards of high moral conduct.
(Voy, 1970)
korupsi adalah penggunaan kekuasaan untuk keuntungan, keutamaannya, atau gengsi atau
untuk kepentingan kelompok atau kelas, dengan cara yang merupakan pelanggaran hukum
atau standar perilaku moral yang tinggi
Berdasarkan definisi di atas, sekurang-kurangnya korupsi memiliki 5 komponen, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Klitgaard (1998)
C=M+DA
C = Corruption ( Korupsi )
M = Monopoly ( Monopoli )
D = Discretionary Power ( Kewenangan )
A = Accountability ( Akuntabilitas )
Semakin besarnya monopoli dan kewenangan yang dimiliki seseorang, tetapi jika
akuntabilitas yang dimiliki oleh orang tersebut sangatlah kecil, maka semakin besarnya
dia melakukan korupsi.
Rumus Klitgaard itu bukan hanya berlaku dalam konteks korupsi yang bersifat
individual, tapi juga kolektif dan konstitusional.
Faktor-faktor penyebab korupsi
Monopoli baik ekonomi, hokum dan politik.
Kewenangan atau kekuasan yang sangat rentan disalahgunakan
Minimnya akuntabilitas karena rendahnya moral atau integritas moral pemegang
monopoli dan kekuasaan.
pejabat publik, baik politisi maupunpegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan kepercayaan
publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak [1].
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar memenuhi unsurunsur sebagai berikut:
B. Keterlibatan Mahasiswa
1. Di Lingkungan Keluarga
Internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa dapat dimulai dari lingkungan
keluarga. Pelajaran yang dapat diambil dari lingkungan keluarga ini adalah tingkat
ketaatan seseorang terhadap aturan/tata tertib yang berlaku. Substansi dari
dilanggarnya aturan/tata tertib adalah dirugikannya orang lain karena haknya terampas.
Tahapan proses internalisasi karakter anti korupsi di dalam diri mahasiswa yang diawali
dari lingkungan keluarga yang sangat sulit dilakukan. Justru karena anggota keluarga
adalah orang-orang terdekat, yang setiap saat bertemu dan berkumpul, maka
pengamatan terhadap adanya perilaku korupsi yang dilakukan di dalam keluarga
seringkali menjadi bias.
2. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan anti korupsi di lingkungan kampus dapat dibagi
ke dalam dua wilayah, yaitu: untuk individu mahasiswanya sendiri, dan untuk komunitas
mahasiswa. Untuk konteks individu, seseorang mahasiswa diharapkan dapat
mencegah agar dirinya sendiri tidak akan berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
Sedangkan untuk konteks komunitas seorang mahasiswa diharapkan dapat mencegah
rekan-rekannya sesame mahasiswa dan organisasi kemahasiswaan kampus untuk
tidak berperilaku koruptif dan tidak korupsi.
3. Di Masyarakat Sekitar
Hal yang sama dapat dilakukan mahasiswa atau kelompok mahasiswa untuk
mengamati lingkungan di lingkungan masyarakat sekitar.
4. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Mahasiswa dengan kompetensi yang dimilikinya dapat menjadi pemimpin (leader)
dalam gerakan massa anti korupsi baik yang bersifat lokal maupun nasional. Kegiatankegiatan anti korupsi yang dirancang dan dilaksanakan secara bersama dan
berkesinambungan oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi akan mampu