Anda di halaman 1dari 7

PERBEDAAN PANDANGAN ANTARA MAHASISWA PENGIKUT OMEK DENGAN

MAHASISWA ANTI OMEK DALAM ANGKATAN SOSIOLOGI 2015 YANG


BERUJUNG KONFLIK
Evi noviatul maghfiroh1
Program Studi Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas jember
Evinovi12314@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan konflik yang sering terjadi di
angkatan sosiologi universitas jember tahun 2015. Penelitian ini bertujuan untuk
mencari penyebab adanya konflik di angkatan sosiologi 2015 dan mencari solusi
untuk masalah tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan perolehan data menggunakan metode observasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Konflik di dalam kelas ini terjadi karena perbedaan pandangan
tentang kesolidan angkatan dan organisasi mahasiswa ekstra atau yang biasa
disebut OMEK.. konflik ini terjadi mulai masih menyandang status sebagai seorang
mahasiswa baru atau MABA sampai saat ini. Perang lewat mulut atau sindir
menyindir yang dilakukan lewat dunia nyata dan dunia maya merupakan bentuk
perwujudan dari konflik yang sedang terjadi.
Keyword: konflik, sosiologi, omek, perbedaan
PENDAHULUAN
1.1 latar belakang
konflik merupakan hal yang paling sering muncul dalam kehidupan manusia, hampir
setiap lapisan pernah terlibat konflik, tak terkecuali dalam lingkup akademis baik di
lingkup sekolah umum maupun universitas. universitas yang sering disebut sebagai
miniatur masyarakat memiliki berbagai macam dinamika, tak terkecuali konflik. mulai
dari konflik individu, sampai dengan konflik kelompok.
Dalam angkatan sosiologi 2015, konflik mulai terasa semenjak menghirup atmosfer
dunia perkuliahan sampai saat ini, konflik ini terjadi dikarenakan terdapat perbedaan
pandangan mengenai kesolidan kelas dan organisasi mahasiswa ekstra atau yang
biasa disebut OMEK. Perbedaan pandangan tersebut menimbulkan berhembusnya
isu bahwa OMEK adalah organisasi yang sesat, dan dengan mengikuti OMEK maka
akan membuat angkatan menjadi tidak solid. Sejak saat itu, permasalahanpermasalahan baru terus muncul hingga yang paling baru adalah konflik yang terjadi
saat warga fisip menikmati pesta demokrasi. Konflik ini terjadi karena ada
mahasiswa yang menolak untuk memberikan KTM dan mengatakan bahwa anak
OMEK hanya bermain politik.
Dari uraian singkat tersebut, saya tertarik terhadap konflik yang melanda angkatan
sosiologi 2015, sekaligus mencoba mencari jalan keluar dari permasalahan yang
terus berlangsung.

