LAPORAN MAGANG
TATA LAKSANA PROSES PENETASAN BIBIT FINAL STOCK AYAM
BROILER PADA HATCHERY CENTRAL PT. SATWA BORNEO JAYA
KOTA SINGKAWANG
OLEH:
ANDI GUNTUR PERDANA
C1071131013
PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
HALAMAN PENGESAHAN
TATA LAKSANA PENETASAN BIBIT FINAL STOCK AYAM BROILER
PADA HATCHERY CENTRAL PT. SATWA BORNEO JAYA
KOTA SINGKAWANG
Tanggung Jawab Yuridis Material Pada:
Mengetahui
Ketua Prodi Peternakan
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Magang
Fakultas Pertanian
Fakultas Pertanian
Disahkan,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan laporan magang ini dapat diselesaikan.
Adapun judul dari laporan magang ini ialah Tata Laksana Proses Penetasan Bibit
Final Stock Ayam Broiler Pada Hatchery Dan Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya yang disusun berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan pemberian
materi langsung dilapangan.
Selama penyusunan laporan magang ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan mulai dari aspek materi, moral, serta spiritual dariberbagai pihak yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan magang. Untuk
itu, secara khusus penulis ini mengucapkan ribuan kata terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir. Radian M.Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.
2. Ibu Dr.Drh. Zakiyatulyaqin, M.Si selaku Ketua Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
3. Ibu Ir. Retno Budi Lestari, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Praktek
Magang.
4. Manager, personalia, seluruh staff dan karyawan PT. Satwa Borneo Jaya
yang telah membantu penulis dalam kegiatan praktik lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktik magang ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diperlukan saran dan kritik yang
membangun untuk dapat memperbaiki penulisan laporan praktik magang ini.
Semoga penulisan laporan praktik magang ini dapat memberikan dampak yang
positif bagi pembacanya.
Pontianak, Januari 2017
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....
DAFTAR TABEL..
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR LAMPIRAN..
halaman
i
iv
v
vi
BAB I PENDAHULUAN......
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan.....
1.3.Rumusan Masalah...
1.4.Metode Pendekatan.....
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG.......
2.1.Sejarah Berdirinya PT. Satwa Borneo Jaya....
2.2.Keadaan Umum Penetasan.....
2.2.1.Perusahaan Penetasan.
2.2.2.Bangunan Penetasan...
2.2.3.Keadaan Penduduk..
2.3.Struktur Organisasi.
2.4.Tenaga Kerja...
2.5.Sarana dan Prasarana Perushaaan...
BAB III PELAKSANAAN MAGANG.....
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang...
3.2.Metode Pendekatan.....
3.3.Penyusunan Program dan Jadwal Kegiatan....
3.4.Kegiatan di Lokasi Magang....
3.4.1.Biosecurity..
3.4.2.Breefing...
3.4.3.Penerimaan Telur Tetas (Hatching Egg).
3.4.4.Fumigasi..
3.4.5.Penyimpanan Telur (Holding).
3.4.6.Prewarm..
3.4.7.Inkubasi (Setter)..
3.4.8.Transfer dan Candling.
3.4.9.Penetasan (Hatcher)..
3.4.10.Pullchick...
3.4.11.Seleksi, Culling, dan
1
1
2
3
3
4
4
4
4
6
6
7
8
9
10
10
10
10
14
14
15
15
15
16
16
16
17
17
17
18
Packing
BAB IV PEMBAHASAN......
4.1.Proses Penetasan.........
4.2.Penerimaan Telur Tetas (Hatching Egg).
4.3.Fumigasi..
4.4.Penyimpanan Telur (Holding)
4.5.Prewarm..
19
19
19
21
22
23
24
25
26
27
28
30
30
30
31
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Pembagian Luasan Area Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya... 5
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang... 11
Tabel 4.1 Pengaturan Suhu dan Kelembaban Telur Tetas di Holding
Room.
23
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Hatchery Central PT. Satwa Borneo
Jaya.......
Gambar 4.1 Proses Pembongkaran Telur Tetas dari Mobil Box
Gambar 4.2 Campuran Formalin dan Kalium Permanganat..
Gambar 4.3 Fumigasi Telur Tetas..
Gambar 4.4 Ruang Penyimpanan Telur Tetas (Holding Room)....
Gambar 4.5 Posisi Telur pada Pemutaran (Turning) Otomatis Mesin
Pengeram..
6
18
19
20
21
23
...
