LEUKEMIA
Pembimbing:
dr. Hj. Siti Rahma, Sp.A
Penyusun:
Putri Caesarrini
030.11.234
LEMBAR PENGESAHAN
Nama mahasiswa
: Putri Caesarirni
Bagian
Periode
Judul
Pembimbing
Sebagai salah satu syarat dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi.
Jakarta,
Oktober 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
yang berjudul Leukimia limfositik akut dengan baik dan tepat waktu.
Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di RSUD Bekasi Periode
10 Oktober 17 Desember 2016. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan untuk
menambah pengetahuan bagi kita semua tentang sindroma nefrotik.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dr. Hj. Siti Rahma, Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan
2
laporan kasus ini, serta kepada dokterdokter pembimbing lain yang telah
membimbing penulis selama di Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekanrekan anggota Kepaniteraan
Ilmu Kesehatan Anak RSUD Bekasi serta berbagai pihak yang telah memberi
dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan,
kritik maupun saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang
sebesarbesarnya, semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita
semua.
Jakarta,
Oktober 2016
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................................2
KATA PENGANTAR.................................................................................................3
DAFTAR ISI .............................................................................................................4
BAB I
PENDAHULUAN ..................................................................................5
BAB II
BAB III
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................18
3.1 Definisi..............................................................................................18
3
3.2 Epidemiologi....................................................................................18
3.3 Etiologi.............................................................................................18
3.5 Patofisiologi.....................................................................................19
3.6 Patologi............................................................................................20
3.6 Manifestasi klinis.............................................................................21
3.7 Diagnosis..........................................................................................22
3.8 Penatalaksanaan...............................................................................23
4.0 Prognosis..........................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kanker pada anak umumnya jarang dibandingkan angka kejadian
kanker pada orang dewasa. Pada anak angka kejadian kanker 2-4 %, sangat kecil
dibandingkan angka kejadian penyakit lainnya seperti infeksi dan allergi. Namun, dari
data statistik menunjukkan kejadian penyakit kanker pada anak saat ini
memperlihatkan kecenderungan meningkat, dibandingkan dua dasa warsa yang lalu.
Leukemia adalah kanker anak yang paling sering, mencapai lebih kurang 33%
dari kegasanasan pediatrik. Leukemia limfoblastik akut (LLA) berjumlah kira-kira
75% dari semua kasus, dengan insidensi tertinggi pada umur 4 (empat) tahun.
Leukemia mieloblastik d akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukemia, dengan
insidensi yang tetap dari lahir sampai usia 10 tahun, meningkat sedikit pada masa
remaja. Leukemia sisanya ialah bentuk kronis; leukemia limfositik kronis (LLK)
jarang ditemukan pada anak. Insidensi tahunan dari keseluruhan leukemia adalah 42,1
tiap juta anak kulit putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu terutama
disebabkan oleh rendahnya kejadian kejadian LLA pada orang kulit hitam. Gambaran
klinis yang umum dari leukemia adalah serupa karena semuanya melibatkan
kerusakan hebat fungsi sum-sum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan laboratorium
spesifik berbeda dan ada perbedaan dalam respon terhadap terapi dan perbedaan
dalam prognosis.
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Keterangan
Pasien
An. H
9 tahun
Laki-laki
Ayah
Ibu
Tn. M
Ny. S
37
34 tahun
Laki-laki
Perempuan
Jl. Nurul Iman RT 08/RW 01, Kota Bekasi
Islam
Islam
Islam
Betawi
SMA
SMA
Karyawan
Ibu rumah tangga
Hubungan dengan
orang tua: Anak
Tanggal Masuk
Kandung
9 November 2016
RS
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis pada tanggal 12 November 2016 di bangsal Melati
RSUD Bekasi.
a.
Keluhan Utama
mimisan, gusi berdarah, dan trauma yang membuat pasien terlihat pucat.