1.2 Rumusan masalah


Menurut Usman dan Akbar (2005:16) masalah adalah kesenjangan antara sesuatu
yang diharapkan (das sollen) dengan sesuatu kenyataan (das sein). Namun menurut
Sugiyono (2001:35), rumusan masalah berbeda halnya dengan masalah. Jika
masalah didefinisikan sebagai bentuk kesenjangan antara antara sesuatu yang
diharapkan (das sollen) dengan sesuatu kenyataan (das sein) maka rumusan
masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui
pengumpulan data. Dengan kata lain, definisi masalah penelitian adalah suatu
rangkaian pertanyaan yang hadir karena adanya perbedaan antara harapan dan
kenyataan yang kemudian dapat diteliti lebih lanjut dan diketahui jawabannya.
Berangkat dari definisi tentang masalah penelitiandan paparan latar belakang di
atas, peneliti dapat menemukan sebuah persoalan yang kemudian terangkum
didalam rumusan masalah. Yaitu Apa yang menyebabkan terjadi konflik di angkatan
sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas jember tahun 2015? Dan
bagaimana cara menyelesaikan konflik yang berlangsung ?
1.3 tujuan penulisan
Tujuan penelitian merupakan suatu gambaran atas target yang ingin dicapai oleh
peneliti dalam melakukan sebuah penelitian. Dalam suatu penelitian, tujuan
penelitian yang hendak dicapai tidak boleh menyimpang dari rumusan masalah yang
telah ditentukan karena tujuan penelitian akan memberi bingkai penelitian yang
dilakukan agar tetap fokus dan tidak keluar dari pembahasan permasalahan yang
akan dikaji. Menurut Usman dan Akbar (2003:29) tujuan penelitian ialah pernyataan
mengenai apa yang hendak kita capai. Melalui sederetan definisi tentang tujuan
penelitian di atas, peneliti dapat merumuskan tujuan dari penelitian ini berdasarkan
rumusan masalah yang sudah dirangkum sebelumnya. Tujuan penelitian ini adalah
mengetahui penyebab konflik di angkatan sosiologi tahun 2015 untuk kemudian
ditemukan solusinya.
1.4 studi literatur
Dalam pandangan konflik, terdapat beberapa perspektif. Dalam hal ini saya akan
menggunakan perspektif konflik dari ralf Dahendorf. Menurut Dahendorf, Teori
Konflik adalah suatu perspektif yang memandang masyarakat sebagai sistem sosial
yang terdiri atas kepentingan-kepentingan yang berbeda-beda dimana ada suatu
usaha untuk menaklukkan komponen yang lain guna memenuhi kepentingan lainnya
atau memperoleh kepentingan sebesar-besarnya. Konflik dilatarbelakangi oleh
perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. Perbedaanperbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri-ciri fisik, kepandaian,
pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawa serta
ciri-ciri individual dalam suatu interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar
dalam setiap masyarakat dan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak pernah
mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya.
Dahendorf memandang bahwa konflik hanya muncul melalui relasi-relasi sosial dan
sistem. Setiap individu atau kelompok yang tidak terhubung tidak akan mungkin
terlibat dalam konflik. Maka dari itu unit analisis konflik adalah keterpaksaan yang
menciptakan organisasi-organisasi sosial bisa bersama sebagai sistem sosial.
Dahrendorf menyimpulkan bahwa konflik timbul karena ketidakseimbangan antara

hubungan-hubungan itu. Dahrendorf juga memahami relasi-relasi dalam struktur


sosial ditentukan oleh kekuasaan. Ia mendefinisikan kekuasaan menjadi penyebab
timbulnya perlawanan. Esensi kekuasaan yang dimaksud oleh dahrendorf adalah
kekuatan kontrol dan sanksi sehingga memungkinkan mereka yang memiliki
kekuasaan memberi perintah dan mendapat apa yang mereka inginkan dari mereka
yang tidak memiliki kekuasaan. Jadi, konflik kepentingan menjadi fakta tidak
terhindarkan dari mereka yang memiliki kekuasaan dan tidak memiliki kekuasaan.
Dahrendorf menjelaskan penyebab konflik dalam 6 teori utama, antara lain:
Teori hubungan masyarakat menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi
yang terus terjadi, ketidak percayaan dan permusuhan diantara kelompok yang
berbeda dalam suatu masyarakat.
Teori negosiasi prinsip menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang
tidak selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak yang mengalami
konflik.
Teori kebutuhan manusia berasumsi bahwa konflik yang berakar dalam disebabkan
oleh kebutuhan dasar manusia baik berupa fisik, mental maupun sosial yang tidak
terpenuhi atau dihalangi. Keamanan, identitas, pengakuan, partisipasi dan otonomi
sering menjadi inti pembicaraan dalam konflik.
Teori identitas berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam,
yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan masa lalu, yang tidak
diselesaikan.
Teori kesalahpahaman antar budaya berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh
ketidakcocokan akan cara-cara komunikasi diantara budaya yang berbeda.
Teori transformasi konflik berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh masalahmasalah ketidakadilan dan ketidaksetaraan yang muncul sebagai masalah sosial,
budaya dan ekonomi.
METODE PENELITIAN
Definisi metode menurut Usman dan Akbar (2003:42) merupakan suatu prosedur
atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis.
Sugiono (2011:2) berpendapat bahwa metode penelitian sebagai suatu cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara ilmiah yang
dimaksud dalam hal ini adalah cara-cara yang sifatnya rasional, empiris, dan
sistematis. Sementara itu, Sudjana (1991:52) secara lebih teknis menjelaskan
bahwa metode merupakan suatu penekanan strategi, proses, dan pendekatan
dalam memilih jenis, karakteristik, serta dimensi ruang dan waktu dari data yang
dibutuhkan. Berdasarkan ketiga pendapat tersebut, dapat ditarik benang merah
bahwa metode penelitian merupakan suatu cara ilmiah yang digunakan oleh peneliti
untuk menjawab masalah-masalah dalam penelitiannya. Dalam penelitian ini,
peneliti merangkum metode penelitian yang akan digunakan sebagai berikut.
1. Jenis penelitian.
2. Tempat dan waktu penelitian.
3. Data dan sumber data.
Jenis penelitian
Jenis penelitian sebagai salah satu metode penelitian berguna untuk memberi

