Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Laterbelakang
Melahirkan merupakan sesuatu yang di tunggu seseorang yang sedang hamil, banyak
ditemukan proses persalinan yang lama pada ibu hamil saat melahirkan. Keadaan ini sangat
menyiksa ibu dan beresiko pada kematian bayi. Permasalahan ini bisa diatasi dengan
muncunya alat yang dapat mempercepat proses persalinan yaitu dengan Vacum.
Selama berabad-abad berbagai alat yang mempunyai rancangan mirip klem telah digunakan
untuk membantu kelahiran janin, namun selama 300 tahun telah berkembang ide yang
memanfaatkan prinsip traksi bantuan vacuum sebagai suatu metode yang membantu usaha
ekspulsi dari ibu. Konsep ini berawal dari penggunaan vacum untuk reduksi fraktur depresi
kranium pada awal 1600an. Tanpa memperhatikan desain cawan vacum, pemeliharaan
terpenting adalah keberhasilan memelihara kevacuman.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1. Agar penulis dan pembaca mengetahui apa yang disebut dengan Ekstraksi Vacum
2. Mengetahui Etiologi Ekstraksi Vacum
3. Mengetahui patofisiologi Ekstraksi Vacum
4. Mengetahui komplikasi dari Ekstraksi Vacum
5. Mengetahui alat-alat ekstraksi vacum
6. Mengetahui teknik tindakan Ekstraksi Vacum
7. Mengetahui keuntungan tindakan Ekstraksi Vacum
8. Mengetahui kerugian dari tindakan Ekstraksi Vacum
9. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatian dalam tindakan Ekstraksi Vacum
10. Mengetahui masalah keperawatan pada ibu post ekstraksi vacum

BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Ekstraksi Vacum adalah persalinan janin dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negative pada kepalanya dengan menggunakan ekstraktor vakum ( ventouse ) dari malstrom.
Bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan
ekstraksi pada bayi, serta mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan
menggunakan vacum ekstraktor.
Alat yang umumnya digunakan adalah vacum ekstraktor dari malmstrom. Prinsip dari cara ini
adalah bahwa kita mengadakan suatu vacum ( tekanan negative ) melalui suatu cup pada
kepala bayi. Dengan demikian akan timbul kaput secara artivisiil dan cup akan melekat erat
pada kepala bayi.
Pengaturan tekanan harus di turunkan secara perlahan-lahan untuk menghindarkan kerusakan

pada kulit kepala, mencegah timbulnya perdarahan pada otak bayi dan supaya timbul caput
succedaneum.
B. Etiologi
1. Kelelahan pada ibu : terkurasnya tenaga ibu pada saat melahirkan karena kelelahan fisik
pada ibu (Prawirohardjo, 2005).
2. Partus tak maju : His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan bahwa
rintangan pada jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi
sehingga persalinan mengalami hambatan atau kematian (Prawirohardjo, 2005).
3. Gawat janin : Denyut Jantung Janin Abnormal ditandai dengan:
Denyut Jantung Janin irreguler dalam persalinan sangat bereaksi dan dapat kembali beberapa
waktu. Bila Denyut Jantung Janin tidak kembali normal setelah kontraksi, hal ini mengakibatkan
adanya hipoksia.
C. Patofisiologi
Adanya beberapa faktor baik faktor ibu maupun janin menyebabkan tindakan ekstraksi
forsep/ekstraksi vakum dilakukan. Ketidakmampuan mengejan, keletihan, penyakit jantung
(eklampsia), section secarea pada persalinan sebelumnya, kala II yang lama, fetal distress dan
posisi janin oksiput posterior atau oksiput transverse menyebabkan persalinan tidak dapat
dilakukan secara normal.
Untuk melahirkan secara per vaginam maka perlu tindakan ekstraksi vacum/forsep. Tindakan
ekstraksi forsep/vacum menyebabkan terjadinya laserasi pada servuk uteri dan vagina ibu.
Disamping itu terjadi laserasi pada kepala janin yang dapat mengakibatkan perdarahan
intrakranial.
D. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada penggunaan vakum ekstraksi baik yang dialami oleh ibu
maupun janin antara lain :
Ibu : robekan pada serviks uteri
robekan pada dinding vagina, perineum
Anak : perdarahan dalam otak
kaput suksedaneum artifisialis yang biasanya akan hilang sendiri
Setelah 24-28 jam
E. Alat-alat Ekstraksi Vacum
1. Mangkok ( cup )
Mangkok ini dibuat untuk membuat kaputsuksedeniu buatan sehingga mangkuk dapat
mencekam kepala janin. Sekarang ini terdapat dua macam mangkuk yaitu mangkuk yang
terbuat dari bahan logam dan plastic. Beberapa laporan menyebutkan bahwa mangkuk plastic
kurang traumatis dibanding dengan mangkuk logam. Mangkuk umumnya berdiameter 4 cm
sampai dengan 6 cm.
Pada punggung mangkuk terdapat:
a. Tonjolan berlubang tempat insersi rantai penarik