Pasien juga belum berobat dalam 10 hari ini.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Penyakit
Alergi
Cacingan
DBD
Thypoid
Otitis
Parotis
Umur
-
Penyakit
Candidiasis
Diare
Kejang
Gastritis
Herpes
Zooster
Operasi
Umur
-
Penyakit
Jantung
Ginjal
Darah
Radang paru
Tuberkulosis
Umur
-
paru
Morbili
KELAHIRAN
Morbiditas
Tidak ada
Perawatan antenatal
Tempat kelahiran
Klinik
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Spontan
Masa gestasi
Keadaan bayi
Psikomotor
Tengkurap
: 6 bulan
Duduk
: 6 bulan
Berdiri
: 10 bulan
Berjalan
: 15 bulan
Bicara
: 15 bulan
ASI/PASI
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
0-2
2-4
4-6
6-7
8-10
Dasar (umur)
Ulangan (umur)
BCG
Lahir
DPT
2 bln
4 bln
6 bln
18 bln
5 thn
Polio
Lahir
2 bln
4 bln
6 bln
18 bln
5 thn
Campak
9 bln
24 bln
6 thn
Hepatitis B
Lahir
1 bln
6 bln
j. Riwayat Keluarga
Ayah
Ibu
Nama
Tn. M
Ny. S
Perkawinan ke
Umur perkawinan
10 tahun
10 tahun
Keadaan kesehatan
Sehat
Sehat
b. Tanda Vital
Kesadaran
: Compos mentis
Frekuensi nadi
: 132 x/m
Frekuensi pernapasan
: 28 x/m
Suhu tubuh
: 38,10C
c. Data antropometri
Berat badan
: 20 kg
Tinggi badan
:130 cm
o BB/TB
: 74% (kurus)
o BB/U
: 71% (kurus)
o TB/U
10
d. Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
e. Thorax
Paru :
o Inspeksi
o Palpasi
Perkusi
o Auskultasi
Jantung :
o Inspeksi
o Palpasi
f. Abdomen
Inspeksi
: Perut datar
Auskultasi
Palpasi
kanan dengan tepi tajam, permukaan licin, nyeri tekan (-), lien tidak teraba
Perkusi
g. Kulit
h. Ekstremitas
dan plantar pedis, sianosis (-), udema (-), CRT < 2 detik.
i. Status neurologis
11
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium hematologi (09/11/2016)
Pemeriksaan
Hasil
Nilai normal
Hemoglobin
4.4 g/dL
13 17,5
Hematokrit
13.4 %
40 54
Eritrosit
1.74 juta/uL
45
Leukosit
5 10
Trombosit
10 ribu/uL
150 400
MCV
77,1 fL
82 92
MCH
25,0 pg
24 30
MCHC
32,5 %
32 37
GDS
97 mg/dL
60 - 110
Natrium
130 mmol/L
135 145
Kalium
3.4 mmol/L
3,5 5,0
Clorida
88 mmol/L
94 - 111
: 27.7 pg (26-37pg)
23%
Eosinofil
0%
Promielosit
0%
Batang
0%
Mielosit
0%
Segmen
5%
Metamielosit
0%
Limfosit
70%
Basofil
0%
Monosit
2%
VIII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
14
IVFD RL 20 tpm/makro
Infus paracetamol 2x200 mg
Ceftazidime 2x1 gr
Transfusi PRC 100 cc, pertengahan transfusi Lasix 20 mg/iv
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
: dubia ad bonam
11/11/2016
Anemia ec LLA
- IVFD RL 20
tpm/makro
- infus
paracetamol
2x200 mg
- ceftazidim 2x1
gr (2)
- trf PRC 175 cc/3
jam
pertengahan
transfusi Lasix 20
mg/iv
(transfusi 4 unit)
Anemia ec LLA
- IVFD RL 20
tpm/makro
- infus
paracetamol
2x200 mg
- ceftazidim 2x1
gr (3)
- trf PRC 150 cc/3
jam
pertengahan
transfusi Lasix 20
mg/iv
15
12/11/2016
Anemia ec LLA
- IVFD RL 20
tpm/makro
- infus
paracetamol
2x200 mg
- ceftazidim 2x1
gr (4)
- rencana rujuk
RSCM
- rencana pulang
16
BAB III
ANALISIS KASUS
No
.
1.
Kasus
Demam
Teori
demam
dimana
IL-1 bekerja
dan
IFN-gamma
bekerja
untuk
arakidonat
selanjutnya
menjadi
PGE2
prostaglandin-E2,
akan
berdifusi
ke
Batuk
kurang
Cadangan
aktivitas
energi
sel-sel
tubuh
leukemik
dipergunakan
ganas,
oleh
sehingga
Demam
juga
menyebabkan
peningkatan
17
banyak.
2.
PemeriksaanFisik
Abdomen: supel,
hepatomegali
Ekstremitas:
manusdanplantar
pucat
PemeriksaanPenunjang
Hb menurun: 4,4
gr/dL
Ht:13,4%
eritrosit.
Kegagalan
sumsum
tulang
18
Leukosit: 40,1
ribu
Trombosit:10rb
merupakan
promielosit
yang
sel
yang
muda,
dilepaskan
sumsum tulang.
19
oleh
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
I.
Definisi
Leukimia adalah penyakit keganasan pada jaringan hematopoietic yang
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik.1 Leukemia limfositik akut (LLA) adalah
keganasan sel yang terjadi akibat proliferasi sel limfoid yang diblokir pada
tahap awal deferensiasinya.2
II.
Epidemiologi
LLA meupakan kanker dengan angka kejadian yang paling tinggi pada
anak, 75% terjadi pada anak di bawah 6 tahun (Association for Clinical
Cytogenetics, 2011).2 Setiap tahunnya anak didiagnosa leukemia sekitar
3,250 anak dibawah usia 15 tahun di US. Kasus leukemia pada anak
sebesar 77% adalah leukemia limfositik akut.3
Etiologi3
III.
Faktor
Genetik.
Pengaruh
genetik
maupun
faktor-faktor
Faktor lingkungan
20
Kimia.
Zat
kimia
misalnya
benzen,
arsen,
kloramfenikol,
IV.
utama
adalah
adanya
blokade
maturitas
yang
21
blast yang terbentuk juga punya kemampuan untuk migrasi keluar sumsum
tulang dan berinfiltrasi ke organ-organ lain seperti kulit, tulang, jaringan
lunak dan sistem syaraf pusat dan merusak organ-organ tersebut dengan
segala akibatnya.
V.
Patologi4
Kasus LLA disubklasifikasikan menurut gambaran morfologi dan
imunologi, dan genetik sel induk leukemia. Diagnosis pasti biasanya
didasarkan pada pemeriksaan aspirasi sumsum tulang. Gambaran sitologi
sel induk sangat bervariasi walaupun dalam satu cuplikan tunggal,
sehingga tidak ada satu klasifikasi yang memuaskan. Sistem PrancisAmerika-Inggris membedakan tiga subtipe morfologi L1, L2 dan L3. Pada
limfoblas L1 umumnya kecil dengan sedikit sitoplasma, pada sel L2 lebih
besar dan pleomorfik dengan sitoplasma lebih banyak, bentuk inti ireguler,
dan nukleoli nyata, dan sel L3 meampunyai kromatin inti homogen dan
berbintik halus, nukleoli jelas, dan sitoplasma biru tua dengan vakuolisasi
nyata. Karena perbedaan yang subyektif antara blas L1 dan L2 dan
korelasi dengan penanda imunologik dan genetik yang sedikit, hanya
subtipe L3 yang mempunyai arti klinis.
Klasifikasi LLA bergantung pada kombinasi gambaran sitologik,
imunologik dan kariotip. Dengan antibodi monoklonal yang mengenali
antigen permukaan sel yang terkait dengan jalur sel dan antigen
sitoplasma. Maka imunotipe dapat ditentukan pada kebanyakan kasus.
Umumnya berasal dari sel progenitor, lebih kurang 15% berasal dari sel
progenitor T, dan 1% berasal dari sel B yang relatif matang. Imunotipe ini
mempunyai implikasi prognostik maupun terapeutik. Kelainan kromosom
dapat diidentifikasikan setidaknya 80-90% LLA anak. Kariotip dari sel
leukemia mempunyai arti penting, prognostik, dan terapeutik. Mereka
menunjukan tepat sisi bagi penelitian molekuler untuk mendeteksi gen
yang mungkin terlibat pada transformasi leukemia. LLA anak dapat juga
diklasifikasikan atas dasar jumlah kromosom tiap sel leukemia (ploidy)
dan atas penyusunan kembali (rearrangement) kromosom struktural
misalnya translokasi.
22
sel
dari
cairan
serebrospinal
mungkin
menolong
untuk
Manifestasi klinis3
Kira-kira 66% anak dengan LLA mempunyai gejala dan tanda
penyakitnya kurang dari 4 minggu pada waktu diagnosis. Gejala pertama
biasanya nonspesifik dan meliputi anoreksia, iritabel, dan letargi. Mungkin
ada riwayat infeksi virus atau eksantem dan penderita seperti tidak
mengalami kesembuhan sempurna. Kegagalan sumsum tulang yang
progresif sehingga timbul anemia, perdarahan (trombositopenia), dan
demam (neutropenia, keganasan) gambaran ini biasanya mendorong
pemeriksaan ke arah diagnosis.
Gejala pertama biasanya terjadi karena sumsum tulang gagal
menghasilkan sel darah merah dalam jumlah yang memadai, yaitu berupa:
lemah dan sesak nafas, karena anemia (sel darah merah terlalu sedikit)
infeksi dan demam karena, berkurangnya jumlah sel darah putih
perdarahan, karena jumlah trombosit yang terlalu sedikit.
Pada pemeriksaan inisial, umumnya penderita, dan lebih kurang 50%
menunjukan petekiae atau perdarahan mukosa. Sekitar 25% demam, yang
mungkin disebabkan oleh sebab spesifik seperti infeksi saluran napas atau
otitis media. Limfadenopati biasanya nyata dan splenomegali (biasanya
kurang dari 6 cm di bawah arkus kosta), dijumpai pada lebih kurang 66%.
Hepatomegali kurang lazim. Kira-kira 25% ada nyeri tulang yang nyata
23
Diagnosis1
Pada pemeriksaan awal umumnya terdapat anemia, meskipun hanya
kira-kira 25% mempunyai Hb 6%. Kebanyakan penderita juga
trombositopeni, tetapi kira-kira 25% mempunyai trombosit 100.000/mm3.
Sekitar 50% penderita dengan hitung sel darah putih kurang dari
10.000/mm3, sekitar 20% memiliki hitung sel darah putih yang lebih
besar dari 50.000/mm3. Jumlah total sel darah putih bisa berkurang,
normal ataupun bertambah, tetapi jumlah sel darah merah dan trombosit
hampir selalu berkurang. Diagnosis leukemia dikesankan oleh adanya sel
blas pada preparat apus darah tepi tetapi dipastikan dengan pemeriksaan
sumsum tulang, yang biasanya diganti sama sekali oleh limfoblas
leukemia. Pemeriksaan darah rutin (misalnya hitung jenis darah komplit)
bisa memberikan bukti bahwa seseorang menderita leukemia. Kadangkadang, sumsum tulang pada awalnya hiposeluler. Pemeriksaan
sitogenetik
pada
kasus-kasus
ini
mungkin
bermanfaat
untuk
24
VIII. Penatalaksanaan3
Tujuan pengobatan adalah mencapai kesembuhan total dengan
menghancurkan sel-sel leukemik sehingga sel normal bisa tumbuh kembali
di dalam sumsum tulang. Penderita yang menjalani kemoterapi perlu
dirawat di rumah sakit selama beberapa hari atau beberapa minggu,
tergantung kepada respon yang ditunjukkan oleh sumsum tulang. Terapi
LLA masa kini didasarkan atas bukti resiko klinis, tidak ada bukti
kelompok resiko universal. Pada umumnya, penderita dengan resiko baku
atau rata-rata untuk relaps adalah antara umur 1 tahun dan 10 tahun,
mempunyai jumlah leukosit 100.000/mm3, tidak ada bukti adanya massa
mediastinum atau leukemia SSS, dan mempunyai immunofenotipe sel
progenitor B. Adanya translokasi kromosom spesifik tertentu harus
disingkirkan. Rencana terapi untuk kelompok resiko baku meliputi
pemberian kemoterapi induksi sampai sumsum tulang tidak lagi
memperlihatkan sel-sel leukemia yang dapat dikenali secara morfologis,
kemudian terapi profilaksis pada SSS, dan terapi lanjutan. Contoh
rencana terapi diringkas pada Tabel 2. Suatu kombinasi prednison,
vinkristin (Oncovin), dan asparaginase akan menghasilkan remisi pada
kira-kira 98% dari anak dengan LLA resiko-standar, khas dalam 4 minggu.
Kurang dari 5% penderita memerlukan 2 minggu terapi induksi lagi.
Terapi lanjutan sistemik, biasanya terdiri dari antimetabolit metotreksat
(MTX) dan 6-merkaptopurin (Purinetol), harus diberikan selama 2,5-3
tahun.