pilihan bagi peneliti dalam menentukan sekian prosedur penelitian yang akan
dilakukan. Di dalam buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember
(2012:22), jenis penelitian merupakan penegasan tentang kategori penelitian yang
akan dilakukan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Menurut Usman dan Akbar (2003:4) penelitian
deskriptif adalah suatu penelitian yang bertujuan untuk membuat pemerian secara
sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat populasi tertentu.
Secara lebih sederhana, Kountur (2003:105) mendefiniskan penelitian deskriptif
sebagai suatu penelitian yang mampu memberi gambaran atau uraian secara jelas
tentang suatu keadaan tanpa adanya perlakuan terhadap objek yang diteliti. Ciri-ciri
penelitian deskriptif menurut Kountur (2003:105) antara lain: berhubungan dengan
suatu keadaan yang terjadi saat itu, mampu menguraikan satu variabel atau
beberapa variabel namun tetap diuraikan satu persatu, serta tidak adanya
manipulasi terhadap variabel yang diteliti. Sesuai dengan definisi tersebut, penelitian
ini dilakukan dengan proses pengumpulan data primer dan data sekunder .
Pendekatan kualitatif dalam penelitian ini merupakan salah satu pendekatan dalam
penelitian yang bertujuan untuk mengeksplorasi objek penelitian. Sugiyono (2011:8)
mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai suatu metode penelitian
naturalistik karena penelitian didasarkan pada kondisi alamiah. Menurut Kountur
(2003:18), dalam pendekatan kualitatif proses penelitian bersifat induktif yang
diawali dengan suatu pengamatan khusus terhadap objek penelitian untuk dapat
menghasilkan teori baru secara umum. Dengan kata lain menurut Sudjana (1991:7),
proses berpikir induktif tidak dimulai dengan teori yang bersifat umum tetapi berawal
dari proses pengamatan atas fakta atau data khusus di lapangan. Sesuai dengan
uraian penjelasan tentang jenis penelitian deskriptif kualitatif di atas, penelitian ini
berupaya memberi gambaran dan uraian secara jelas tentang konflik yang terjadi di
angkatan sosiologi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas jember tahun
2015. Sesuai dengan pendapat Bogdan dan Taylor (1993:30) yang dikutip dari
Prastowo (2012:22) bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan orangorang dan perilaku diamati.
Tempat dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas ketika mata kuliah sedang berlangsung dengan
angkatan sosiologi
Data dan sumber data
Dalam suatu penelitian, data memegang peranan penting sebagai suatu kebutuhan
pokok yang harus terpenuhi. Suatu penelitian tidak dapat berjalan dan menjawab
permasalahan apabila tidak didukung oleh data-data yang lengkap dan jelas. Buku
Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23) mendefiniskan data
sebagai suatu kumpulan fakta dan informasi yang dapat berbentuk angka atau
deskripsi yang berasal dari sumber data. Sedangkan pengertian sumber data dalam
buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Jember (2012:23) adalah uaraian
tentang asal diperolehnya data penelitian. Data di bagi ke dalam dua kelompok
besar, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang
diperoleh secara langsung dari objek penelitian, sedangkan data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung dari dokumen atau sumber informasi