b. Tonjolan berlubang yang menghubungkan rongga mangkuk dengan pipa penghubung


c. Tonjolan landai sebagai tanda untuk titik petunjuk kepala janin ( point of direction)
d. Pada vacuum bagian depan terdapat logam/ plastic yang berlubang untuk menghisap cairan
atau udara.
2. Rantai Penghubung
Rantai mangkuk tersebut dari logam dan berfungsi menghubungkan mangkuk dengan
pemegang.
3. Pipa Penghubung
Terbuat dari pipa karet atau plastic lentur yang tidak akan berkerut oleh tekanan negative. Pipa
penghubung berfungsi penghubung tekanan negative mangkuk dengan botol.
4. Botol
Merupakan tempat cadangan tekanan negatif dan tempat penampungan cairan yang mungkin
ikut tersedot ( air ketuban, lendir servicks, vernicks kaseosa, darah, dll)
Pada botol ini terdapat tutup yang mempunyai tiga saluran :
a. Saluran manometer
b. Saluran menuju ke mangkuk
c. Saluran menuju ke pompa penghisap
5. Pompa penghisap
Dapat berupa pompa penghisap manual maupun listrik
F. Teknik Tindakan Ekstraksi Vacum
1. Ibu dalam posisi litotomi dan dilakukan disinfeksi daerah genetalia ( vulva toilet ). Sekitar
vulva ditutup dengan kain steril
2. Setelah semua alat ekstraktor terpasang, dilakukan pemasangan mangkuk dengan tonjolan
petunjuk dipasang di atas titik petunjuk kepala janin. Pada umumnya dipakai mangkuk dengan
diameter terbesar yang dapat dipasang.
3. Dilakukan penghisapan dengan tekanan negative -0,3 kg/cm2 kemudian dinaikkan -0,2 kg
/cm2 tiap 2 menit sampai mencapai -0,7 kg/cm2. maksud dari pembuatan tekanan negative
yang bertahap ini supaya kaput suksedaneum buatan dapat terbentuk dengan baik
4. Dilakukan periksa dalam vagina untuk menemukan apakah ada bagian jalan lahir atau kulit
ketuban yang terjepit diantara mangkuk dan kepala janin.
5. Bila perlu dilakukan anastesi local, baik dengan cara infiltrasi maupun blok pudendal untuk
kemudian dilakukan episiotomi.
6. Bersamaan dengan timbulnya his, ibu dipimpin mengejan dan ekstraksi dilakukan dengan
cara menarik pemegang sesuai dengan sumbu panggul. Ibujari dan jari telunjuk serta jari
tangan kiri operator menahan mangkuk supaya tetap melekat pada kepala janin. Selama
ekstraksi ini, jari-jari tangan kiri operator tersebut, memutar ubun-ubun kecil menyesuaikan
dengan putaran paksi dalam. Bila ubun-ubun sudah berada di bawah simfisis, arah tarikan
berangsur-angsur dinaikan ( keatas ) sehingga kepala lahir. Setelah kepala lahir, tekanan
negative dihilangkan dengan cara membuka pentil udara dan mangkuk kemudian dilepas. Janin
dilahirkan seperti pada persalinan normal dan plasenta umumnya dilahirkan secara aktif.

