dilihat dari task performancenya. Sudah dapat tugas apa saja, pencapaiannnya
bagaimana, dan grade itu kan makin ke atas makin baik dan itu berpengaruh
terhadap besaran bonus ataupun insentif yang nantinya ia terima, terang
Prijastono lagi.
5.
Merit system, Promotion system untuk mengukur kinerja karyawannya. Merit itu
kan gradually, naik gaji, berdasarkan penilaian. Dapat nilai A, naik gajinya sekian
persen, B naiknya sekian persen, C sekian dan lain-lain. Tapi kalau promotion
biasanya seseorang itu dinaikkan pangkat. Jadi ada juga promotion. Setiap tahun
biasanya akan muncul hal-hal yabg begitu, tambahnya. Untuk itu Glen juga tak
lupa menyiapkan bonus bagi mereka yang menampakkan kinerja yang baik. Hanya
saja berapa persennya itu kebijakan SDM. Normati. Itu selalu dengan sendirinya.
Oleh karena itu relatively gaji di kita ini ada yang dapatnya lebih besar, sekian
puluh, ada THR, tunjangan pendidikan, tunjangan puasa. Artinya begini, ada yang
pasti gaji itu 13. tapi kalau kita lagi ada rejeki, ada tambahan lah. Misalnya
pendidikan. Pada saat anak masuk sekolah ada bantuan. Yang pasti itu 13. sisanya
kondisional dan tergantung pencapaian masing-masing,ujar Glen diplomatis
7.
1. Agama ; Dasar pengkajian kembali makna etor kerja diawali oleh buah pikiran
Max Waber. Salah satu untsur dasar dari kebudayaan modern, yaitu rasionalitas
(rasionally). PAda dasarnya agama merupakan suatu sistem nilai. Sistem nilai ini
tentunya akan mempengaruhi atau menentukan pola hidup penganutnya. cara
berpikir, bersikap dan bertindak seseorang pastilah diwarnai oleh ajaran agama
yang dianutnya jika ia sungguh - sungguh dalam kehidupan beragama.
2. Budaya; Sikap mental, tekad dan semnagat kerja masyarakat juga disebut
sebagai etos kerja. Kemudian etos budaya ini secara operasional juga disebut
sebagai etos kerja. kualitas etos kerja ditentuka oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkutan. Masayarakat yang memiliki nilai budaya maju akan
memiliki etos kerja yang tinggi.
3, Sosial Politik; Tinggi atau rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi
juga oleh ada atau tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk
bekerja keras dan dapat menikmati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
5. Pendidikan ; Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat sesorang mempunyai
etos kerja. Meningkatnya kualitas penduduk dapat tercapai apabila ada pendidikan
yang merata dan bermutu, disertai dengan peningkatan dan perluasan pendidikan,
keahlian, dan keterampilan, sehingga semakin meningkat pula aktivitas dan
produktifitas msayarakat sebagai pelaku ekonomi.
6. Motivasi Instrinsik Individu; Individu memiliki etos kerja yang tinggi adalah
individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan pandangan dan sikap, yang
tentunya didasai oleh nilai nilai yang diyakini seseorang. Keyakinan ini menjadi
suatu motivasi kerja yang mempengaruhi juga bisa etos kerja sesorang.
9.
A) Peran Komunikasi
1.
Menciptakan kepuasan kerja
Perusahaan wajib mendorong korespodensi terbuka dan mudah antara senior
dan bawahan. Jika lingkungan kerja ramah di mana bawahan didorong untuk
mengkomunikasikan ide-ide mereka kepada manajer mereka mengenai
pekerjaan terkait, dan umpan balik mereka diberikan pertimbangan, akan
memotiasi karyawan untuk bekerja lebih baik dan membuat mereka merasa
dihargai dalam perusahaan. Dengan demikian, komunikasi yang efektif di
tempat kerja menghasilkan kepuasan kerja yang lebih besar.
2.
Menyelesaikan konflik
B) Peran Pengakuan
Pengakuan sangat berperan penting dalam sebuah hubungan kerja
dikarenakan jika
seseorang diakui dalam suatu pekerjaan maka
seseorang itu akan sangat merasa dibutuhkan atau dipentingkan dalam
suatu perusahaan, karena dengan diakui nya seseorang juga dapat
menumbuhkan rasa percaya diri akan pekerjaan yang ia lakukan dan juga
dapat menimbulkan loyalitas akan perusahaan.
1.
2.
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan
3.
4.
Rehabilitasi medik
Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
RUJUKAN MEDIK > pengobatan & rehabilitasi > Pos UKK >
Puskesmas > BKKM > RSU/RS.Khusus
RUJUKAN KESEHATAN :
1. Sampel Lingkungan > Balai Teknik Kesehatan Lingkungan/Balai
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2. Sampel Laboratorium > Balai Latihan Kerja
3. Kasus Pencemaran > Kabupaten/Ko
15.
1. Kebutuhan akan SDM yang Kompeten Terpenuhi
Dengan perencanaan SDM yang baik, the right men in the right place akan dapat
diraih oleh perusahaan. Penempatan pegawai yang kompeten dan tepat pada
posisinya dapat tercapai dengan lebih optimal dan cepat karena perusahaan telah
mengetahui dengan baik kualitas SDM yang diperlukan, bagaimana merekrutnya
bila hendak menambah karyawan, juga bagaimana mempertahankan karyawankaryawan terbaik itu.
2. Meningkatkan Efektivitas dan Efisiensi Perusahaan
Bila jumlah Sumber Daya Manusia di dalam perusahaan telah tidak efisien dan
efektif lagi, maka sistem perencanaan SDM akan melakukan pengaturan atau
penempatan ulang. Tujuannya tentu agar semua SDM yang dimiliki bekerja pada
jabatan atau pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya. Kalau hal itu bisa