Anda di halaman 1dari 16

HUBUNGAN PARTISIPASI IBU MENGIKUTI KEGIATAN

POSYANDU DENGAN STATUS GIZI DI DESA TABUMELA


KECAMATAN TILANGO KABUPATEN GORONTALO
Nurlelastasia Daud, dr.Vivien Novarina A Kasim, M.Kes,
Ns. Abd Wahab Pakaya, S.Kep, MM
Jurusan Ilmu Keperawatan, FIKK UNG
Email: Nurlelastasiadaud@yahoo.com
ABSTRAK
Nurlelastasia Daud. 2015. Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan
Posyandu Dengan Status Gizi Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo. Skripsi, Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu-Ilmu
Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo, C.
Permasalahan tentang gizi akan teratasi apabila ibu memiliki kesadaran dan
kemauan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan posyandu sehingga kader
posyandu dan petugas kesehatan dapat memantau perkembangan dan status gizi
dari anak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat
partisipasi ibu mengikuti kegiatan posyandu dengan status gizi di Desa Tabumela
Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo. Penelitian ini mengguakan metode
survey analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu
yang memiliki anak balita yang berada di desa Tabumela dengan Teknik
pengambilan sampel accidental sampling berjumlah 64 orang. Teknik analisa data
menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov Test.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan distribusi balita yang memiliki Status Gizi
baik dan tingkat partisipasi ibu aktif sebanyak (73,4%), balita yang memiliki
Status Gizi kurang dengan tingkat partisipasi ibu tidak aktif Sebanyak (26,6%)
dan Status Gizi buruk dengan tingkat partisipasi ibu tidak aktif Sebanyak (26,6%).
Kesimpulan penelitian ini terdapat hubungan bermakna antara Tingkat Partisipasi
Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Di Desa Tabumela
Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo dengan nilai p= 0,000 ( <0,05).
Diharapkan kepada ibu-ibu yang memiliki anak balita agar lebih aktif
berpartisipasi dalam kegiatan posyandu agar kader posyandu dan petugas
kesehatan dapat memantau perkembangan dan status gizi dari anak tersebut

Kata Kunci
Daftar Pustaka
1

: Tingkat Partisipasi Ibu, Status Gizi, Anak Balita


: 24 Referensi (Tahun 2008-2014)

Nurlelastasia Daud, 84141114. Program Studi Ilmu Keperawatan, FIKK, UNG,


dr.Vivien Novarina A Kasim, M.Kes,Ns. Abd Wahab Pakaya, S.Kep, MM

Nurlelastasia Daud, 84141114. Department of Nursing, FIKK, UNG, dr.Vivien


Novarina A Kasim, M.Kes,Ns. Abd Wahab Pakaya, S.Kep, MM

PENDAHULUAN
Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara asupan makanan dan penggunaan zat gizi. Bila tubuh
memperoleh cukup zat-zat gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status
gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak,
kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin
(Harinda, 2012)1
Permasalahan tentang gizi akan teratasi apabila ibu memiliki kesadaran
dan kemauan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan posyandu, yakni dengan
membawa anak balitanya untuk melakukan penimbangan secara teratur setiap
bulannya agar kader posyandu dan petugas kesehatan dapat memantau
perkembangan dan status gizi dari anak tersebut (Asdhany, 2012)2
UNICEF melaporkan Indonesia berada diperingkat kelima dunia untuk
Negara dengan jumlah anak yang terhambat pertumbuhannya dengan perkiraan
yaitu sebanyak 7,7 juta balita. Menurut Riskesdas, prevalensi balita yang
mengalami kekurangan gizi pada tahun 2007 sebesar 18,4% dan mengalami
penurunan menjadi 17,9% pada tahun 2010. Sedangkan pada tahun 2013 balita
yang kekurangan gizi mengalami peningkatan sebesar 19,6% dimana balita yang
mengalami gizi buruk sebesar 5,7% dan 13,9% berstatus gizi kurang (Riskesdas,
2013)3
Di Provinsi Gorontalo prevalensi kasus gizi balita berdasarkan berat badan
menurut umur (BB/U) dengan kasus gizi buruk sebesar 6,9% dan kasus gizi
kurang sebesar 19,2%. Pada tahun 2012 diketahui bahwa presentase balita
dengan status dengan gizi buruk 4,18%, gizi kurang 13,15%, gizi baik 80,89%,
dan gizi lebih 1,78% (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, 2012).
Daerah dengan kasus gizi buruk tertinggi adalah Pohuwato (10,2%) dan
terendah Bone Bolango (4,4%), sedangkan daerah dengan kasus gizi kurang
tertinggi adalah Bone Bolango sebesar 23,5% dan terendah Kota Gorontalo
sebesar 17,5% (Riskesdas, 2013) 4
Sasaran MDGs tahun 2015 prevalensi balita yang mengalami gizi burukkurang belum mencapi target yakni sebesar 15,5%, maka prevalensi gizi burukkurang harus menurun sebesar 4,1% dalam periode dari tahun 2013 ke tahun
1

