Evi
Evi
pilihan bagi peneliti dalam menentukan sekian prosedur penelitian yang akan
dilakukan. Di dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember
(2012:22), jenis penelitian merupakan penegasan tentang kategori penelitian yang
akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Usman dan Akbar (2003:4) penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat pemerian secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Secara lebih sederhana, Kountur (2003:105) mendefiniskan penelitian deskriptif
sebagai suatu penelitian yang mampu memberi gambaran atau uraian secara jelas
tentang suatu keadaan tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti. Ciri-ciri
penelitian deskriptif menurut Kountur (2003:105) antara lain: berhubungan dengan
suatu keadaan yang terjadi saat itu, mampu menguraikan satu variabel atau
beberapa variabel namun tetap diuraikan satu persatu, serta tidak adanya
manipulasi terhadap variabel yang diteliti. Sesuai dengan definisi tersebut, penelitian
ini dilakukan dengan proses pengumpulan data primer dan data sekunder .
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini merupakan salah satu pendekatan dalam
penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi objek penelitian. Sugiyono (2011:8)
mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu metode penelitian
naturalistik karena penelitian didasarkan pada kondisi alamiah. Menurut Kountur
(2003:18), dalam pendekatan kualitatif proses penelitian bersifat induktif yang
diawali dengan suatu pengamatan khusus terhadap objek penelitian untuk dapat
menghasilkan teori baru secara umum. Dengan kata lain menurut Sudjana (1991:7),
proses berpikir induktif tidak dimulai dengan teori yang bersifat umum tetapi berawal
dari proses pengamatan atas fakta atau data khusus di lapangan. Sesuai dengan
uraian penjelasan tentang jenis penelitian deskriptif kualitatif di atas, penelitian ini
berupaya memberi gambaran dan uraian secara jelas tentang konflik yang terjadi di
angkatan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas jember tahun
2015. Sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1993:30) yang dikutip dari
Prastowo (2012:22) bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan orangorang dan perilaku diamati.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas ketika mata kuliah sedang berlangsung dengan
angkatan sosiologi
Data dan sumber data
Dalam suatu penelitian, data memegang peranan penting sebagai suatu kebutuhan
pokok yang harus terpenuhi. Suatu penelitian tidak dapat berjalan dan menjawab
permasalahan apabila tidak didukung oleh data-data yang lengkap dan jelas. Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23) mendefiniskan data
sebagai suatu kumpulan fakta dan informasi yang dapat berbentuk angka atau
deskripsi yang berasal dari sumber data. Sedangkan pengertian sumber data dalam
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23) adalah uaraian
tentang asal diperolehnya data penelitian. Data di bagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung dari objek penelitian, sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung dari dokumen atau sumber informasi
lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data primer yang didapatkan oleh
peneliti melalui observasi atau pengamatan lapangan secara langsung.
Gambar 1. Suasana kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwa di angkatan sosiologi fakultas
ilmu sosial dan ilmu politik universitas jember tahun 2015 sering terjadi konflik.
Diantaranya adalah konflik antara mahasiswa yang mengikuti organisasi mahasiswa
ektra dengan mahasiswa yang anti organisasi mahasiswa ekstra, golongan yang
netral terhadap organisasi menganggap bahwa dengan mengikuti organisasi ekstra
akan merusak angkatan. Sedangkan golongan mahasiswa yang mengikuti
organisasi mahasiswa ekstra menganggap bahwa yang mereka lakukan adalah
untuk menambah wawasan mereka dan mempelajari apa yang tidak mereka
dapatkan di bangku kuliah. Selain itu, konflik lain yang terjadi adalah ketika ada satu
anak yang mencoba tampil hits di hadapan teman di kelas yang justru jadi bahan
bulian hingga berujung konflik yang berkepanjangan. Dan yang banyak adalah
konflik pribadi yang dibawa sampai ke kelas ketika kuliah dan tiap individu yang
berkonflik membawa kelompok dalam kelas sehingga kemudian berubah menjadi
konflik antar kelompok dalam satu kelas. Namun dalam tulisan ini saya hanya akan
berfokus pada konflik yang terjadi antara mahasiswa yang mengikuti Organisasi
Mahasiswa Ekstra (OMEK) dengan mahasiswa yang tidak mengikuti OMEK.
