Anda di halaman 1dari 5

C.

RESONANSI
Struktur Lewis untuk molekul atau ion sering tidak sesuai dengan
kenyataan fisik dari molekul atau ion yang bersangkutan. Sebagai contoh,
untuk molekul benzen dapat dilukiskan struktur elektronik I dan struktur
Kekule II dan III. Pada struktur II dan III terlihat adanya ikatan tunggal CC
dan tiga ikatan rangkap C=C antara dua atom karbon yang berdekatan.

Pada umumnya, jarak ikatan antara dua karbon yang berdekatan adalah
1,54 A pada CC alkan, 1,33 A pada C=C alken dan 1,20 A pada CC
alkin. Energi untuk masing-masing ikatan tersebut adalah 83 untuk CC
alkan, 143 untuk C=C alken dan 194 untuk CC alkin, masing-masing
dalam kkal.mol-1. Kalau ketentuan ini juga yang berlaku untuk benzen,
maka tiga ikatan pada struktur II dan III harus mempunyai panjang ikatan
kira-kira 1,54 A, sedang tiga ikatan lainnya harus kira-kira 1,33 A.
demikian juga dengan energi ikatannya, tiga ikatan harus sekitar 83
kkal.mol-1 sedang yang tiga lagi sekitar 143 kkal.mol-1. Akan tetapi, hasil
eksperimen dengan difraksi sinar-X dan elektron serta dari penyelidikan
dengan termokimia diketahu bahwa:
1) Molekul benzen adalah segi-enam beraturan dengan panjang sisi
sebesar 1,40 A
2) Keenam ikatan C & C pada benzen mempunyai energi yang sama,
yakni 123,8 kkal.mol-1.
Panjang ikatan serta energi C & C pada etan, etilen, etin, dan benzen
disimpulkan dalam Tabel I.C.1.
Bagaimanakah teori tentang struktur benzen sehingga sesuai dengan
hasil eksperimen tersebut? Segi enam beraturan memiliki sudut
Tabel I. C. 1 : Panjang dan energi tunggal, rangkap, tripel dan
ikatan pada benzen.
sifat fisik ikatan
panjang ikatan (A)

tungg
al
1,54

benze
n
1,40

rangk
ap
1,33

tripel
1,20

Energi ikatan
(kkal.mol-1)

83

123,8

143

194

Sebesar 120o dan ini sama dengan sudut yang dibentuk oleh ketiga orbital
sp2 pada atom karbon. Masing-masing atom karbon dalam benzen
menggunakan dua orbital sp2-nya untuk membentuk dua ikatan dengan
dua orbital sp2 dari karbon didekatnya, sedang masing-masing satu orbital
sp2 yang masih sisa pada setiap karbon digunakan untuk membentuk
ikatan dengan orbital s dari hidrogen [ Gambar I. C. 1 (a) ]. Orbital 2p
dari masing-masing atom karbon membentuk ikatan . Ikatan ini dapat
terjadi katena tumpang tindih orbital p pada C1C2, C3C4 dan C5C6
sehingga membentuk struktur Kekule (b), atau antara
C2C3, C4C5 dan C6C1 sehingga membentuk struktur Kekule (c).

Sebagaimana telah dikemukakan , tidak satupun dari struktur (b) atau (c)
uang sesuai dengan kenyataan fisik yang sebenarnya. Ketidaksesuaian ini
timbul karena ikatan diantara dua orbital p yang berdekatan tidak
terpaku di antara dua atom karbon tertentu (lokalisasi elektron) seperti
pada (b) dan (c), akan tetapi tersebar (delokalisasi elektron) pada keenam
atom karbon [ Gambar I. C. 1 (d) ] membentuk orbital moleku berbentuk
donat. Meodel (d) pada gambar telah sesuai dengan kenyataan fisik dari
benzen.
Sebagaimana dapat dilihat pada tabel I. C. 1, panjang ikatan antar C & C
berada pada peralihan antar panjang ikatan pada CC dan C=C;

demikian juga dengan energi ikatannya. Oleh karena itu disepakati bahwa
struktur yang lebih tepat untuk benzen harus pula merupakan peralihan
antara struktur (b) dan (c), yakni struktur (d).
Dalam konteks resonansi, struktur hipotesis (b) dan (c) disebut struktur
resonansi sedang struktur (d) adalah hibrida dari keduanya. Struktur (d)
dapat dianggap terjadi dari struktur (b) dan tindakan kestruktur (c),
kemudian dibagi dua. Untuk menunjukkan peralihan dari struktur (b)
menjadi struktur (c) dan sebaliknya, antar kedua struktur itu diberi tanda
. Jadi, resonansi benzen diatas dapat dituliskan sebagai berikut:

Tanda

berarti bahwa :

(a) Tidak satupun dari struktur resonansi yang dihubungkan oleh tanda
tersebut yang menunjukkan sifat molekul yang sebenarnya.
(b)Struktur yang lebih tepat adalah hibrida dari semua struktur yang
ada
(c) Struktur resonansi yang satu dengan yang lainnya hanya berbeda
dalam posisi elektronnya. Dalam hal ini tidak ada berlangsung
perobahan mekanis seperti reaksi kesetimbangan, reaksi searah,
tautomeri atau perobahan lainnya.
1. Resonansi simetrik dan tidak simetrik
Resonansi dari benzen yang telah dijelaskan diatas adalah contoh dari
resonansi semetrik. Resonansi yang tidak simetrik lebih banyak lagi
dijumpai dalam ilmu kimia organik. Satu contoh dari resonansi yang tidak
simetris, misalnya dari nitrometan berikut:

Struktur resonansi I mudah dibentuk dari sistem lewis-nya sedang struktur


II diperoleh dengan jalan menggeser pasangan elektron dan ikatan
+

kovalen-nya. Perhatikan ikatan N O ; pasangan elektron yang


membentuk ikatan tersebut hanya berasal dari nitrogen. Akibatnya
nitrogen diberi tanda positif dan oksigen tanda negatif.
Pembentukan struktur-struktur resonansi untuk benzen dan nitrimetan
diatas rasanya sangat sederhana. Namun untuk molekul-molekul yang
lebih besar dan rumit, penurunan struktur-struktur resonansi akan lebih
sulit lagi. Untuk ini diperlukan suatu teknik dan aturan yang akan
mempermudah pelaksanaannya. Prosedur penurunan struktur-struktur
resonansi untuk anilin misalnya adalah sebagai berikut:
Langkah 1 :
Bentuklah struktur lewis dan struktur Kekule
dari molekul yang bersangkutan tanpa
melupakan pasangan elektron yang masih
bebas.
Langkah 2 :
Geserlah pasangan elektron bebas kearah
ikatan rangkap.
Langkah 3 :
Untuk mempertahankan aturan okter
geserlah satu ikatan dari ikatan rangkapnya
ketempat lain atau menjadi pasangan
elektron bebas (dalam contoh ini, menjadi
selektron bebas);
Langkah 4 :
Pada setiap pergeseran ikatan rangkap atau
pasangan elektron bebas, selalu perhatikan
kemungkinan pemisahan muatan.

dan seterusnya sehingga diperoleh rangkaian resonansi sebagai berikut:

2. Resonansi isovalen dan heterovalen


Semua resonansi dapat dibagi menjadi dua kelas: (1) resonansi isovalen
dan (2) resonansi heterovalen. Klasifikasi ini didasarkan pada tetap
tidaknya jumlah ikatan kovalen yang terdapat dalam struktur resonansi
yang mungkin.
(1)Resonansi isovalen terjadi apabila setiap struktur resonansi yang
diturunkan mempunyai jumlah ikatan kovalen yang tetap. Resonansi
isovalen selalu terjadi dari struktur yang memiliki ikatan rangkap.
Pada satu struktur resonansi kadang-kadang dapat terjadi
pemisahan muatan positif dan negatif tanpa merobah jumlah ikatan
kovalen yang ada sehingga membentuk struktur yang polar. Hal ini
dapat terjadi karena adanya pasangan elektron bebas pada atom
yang terkandung dalam molekul seperti pada atom O:, S:, X:
dan lain sebagainya dan atom-atom tersebut terikat pada atom
karbon yang mengandung ikatan rangkap.

(2) Resonansi heterovalen terjadi apabila banyaknya ikatan kovalen dalam


struktur resonansi tidak tetap. Misalnya, jika dua atom yang memiliki
elektronegativitas yang berbeda membentuk ikatan, maka elektron
membentuk ikatan itu akan lebih dekat ke atom yang
elektronegativitasnya lebih besar sehingga molekul itu bersifat polar.

Anda mungkin juga menyukai