Harinda, 2012. Pengertian Status Gizi. Proporsi Dan Status Gizi Pada Anak
Prasekolah Dengan Kesulitan Makan Di Semarang. Skripsi. Universitas
Diponegoro.
2
Asdhany, 2012. Mengatasi Permasalahan Gizi. Hubungan Tingkat Partisipasi
Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Kelurahan
Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang. Artikel penelitian. Universitas
diponegoro.
3
Riskesdas, 2013. Data Status Gizi. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Riset
Kesehatan Dasar. (RISKESDAS). Departemen Kesehatan RI. Jakarta
4
Riskesdas, 2013. Prevalensi Status Gizi. Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Riset
Kesehatan Dasar. (RISKESDAS). Departemen Kesehatan RI. Jakarta

2015. Diantara 33 provinsi di Indonesia,18 provinsi memiliki prevalensi gizi


buruk-kurang di atas angka prevalensi nasional yakni berkisar antara 21,2%
sampai dengan 33,1% yaitu urutan yang pertama adalah Nusa Tenggara Timur
dan Gorontalo berada di urutan yang kedelapan (Profil Kesehatan Indonesia,
2013)5
Berdasarkan data awal yang diperoleh dari puskesmas Kecamatan Tilango
Kabupaten Gorontalo pada selang bulan Januari September 2014 prevalensi
untuk gizi kurang dan gizi buruk yaitu: Dari 8 desa, prevalensi balita yang
mengalami gizi buruk untuk BB/TB 4,49% dan BB/U 6,63% sedangkan balita
yang mengalami gizi kurang untuk BB/TB 5,16% dan BB/U 8,8%. Dari 8 desa
tersebut didapatkan bahwa didesa Tabumela yang paling banyak mengalami
masalah gizi yaitu dengan status gizi buruk sebanyak 9 balita, gizi kurang
sebanyak 18 balita dan gizi baik sebanyak 282 balita.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi pada balita, diantaranya
adalah pendapatan, pengetahuan ibu, akses pelayanan kesehatan, kejadian
diare, pemberian ASI ekslusif, sumber air bersih dan kebiasaan mencuci
tangan (Lonika, 2011). Menurut Soekirman faktor penyebab yang mempengaruhi
status gizi seseorang terbagi menjadi dua yaitu faktor langsung dan tidak
langsung. Penyebab langsung yaitu makanan anak dan penyakit infeksi yang
mungkin diderita anak. Penyebab tidak langsung yaitu ketahanan pangan di
keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan kesehatan dan kesehatan
lingkungan (Lutfiana, 2012)6
7
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Yogiswara (2011) tentang
Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Ibu Di Posyandu Dengan Status Gizi
Balita dengan hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah ibu dengan
partispasi rutin sebanyak 31 ibu (77,5%) dan ibu dengan partisipasi tidak rutin
sebanyak 9 ibu (22,5%). Status gizi pada balita didapatkan 29 balita (72,5%)
status gizi baik dan 11 balita (27,5%) status gizi tidak baik. Pada analisa bivariat
didapatkan hubungan yang bermakna antara tingkat partisipasi ibu di posyandu
dengan status gizi balita dengan nilai (p =0,007). Hal ini berarti ibu yang hadir di
posyandu secara rutin maka status gizi dari balita akan baik.
8
Penelitian yang dilakukan Khotimah (2009) tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertapati Palembang menunjukkan bahwa ada hubungan antara
status gizi balita dengan tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu, ternyata
5