G. Keuntungan Tindakan Ekstraksi Vacum


1. Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi, H III atau kurang dari demikian
mengurangi frekwensi SC
2. Tidak perlu diketahui posisi kepala dengan tepat, cup dapat di pasang di belakang kepala,
samping kepala ataupun dahi.
3. Tarikan tidak dapat terlalu berat. Dengan demikian kepala tidak dapat dipaksakan melalui
jalan lahir. Apabila tarikan terlampau berat cup akan lepas dengan sendirinya.
4. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap, misalnya pada pembukaan 8-9
cm, untuk mempercepat pembukaan. Untuk ini dilakukan tarikan ringan yang kontinue sehingga
kepala menekan pada cervik. Tarikan tidak boleh terlalu kuat untuk mencegah robekan cervik.
Di samping itu cup tidak boleh terpasang lebih dari jam untuk menghindari kemungkinan
timbulnya perdarahan pada otak.
5. Vacum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar kepala dan mengadakan fleksi
kepala ( missal pada letak dahi ).
H. Kerugian Tindakan Ekstraksi Vacum
Kerugian dari tindakan vacum adalah waktu yang diperlukan untuk pemasangan cup sampai
dapat ditarik relative lebih lama ( kurang lebih 10 menit ) cara ini tidak dapat dipakai apabila ada
indikasi untuk melahirkan anak dengan cepat seperti misalnya pada fetal distress ( gawat janin )
alatnya relative lebih mahal dibanding dengan forceps biasa.
I. Yang Harus Diperhatikan Dalam Tindakan Ektraksi Vacum
1. Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar
2. Penurunan tekanan harus berangsur-angsur
3. Cup dengan tekanan negative tidak boleh terpasang lebih dari jam
4. Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada waktu ada his dan ibu mengejan
5. Apabila kepala masih agak tinggi ( H III ) sebaiknya dipasang cup terbesar ( diameter 7 cm )
6. Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
7. Vacum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi premature
J. Syarat Syarat Vacum
1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
2. Presentasi kepala
3. Cukup bulan ( tidak prematur )
4. Tidak ada kesempitan panggul.
5. Anak hidup dan tidak gawat janin.
6. Penurunan H III / IV ( dasar panggul ).
7. Kontraksi baik.
8. Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
9. Ketuban sudah pecah / dipecahkan.
K. INDIKASI
Vakum ekstraksi diindikasikan pada ibu inpartu dengan kondisi :
Partus tidak maju

Gawat janin yang ringan


Partus lama kala II: kelelahan ibu (dapat dilihat dengan dehidrasi ringan, nadi >100X/menit,
urine pekat)
Toksemia gravidarum
Ruptura uteri imminens
Mempersingkat kala II pada ibu yang tidak boleh mengedan lama seperti ibu yang menderita
vitium cordis, anemia, koch pulmonum, asma.
Udema porsio uteri
L. Kontraindikasi
1. Letak muka (kerusakan pada mata)
2. Kepala menyusul
3. Bayi premature (tarikan tidak boleh keras)
4. Gawat janin
M. Kegagalan
Ekstraksi vacum dianggap gagal jika:
1. Kepala tidak turun pada tarikan.
2. Jika tarikan sudah tiga kali dan kepala bayi belum turun, atau tarikan sudah 30 menit.
3. Mangkok lepas pada tarikan pada tekanan maksimum.
4. Setiap aplikasi vacum harus dianggap sebagai ekstraksi vacum percobaan. Jangan lanjutkan
jika tidak terdapat penurunan kepala pada setiap tarikan.
N. Penyebab Kegagalan
1. Tenaga vacum terlalu rendah.
2. Tekanan negatif dibuat terlalu cepat.
3. Selaput ketuban melekat.
4. Bagian jalan lahir terjepit.
5. Koordinasi tangan kurang baik.
6. Traksi terlalu kuat.
7. Cacat alat, dan
8. Disproporsi sefalopelvik yang sebelumnya tak diketahui.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas /istirahat
a. Klien melaporkan adanya kelelahan
b. Klien melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan atau tehknik relaksasi
c. Adanya letargi
2. Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmHg diantara kontraksi atau lebih.