Gambar 4.6. Proses Candling. 24
Gambar 4.7 Telur Tetas di Dalam Keranjang Hatcher.. 25
Gambar 4.8 DOC yang Telah Dikeluarkan Dari Mesin Hatcher... 26
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1.
Peta
Kecamatan
halaman
Singkawang 32
Selatan.
Lampiran 2. Surat Keterangan Jalan..
Lampiran 3. Surat Permohonan Magang...
Lampiran 4. Surat Kendali Magang Mahasiswa
Lampiran 5. Daftar Kondite Magang Mahasiswa..
Lampiran 6. Sertifikat Magang Sujaya Group Unit PT. Satwa Borneo
33
34
35
36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Semakin maju dunia perunggasan menjadikan industri perunggasan di
Indonesia semakin gencar melakukan peningkatan hasil produksinya baik secara
kualitas maupun kuantitas. Usaha peningkatan produk peternakan unggas dimulai
dari peningkatan kualitas ayam bibit atau Parent Stock sebagai penghasil ayam
Final Stock. Manajemen bibit perlu ditingkatkan untuk menghasilkan Day Old
Chick (DOC) yang berkualitas baik. Usaha penetasan merupakan parameter dari
suatu usaha peternakan pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang
berkualitas dan merupakan langkah awal dari suatu usaha peternakan baik
komersil maupun pembibitan (Breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit
parent stock harus dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan
untuk dapat memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat
yang unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini
adalah produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.
Industri perunggasan di Kalimantan Barat berkembang sesuai dengan
peningkatan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan masyarakat khususnya
Kalimantan Barat akan daging dan telur pun meningkat. Semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan daging dan telur sehingga banyak industry penetasan
telur baik ayam broiler maupun layer. Di Kalimantan Barat industri penetasan
telur ayam layer ada di PT. Satwa Borneo Jaya Breeding Farm Hatchery Central
yang berada di singkawang, hal ini disebabkan karena Kalimantan barat tidak
boleh mengambil bibit ayam layer dari luar sehingga Hatchery Central inilah
yang menjadi andalan untuk pembibitan ayam layer.
Menetaskan telur ayam berarti mengeramkan telur agar menetas dengan
tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak ayam dapat keluar dan
dapat hidup. Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan
telur pada induk dan menggunakan mesin penetas atau inkubator. Kendala dalam
penetasan adalah kondisi telur yang akan ditetaskan harus memenuhi telur tetas,
apabila telur tidak sesuai stanndar maka telur tidak akan menetas. Penetasan
Tinggi.
Mengidentifikasi dan melakukan studi banding antara teori dan fakta yang
terjadi di lapangan.
Meningkatkan hubungan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah, dan pihak
perusahaan sehingga bisa bekerja sama untuk melakukan pembangunan
daerah pada bidang peternakan serta melaksanakn Tri Dharma Perguruan
Tinggi.
1.3.Rumusan Masalah
Jaya.
Mempelajari cara menghasilkan DOC komersil yang baik.
1.4.Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan pada saat kegiatan magang ini
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Observasi
Pengambilan data yang dilakukan dengan teknik observasi ialah dengan
mengamati secara langsung dari setiap proses yang dilakukan secara
sistemastis. Dimulai dari proses penerimaan telur tetas dari farm, hingga
proses pengemasan (packing).
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan magang ini
ialah manager hatchery, supervisor, staf perusahaan dan karyawan.
Magang
Kegiatan ini merupakan keikutsertaan mahasiswa dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan, sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja,
skill dan edukasi secara langsung dari kegiatan tersebut.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data
pustaka yang tersedia seperti jurnal, buku, dan majalah ilmiah.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
2.1.Sejarah Berdirinya PT. Satwa Borneo Jaya
Sujaya Group merupakan perusahaan multi nasional lokal yang berasal
dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Dikelola oleh Bapak Tetiono bertempat
di Jl. Yos Sudarso No. 133 Kel. Melayu Kec. Singkawang Barat, Kota
Singkawang. Berdiri pada tahun 1987 dengan produk utamanya pupuk organik
dari kotoran ayam. Tidak hanya pupuk organik, ada beberapa perusahaan yang
dinaungi oleh Sujaya Group yang rata-rata bergerak dibidang peternakan baik
berupa Breeding Farm ayam, babi, pakan, dan penetasan telur. PT. Satwa Borneo
Jaya merupakan salah satu perusahaan dari Sujaya Group yang bergerak dibidang
peternakan, yaitu pembibitan ayam broiler dan penetasan telur.