Profil Kesehatan Indonesia, 2013. Sasaran MDGs. Dinas Kesehatan kabupaten


Gorontalo. Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo Tahun 2013
6
Lutfiana, 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi. 2012. Faktor
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi Buruk Pada Lingkungan Tahan
Pangan Dan Gizi Di Puskesmas Kendal. Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
7
penelitian yang dilakukan Yogiswara (2011) tentang Hubungan Antara Tingkat
Partisipasi Ibu Di Posyandu Dengan Status Gizi Balita
8
Penelitian yang dilakukan Khotimah (2009) tentang Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Tingkat Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kertapati Palembang

persentase tingkat kunjungan ibu balita ke posyandu yang baik cenderung


lebih besar pada status gizi balita yang baik yaitu sebanyak 28 balita
(51,9%) dibandingkan dengan status gizi balita yang kurang yaitu sebanyak 2
balita (10,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa status gizi balita baik
mempunyai tingkat kunjungan yang lebih baik dibandingkan dengan status
gizi balita yang kurang. Sedangkan bila dilihat dari tingkat ibu balita yang
kurang cenderung terdapat pada status gizi balita yang baik pula yaitu sebesar
26 balita (48,1%) dibandingkan dengan status gizi balita yang kurang yaitu
sebesar 17 balita (89,5%).
9
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Oktaviani, dkk (2008) tentang
Hubungan Keaktifan Keluarga Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi
Balita Di Desa Rancekek Kulon Kecamatan Rancekek menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara variabel keaktifan posyandu dengan status gizi.
Keluarga yang aktif ke posyandu memiliki presentase lebih besar memiliki balita
dengan status gizi baik sedangkan keluarga yang tidak aktif dalam kegiatan
posyandu mempunyai resiko 6,857 kali lebih besar terkena status gizi KEP.
Berdasarkan wawancara awal yang dilakukan oleh peneliti pada 5
responden dimana respondennya ini terdiri dari 2 ibu balita yang mengalami gizi
buruk, 1 ibu balita yang mengalami gizi baik, dan 2 ibu balita yang mengalami
gizi kurang. Mereka mengatakan bahwa kegiatan posyandu yang berada di
daerah mereka rutin dilakukan. Hanya saja beberapa dari responden tersebut
mengatakan bahwa mereka tidak rutin mengikuti kegiatan posyandu dikarenakan
terlalu sibuk dan ada urusan lain yang harus dikerjakan. Hal yang sama dikatakan
oleh petugas kesehatan yang ikut membantu pelayanan posyandu, mereka
melihat para kader harus menjemput ibu-ibu balita agar dapat hadir dalam
kunjungan posyandu dan membawa anak balitanya.
Berdasarkan latar belakang yang tercantum diatas, maka peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Dalam
Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Tabumela Kecamatan
Tilango Kabupaten Gorontalo.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian Survey Analitik dengan
pendekatan cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu yang memiliki anak balita
yang berada di desa Tabumela dengan Teknik pengambilan sampel accidental
sampling berjumlah 64 orang. Teknik analisa data menggunakan uji statistik
Kolmogorov Smirnov Test

Penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani, dkk (2008) tentang Hubungan


Keaktifan Keluarga Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di
Desa Rancekek Kulon Kecamatan Rancekek

Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Kadar Hb,
Pekerjaan di Puskesmas Tilango Kabupaten Gorontalo
Karakteristik

Jumlah (n)
Presentase (%)
Berdasarkan Umur Ibu
15-20
15
23,4
21-26
22
34,4
27-32
11
17,2
33-38
8
12,5
39-45
8
12,5
Berdasarkan Pendidikan
SMA
7
10,29
SMP
15
23,4
SD
42
65,6
Total
64
100
Sumber : Data Primer 2015
Berdasarkan tabel 4.1 diatas distribusi responden berdasarkan usia,
sebagian besar yaitu pada usia 21-26 Tahun yaitu berjumlah 22 orang (34,4%),
Pendidikan Sebagian Besar yaitu SD berjumlah 42 orang (65,6%)
Partisipasi Ibu Di Posyandu
Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti
Kegiatan Posyandu di Desa Tabumela Kec. Tilango Kab.Gorontalo
Partisipasi