3. Integritas Ego
a. Respon emosional dimana klien mengalami kecemasan akibat persalinan yang dialami.
b. Klien kelihatan gelisah.
c. Klien kelihatan putus asa
4. Eliminasi
a. Adanya keinginan berdefekasi pada saat kontraksi, disertai tekanan intra abdomen dan
tekanan uterus.
b. Dapat mengalami rabas vekal saat mengedan
c. Distensi kandung kemih
5. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Klien kelihatan meringis dan merintih akibat nyeri yang tidak terkontrol.
b. Timbul amnesia diantara kontraksi
c. Klien mengatakan nyerinya tidak mampu ia control.
6. Pernapasan
Terjadi peningkatan pernafasan.
7. Seksualitas
a. Cairan amnion keluar
b. Pembukaan belum penuh/penuh
c. Janin tidak maju
B. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu dengan persalinan menggunakan
vakum ekstraksi adalah :
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis
persalinan
2. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
3. Resiko tinggi trauma maternal berhubungan dengan disfungsi maternal
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomi
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri.
C. Intervensi Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan persalinan mekanik, respon fisiologis
persalinan
Kriteria hasil : klien mengatakan dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
Intervensi :
a. Kaji kebutuhan klien terhadap sentuhan fisik selama kontraksi
Rasional : sentuhan dapat bertindak sebagai destruksi, memberikan dukungan untuk tenaga
dan dorongan serta dapat membantu mempertahankan penurunan nyeri
b. Pantau frekuensi, durasi dan intensitas kontraksi uterus
Rasional : mendeteksi kemajuan dan mengamati respon uterus normal
c. Informasikan klien awitan kontraksi
Rasional : klien dapat tidur dan atau mengalami amnesia parsial diantara kontraksi ini dapat
merusak kemampuannya untuk mengenali kontraksi saat kontraksi mulai dan dapat berdampak

negative pada kontrolnya


d. Beri lingkungan yang tenang dengan ventilasi adekuat, lampu redup, dan tidak petugas yang
tidak dibutuhkan
Rasional : lingkungan yang aman menimbulkan, memberi kesempatan optimal untuk istirahat
dan relaksasi diantara kontraksi
e. Tinjau ulang/berikan intruksi dalam tehknik pernafasan sederhana
Rasional : mendorong relaksasi dan memberi klien cara mengatasi dan mengontrol tingkat
ketidaknyamanan.
2. Resiko tinggi trauma fetal berhubungan dengan tindakan vakum, persalinan lama
Kriteria hasil : Menunjukkan DJJ dalam batas normal, variabilitas baik, tidak ada deselarasi.
Intervensi :
a. Kaji DJJ secara manual atau elektrik, perhatikan variabilitas, perubahan periodic dan
frekuensi dasar. Periksa DJJ diantara kontraksi dengan menggunakan doptone. Jumlahkan
selama 10 menit, istirahat selama 5 menit dan jumlahkan lagi selama 10 menit. Lanjutkan pola
ini sepanjang kontraksi sampai pertengahan diantaranya dan setelah kontraksi
Rasional : Mendeteksi respon abnormal, seperti variabilitas yang dilebih-lebihkan, bradikardia
dan takikardia, yang mungkin disebabkan oleh stress, hipoksia, asidosis, atau sepsis
b. Perhatikan tekanan uterus selama istirahat dan fase kontraksi melalui kateter tekanan
intrauterus bila tersedia
Rasional : tekanan istirahat lebih besar dari 30 mm Hg atau tekanan kontraksi lebih dari 50 mm
Hg menurunkan atau mengganggu oksigenasi dalam ruang intravilos.
c. Identifikasi faktor-faktor maternal seperti dehidrasi, asidosis, ansietas, atau sindrom vena
kava.
Rasional: Kadang-kadang prosedur sederhana (seperti membalikkan klien keposisi rekumben
lateral) meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen ke uterus dan plansenta serta dapat
mencegah atau memperbaiki hipoksia janin.
d. Perhatikan frekuensi kontraksi uterus. Beri tahu dokter bila frekuensi 2 menit atau kurang.
Rasional: kontraksi yang terjadi setiap 2 menit atau kurang tidak memungkinkan oksigenasi
adekuat dari ruang intravilos.
e. Kaji malposisi dengan menggunakan maneuver Leopold dan temuan pemeriksaan internal
(lokasi fontanel dan satura cranial). Tinjau ulang hasil ultrasonografi.
Rasional: Menentukan pembaringan janin, posisi, dan presentasi dapat mengidentifikasi faktorfaktor yang memperberat disfungsional persalinan.
f. Pantau penurunan janin pada jalan lahir dalam hubungannya dengan kolumna vertebralis
iskial.
Rasional: Penurunan yang kurang dari 1 cm/jam untuk primipari atau kurang dari 2 cm/jam
untuk multipara, dapat menandakan CPD atau malposisi.
g. Atur pemindahan pada lingkungan perawatan akut bila malposisi dideteksi pada klien PKA.
Rasional: Resiko cedera atau kematian janin/neonatal meningkat dengan melahirkan pervagina
bila presentasi selain verteks.
h. Siapkan untuk metode melahirkan yang paling layak bila janin pada presentasi kening dan
dagu.
Rasional: Presentasi ini meningkatkan risiko CPD, karena diameter lebih besar dari tengkorak
janin masuk ke pelvis (11 cm pada kening atau presentasi wajah, 13 cm pada presentasi dagu.

3. Resiko tinggi maternal berhubungan dengan disfungsi maternal.


Kriteria hasil: menyelesaikan kelahiran tanpa komplikasi.
Intervensi :
a. Lakukan pemeriksaan vagina steril untuk menentukan persiapan dan kematangan serviks
dan posisi janin, ulangi sesuai indikasi dengan reaksi klien
Rasional: Penonjolan lunak, parsial, pemeriksaan berulang menentukan kemajuan persalinan,
tetapi untuk menghindari infeksi harus di batasi seminimal mungkin
b. Periksa TD dan nadi setiap 15 menit.
Rasional: Mengkaji kesejahteraan ibu dan mendeteksi terjadinya hipertensi dan hipotensi.
c. Palpasi fundus untuk mengevaluasi frekuensi dan durasi kontraksi observasi stimulasi
berlebihan. Catat intensitas tonus istirahat diantara kontraksi jika kateter digunakan.
Rasional: Pemantauan uterus eksternal menandakan frekuensi, bukan intensitas dari kontraksi.
Stimulasi yang berlebihan menyebabkan rupture uterus dan pelepasan plasenta premature.
d. Pantau masukan dan keluaran. Ukur berat jenis urin , palpasi kandung kemih.
Rasional: Penurunan resiko infeksi atau memberikan deteksi dini terjadinya infeksi adanya
kandungan mikonium, menandakan distress janin.
e. Perhatikan adanya kram abdomen, pusing, mual/muntah, adanya letargi, hipotensi dan
takikardi.
Rasional: Intoksikasi air dapat terjadi tergantung pada kecepatan atau jenis cairan yang
diberikan.
f. Bantu sesuai kebutuhan dengan pemasangan kateter intra uterus.
Rasional: Pemantauan internal secara adekuat memperbanyak intensitas dan frekuensi
kontraksi dan membantu mengidentifikasi stimulasi berlebihan dan kemungkinan rupture uterus
karena pemberian oksitosin berlebihan.
g. Observasi pencegahan yang aman berhubungan dengan penggunaan infus dan memberi
label yang tepat pada larutan oksitosin.
Rasional: Kesalahan atau fluktuasi dalam kecepatan pemberian dapat menyebabkan obat yang
diberikan kurang atau berlebihan mengakibatkan tidak adekuatan kontraksi atau terjadi ruptur
uterus.
4. Ansietas berhubungan dengan persalinan lama, keletihan
Kriteria hasil : klien mengatakan ansietas dapat diatasi, dapat rileks dengan situasi persalinan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat ansietas klien melalui isyarat verbal dan nonverbal
Rasional : mengidentifikasi tingkat intervensi yang perlu, ansietas yang berlebihan
meningkatkan persepsi nyeri dan dapat mempunyai dampak negative terhadap hasil persalinan.
b. Beri dukungan professional intrapartu kuntinu, informasikan kepada klien bahwa ia tidak akan
ditinggal sendirian
Rasional : rasa takut dapat semakin berat sesuai kemajuan persalinan.
c. Anjurkan tehknik pernapasan dan relaksasi
Rasional : membantu dalam menurunkan ansietas dan persepsi terhadap nyeri dalam korteks
serebral, menigkatkan rasa control.
d. Pantau DJJ dan tekanan darah ibu
Rasional : ansietas yang lama dapat mengakibatkan ketidakseimbangan endrokrin, dengan
kelebihan pelepasan epineprin dan nonepineprin, meningkatkan tekanan darah dan nadi

e. Evaluasi pola kontraksi/kemajuan persalinan.


Rasional : meningkatkan intensitas kontraksi uterus, dapat meningkatkan masalah klien tentang
kemampuan pribadi dan hasil persalinan, selain itu meningkatkan epineprin, dapat
menghambat aktivitas miometrium. Stres yang berlebihan menguras glukosa sehingga
pembentukan ATP menurun untuk digunakan dalam kontraksi
f. Pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi ( bila tekanan darah tinggi pada penerimaan
ulangi prosedur dalam 30 menit untuk mendapatkan pembacaan tepat saat klien rileks )
Rasional : stress mengaktifkan system adrenokortikol hipopisis-hipotalamik yang meningkatkan
retensi dan resorpsi natrium dan air dan meningkatkan ekskresi kalium, kehilangan kalium
dapat menurunkan aktivitas miometrik.
g. Anjurkan klien untuk mengungkapkan perasaan, masalah dan rasa takut.
Rasional : stress, rasa takut mempunyai efek yang dalam pada proses Persalinan dan
menambah lamanya persalinan, dimana terjadi ketidakseimbangan epineprin dan nonepineprin
yang dapat meningkatkan disfunsi pola pole persalinan.
5. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan episiotomy
Kriteria hasil : menunjukkan luka bebas dari drainase purulen. Bebas dari infeksi, tidak pebris
dan mempunyai aliran lokhial kateter normal
Intervensi :
a. Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan frekuensi pemeriksaan vagina dan
komplikasi seperti persalinan lama yang menggunakan alat mekanis.
Rasional : membantu mengidentifikasi faktor-faktor resiko yang dapat mengganggu kebutuhan
dan kemunduran pertumbuhan epitel jaringan endometrium dan memberi kecenderungan klien
terkena infeksi.
b. Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi, catat adanya menggigil, anoreksia
dan malaise
Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38,3 0c dalam 24 jam pertama menandakan adanya
infeksi.
c. Kaji lokasi dan kontraktifitas uterus, perhatikan perubahan involusional atau adanya nyeri
tekan uterus ekstrem
Rasional : fundus yang awalnya 2 cm dibawah umbilicus meningkat 1-2 cm/hari, kegagalan
miometrium untuk involusi pada kecepatan ini atau terjadinya nyeri tekan ekstrem menandakan
kemungkinan tahanan jaringan plasenta/infeksi
d. Catat jumlah dan bau rabas lokheal atau perubahan pada kamajuan normal dari rubra
menjadi serosa
Rasional : lokia secara normal mempunyai bau amis namun pada endometasis akan berbau
busuk, mungkin gagal menujukkan kemajuan normal dari rubru ke serosa sampai ke alba
e. Infeksi sisi perbaikan episiotomi setiap 8 jam, perhatikan adanya nyeri tekan berlebihan,
kemerahan, eksudat purulen, edema, atau adanya laserasi.
Rasional : diagnosa dini dari infeksi local dapat mencegah penyebaran pada jaringan uterus
f. Kaji tanda-tanda ISK atau sistitis
Rasional : gejala ISK nampak pada hari kedua sampai dengan ketiga postpartum karena
naiknya infeksi ke traktus uretra, kekandung kemih dan kemungkinan ke ginjal
g. Berikan antibiotic spectrum luas, sampai laporan kultur / sensitifitas dikembalikan kemudian
ubah terapi sesuai indikasi