Di dalam angkatan sosiologi 2015 ini, gesekan antara mahasiswa yang ikut OMEK
dengan mahasiswa yang anti OMEK sangat terasa jelas. konflik ini berawal ketika
angkatan sosiologi 2015 masih menyandang status sebagai seorang mahasiswa
baru atau yang biasa dikenal dengan sebutan MABA, ada banyak jenis organisasi
ekstra yang menghubungi dan mengajak kami selaku mahasiswa baru ini untuk ikut
serta dalam kegiatan yang mereka adakan. Ketika ada sebuah kegiatan, ada
seorang dari angkatan sosiologi 2015 yang menginformasikan ke grup bahwa akan
ada kegiatan yang diadakan oleh OMEK dan angkatan sosiologi 2015 diundang.
Tapi orang yang saat itu menjadi pemimpin di angkatan kami melarang kami untuk
datang ke acara tersebut. Dia mengatakan bahwa OMEK adalah sebuah organisasi
yang sesat, yang melenceng, sekarang dibaik-baiki tapi nanti kalau sudah masuk
tidak akan diperhatikan lagi, ketika baiat akan di sumpah-sumpah AL-Quran, kalau
sudah masuk tidak akan bisa keluar dan mengikuti organisasi mahasiswa ekstra
akan merusak angkatan. Dari pernyataan yang disampaikan pemimpin angkatan
sosiologi 2015 tersebut, tentu timbul ketakutan dalam diri tiap anggota untuk
mengikuti acara yang diadakan oleh OMEK. Sampai pada akhirnya hanya ada 2
anak yang datang. Sejak saat itu, para mahasiswa sosiologi 2015 mulai
menganggap OMEK sebagai suatu hal yang menakutkan utuk diikuti. Mahasiswa
yang dalam dirinya sudah tertanam doktrin yang ditanamkan oleh pemimpin
angkatan kami pada waktu itu menjadi menutup diri dengan OMEK dan menjadi
barisan anti OMEK. Akan tetapi ada sebagian kecil mahasiwa yang tidak langsung
menerima apa yang dikatakan oleh orang tersebut sehingga memilih untuk
mengetahui OMEK lebih dalam lagi dan menemukan kenyataan yang berbeda
dengan yang di katakan pemimpin angkatan itu. Lalu kemudian dekat dengan kakakkakak tingkat yang anggota OMEK dan mulai sering ikut terlibat dalam segala jenis
kegiatan yang diadakan oleh OMEK. Mulai sini, mahasiswa yang ikut aktif dalam
kegiatan yang diadakan OMEK sudah menjadi anak yang diasingkan di kelas,
bahkan dianggap sebagai penghianat kelas. Dari segi tempat duduk, anak OMEK
dengan Anak yang anti OMEK duduk di blok yang berbeda, banyak terhembus isuisu bahwa anak OMEK lebih menguasai perkuliahan dan aktif di kelas sehingga
anak anti OMEK mengatakan bahwa anak OMEK tidak memberi kesempatan yang
lain, sedangkan anak OMEK beranggapan bahwa itu adalah kesempatan untuk
berproses, dan karena yang lain diam, maka mereka yang berbicara, selalu saja ada
beda pandangan antara anak OMEK dengan anak anti OMEK. Dalam pesta
demokrasi yang baru saja dinikmati oleh warga fisip, terjadi banyak sekali konflik.