Jumlah (n)

Tidak Aktif
17
aktif
47
Total
64
Sumber : Data Primer 2015

Presentase (%)
26,6
73,4
100

Berdasarkan tabel distribusi tingkat partisipasi ibu mengikuti kegiatan


posyandu, dimana ibu balita yang aktif berjumlah 47 responden (73,4%),
sedangkan ibu balita yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu berjumlah 17
responden (24,4%).
Status Gizi Balita
Tabel 4.4. distribusi responden berdasarkan status gizi balita seperti pada tabel
berikut :
Status Gizi
Jumlah (n)
Presentase (%)
Gizi Buruk
Gizi Kurang

6
11

9,4
17,2

Gizi Baik
47
73,4
Total
64
100
Berdasarkan tabel distribusi status gizi, dimana sebagian besar responden
berstatus gizi baik berjumlah 47 responden (73,4%), status gizi kurang 11
responden (17,2%) dan status gizi buruk 6 responden (9,4%).
Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu Dengan
Status Gizi Balita
Tabel 4.5 Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu
Dengan Status Gizi Balita di Desa Tabumela Kec. Tilango Kab. Gorontalo
Status Gizi
No

Tingkat
Partisipasi

Buruk
n

Kurang
n

Baik
n

Total

P
Value

1
2

Tidak Aktif 6
9,4 11 17,2
0
0
17
26,6 0,000
Aktif
0
0
0
0
47 73,4
47
73,4
Total
6
9,4 11 17,2 47 73,4
64
100
Berdasarkan tabel 4.5 dapat di ketahui bahwa dari 64 ibu balita di Desa
Tabumela, Kec. Tilango, Kab. Gorontalo memiliki distribusi ibu balita yang
memiliki Status Gizi baik dan tingkat partisipasi aktif sebanyak 47 (73,4%), ibu
balita yang memiliki Status Gizi kurang dengan tingkat partisipasi tidak aktif
Sebanyak 11 (26,6%) dan Status Gizi buruk dengan tingkat partisipasi tidak aktif
Sebanyak 6 (26,6%).
Hubungan variabel tingkat partisipasi ibu mengikuti kegiatan posyandu
dan status gizi diuji signifikansinya secara statistik dengan uji Kolmogorov
Smirnov. Karena tabel 2x3 ini tidak layak diuji dengan Chi Square Test, alasanya
yaitu ada beberapa sel yang memiliki expected kurang dari 50% dari jumlah sel.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov diperoleh
nilai P Value = 0.000 atau 0.05. Hal ini berarti ada hubungan antara Tingkat
Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Desa
Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten Gorontalo.
PEMBAHASAN
Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat partisipasi ibu
balita mengikuti kegiatan posyandu terbanyak adalah yang aktif mengikuti
kegiatan posyandu yaitu 47 (73,4%).
Berdasarkan hasil observasi bahwa tingkat partisipasi ibu balita mengikuti
kegiatan posyandu yang aktif dapat diketahui melalui buku KMS, hal ini juga
didukung oleh jawaban kuisioner dari responden dimana mereka mengatakan
bahwa mereka mempunyai keinginan untuk mengikuti program kegiatan
posyandu, dan Setiap bulan mereka mengikuti kegiatan di posyandu tanpa
paksaan dari orang lain serta mereka tertarik dan punya kemauan untuk
melaksanakan program posyandu.