Rasional : mencegah infeksi dari penyebaran ke jaringan sekitar atau aliran darah. Pilihan
antibiotic tergantung pada sensitifitas organisme penginfeksi.
6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
Kriteria hasil : melaporkan peningkatan rasa sejahtera dan istirahat
Intervensi
a. Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan untuk istrahat. Catat lama persalinan dan jenis kelamin
Rasional : persalinan dan kelahiran lama akan sulit khususnya jika terjadi malam hari
peningkatan tingkat kelelahan
b. Kaji faktor-faktor bila ada yang mempengaruhi istirahat. Organisasikan perawatan untuk
meminimalkan gangguan dan memberi istirahat serta periode tidur yang ekstra. Anjurkan untuk
mengungkapkan pengalaman melahirkan, berikan lingkungan yang tenang
Rasional : membantu meningkatkan istirahat, tidur dan relaksasi dan menurunkan ransang, jika
kebutuhan tidur tidak terpenuhi dapat memperpanjang proses perbaikan pasca partum
c. Memberikan informasi tentang efek-efek kelelahan dan ansietas pada suplai asi.
Rasional : kelelahan dapat mempengaruhi penilaian psikologis, suplai ASI dan penurunan
repleks secara psikologis.
d. Berikan obat-obatan misalnya analgetic.
Rasional : mungkin diperlukan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur sesuai kebutuhan.
e. Anjurkan pembatasan jumlah dan lamanya waktu kunjungan
Rasionalnya : kelelahan berlebihan dapat diakibatkan dari penggunaan waktu kunjungan yang
sering dan teman-teman yang berarti.
D. Implementasi
Melakukan apa yang harus kita lakukan pada saat itu sesuai dengan apa yang telah
diintervensikan. Dan mencatat setiap tidakan yang dilakukan pada pasien.
E. Evaluasi
Dari hasil intervensi yang telah tertulis, evaluasi yang diharapkan :
1. Ibu dapat melakukan adaptasi terhadap nyeri yang timbul sebagai respon fisiologis dari
persalinan atau nyeri akibat tindakan mekanik.
2. Resiko terjadi trauma maternal dapat diatasi
3. Resiko terjadinya trauma fetal dapat dihindari
4. Ibu dapat menurunkan stress emosional, ketakutan dan defresi akibat dari disfungsi
persalinan yang dihadapi
5. Infeksi akibat tindakan persalinan dapat dihindari
6. Gangguan pola tidur dapat diatasi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekstraksi vacuum adalah persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan ekstraksi tekanan
negative ( sedot ) pada kepala dengan menggunakan ekstraktor vacuum (ventouse) dari
maelstrom.

Model persalinan yang dibantu ini hanya menimbulkan sedikit trauma pada jaringan ibu.
Laserasi kulit kepala dan cepal hematoma merupakan komplikasi utama pada penggunaan alat
ini, namun mayoritas penyulit tersebut adalah akibat seleksi yang buruk dan pemaksaan
persalina pervaginan dengan segala resiko.
Traksi pada vakum yang menempel pada kepala saat melewati perineum dapat lebih
mengendalikan distensi perineum, dan bahkan dapat menghindari perlunya episiotomi.
B. Saran
Diharapkan setelah membaca makalah ini kita sebagai perawat mampu melakukan tindakan
vacum ekstraksi sesuai dengan prosedur keperawatan yang sudah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Azzawi Al Farogk. ( 1991 ). Teknik Kebidanan Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Bagian Obstetri dan Genokologi. (1997). Ilmu Fantom Bedah Obstetri. Semarang: FKUI
Purnawan J. Atiek SS. Husna A. (1982). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta:FKUI

Anda mungkin juga menyukai