PT. Satwa Borneo Jaya berlokasi di Kota Singkawang dan Provinsi
Banten. PT. Satwa Borneo Jaya yang bertempat di Kota Singkawang terbagi
menjadi 4 unit, unit 1 adalah yang pertama kali berdiri yang memiliki Breeding
Farm dan Hatchery, kemudian untuk unit 2 dan 3 bertempat di Kel. Roban Kec.
Singkawang Utara, dan yang terkahir PT. Satwa Borneo Jaya mendirikan unit
Hatchery Central. PT. Satwa Borneo Jaya unit 1 berada di Jl. Pertanian, Kel.
Sedau, Kec. Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, dengan
jarak 3 Km jika ditempuh dari pusat kota hingga ke perusahaan dengan waktu
30-50 menit.
2.2.Keadaan Umum Penetasan
2.2.1.Perusahaan Penetasan
Luas lahan sebesar Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya 22.800 m2.
Bangunan utama yaitu bangunan hatchery dan bagunan penunjang meliputi
kantor, pos satpam, musholla, mess, kantin, tempat parkir dan tempat
pemeliharaan kesehatan karyawan. Pembagian luasan area Hatchery Central PT.
Satwa Borneo Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya memiliki satu bangunan penetasan yang didalam bangunan penetasan
terdiri dari ruang-ruang yaitu ruang penerimaan telur tetas (hatcging egg), ruang
fumigasi, ruang penyimpanan telur atau holding room, ruang setter, ruang transfer
dan candling, ruang hatcher, ruang seleksi DOC, gudang penyimpan box DOC,
ruang vaksinasi, ruang penyimpanan DOC sementara sebelum dikirim ke
pelanggan, gudang peralatan hatchery, bengkel mekanik, tempat pembuangan
limbah penetasan, ruang cuci peralatan, ruang sanitasi dan biosecurity, kamar
mandi, mess karyawan, mushola, ruang administrasi, ruang meeting, ruang
manajer, tempat parkir kendaraan karyawan, dan pos satpam.
Ruang kegiatan meliputi ruang fumigasi, ruang penerimaan telur,
holding room, ruang pengeraman, ruang penetasan, kantor, ruang grading
DOC serta peralatan dan perlengkapan penetas. Letak area Hatchery
Central PT. Satwa Borneo Jaya jauh dari pemukiman memudahkan
4
%
56,58
Hatchery
6.350
27,85
Tempat Parkir
2.600
11,40
Lain-lain
473
2,07
Mess
330
1,45
Kantor
65
0,29
Gudang
65
0,29
Ruang
Area terbuka
Pos Satpam
17
0,07
Jumlah
22.800
100
Sumber: Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya, 2016
2.2.2.Bangunan Penetasan
Bangunan Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya menggunakan one
way system, yaitu kegiatan penetasan dimulai dari terminal yang merupakan
tempat penerimaan telur tetas (hatching egg), ruang fumigasi, holding, prewarm,
ruang setter, ruang candling dan transfer dan candling, ruang hatcher, ruang
seleksi pull chick DOC dan packing DOC, gudang box dan ruang distribusi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2006) yang menyatakan
bahwa letak bangunan peneasan sekurang-kurangnya 50 m dari kandang, atau
berada diluar komplek perkandangan. Ruang penyimpanan telur, ruang cuci alat,
ruang penetasan, ruang sexing, ruang seleksi DOC, ruang pengepakan DOC, satu
sama lain harus terpisah dinding yang rapat. Arus pembawaan telur tetas, anak
ayam, alat-alat, dan sisa-sisa penetasan harus searah, tidak boleh bolak-balik.
2.2.3.Keadaan Penduduk
Pemukiman penduduk berada cukup jauh dari area PT. Satwa Borneo Jaya
Unit 1 yaitu sekitar 2 Km. Mayoritas penduduk 90% etnis Tionghoa karena PT,
Satwa Borneo Jaya Unit 1 terletak di daerah pecinan Kota Singkawang. Mata
pencaharian penduduk sebagian besar berdagang dan bertani.
2.3.Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya
MANAGER
JOKO WALUYO
SUPERVISOR 1
RIZKY
SUPERVISOR 2
SUHARYANTO
ADMIN 1
YUNI
ADMIN 2
SUHARMAN
CO. CLEANING
ASANG
CO. HE
YUDI
CO. TRANSFER
KURNAEN
PURNAEN
CO. HOLDING
GUNAWAN
CO. PULLCHICK
SATRIO
KARYAWAN
CO, SELEKSI,
MEKANIK
CULLING DAN
6 OPERATOR
PACKING
IRWANSYAH
RANI
KEPALA
KEAMANAN
SUJIWO
Keterangan:
: garis instruksi
: garis koordinasi
2.4.Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor
yang penting untuk kemajuan perusahaan. Tenaga kerja yang dimiliki
oleh Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya adalah 30 orang sudah
termasuk, manager, supervisor, coordinator bidang, admin dan bagian
kebersihan. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari daerah luar Kota
Singkawang tetapi ada beberapa yang berasal dari Kota Singkawang.
Seluruh karyawan yang bekerja di Hatchery Central PT. Satwa Borneo
Jaya sebagai pegawai tetap, bertempat tinggal di mess karyawan yang
telah disediakan oleh pihak perusahaan. Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya Tengaran dipimpin oleh Manager yang membawahi 2
supervisor.
tugas
merencanakan
mengevaluasi
serta
program
kerja,
mengkoordinir
mengawasi,
seluruh
proses
Supervisor
bertugas
merencanakan,
mengkoordinasi,
BAB III
PELAKSANAAN MAGANG
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan magang atau Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 1
bulan pada tanggal 17 Juli sampai dengan 16 Agustus bertempat di PT. Satwa
Borneo Jaya, yang terletak di Jl. Pertanian (Kaliasin)
No
.
1.
Hari
Senin
Jadwal Kegiatan
Tanggal
Waktu
18-07-2016 06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00
22-07-2016
06.30 07.00
07.00 11.00
14.00 16.00
fowl choleran
Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan
Menimbang ayam umur 24
23-07-2016
06.30 07.00
07.00 12.00
minggu
Rapat pengarahan kegiatan
Menimbang, menyesuaikan,
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
Selasa
19-07-2016
3.
Rabu
20-07-2016
4.
Kamis
21-07-2016
5.
Jumat
6.
Sabtu
Minggu
2.
7.
Jenis Kegiatan
24-07-2016
8.
Senin
25-07-2016
9.
Selasa
26-07-2016
Rabu
27-07-2016
06.30 07.00
07.00 09.00
10
11.
Kamis
28-07-2016
12.
Jumat
29-07-2016
13.
Sabtu
30-07-2016
14.
Minggu
31-07-2016
15.
Senin
01-08-2016
16.
Selasa
02-08-2016
17.
18.
19.
Rabu
Kamis
Jumat
03-08-2016
04-08-2016
05-08-2016
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 - 10.00
10.00 - 12.00
Membersihkan kandang
Penyampaian materi
Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan
Pengecekan kandang
Penyampain materi
Rapat pengarahan kegiatan
Pengenalan alat dan mesin
Transfer telur
Hatcher
Rapat pengarahan kegiatan
Holding
Membersihkan
ruangan
13.30 16.00
fumigasi
Pengecekan instalasi mesin
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 10.00
10.00 12.00
13.00 16.00
tetas
Rapat pengarahan kegiatan
Prewarm
Penerimaan telur tetas
Hatcher
Membersihkan bagian dalam
06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 14.00
14.00 15.00
tetas
Seleksi DOC
Pengarahan pebimbing dan
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
11
pembuangan
limbah
22.
Sabtu
07-08-2016
06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
penetasan
Rapat pengarahan kegiatan
Holding
Penerimaan telur tetas
Membersihkan
ruangan
23.
Minggu
08-08-2016
24.
Senin
09-08-2016
06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00
12.00 16.00
fumigasi
Rapat pengarahan kegiatan
Holding
Penerimaan telur tetas
Rapat pengarahan kegiatan
Setting telur
Seleksi Telur tetas
3.4.2.Breefing
12
13
cairan formalin dan kalium yang dosisnya telah disesuaikan dengan besar ruangan
fumigasi.
3.4.5.Penyimpanan Telur (Holding)
Penyimpanan telur (holding) dilakukan setelah telur tetas melewati tahap
fumigasi. Ruang penyimpanan telur tetas tertutup rapat dan dilengkapi dengan AC
yang berfungsi menjaga suhu d idalam ruangan agar tetap sejuk sehingga selama
penyimpanan, telur tetas tidak mengalami perkembangan embrio. Penyimpanan
telur (holding) juga berfungsi untuk embrio dengan demikian embrio yang berada
di dalam telur akan menetas secara serentak. Sebelum memasuki ruangan
penyimpanan telur, seluruh karyawan harus melakukan biosecurity dengan
mencelupkan kaki ke dalam tempat yang berisi air desinfektan setiap kali
memasuki ruangan.
3.4.6.Prewarm
Setelah telur tetas dipindahkan dari ruangan penyimpanan telur (holding),
tahap selanjutnya yaitu prewarm. Telur tetas diangin-anginkan terlebih dahulu
agar embrio yang berada di dalam telur tidak shock dari suhu rendah yang berada
di dalam ruangan penyimpanan telur (holding), langsung menuju ke ruangan yang
bersuhu tinggi yaitu di dalam mesin setter. Prewarm dilakukan minimal selama 6
jam agar suhu telur telah stabil dan siap masuk dalam masa inkubasi.
3.4.7.Inkubasi (Setter)
Telur tetas yang telah dilakukan prewarm kemudian siap untuk di
inkubasi. Mesin setter merupakan tempat inkubasi atau pengeraman telur tetas
selama 18 sampai 19 hari. Telur ayam harus dibolak-balik sehari minimal 6 kali
frekuensi, karena berpengaruh pada daya tetas telur semakin banyak maka
semakin baik. Pada hari keempat telur tersebut perlu untuk diangin-anginkan
dengan cara membuka penutup atau pintu mesin setter selama kurang lebih 10
sampai 15 menit. Proses ini dilakukan setiap 3 sampai 4 hari sampai pada hari ke
18. Dalam masa pengeraman ini yang perlu diperhatikan selain suhu dijaga
supaya tetap konstan, kelembaban udara (humidity) juga harus diperhatikan
karena juga berpengaruh terhdadap daya tetas telur.
3.4.8.Transfer dan Candling
14
15
langsung di bawa ke ruang pencucian agar segera dibersihkan. Telur yang tidak
menetas harus dihitung dan dicatat masing-masing kandang pada saat proses
pullchick berlangsung. Exhaust fan ruangan harus tetap hidup, setlelah selesai
proses puulchick ruangan harus segera disanitasi.
3.4.11.Seleksi, Culling, dan Packing
Kegiatan seleksi, culling, dan, packing, dilakukan dalam satu ruangan
khusus untuk melakukan ketiga kegiatan tersebut. Seleksi DOC dibagi menjadi 2
macam grade sebagai berikut:
Grade A
Grade C
Seleksi DOC harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan melihat kesehatan,
aktifitas, warna, bulu dan performa dari DOC. Setelah dilakukan seleksi,
kemudian dilakukan pengemasan (packing) dengan chick box sesuai dengan grade
dan didistribusikan di bagian pemasaran.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Proses Penetasan
Proses penetasan yang dilaksanakan Hatchery Central PT. Satwa Borneo
Jaya meliputi penerimaan telur tetas (hatching egg), fumigasi, penyimpanan telur
(holding), prewarm, masa inkubasi (setter), transfer dan candling, masa penetasan
(hatcher), pullchick, seleksi, cullingdan packing.
4.2.Penerimaan Telur tetas (Hatching Egg)
Telur tetas yang di datangkan ke Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya
berasal dari Breeding Farm PT. Satwa Borneo Jaya Unit 1 dan PT. Satwa Borneo
Jaya unit 2 yang berada di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Strain ayam
broiler yang digunakan adalah strain ayam broiler hubbard classic. Penerimaan
16
telur tetas bermula dari datangnya mobil box (Egg van) pengantar telur tetas ke
area hatchery. Sebelum memasuki area hatchery, mobil box diseprai dan melewati
area car dipping menggunakan air yang sudah dicampur BKC (Benzalkonium
Chloride) dengan dosis 4 cc/liter selama satu menit, ini bertujuan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme yang terdapat pada mobil dan dapat
mengontaminasi telur tetas sehingga produktivitas daya tetas telur tersebut rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mahfudz (2006) yang menyatakan bahwa
desinfeksi pada proses penetasan telur bukan hanya sebagai pelengkap pada
pembersihan mesin tetas, tetapi merupakan rangkaian sistem sanitasi dan memiliki
peran yang sangat penting untuk menekan perkembangan mikroorganisme dan
meningkatkan daya tetas telur. Mobil box (Egg Van) yang membawa telur tetas
dilengkapi dengan sejumlah peralatan seperti bantalan berupa triplek yang
berfungsi sebagai pembatas antar egg tray untuk menghindari benturan antar telur
sehingga telur tidak retak maupun pecah, selain itu mobil box (Egg Van) juga
dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) yang berfungsi mengatur suhu telur
selama perjalanan. Telur tetas yang diterima oleh petugas grading dibongkar
secara hati-hati untuk menghindari telur agar tidak retak maupun pecah,
dipisahkan berdasarkan kandang induk kemudian diperiksa dan dicocokkan
dengan catatan yang tertera pada surat jalan dengan rincian jumlah telur yang
diterima, asal farm telur, nomor kandang, tanggal produksi, umur induk, grade
telur, drivers dan nomor plat mobil. Proses pembongkaran telur tetas dari mobil
box dapat dilihat pada gambar 4.1. Telur tetas yang berasal dari Breeding Farm
tiba di hatchery dengan waktu yang berbeda-beda.
Telur yang dikirim dari Breeding Farm rata-rata 99% terseleksi menjadi
HE (Hatching egg) dan 1% merupakan telur terseleksi yang tidak layak untuk
ditetaskan karena persentase telur-telur tersebut dapat menetas sangat rendah
bahkan tidak dapat menetas, diantaranya telur abnormalitas, retak, pecah dan
kotor. Telur-telur yang tidak layak ditetaskan tersebut kemudian dijual ke
konsumen dengan harga yang telah disepakati. Posisi telur yang ditata pada tray
yaitu bagian tumpul berada pada bagian atas dan ujung lancip berada pada bagian
bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayuningtyas et al. (2014) yang
17
menyatakan bahwa untuk mendapatkan telur tetas yang memiliki daya tetas tinggi
harus memperhatikan kebersihan dan keutuhan kerabang (cangkang) telur, bobot
dan bentuk telur.
Gambar 4.1 Proses pembongkaran telur tetas dari mobil box
4.3.Fumigasi
Telur
yang
akan
ditetaskan
sebelum
dimasukkan
dalam
ruang
19
peralatan seperti AC dan Humadifier (Gambar 4.4) yang berfungsi menjaga suhu
dan kelembaban di dalam ruang agar tetap sejuk sehingga selama penyimpanan
telur tetas tidak mengalami perkembangan embrio serta penyeragaman embrio
dengan demikian telur akan menetas secara serentak selain itu juga dilengkapi
dengan kipas berupa baling-baling yang berfungsi untuk meratakan suhu
keseluruh ruangan. Suhu dan kelembaban di dalam ruangan holding diatur
berdasar lama penyimpanan telur di dalam ruangan holding, semakin lama telur
disimpan di dalam ruangan holding maka semakin rendah suhu ruangan (Tabel
4.1). Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan
bahwa temperatur ruang penyimpanan telur berkisar 18oC dengan kelembaban
ruangan berkisar 75-80% RH, telur tetas tidak boleh disimpan terlalu lama,
maksimal hanya sampai umur dua minggu dengan posisi penyimpanan ujung
tumpul terletak diatas.
Tabel 4.1 Pengaturan Suhu dan Kelembaban Telur Tetas di Holding Room
No
1
2
3
20
Sumber: Perusahaan Penetasan PT. Panca Patriot Prima Unit Jabung, Malang
4.5.Prewarm
Telur yang disimpan sementara di dalam cooling room kemudian dipindah
ke dalam ruang prewarm, Tujuan telur tetas dimasukkan ke dalam prewarm
adalah agar telur ketika mulai dimasukkan ke dalam mesin penetas suhunya tidak
meningkat terlalu drastis yang dapat mengakibatkan embrio dalam telur shock
dengan lingkungan mesin penetas yang hangat sehingga perlu penyesuaian
(dikondisikan) dengan suhu ruangan. Ruangan prewarm dilengkapi dengan AC
yang berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu ruangan agar tetap stabil pada suhu
250C. Waktu yang dibutuhkan telur berada dalam prewarm yaitu 6 - 12 jam untuk
telur broiler dan 16 jam untuk telur layer.
4.6.Masa Pengeraman (Setter)
Telur tetas yang telah melalui proses prewarm kemudian dilakukan setting,
yaitu pemindahan telur tetas dari prewarm ke dalam mesin pengeram (setter).
Proses pengeraman di dalam mesin setter dilakukan selama 19 hari dengan
temperatur 98,5 - 100,50F dan kelembaban 65-70% yang diatur secara otomatis
oleh mesin melalui box panel mesin.
pengeraman harus senantiasa konstan sesuai dengan standar suhu dan kelembaban
yang telah ditetapkan perusahaan dan dicek setiap 3 jam sekali. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wicaksono et al. (2013) yang menyatakan bahwa suhu dan
kelembaban rata-rata selama proses penetasan sebesar 36,330C dan 57,22%.
Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk
perkembangan embrio tidak sama untuk semua telur, tergantung banyak faktor
diantaranya besar telur, kualitas kerabang, genetis, umur telur dan kelembaban
udara selama penetasan. Selama di dalam mesin pengeram (setter) secara otomatis
akan dilakukan pemutaran telur (turning) setiap satu jam sekali dengan
kemiringan sudut sebesar 42 - 450 dengan arah pemutaran telur kekanan maupun
kekiri (Gambar 4.5). Pemutaran telur bertujuan untuk meratakan suhu dan
21
Gambar 4.5 Posisi Telur pada Pemutaran (turning) Otomatis Mesin Pengeram
22
dilaksanakan pada hari ke-19 dan harus dilakukan dengan cepat, karena embrio
akan mati akibat perubahan suhu telur yang drastis. Transfer dan candling pada
Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya dilakukan 4 kali dalam satu minggu
yaitu pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu dimulai pada pukul 08.00 WIB.
Telur yang tidak mengalami kematian embrio sebelum hari ke-19 akan
gelap seperti dipenuhi dengan embrio saat diletakkan diatas meja candling, telur
yang embrionya tidak berkembang hingga hari ke- 19 akan terlihat terang dan
berwarna kemerahan Telur yang tidak lolos seleksi saat dicandling akan
dikumpulkan, dicatat berdasar farm dan kandang kemudian dipisahkan dan dijual
kepada konsumen berdasar harga yang telah disepakati. Telur yang lolos seleksi
saat dicandling kemudian dipindah ke dalam keranjang (basket) kapasitas 150
butir telur, tujuannya agar ayam yang sudah menetas nantinya tidak terjatuh dan
memudahkan saat diambil.
dalam mesin penetas (hatcher) sudah tidak dilakukan pemutaran telur (turning).
Suhu di dalam mesin akan semakin meningkat ketika jumlah DOC yang menetas
semakin banyak sehingga suhu di dalam mesin harus tetap dijaga agar tidak
terlalu panas dan menimbulkan DOC mengalami dehidrasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyantini (2010) yang menyatakan
bahwa selama proses penetasan ini tidak ada perlakuan pembalikan telur hanya
saja melakukan pengontrolan terhadap mesin hatcher seperti suhu, kelembaban,
ventilasi. Ventilasi di dalam mesin diatur oleh kipas sehingga udara kotor dalam
mesin dapat segera berganti dengan cepat. Pemberian formalin pada saat telur
tetas sudah mulai menetas, sebanyak 25 cc/mesin bertujuan untuk desinfektan
juga memberikan warna kuning pada bulu DOC supaya tampak cerah dan
menarik.
24
bulu leher masih basah, ini bertujuan agar DOC dapat berdiri tegak dan kuat
selain itu juga bertujuan untuk menghindari DOC menjadi cacat akibat bulu yang
masih basah. Proses pengeluaran DOC dari mesin hatcher dapat dilihat pada
Gambar 4.8. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang
menyatakan bahwa pengeluaran DOC dari mesin penetas dilakukan sampai bulu
DOC kering dan DOC dapat berdiri tegak untuk mencegah terjadinya cacat. DOC
yang telah dikeluarkan dari mesin penetas kemudian dipindahkan di dalam kardus
atau boks yang telah disiapkan. Kegiatan Pull Chick dilaksanakan 4 kali dalam
seminggu yaitu pada hari senin, rabu, kamis, dan sabtu. DOC dikeluarkan dari
mesin penetas menuju tempat seleksi dilaksanakan pukul 01.30 WIB kemudian
dilanjutkan kegiatan seleksi pada pukul 02.30 WIB.
25
cara melihat tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita (Hartono dan Isman,
2010). Setelah pullchick dilakukan kemudian DOC langsung diseleksi dengan
cara dilihat secara langsung dan ditimbang untuk pembagian grade A dan grade
C. DOC yang masuk dalam kategori grade A yaitu DOC yang berwarna kulit
kuning cerah, bergerak lincah, berat di atas standar, jika ditelungkupkan maksimal
2 detik kembali ke posisi semula.
DOC yang masuk kategori grade C adalah DOC yang tidak masuk dalam
kriteria yang telah ditetapkan oleh standar perushaan seperti yang cacat, warna
kulit pucat, tidak aktif bergerk, berat di bawah standar, pusar di dalam peru
berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (2005)
penilaian DOC yang baik yaitu bobot kuri per ekor minimal 37 gram; kondisi fisik
sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif,
tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan
dubur kering dan pusar tertutup, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur
(strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang, jaminan kematian kuri
maksimal 2%.