Adapun berdasarkan wawancara langsung, faktor utama ibu balita tidak


mengikuti kegiatan posyandu yaitu karena mereka terlalu sibuk dengan urusan
pekerjaan rumah tangga serta jarak antara rumah dan posyandu.
10
Menurut Asdhany (2012) adanya kesibukan ibu bekerja atau kesibukan
lainnya (mengurus rumah dan kesibukan lain diluar rumah selain bekerja) dan
jarak tempuh rumah dengan tempat penyelenggaraan posyandu tentu dapat
menyebabkan ibu balita berhalangan hadir disaat kegiatan posyandu
diselenggarakan.
Partisipasi masyarakat dalam penimbangan di posyandu digambarkan
dalam perbandingan jumlah balita yang ditimbang dengan jumlah balita
seluruhnya. Semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam penimbangan di
posyandu maka semakin baik pula data yang dapat menggambarkan status gizi
balita (Ismawati, 2010)11
Dalam meningkatkan tingkat partisipasi ibu balita untuk datang ke
posyandu diperlukan kerja lebih keras dari pada kader-kader posyandu yang
berada di desa tersebut yaitu dengan memberikan informasi untuk meningkat
pengetahuan ibu, sehingga ibu balita dapat berperilaku sesuai dengan
pengetahuannya, yakni bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan posyandu.
Cara lain untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
posyandu, terutama ibu balita dapat dilakukan melalui metode partisipasi dengan
persuasi dan edukasi, yakni partisipasi yang didasari pada kesadaran, sulit
ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila tercapai hasilnya
akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara. Partisipasi ini dimulai
dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Yogiswara , 201112
Status Gizi Balita
Berdasarkan tabel 4.3 terlihat bahwa responden yang memiliki balita
dengan status gizi baik berjumlah 47 responden (73,4%). Menurut asumsi
peneliti, ibu yang memiliki balita berstatus gizi baik disebabkan karena mereka
berpartisipasi aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu. Jika aktif dalam kegiatan
posyandu, maka ibu balita dapat memantau pertumbuhan dari anak balitanya dan
jika terdapat gangguan kesehatan maka ibu balita dapat mendeteksi sedini
mungkin permasalahan tersebut. Status gizi kurang berjumlah 11 responden
(17,2%) dan status gizi buruk 6 responden (9,4%), menurut peneliti ibu yang
10

Asdhany, 2012. Penyebab Ibu Tidak Datang Ke Posyandu. Hubungan Tingkat


Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita Di
Kelurahan Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang. Artikel penelitian.
Universitas diponegoro.
11
Ismawati, 2010. Partisipasi masyarakat. 2010. Posyandu Dan Desa Siaga.
Yogyakarta : Nuha Medika
12
Yogiswara , 2011. Cara untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat. 2011.
Hubungan Antara Tingkat Partisipasi Ibu Di Posyandu Dengan Status Gizi
Balita. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Diponegoro.

memiliki balita berstatus gizi kurang dan gizi buruk disebabkan karena tidak aktif
berpartisipasi dalam mengikuti kegiatan posyandu. Hal ini disebabkan karena
minimnya pengetahuan ibu balita terhadap pentingya untuk selalu datang ke
posyandu. Karena dengan pergi ke posyandu ibu balita dapat mencegah terjadinya
masalah gizi terhadap anak balitanya, tetapi hal tersebut diabaikan oleh para ibu
balita.
Balita yang bersatatus gizi kurang dan buruk selain karena tingkat
partisipasi ibu balita yang kurang, hal ini juga terjadi karena sebagian besar kepala
keluarga dari masing-masing ibu balita menggantungkan hidup mereka sebagai
nelayan dan sopir bentor. Hal ini menyebabkan pendapatan yang diperoleh tidak
tetap dan relatif kurang sehingga hanya dapat memenuhi makanan pokok tetapi
tidak dapat memenuhi makanan tambahan.
Berdasarkan hasil observasi ibu-ibu balita yang memiliki anak dengan
status gizi kurang dan gizi buruk lebih banyak masih berusia muda atau belum
mencapai tingkat kematangan untuk menjadi seorang ibu, sehingga lebih
cenderung untuk mementingkan kepentingan sendiri daripada kepentingan anak
balitanya.
zat-zat gizi yang dikonsumsi anak akan berpengaruh pada status gizi anak.
Perbedaan status gizi anak memiliki pengaruh yang berbeda pada setiap
pertumbuhan anak, apabila jika gizi yang dikonsumsi tidak terpenuhi dengan baik
maka pertumbuhan anak akan terhambat. Apabila anak mengalami kekurangan
gizi akan berdampak pada pertumbuhan anak yaitu meliputi berat badan, tinggi
badan, atau panjang badan, lingkar kepala, lingkar lengan dan panjang tungkai,
dibandingkan dengan anak yang memiliki status gizi baik Gibson (dalam
Rahardjo, 2014).13
Permasalahan tentang gizi akan teratasi apabila ibu memiliki kesadaran
dan kemauan untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan posyandu, yakni dengan
membawa anak balitnya untuk melakukan penimbangan secara teratur setiap
bulannya agar kader posyandu dan petugas kesehatan dapat memantau
pertumbuhan dan status gizi dari anak tersebut (Asdhany, 2012)14
Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu Dengan
Status Gizi Balita
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara
Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita
Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabuapaten Gorontalo tahun 2015. Pada
uji Kolmogorov Smirnov didapatkan nilai p value = 0,000 (p value < 0,05).