lainnya.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan data primer yang didapatkan oleh
peneliti melalui observasi atau pengamatan lapangan secara langsung.
Gambar 1. Suasana kelas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pengamatan, ditemukan bahwa di angkatan sosiologi fakultas
ilmu sosial dan ilmu politik universitas jember tahun 2015 sering terjadi konflik.
Diantaranya adalah konflik antara mahasiswa yang mengikuti organisasi mahasiswa
ektra dengan mahasiswa yang anti organisasi mahasiswa ekstra, golongan yang
netral terhadap organisasi menganggap bahwa dengan mengikuti organisasi ekstra
akan merusak angkatan. Sedangkan golongan mahasiswa yang mengikuti
organisasi mahasiswa ekstra menganggap bahwa yang mereka lakukan adalah
untuk menambah wawasan mereka dan mempelajari apa yang tidak mereka
dapatkan di bangku kuliah. Selain itu, konflik lain yang terjadi adalah ketika ada satu
anak yang mencoba tampil hits di hadapan teman di kelas yang justru jadi bahan
bulian hingga berujung konflik yang berkepanjangan. Dan yang banyak adalah
konflik pribadi yang dibawa sampai ke kelas ketika kuliah dan tiap individu yang
berkonflik membawa kelompok dalam kelas sehingga kemudian berubah menjadi
konflik antar kelompok dalam satu kelas. Namun dalam tulisan ini saya hanya akan
berfokus pada konflik yang terjadi antara mahasiswa yang mengikuti Organisasi
Mahasiswa Ekstra (OMEK) dengan mahasiswa yang tidak mengikuti OMEK.
Di dalam angkatan sosiologi 2015 ini, gesekan antara mahasiswa yang ikut OMEK
dengan mahasiswa yang anti OMEK sangat terasa jelas. konflik ini berawal ketika
angkatan sosiologi 2015 masih menyandang status sebagai seorang mahasiswa
baru atau yang biasa dikenal dengan sebutan MABA, ada banyak jenis organisasi
ekstra yang menghubungi dan mengajak kami selaku mahasiswa baru ini untuk ikut
serta dalam kegiatan yang mereka adakan. Ketika ada sebuah kegiatan, ada
seorang dari angkatan sosiologi 2015 yang menginformasikan ke grup bahwa akan
ada kegiatan yang diadakan oleh OMEK dan angkatan sosiologi 2015 diundang.
Tapi orang yang saat itu menjadi pemimpin di angkatan kami melarang kami untuk
datang ke acara tersebut. Dia mengatakan bahwa OMEK adalah sebuah organisasi
yang sesat, yang melenceng, sekarang dibaik-baiki tapi nanti kalau sudah masuk
tidak akan diperhatikan lagi, ketika baiat akan di sumpah-sumpah AL-Quran, kalau
sudah masuk tidak akan bisa keluar dan mengikuti organisasi mahasiswa ekstra
akan merusak angkatan. Dari pernyataan yang disampaikan pemimpin angkatan
sosiologi 2015 tersebut, tentu timbul ketakutan dalam diri tiap anggota untuk
mengikuti acara yang diadakan oleh OMEK. Sampai pada akhirnya hanya ada 2
anak yang datang. Sejak saat itu, para mahasiswa sosiologi 2015 mulai
menganggap OMEK sebagai suatu hal yang menakutkan utuk diikuti. Mahasiswa
yang dalam dirinya sudah tertanam doktrin yang ditanamkan oleh pemimpin
angkatan kami pada waktu itu menjadi menutup diri dengan OMEK dan menjadi
barisan anti OMEK. Akan tetapi ada sebagian kecil mahasiwa yang tidak langsung
menerima apa yang dikatakan oleh orang tersebut sehingga memilih untuk