Packing dilakukan setelah DOC telah dibagi pada masing-masing grade
yang telah dipilih sesuai dengan standar yang berlaku kemudian dimasukkan ke
dalam box khusus untuk DOC. Box khusus DOC berisi 102 ekor DOC dengan
dibagi menjadi dalam 4 bagian di dalam 1 box, 2 bagian terdapat 25 ekor dan 2
bagian lainnya terdapat 26 ekor DOC. Box DOC disertakan total bobot rata-rata
dari DOC yang ada di dalam box tersebut dan disertakan jenis atau strain ayam
broiler yang dipelihara pada Breeding Farm PT. Satwa Borneo Jaya yaitu
Hubbard Classic. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) Bentuk dan ukuran box
disesuaikan dengan jumlah anak ayam yang akan ditempatkan, suhu lingkungan
dan jarak pengiriman yang ditempuh. Proses pengepakan atau pengemasan DOC
menggunakan kotak, setiap kotaknya berisi 100 ekor DOC yang dibagi atas empat
petak, dimana tiap petak berisi 25 ekor. Pada kotak kemasan perlu dicantumkan
label yang memuat keterangan seperti tanggal dan jam DOC menetas, galur
(strain) DOC, jumlah isi kemasan, nama dan alamat perusahaan, nama
peternak/penerima dan alamat, vaksinasi yang telah diberikan, serta cap
perusahaan pengirim (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
26
BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan magang yang dilakukan pada Hatchery Central
PT. Satwa Borneo Jaya tentang tata laksana penetasan (hatchery) adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan yang pertama kali dilakukan dimulai dari biosecurity dengan
melakukan
sanitasi,
mengikuti
rapat
mengenai
arahan
kegiatan,
penerimaan telur tetas atau hatching egg (HE), holding, pre warm, setter,
transfer dan candling, hatcher, pullchick, seleksi, culling, dan packing.
2. Seluruh proses tata laksana penetasan telur sudah berjalan dengan baik,
sesuai dengan teori yang harus diimplementasikan pada setiap tahapan
pelaksanannya.
3. Menghasilkan Day Old Chick (DOC) yang berkualitas harus melaksanakan
tata laksana proses penetasan dengan sebaik mungkin. Karena seluruh
kegiatannya seperti mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain.
Selain hal-hal teknis seluruh tata laksana penetasan, induk ayam yang
menghasilkan DOC juga sangat berpengaruh untuk menghasilkan DOC
yang baik. Induk ayam yang berkualitas akan menghasilkan DOC yang
berkualitas.
5.2.Saran
Grading telur tetas atau hatcing egg (HE) perlu dilakukan kembali
sebelum dilaksanakan proses fumigasi. Hal ini bertujuan agar telur tetas atau yang
hendak ditetaskan benar-benar yang telah lolos seleksi dengan ciri-ciri telur fertil,
27
tidak kotor, tidak retak, tidak abnormal dan tidak mempunyai cangkang tipis.
Proses transfer dan candling harus dilakukan dengan lebih cepat dan lebih teliti
agar telur tetas atau hatcing egg (HE) tidak terlalu lama berada di luar mesin
dengan suhu ruangan yang bisa menyebabkan embrio dalam telur tidak
berkembang atau mati.
DAFTAR PUSTAKA
Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science. Interstate Inc. Danville, Illionois.
Fadilah, R., A. Polana., S. Alam., E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak ayam
Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mahfudz, L. D. 2006. Hidrogen Peroksida Sebagai Pengganti Gas Formaldehyde
Pada Penetasan Telur Ayam. Jurnal Protein. 13 (2): 128-133.
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Rahayuningtyas, A., M. Furqon dan T. Santoso. 2014. Rancang bangun alat
penetas telur sederhana menggunakan sensor suhu dan penggerak rak
otomatis. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains,
Teknologi dan Kesehatan. ISSN 2089-3582: 245-252.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E, U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan No.274 kpts / Ditjenpet / Deptan /
1980.
Winarto, B. Syah, dan Harmen,. 2008. Rancang bangun sistem kendali suhu dan
kelembaban udara penetas ayam berbasis PLC (Programmable Logic
Controller). 2 (1) : 23-32.
28
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kecamatan Singkawang Selatan
29
30
31
34
Lampiran 6. Sertifikat Magang Sujaya Group Unit PT. Satwa Borneo Jaya
Breedinfg Farm
35