13

Rahardjo, 2014. Zat-Zat Gizi Yang Dikonsumsi Anak. 2014. ASUHAN


NEONATUS, Bayi, Balita Dan Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
14
Asdhany, 2012. Mengatasi Permasalahan Gizi. Hubungan Tingkat Partisipasi
Ibu Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Anak Balita Di Kelurahan
Cangkiran Kecamatan Mijen Kota Semarang. Artikel penelitian. Universitas
diponegoro

15

Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Bonaventure
(2011) yaitu semakin tinggi tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu
dapat mempengaruhi status gizi anak balita. Status gizi anak balita akan terus
dipantau oleh kader dan petugas kesehatan melalui KMS yang menggunakan
BB/U sebagai indicator antropometri pemantauan status gizi, sehingga apabila
terdapat gangguan pertumbuhan atau kesehatan lainnya akan lebih cepat diketahu
dan ditindak lanjuti. Hal tersebut didukung pula dengan tingkat pendidikan ibu
dan jenis pekerjaan ibu. Hal tersebut didukung pula dengan tingkat pendidikan
ibu dan jenis pekerjaan ibu.
16
Hal yang sama dikatakan Octaviani (2008) di Kecamatan Rancaekek
menunjukan keaktifan ibu di posyandu mempengaruhi status gizi balita, dimana
ibu yang rutin ke posyandu status gizi yang baik 26 (65%) dan status gizi tidak
baik 5 (12,5%). Status gizi yang didapatkan pada penelitian ini dengan melihat
pada KMS, apabila jika garis pertumbuhan mengalami peningkatan ini berarti
balita tersebut mengalami pertumbuhan sedangkan apabila garis pertumbuhan
berada pada posisi yang sejajar maka balita tersebut tidak mengalami
pertumbuhan.
Hal ini dapat dikaitkan dengan tingkat pendidikan ibu yang kebanyakan
SD, dimana keluarga yang tidak memiliki pengetahuan lebih tentang kesehatan,
maka hal ini dapat berdampak negatif kepada anak balitanya yaitu mereka tidak
mengetahui bagaimana cara melakukan pencegahan terhadap gangguan
kesehatan anak balitanya. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan tahun
2008 tentang hubungan pengetahuan ibu dengan keteraturan menimbang
balitanya ke posyandu yang menunjukan hasil signifikan bersifat positif
(Octaviani, U., N. Juniarti, A. Mardiyah, 2008)17
18
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Busa (2014) yaitu hubungan
pengetahuan tentang kegiatan posyandu dengan partisipasi ibu balita,
menjelaskan bahwa pengetahuan mempengaruhi partisipasi ibu untuk mengikuti
kegiatan posyandu. Ibu yang cukup pengetahuan gizinya akan dapat
memperhitungkan kebutuhan gizi anak balitanya agar dapat tumbuh dan
15