mengetahui OMEK lebih dalam lagi dan menemukan kenyataan yang berbeda
dengan yang di katakan pemimpin angkatan itu. Lalu kemudian dekat dengan kakakkakak tingkat yang anggota OMEK dan mulai sering ikut terlibat dalam segala jenis
kegiatan yang diadakan oleh OMEK. Mulai sini, mahasiswa yang ikut aktif dalam
kegiatan yang diadakan OMEK sudah menjadi anak yang diasingkan di kelas,
bahkan dianggap sebagai penghianat kelas. Dari segi tempat duduk, anak OMEK
dengan Anak yang anti OMEK duduk di blok yang berbeda, banyak terhembus isuisu bahwa anak OMEK lebih menguasai perkuliahan dan aktif di kelas sehingga
anak anti OMEK mengatakan bahwa anak OMEK tidak memberi kesempatan yang
lain, sedangkan anak OMEK beranggapan bahwa itu adalah kesempatan untuk
berproses, dan karena yang lain diam, maka mereka yang berbicara, selalu saja ada
beda pandangan antara anak OMEK dengan anak anti OMEK. Dalam pesta
demokrasi yang baru saja dinikmati oleh warga fisip, terjadi banyak sekali konflik.
Dalam sesi meminta ktm yang dilakukan anak OMEK guna mengusung calon
menjadi ketua HMJ masing-masing jurusan, ada anak yang tidak mau memberikan
ktm.nya dan kemudian berujung konflik. Begitu juga anak anti OMEK yang kemudian
memutuskan untuk memilih namun dengan pilihan tidak sah. Mereka melakukan hal
ini karena yang mencalonkan diri menjadi ketua umum Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) adalah mahasiswa dengan basic organisasi ekstra. Mereka
menunjukkan konflik yang muncul diantara mereka dengan saling sindir menyindir di
dunia maya dan dunia nyata, selain itu, interaksi yang terjalin antara mahasiswa
yang ikut OMEK dengan yang anti OMEK sangat minim..
Dari segala konflik yang terjadi, intinya hidup adalah sebuah pilihan, begitu juga ikut
OMEK atau tidak ikut OMEK. Anak yang ikut organisasi mahasiswa ekstra asti
punya alasan sehingga mereka sampai menjatuhkan pilihan untuk ikut organisasi
ekstra. Menurut salah sang tidak mau disebut namanya, tujuan dia untuk ikut
organisasi ekstra adalah untuk mencari pengalaman dan proses dalam oganisasi,
dan menambah jaringan. Dan itu adalah pilihan yang sudah dia pilih dan dia yang
jalani. Begitu juga dengan anak yang menamai dirinya sebagai kelompok
mahasiswa independent yang anti OMEK. Ini adalah pilihan mereka untuk tidak
mengikuti organisasi mahasiswa ekstra. Tentu, diantara kelompok-kelompok
tersebut memiliki alasan masing-masing yang alasan tersebut tidak dapat dijabarkan
secara menyeluruh.
Menurut ralf dahrendorf, penyebab konflik dilihat dari teori negosiasi prinsip adalah
menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi yang tidak selaras dan
perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak yang mengalami konflik. Dalam
kasus ini, konflik terjadi antara 2 kelompok, kelompok yang pertama adalah
kelompok mahasiswa yang mengikuti OMEK, kelompok yang kedua adalah
kelompok mahasiswa yang anti terhadap OMEK. Penyebab konflik diantara mereka
jika ditinjau dari teori negosiasi prinsip ini adalah karena perbendangan pandangan
antara kelompok satu dan kelompok dua, kelompok satu beranggapan bahwa
dengan mengikuti OMEK maka wawasan dan pengalaman akan bertambah, tapi
kelompok dua berbeda pandangan, mereka menganggap bahwa dengan mengikuti
OMEK maka itu adalah hal yang sesat dan merusak kekompakan angkatan. Dari
perbedaan pandangan antara kedua pihak yang terlibat konflik inilah yang
menyebabkan konflik itu terjadi dan berlangsung sampai sekarang.

KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan tentang konflik yang terjadi dalam angkatan sosiologi 2015,
dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a. Konflik yang terjadi di angkatan sosiologi 2015 ini disebabkan oleh adanya
perbedaan pandangan antar mahasiswa
b. Konflik terjadi akibat rendahnya sikap solidaritas di angkatan sosiologi 2015,
sehingga mudah di adu domba oleh pihak lain
c. Konflik terjadi akibat kurangnya sikap toleransi antar mahasiswa dalam satu
angkatan.
Dalam menghadapi konflik ini, solusi yang penulis berikan adalah dengan cara
mediasi, artinya ada pihak ketiga yang mempertemukan kelompok anak yang
mengikuti OMEK dengan anak yang anti OMEK, diajak duduk bersama untuk
kemudian ditanamkan pada diri semuanya bahwa kita adalah satu angkatan dan
perbedaan itu wajar, keputusan untuk ikut atau tidak ikut OMEK itu adalah pilihan
masing-masing individu, yang penting adalah kita menghargai keputusan mereka,
dan tetap berjalan bersama-sama layaknya seorang sahabat.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Jember: Jember
University Press.
Usman, Husaini. Akbar, Purnomo S. 2009. Metode Penelitian Sosial. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
http://witiastuti21.blogspot.co.id/2014/05/teori-konflik-ralf-dahrendorf.html.

Anda mungkin juga menyukai