Dalam sesi meminta ktm yang dilakukan anak OMEK guna mengusung calon
menjadi ketua HMJ masing-masing jurusan, ada anak yang tidak mau memberikan
ktm.nya dan kemudian berujung konflik. Begitu juga anak anti OMEK yang kemudian
memutuskan untuk memilih namun dengan pilihan tidak sah. Mereka melakukan hal
ini karena yang mencalonkan diri menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) adalah mahasiswa dengan basic organisasi ekstra. Mereka
menunjukkan konflik yang muncul diantara mereka dengan saling sindir menyindir di
dunia maya dan dunia nyata, selain itu, interaksi yang terjalin antara mahasiswa
yang ikut OMEK dengan yang anti OMEK sangat minim..
Dari segala konflik yang terjadi, intinya hidup adalah sebuah pilihan, begitu juga ikut
OMEK atau tidak ikut OMEK. Anak yang ikut organisasi mahasiswa ekstra asti
punya alasan sehingga mereka sampai menjatuhkan pilihan untuk ikut organisasi
ekstra. Menurut salah sang tidak mau disebut namanya, tujuan dia untuk ikut
organisasi ekstra adalah untuk mencari pengalaman dan proses dalam oganisasi,
dan menambah jaringan. Dan itu adalah pilihan yang sudah dia pilih dan dia yang
jalani. Begitu juga dengan anak yang menamai dirinya sebagai kelompok
mahasiswa independent yang anti OMEK. Ini adalah pilihan mereka untuk tidak
mengikuti organisasi mahasiswa ekstra. Tentu, diantara kelompok-kelompok
tersebut memiliki alasan masing-masing yang alasan tersebut tidak dapat dijabarkan
secara menyeluruh.
Menurut ralf dahrendorf, penyebab konflik dilihat dari teori negosiasi prinsip adalah
menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak yang mengalami konflik. Dalam
kasus ini, konflik terjadi antara 2 kelompok, kelompok yang pertama adalah
kelompok mahasiswa yang mengikuti OMEK, kelompok yang kedua adalah
kelompok mahasiswa yang anti terhadap OMEK. Penyebab konflik diantara mereka
jika ditinjau dari teori negosiasi prinsip ini adalah karena perbendangan pandangan
antara kelompok satu dan kelompok dua, kelompok satu beranggapan bahwa
dengan mengikuti OMEK maka wawasan dan pengalaman akan bertambah, tapi
kelompok dua berbeda pandangan, mereka menganggap bahwa dengan mengikuti
OMEK maka itu adalah hal yang sesat dan merusak kekompakan angkatan. Dari
perbedaan pandangan antara kedua pihak yang terlibat konflik inilah yang
menyebabkan konflik itu terjadi dan berlangsung sampai sekarang.
KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang konflik yang terjadi dalam angkatan sosiologi 2015,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Konflik yang terjadi di angkatan sosiologi 2015 ini disebabkan oleh adanya
perbedaan pandangan antar mahasiswa
b. Konflik terjadi akibat rendahnya sikap solidaritas di angkatan sosiologi 2015,
sehingga mudah di adu domba oleh pihak lain
c. Konflik terjadi akibat kurangnya sikap toleransi antar mahasiswa dalam satu
angkatan.
Dalam menghadapi konflik ini, solusi yang penulis berikan adalah dengan cara
mediasi, artinya ada pihak ketiga yang mempertemukan kelompok anak yang
mengikuti OMEK dengan anak yang anti OMEK, diajak duduk bersama untuk
kemudian ditanamkan pada diri semuanya bahwa kita adalah satu angkatan dan
perbedaan itu wajar, keputusan untuk ikut atau tidak ikut OMEK itu adalah pilihan
masing-masing individu, yang penting adalah kita menghargai keputusan mereka,
dan tetap berjalan bersama-sama layaknya seorang sahabat.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Jember
University Press.
Usman, Husaini. Akbar, Purnomo S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
http://witiastuti21.blogspot.co.id/2014/05/teori-konflik-ralf-dahrendorf.html.