penelitian yang telah dilakukan oleh Bonaventure (2011) yaitu semakin tinggi
tingkat partisipasi ibu dalam kegiatan posyandu dapat mempengaruhi status gizi
anak balita
16
Penelitian yang dilakukan oleh Octaviani (2008) di Kecamatan Rancaekek
menunjukan keaktifan ibu di posyandu mempengaruhi status gizi balita
17
Octaviani, U., N. Juniarti, A. Mardiyah, 2008. Pendidikan Mempengaruhi
Partisipasi. . 2008. Hubungan Keaktifan Keluarga Dalam Kegiatan Posyandu
Dengan Status Gizi Balita Di Desa Rancaekek Kulon Kecamatan Rancaekek.
Skripsi. Universitas Padjadjaran
18
Busa, 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Kegiatan Posyandu Dengan
Partisipasi Ibu Balita, Menjelaskan Bahwa Pengetahuan Mempengaruhi
Partisipasi Ibu. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Kegiatan Posyandu
Dengan Partisipasi Ibu Balita Di Desa Bulota Kecamatan Talaga Jaya
Kabupaten Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo

berkembang secara optimal. Selain itu pengetahuan yang dimiliki ibu akan
berpengaruh terhadap jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh anaknya.
Salah satu sebab gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau
kemauan untuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.
Pengetahuan gizi yang baik akan menyebabkan seorang ibu mampu menyusun
menu yang baik untuk dikonsumsi oleh anggota keluarga khususnya anak
balita yang mengkonsumsi menu tersebut, yang nantinya berdampak positif
terhadap keadaan status gizinya (Octaviani, 2008)19
Dengan menganalisa hasil penelitian dan teori yang terkait maka
dapat dikatakan bahwa semakin baik partisipasi ibu mengikuti kegiatan
posyandu maka akan baik pula status gizi dari seorang balita, sebaliknya jika
partisipasi ibu tidak aktif maka akan berdampak buruk pada pula status gizi dari
seorang balita tersebut.
Sehingga peneliti mengambil suatu kesimpulan bahwa ibu-ibu balita harus
lebih aktif dalam mengikuti kegiatan posyandu agar dapat menurunkan ataupun
menghilangakan resiko kekurangan gizi yang bisa saja terjadi atau dialami oleh
anak balitanya.
Simpulan
1. Tingkat partisipasi ibu balita yang aktif berjumlah 47 responden (73,4%),
sedangkan ibu balita yang tidak aktif mengikuti kegiatan posyandu berjumlah
17 responden (24,4%).
2. Status gizi balita di desa tabumela yaitu sebagian besar balita berstatus gizi
baik berjumlah 47 responden (73,4%), status gizi kurang berjumlah 11 balita
(12,6%), dan status gizi buruk berjumlah 6 balita (9,4%).
3. Ada hubungan antara Tingkat Partisipasi Ibu Mengikuti Kegiatan Posyandu
Dengan Status Gizi Balita Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo dengan nilai P Value = 0.000 atau 0.05.
Saran
Bagi masyarakat
1. Untuk meningkatkan status gizi, diperlukan adanya dukungan dari seluruh
masyarakat yang berada di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten
Gorontalo yaitu dengan cara ikut berpartisipasi aktif mengikuti kegiatan
posyandu dan menggunakan semaksimal mungkin sarana yang tersedia di
posyandu untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan dari anak-anak
balita
2. Didalam berpartisipasi sebaiknya ibu balita turut berperan aktif dalam
kegiatan posyandu dan berfikir sekreatif mungkin untuk bertanya kepada
kader posyandu atau petugas kesehatan tentang hal-hal yang belum jelas dan
19

Octaviani, 2008. Sebab Gangguan Gizi. . 2008. Hubungan Keaktifan Keluarga


Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Rancaekek Kulon
Kecamatan Rancaekek. Skripsi. Universitas Padjadjaran

dimengerti tentang kegiatan posyandu baik menyangkut anak balitanya


maupun untuk ibu balita sendiri.
Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian
selanjuntya m mengenai pengaruh tingkat partisipasi ibu mengikuti kegiatan
posyandu dengan Status Gizi Balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango
Kabupaten Gorontalo atau faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi status
gizi balita.
Bagi Puskesmas Kecamatan Tilango
Bagi puskesmas kecamatan Tilango diharapkan hasil penelitian ini dapat
dijadikan media untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara yang baik
untuk meningkatkan status gizi balita dan mencegah terjadinya permasalahan
tentang gizi. Selain untuk menambah pengetahuan perlu dilakukan intervensi
secara komprehensif sehingga kasus gizi buruk yang berada di desa tabumela bisa
berkurang.