Tanpa terapi profilaksis, SSS merupakan tempat awal relaps pada lebih
dari 50% penderita. Sel leukemia biasanya ditemukan di selaput otak pada
saat diagnosis, walaupun sel-sel iti tidak dapat dilihat pada cairan
serebrospinal. Sel-sel ini bertahan hidup dari kemoterapi sistemik karena
penetrasi sawar darah otak obat jelek. Iradiasi kranium mencegah leukemia
SSS tersembunyi pada kebanyakan penderita tetapi menyebabkan efek
lambat neuropsikologik, terutama pada anak kecil. Karena itu, penderita
resiko standar khas hanya diberi terapi intratekal saja untuk mencegah
keterlibatan SSS klinis.
25
Umur
MTX
HC
Ara-C
1 tahun
10 mg
10 mg
20 mg
2-8 tahun
12,5mg
12,5 mg
25 mg
26
9 tahun
15 mg
16 mg
30 mg
27
Penderita dengan relaps SSS harus diberi kemoterapi intratekal tiap 4-6
minggu sampai limfoblas menghilang dari cairan serebrospinal. Dosis harus
disesuaikan dengan umur karena volume cairan serebrospinal tidak sebanding
dengan luas permukaan badan. Iradiasi kranium mereupakan satu-satunya cara
yang dapat melenyapkan leukemia SSS jelas dan harus diberikan setelah terapi
intratekal. Terapi harus lebih intensif karena penderita ini mempunyai resiko
tinggi untuk kemudian relaps sumsum tulang. Akhirnya, terapi SSS profilaksis
harus diulangi pada setiap penderita yang mengalami relaps di sumsum tulang
atau lokasi ekstramedular manapun.
Relaps testikuler biasanya menyebabkan pembengkakan tidak nyeri
pada satu atau kedua testis. Penderita sering tidak menyadari kelainan tersebut,
karena itu perlu sekali perhatian pada ukuran testis pada waktu diagnosis dan
pemantauan. Diagnosis dipastikan dengan biopsi. Terapi harus meliputri
iradiasi gonad. Karena relaps testis biasanya mengisyaratkan adanya relaps
sumsum tulang mengancam, maka terapi sistemik harus lebih diperkuat bagi
penderita yang masih didalam terapi. Seperti yang dikemukakan diatas, terapi
yang terarah ke SSS harus juga diulang.
IX. Prognosis3, 4
Sebelum adanya pengobatan untuk leukemia, penderita akan
meninggal dalam waktu 4 bulan setelah penyakitnya terdiagnosis. Lebih dari
90% penderita penyakitnya bisa dikendalikan setelah menjalani kemoterapi
awal. Banyak gambaran klinis telah dipakai sebagai indikator prognosis, tetapi
kehilangan arti karena keberhasilan terapi. Misalnya, imunofenotip penting
dalam mengarahkan terapi ke arah resiko, tetapi arti prognostiknya telah
lenyap berkatregimen terapi kontemporer. Karena itu, terapi merupakan faktor
prognositik penting. Hitung leukosit awal mempunyai hubungan liner terbalik
dengan kemungkinan sembuh. Umur pada waktu diagnosis juga merupakan
peramal yang dapat dipercaya (reliable). Penderita berumur lebih dari 10
tahun dan yang kurang dari 12 bulan yang mempunyai penyususnan kembali
(rearrangement) kromosom yang menyangkut regio 11q23, jauh lebih buruk
dibanding anak dari kelompok umur pertengahan (intermediete). Beberapa
28
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Dia Z. Kelainan Hemostasis pada Leukemia. Jurnal Kesehatan
Andalas. Padang: Jurnal FK Unand; 2012 (2). p. 68-72.
2. Pertiwi N, Niruri R, Ariawati K. Gangguan Hematologi Akibat
Kemoterapi Pada Anak dengan Leukemia Limfositik Akut di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah. Bali: Universitas Udayana; 2013. p. 5961.
3. The Leukemias. In: Tubergen D, Bleyer A, editors. Nelson Textbook of
Pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016. p. 2437-42.
4. Parmono B, Sutaryo, Ugrasena IDG, Windiastuti E, Abdulsalam M,
Leukemia Akut; Kedaruratan Onkologi Anak dalam Buku Ajar
Hematologi Onkologi Anak. 2010. p. 236-325.
30