Daftar Pustaka
Asdhany, C. 2012. Hubungan Tingkat Partisipasi Ibu Dalam Kegiatan Posyandu
Dengan Status Gizi Anak Balita Di Kelurahan Cangkiran Kecamatan
Mijen Kota Semarang. Artikel penelitian. Universitas diponegoro.
Badan Penelitian Dan Pengembangan Keehatan Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar. (RISKESDAS).
Departemen Kesehatan RI. Jakarta
Busa, M.I. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Kegiatan Posyandu Dengan
Partisipasi Ibu Balita Di Desa Bulota Kecamatan Talaga Jaya Kabupaten
Gorontalo. Skripsi. Universitas Negeri Gorontalo
Dinas Kesehatan Propinsi Gorontalo. Profil Kesehatan Propinsi Gorontalo Tahun
2012
Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo. Profil Kesehatan Kabupaten Gorontalo
Tahun 2013
Harinda, L. 2012. Proporsi Dan Status Gizi Pada Anak Prasekolah Dengan
Kesulitan Makan Di Semarang. Skripsi. Universitas Diponegoro
Ismawati, C. S., A. Proverawati, dan S. Pebriyanti. 2010. Posyandu Dan Desa
Siaga. Yogyakarta : Nuha Medika
Khotimah, N.N. 2009. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat
Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kertapati
Palembang. Jurnal.Politeknik Kesehatan Palembang.
Khoiri, I.F. 2010. Status gizi balita di posyandu kelurahan padang bulan kec
medan baru. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Lutfiana, N. 2012. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gizi
Buruk Pada Lingkungan Tahan Pangan Dan Gizi Di Puskesmas Kendal.
Skripsi. Universitas Negeri Semarang.
Lonika, A. 2011. Faktor Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Status Gizi Balita
Di Kecamatan Kuranji Kota Padang. Skripsi.
Mopangga, M.F. 2014. Hubungan Status Gizi Dengan Waktu Pemberian
Makanan Pendamping Asi Pada Baduta Di Wilayah Kerja Puskesmas
Tilamuta Kabupaten Boalemo. Skripsi.Universitas Negeri Gorontalo
Notoadmodjo, S. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakata: RinekaCipta
Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Penelitian Ilmu

Nusi, F.A. 2013. Gambaran Pengetahuan Kader Posyandu Tentang Gizi Kurang
Pada Balita Di wilayah Kerja Puskesmas Tilamuta. Skripsi. Universitas
Negeri Gorontalo.
Octaviani, U., N. Juniarti, dan A. Mardiyah. 2008. Hubungan Keaktifan Keluarga
Dalam Kegiatan Posyandu Dengan Status Gizi Balita Di Desa Rancaekek
Kulon Kecamatan Rancaekek. Skripsi. Universitas Padjadjaran
Palupi, R.D. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Baik
Dan Gizi Kurang Pada Balita di Desa Dukuh waluh Kecamatan Kembaran
Kabupaten Banyumas. Skripsi. Universitas Jenderal Soedirman.
Prasetyawati, A.E. 2012. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA). Nuha Medika:
Jogyakarta
Rahardjo, K, dan Marmy, S.ST. 2014. ASUHAN NEONATUS, Bayi, Balita Dan
Anak Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Sulistyorini. 2010. Posyandu Dan Desa Siaga. Bantul: Nuha Medika
Sugiyono. 2011. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Yusuf, F. 2014. Pemberian Kelengkapan Makanan Dan Pertumbuhan Anak Balita
Usia 1-3 Tahun Di Posyandu Garuda Kecamatan Herlang Kab.
Bulukumba. Jurnal STIKES Panrita Husada Bulukumba.
Yogiswara, B.A, dan A. Margawati. 2011. Hubungan Antara Tingkat Partisipasi
Ibu Di Posyandu Dengan Status Gizi Balita. Karya Tulis Ilmiah.
Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai