Anda di halaman 1dari 42

1

LAPORAN MAGANG
TATA LAKSANA PROSES PENETASAN BIBIT FINAL STOCK AYAM
BROILER PADA HATCHERY CENTRAL PT. SATWA BORNEO JAYA
KOTA SINGKAWANG

OLEH:
ANDI GUNTUR PERDANA
C1071131013

PRODI PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017

HALAMAN PENGESAHAN
TATA LAKSANA PENETASAN BIBIT FINAL STOCK AYAM BROILER
PADA HATCHERY CENTRAL PT. SATWA BORNEO JAYA
KOTA SINGKAWANG
Tanggung Jawab Yuridis Material Pada:

ANDI GUNTUR PERDANA


NIM. C1071131013

Mengetahui
Ketua Prodi Peternakan

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing Magang

Fakultas Pertanian

Fakultas Pertanian

Dr. Drh. Zakiyatulyaqin, M.Si


NIP. 19620918199302001

Ir. Retno Budi Lestari, M.Sc


NIP. 196603211993032001

Disahkan,
Ketua Jurusan Budidaya Pertanian

Dr. Ir. Fajarianto, MS


NIP.19610261985031002

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat,
rahmat dan karunia-Nya, penyusunan laporan magang ini dapat diselesaikan.
Adapun judul dari laporan magang ini ialah Tata Laksana Proses Penetasan Bibit
Final Stock Ayam Broiler Pada Hatchery Dan Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya yang disusun berdasarkan pengalaman, pengamatan, dan pemberian
materi langsung dilapangan.
Selama penyusunan laporan magang ini, penulis banyak mendapatkan
bantuan mulai dari aspek materi, moral, serta spiritual dariberbagai pihak yang
terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan magang. Untuk
itu, secara khusus penulis ini mengucapkan ribuan kata terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Ir. Radian M.Sc selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Tanjungpura.
2. Ibu Dr.Drh. Zakiyatulyaqin, M.Si selaku Ketua Program Studi Peternakan
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
3. Ibu Ir. Retno Budi Lestari, M.Sc selaku Dosen Pembimbing Praktek
Magang.
4. Manager, personalia, seluruh staff dan karyawan PT. Satwa Borneo Jaya
yang telah membantu penulis dalam kegiatan praktik lapangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktik magang ini
masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu diperlukan saran dan kritik yang
membangun untuk dapat memperbaiki penulisan laporan praktik magang ini.
Semoga penulisan laporan praktik magang ini dapat memberikan dampak yang
positif bagi pembacanya.
Pontianak, Januari 2017

Andi Guntur Perdana

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....
DAFTAR TABEL..
DAFTAR GAMBAR.
DAFTAR LAMPIRAN..

halaman
i
iv
v
vi

BAB I PENDAHULUAN......
1.1.Latar Belakang
1.2.Tujuan.....
1.3.Rumusan Masalah...
1.4.Metode Pendekatan.....
BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG.......
2.1.Sejarah Berdirinya PT. Satwa Borneo Jaya....
2.2.Keadaan Umum Penetasan.....
2.2.1.Perusahaan Penetasan.
2.2.2.Bangunan Penetasan...
2.2.3.Keadaan Penduduk..
2.3.Struktur Organisasi.
2.4.Tenaga Kerja...
2.5.Sarana dan Prasarana Perushaaan...
BAB III PELAKSANAAN MAGANG.....
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan Magang...
3.2.Metode Pendekatan.....
3.3.Penyusunan Program dan Jadwal Kegiatan....
3.4.Kegiatan di Lokasi Magang....
3.4.1.Biosecurity..
3.4.2.Breefing...
3.4.3.Penerimaan Telur Tetas (Hatching Egg).
3.4.4.Fumigasi..
3.4.5.Penyimpanan Telur (Holding).
3.4.6.Prewarm..
3.4.7.Inkubasi (Setter)..
3.4.8.Transfer dan Candling.
3.4.9.Penetasan (Hatcher)..
3.4.10.Pullchick...
3.4.11.Seleksi, Culling, dan

1
1
2
3
3
4
4
4
4
6
6
7
8
9
10
10
10
10
14
14
15
15
15
16
16
16
17
17
17
18

Packing
BAB IV PEMBAHASAN......
4.1.Proses Penetasan.........
4.2.Penerimaan Telur Tetas (Hatching Egg).
4.3.Fumigasi..
4.4.Penyimpanan Telur (Holding)
4.5.Prewarm..

19
19
19
21
22
23

4.6.Masa Pengeraman (Setter)..


4.7.Transfer dan Candling
4.8.Masa Penetasan (Hatcher)..
4.9.Pullchick.
4.10.Seleksi, Culling, dan Culling
BAB V PENUTUP
5.1.Kesimpulan.
5.2.Saran.......
Daftar Pustaka....................................................................................

24
25
26
27
28
30
30
30
31

DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 2.1 Pembagian Luasan Area Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya... 5
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Magang... 11
Tabel 4.1 Pengaturan Suhu dan Kelembaban Telur Tetas di Holding
Room.

23

DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Hatchery Central PT. Satwa Borneo
Jaya.......
Gambar 4.1 Proses Pembongkaran Telur Tetas dari Mobil Box
Gambar 4.2 Campuran Formalin dan Kalium Permanganat..
Gambar 4.3 Fumigasi Telur Tetas..
Gambar 4.4 Ruang Penyimpanan Telur Tetas (Holding Room)....
Gambar 4.5 Posisi Telur pada Pemutaran (Turning) Otomatis Mesin
Pengeram..

6
18
19
20
21
23

...
Gambar 4.6. Proses Candling. 24
Gambar 4.7 Telur Tetas di Dalam Keranjang Hatcher.. 25
Gambar 4.8 DOC yang Telah Dikeluarkan Dari Mesin Hatcher... 26

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran

1.

Peta

Kecamatan

halaman
Singkawang 32

Selatan.
Lampiran 2. Surat Keterangan Jalan..
Lampiran 3. Surat Permohonan Magang...
Lampiran 4. Surat Kendali Magang Mahasiswa
Lampiran 5. Daftar Kondite Magang Mahasiswa..
Lampiran 6. Sertifikat Magang Sujaya Group Unit PT. Satwa Borneo

33
34
35
36

Jaya Breeding Farm.. 37

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Semakin maju dunia perunggasan menjadikan industri perunggasan di
Indonesia semakin gencar melakukan peningkatan hasil produksinya baik secara
kualitas maupun kuantitas. Usaha peningkatan produk peternakan unggas dimulai
dari peningkatan kualitas ayam bibit atau Parent Stock sebagai penghasil ayam
Final Stock. Manajemen bibit perlu ditingkatkan untuk menghasilkan Day Old
Chick (DOC) yang berkualitas baik. Usaha penetasan merupakan parameter dari
suatu usaha peternakan pembibitan dalam menghasilkan telur tetas yang
berkualitas dan merupakan langkah awal dari suatu usaha peternakan baik
komersil maupun pembibitan (Breeding). Seleksi yang ketat terhadap ayam bibit
parent stock harus dilakukan oleh perusahaan pembibitan yang bersangkutan
untuk dapat memperoleh anak ayam (Final Stock) yang mempunyai sifat-sifat
yang unggul seperti yang dimiliki oleh tetuanya (Parent Stock) yang dalam hal ini
adalah produktivitas dan nilai ekonomisnya yang tinggi.
Industri perunggasan di Kalimantan Barat berkembang sesuai dengan
peningkatan jumlah penduduk, sehingga kebutuhan masyarakat khususnya
Kalimantan Barat akan daging dan telur pun meningkat. Semakin meningkatnya
kebutuhan manusia akan daging dan telur sehingga banyak industry penetasan
telur baik ayam broiler maupun layer. Di Kalimantan Barat industri penetasan
telur ayam layer ada di PT. Satwa Borneo Jaya Breeding Farm Hatchery Central
yang berada di singkawang, hal ini disebabkan karena Kalimantan barat tidak
boleh mengambil bibit ayam layer dari luar sehingga Hatchery Central inilah
yang menjadi andalan untuk pembibitan ayam layer.
Menetaskan telur ayam berarti mengeramkan telur agar menetas dengan
tanda kerabang telur terbuka atau pecah sehingga anak ayam dapat keluar dan
dapat hidup. Penetasan telur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu penetasan
telur pada induk dan menggunakan mesin penetas atau inkubator. Kendala dalam
penetasan adalah kondisi telur yang akan ditetaskan harus memenuhi telur tetas,
apabila telur tidak sesuai stanndar maka telur tidak akan menetas. Penetasan

bertujuan untuk mendorong industri perunggasan dalam penyediaan bibit unggul


dalam jumlah besar.
Sektor penetasan merupakan salah satu sektor terpenting dalam industri
perunggasan. Sektor penetasan merupakan tempat dihasilkannya bibit-bibit yang
berkualitas baik yang nantinya akan dibudidayakan dan merupakan sumber dari
industri pembibitan dan budidaya komersial. Tatalaksana penetasan merupakan
kegiatan dari penerimaan telur tetas hingga pullchick. Jika proses penetasan
tersebut berjalan baik maka kualitas Day Old Chick yang dihasilkan juga akan
berkualitas baik.
1.2.Tujuan
A. Tujuan Umum
Diharapkan setelah melakukan kegiatan magang ini, mahasiswa mampu
memahami, memperoleh keterampilan, dan pengalaman kerja dalam bidang
peternakan khususnya mengenai manajemen penetasan bibit final stock ayam
broiler.
B. Tujuan Khusus
Memperoleh pengalaman kerja mengenai tata laksana proses penetasan telur

ayam broiler secara langsung di lapangan.


Melatih mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang didapat pada Perguruan

Tinggi.
Mengidentifikasi dan melakukan studi banding antara teori dan fakta yang

terjadi di lapangan.
Meningkatkan hubungan antara Perguruan Tinggi, Pemerintah, dan pihak
perusahaan sehingga bisa bekerja sama untuk melakukan pembangunan
daerah pada bidang peternakan serta melaksanakn Tri Dharma Perguruan
Tinggi.

1.3.Rumusan Masalah

Menentukan tata laksana proses penetasan pada Hatchery Central PT.


Satwa Borneo Jaya apakah sudah sesuai dengan standar prosedur industri
perunggasan.

Membandingkan teori tata laksana proses penetasan dengan penerapan


secara langsung di lapangan pada Hatchery Central PT. Satwa Borneo

Jaya.
Mempelajari cara menghasilkan DOC komersil yang baik.

1.4.Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang dilakukan pada saat kegiatan magang ini
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
Observasi
Pengambilan data yang dilakukan dengan teknik observasi ialah dengan
mengamati secara langsung dari setiap proses yang dilakukan secara
sistemastis. Dimulai dari proses penerimaan telur tetas dari farm, hingga
proses pengemasan (packing).
Wawancara
Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung
dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan magang ini
ialah manager hatchery, supervisor, staf perusahaan dan karyawan.
Magang
Kegiatan ini merupakan keikutsertaan mahasiswa dalam pelaksanaan
aktivitas perusahaan, sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja,
skill dan edukasi secara langsung dari kegiatan tersebut.
Studi Pustaka
Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang
berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data
pustaka yang tersedia seperti jurnal, buku, dan majalah ilmiah.
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
2.1.Sejarah Berdirinya PT. Satwa Borneo Jaya
Sujaya Group merupakan perusahaan multi nasional lokal yang berasal
dari Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Dikelola oleh Bapak Tetiono bertempat
di Jl. Yos Sudarso No. 133 Kel. Melayu Kec. Singkawang Barat, Kota
Singkawang. Berdiri pada tahun 1987 dengan produk utamanya pupuk organik
dari kotoran ayam. Tidak hanya pupuk organik, ada beberapa perusahaan yang
dinaungi oleh Sujaya Group yang rata-rata bergerak dibidang peternakan baik

berupa Breeding Farm ayam, babi, pakan, dan penetasan telur. PT. Satwa Borneo
Jaya merupakan salah satu perusahaan dari Sujaya Group yang bergerak dibidang
peternakan, yaitu pembibitan ayam broiler dan penetasan telur.
PT. Satwa Borneo Jaya berlokasi di Kota Singkawang dan Provinsi
Banten. PT. Satwa Borneo Jaya yang bertempat di Kota Singkawang terbagi
menjadi 4 unit, unit 1 adalah yang pertama kali berdiri yang memiliki Breeding
Farm dan Hatchery, kemudian untuk unit 2 dan 3 bertempat di Kel. Roban Kec.
Singkawang Utara, dan yang terkahir PT. Satwa Borneo Jaya mendirikan unit
Hatchery Central. PT. Satwa Borneo Jaya unit 1 berada di Jl. Pertanian, Kel.
Sedau, Kec. Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat, dengan
jarak 3 Km jika ditempuh dari pusat kota hingga ke perusahaan dengan waktu
30-50 menit.
2.2.Keadaan Umum Penetasan
2.2.1.Perusahaan Penetasan
Luas lahan sebesar Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya 22.800 m2.
Bangunan utama yaitu bangunan hatchery dan bagunan penunjang meliputi
kantor, pos satpam, musholla, mess, kantin, tempat parkir dan tempat
pemeliharaan kesehatan karyawan. Pembagian luasan area Hatchery Central PT.
Satwa Borneo Jaya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya memiliki satu bangunan penetasan yang didalam bangunan penetasan
terdiri dari ruang-ruang yaitu ruang penerimaan telur tetas (hatcging egg), ruang
fumigasi, ruang penyimpanan telur atau holding room, ruang setter, ruang transfer
dan candling, ruang hatcher, ruang seleksi DOC, gudang penyimpan box DOC,
ruang vaksinasi, ruang penyimpanan DOC sementara sebelum dikirim ke
pelanggan, gudang peralatan hatchery, bengkel mekanik, tempat pembuangan
limbah penetasan, ruang cuci peralatan, ruang sanitasi dan biosecurity, kamar
mandi, mess karyawan, mushola, ruang administrasi, ruang meeting, ruang
manajer, tempat parkir kendaraan karyawan, dan pos satpam.
Ruang kegiatan meliputi ruang fumigasi, ruang penerimaan telur,
holding room, ruang pengeraman, ruang penetasan, kantor, ruang grading
DOC serta peralatan dan perlengkapan penetas. Letak area Hatchery
Central PT. Satwa Borneo Jaya jauh dari pemukiman memudahkan
4

seluruh kegiatan tanpa harus berhubungan langsung dengan aktivitas


masyarakat di sekitar area penetasan (hatchery). Setiap ruangan
mempunyai fungsi masing-masing dan setiap kegiatan atau tata laksana
penetasan tidak boleh melakukan tumpang tindih dalam satu ruangan.
Tabel 2.1 Pembagian Luasan Area Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya
Luas (m2)
12.900

%
56,58

Hatchery

6.350

27,85

Tempat Parkir

2.600

11,40

Lain-lain

473

2,07

Mess

330

1,45

Kantor

65

0,29

Gudang

65

0,29

Ruang
Area terbuka

Pos Satpam
17
0,07
Jumlah
22.800
100
Sumber: Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya, 2016

2.2.2.Bangunan Penetasan
Bangunan Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya menggunakan one
way system, yaitu kegiatan penetasan dimulai dari terminal yang merupakan
tempat penerimaan telur tetas (hatching egg), ruang fumigasi, holding, prewarm,
ruang setter, ruang candling dan transfer dan candling, ruang hatcher, ruang
seleksi pull chick DOC dan packing DOC, gudang box dan ruang distribusi. Hal
ini sesuai dengan pendapat Kartasudjana dan Suprijatna (2006) yang menyatakan
bahwa letak bangunan peneasan sekurang-kurangnya 50 m dari kandang, atau
berada diluar komplek perkandangan. Ruang penyimpanan telur, ruang cuci alat,
ruang penetasan, ruang sexing, ruang seleksi DOC, ruang pengepakan DOC, satu
sama lain harus terpisah dinding yang rapat. Arus pembawaan telur tetas, anak
ayam, alat-alat, dan sisa-sisa penetasan harus searah, tidak boleh bolak-balik.
2.2.3.Keadaan Penduduk

Pemukiman penduduk berada cukup jauh dari area PT. Satwa Borneo Jaya
Unit 1 yaitu sekitar 2 Km. Mayoritas penduduk 90% etnis Tionghoa karena PT,
Satwa Borneo Jaya Unit 1 terletak di daerah pecinan Kota Singkawang. Mata
pencaharian penduduk sebagian besar berdagang dan bertani.

2.3.Struktur Organisasi
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya

MANAGER
JOKO WALUYO

SUPERVISOR 1
RIZKY

SUPERVISOR 2
SUHARYANTO

ADMIN 1
YUNI

ADMIN 2
SUHARMAN

CO. CLEANING
ASANG
CO. HE
YUDI

CO. TRANSFER
KURNAEN
PURNAEN

CO. HOLDING
GUNAWAN

CO. PULLCHICK
SATRIO

KARYAWAN
CO, SELEKSI,
MEKANIK
CULLING DAN
6 OPERATOR
PACKING
IRWANSYAH
RANI

KEPALA
KEAMANAN
SUJIWO

Keterangan:
: garis instruksi
: garis koordinasi
2.4.Tenaga Kerja
Tenaga kerja atau sumber daya manusia (SDM) merupakan faktor
yang penting untuk kemajuan perusahaan. Tenaga kerja yang dimiliki
oleh Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya adalah 30 orang sudah
termasuk, manager, supervisor, coordinator bidang, admin dan bagian
kebersihan. Sebagian besar tenaga kerja berasal dari daerah luar Kota
Singkawang tetapi ada beberapa yang berasal dari Kota Singkawang.
Seluruh karyawan yang bekerja di Hatchery Central PT. Satwa Borneo
Jaya sebagai pegawai tetap, bertempat tinggal di mess karyawan yang
telah disediakan oleh pihak perusahaan. Hatchery Central PT. Satwa
Borneo Jaya Tengaran dipimpin oleh Manager yang membawahi 2
supervisor.

Manager dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh

supervisor, personalia, administrasi dan 20 orang karyawan. Manager


mempunyai
menganalisis,

tugas

merencanakan

mengevaluasi

serta

program

kerja,

mengkoordinir

mengawasi,

seluruh

proses

manajemen produksi hatchery mulai dari proses penerimaan Hatching egg


(HE), setting, pullchick, grading sampai dengan pengiriman DOC ke
pelanggan.

Supervisor

bertugas

merencanakan,

mengkoordinasi,

mengawasi dan melakukan supervisi seluruh kegiatan dalam proses


manajemen produksi Hatchery beserta kelengkapan administrasinya.
Supervisor membawahi bagian administrasi, dan seluruh
Koordinator yang bertugas mengawasi seluruh aktivitas tata laksana
penetasan (hatchery). Admin 1 dan admin 2 bertugas untuk mengurusi
segala hal yang berhubungan dengan administrasi, pendataan, serta
analisis data produktivitas telur tetas (Hatching Egg). Admin 1 khusus
menangangi urusan administrasi yang berhubungan dengan proses tata
laksana penetasan (intern) maupun urusan ke luar perusahaan (ekstern)
seperti berhubungan dengan customer atau pelanggan yang hendak untuk

memesan Day Old Chick (DOC), dan membuat surat administrratif.


Admin 2 khusus menangani hal-hal yang berhubungan dengan data
produktivitas, serta pendataan statistik. Koordinator masing-masing
bidang bertugas untuk bertanggung jawab langsung kepada supervisor
dan mengawasi seluruh karyawan di bidangnya masing-masing.
Mekanik operator bertugas dan bertanggung jawab terhadap
pengoperasian mesin, baik pencatatan suhu mesin, kelembaban maupun
damper sekaligus bertanggung jawab terhadap kerusakan mesin. Bagian
keamanan atau satpam bertugas menjaga keamanan lingkungan luar
maupun bagian dalam lingkungan hatchery. Lama jam kerja Hatchery
Central PT. Satwa Borneo Jaya adalah 8 jam sehari, dilakukan setiap hari
sehingga untuk hari libur karyawan dijadwalkan oleh supervisor.
2.5.Sarana dan Prasaran Perusahaan
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh perusahaan juga
merupakan faktor untuk kemajuan perusahaan dan untuk kenyamanan
serta keamanan bagi pekerjanya. Sarana dan prasarana yang tersedia di
PT. Satwa Borneo Jaya adalah: mess atau tempat tinggal untuk manager,
staff dan karyawan, tersedianya air bersih, koperasi, kantin, listrik, tempat
parkir, gudang mesin, bengkel, sanitasi yang merupakan bagian dari
biosecurity untuk menghindari pencemaran yang dibawa dari luar area
perusahaan, dan mobil untuk mengangkut telur, dan DOC. Kendaraan
yang dimiliki perusahaan meliputi 3 buah truk pengangkut dan 1 buah
truk khusus untuk beroperasi di sekitar area penetasan, 2 buah 2 buah
mobil dinas, dan 3 buah motor.

BAB III
PELAKSANAAN MAGANG
3.1.Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan magang atau Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan selama 1
bulan pada tanggal 17 Juli sampai dengan 16 Agustus bertempat di PT. Satwa
Borneo Jaya, yang terletak di Jl. Pertanian (Kaliasin)

Kel. Sedau, Kec.

Singkawang Selatan, Kota Singkawang, Kalimantan Barat.


3.2.Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan magang adalah dengan
partisipasi aktif melakukan kegiatan rutin dari setiap proses penetasan yang
berupa kegiatan teknis dan non teknis, dan melakukan pencacatan data di PT.
Satwa Borneo Jaya. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan
komunikasi dua arah secara langsung dengan karyawan maupun staf perusahaan.
Data sekunder diperoleh dari catatan perusahaan dan monografi perusahaan. Data
yang diperoleh kemudian diolah, dianalisis, secara deskriptif kemudian disusun
menjadi Laporan Magang.
3.3.Penyusunan Program dan Jadwal Kegiatan
Penyusunan program dan jadwal kegiatan lapangan telah diatur oleh
poihak perusahaan dengan dibagi menjadi 2 kelompok besar. Seluruh mahasiswa
yang melakukan kegiatan magang melakukan kegiiatan secara bertahap dan
sistematis. Jadwal seluruh kegiatan magang pada PT. Satwa Bonero jaya dapat
dilihat pada table 3.1. Kegiatan magang harus disertai dengan pelaporan kehadiran
mahasiswa yang hendak melakukan kegiatan magang. Tujuan pelaporan yaitu
agar pihak perusahaan yaitu PT. Satwa Borneo Jaya Unit 1 dapat megetahui
kehadiran mahasiswa yang hendak melaksanakan kegiatan magang di lapangan
sehingga kedua belah pihak dapat dengan mudah berkoordinasi tentang kegiatan
yang akan dilaksanakan. Pada saat pelaksanaan kegiatan mahasiswa dibagi
menjadi 2 kelompok untuk mengikuti serangkaian kegiatan yang dilakukan di
lapangan sesuai dengan kebutuhan dan kegiatan apa yang akan dilakukan.
Tabel 3.1.Jadwal Kegiatan Magang

No
.
1.

Hari
Senin

Jadwal Kegiatan
Tanggal
Waktu
18-07-2016 06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00

22-07-2016

06.30 07.00
07.00 11.00
14.00 16.00

fowl choleran
Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan
Menimbang ayam umur 24

23-07-2016

06.30 07.00
07.00 12.00

minggu
Rapat pengarahan kegiatan
Menimbang, menyesuaikan,

13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00

dan mendistribusi pakan


Memberi pakan
Rapat pengarahan kegiatan
Menimbang, menyesuaikan,

13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00

dan mendistribusi pakan


Seleksi ayam error
Rapat pengarahan kegiatan
Membersihkan kandang
Memberi pakan
Seleksi ayam error
Rapat pengarahan kegiatan
Membersihkan flakson
Mempersiapkan kandang
Mixing (memasukkan ayam

Selasa

19-07-2016

3.

Rabu

20-07-2016

4.

Kamis

21-07-2016

5.

Jumat

6.

Sabtu

Minggu

rapat pengarahan kegiatan


Menimbang ayam umur 21
minggu
Memberi pakan
Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan
Mencuci flakson
Memberi pakan ayam jantan
Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan
Mencuci flakson
Seleksi Telur
Rapat pengarahan kegiatan
Membersihkan kandang
Vaksin Newcastle disease dan

2.

7.

Jenis Kegiatan

24-07-2016

8.

Senin

25-07-2016

9.

Selasa

26-07-2016

jantan ke dalam kandang


10.

Rabu

27-07-2016

06.30 07.00
07.00 09.00

10

ayam betina / kawin alam)


Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan

11.

Kamis

28-07-2016

12.

Jumat

29-07-2016

13.

Sabtu

30-07-2016

14.

Minggu

31-07-2016

15.

Senin

01-08-2016

16.

Selasa

02-08-2016

17.

18.
19.

Rabu

Kamis
Jumat

03-08-2016

04-08-2016
05-08-2016

09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 - 10.00
10.00 - 12.00

Membersihkan kandang
Penyampaian materi
Rapat pengarahan kegiatan
Memberi pakan
Pengecekan kandang
Penyampain materi
Rapat pengarahan kegiatan
Pengenalan alat dan mesin
Transfer telur
Hatcher
Rapat pengarahan kegiatan
Holding
Membersihkan
ruangan

13.30 16.00

fumigasi
Pengecekan instalasi mesin

06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 10.00
10.00 12.00
13.00 16.00

tetas
Rapat pengarahan kegiatan
Prewarm
Penerimaan telur tetas
Hatcher
Membersihkan bagian dalam

06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 09.00
09.00 12.00

dan sekitar ruang mesin tetas


Rapat pengarahan kegiatan
Penerimaan telur tetas
Setting telur
Membersihkan area holding
Rapat pengarahan kegiatan
Persiapan DOC ke kandang
Instalasi alat dan pengaturan

13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00

suhu ruang kandang


Memberikan pakan DOC
Rapat pengarahan kegiatan
Membersihkan alat dan mesin

13.30 14.00
14.00 15.00

tetas
Seleksi DOC
Pengarahan pebimbing dan

06.30 07.00
07.00 09.00

koordinator Hatchery Central


Rapat pengarahan kegiatan
Pengenalan alat-alat, mesin

09.00 12.00
13.30 16.00

dan ruangan Hatchery Central


Membersihkan mesin tetas
Mempelajari
saluran

11

pembuangan

limbah

22.

Sabtu

07-08-2016

06.30 07.00
07.00 10.00
10.00 12.00
13.30 16.00

penetasan
Rapat pengarahan kegiatan
Holding
Penerimaan telur tetas
Membersihkan
ruangan

23.

Minggu

08-08-2016

24.

Senin

09-08-2016

06.30 07.00
07.00 12.00
13.30 16.00
06.30 07.00
07.00 12.00
12.00 16.00

fumigasi
Rapat pengarahan kegiatan
Holding
Penerimaan telur tetas
Rapat pengarahan kegiatan
Setting telur
Seleksi Telur tetas

3.4.Kegiatan di Lokasi Magang


3.4.1.Biosecurity
Sebelum memasuki area penetasan seluruh karyawan termasuk seluruh
mahasiswa magang harus melakukan biosecurity dan sanitasi sesuai prosedur
yang telah dietetapkan oleh pihak perusahaan. Biosecurity dilakukan dengan
tujuan membunuh atau meminimalisir mikroorganisme maupun bakteri patogen
yang bisa mengontaminasi area penetasan (hatchery). Biosecurity yang pertama
adalah biosecurity yang dikhususkan untuk kendaraan yang akan masuk ke dalam
area penetasan (hatchery) yang dilakukan dengan penyemprotan cairan
desinfektan pada seluruh permukaan kendaraan. Setelah melakukan biosecurity
kendaraan, kemudian terdapat biosecurity yang dikhususkan untuk siapapun yang
hendak masuk ke dalam ruangan atau bangunan sekitar area penetasan (hatchery).
Biosecurity tersebut dilakukan dengan cara di spray, celup tangan dan kaki
yang bertujuan untuk menghinfdari bakteri yang dibawa dari luar area penetasan
(hatchery) yang bisa mengakibatkan kontaminasi terhadap telur tetas, dan
menurunnya produktivitas atau tingkat keberhasilan telur tetas. Setelah
melaksanakan biosceurity yang kedua, kemudian langsung mengganti atau
menyesuaikan pakaian khusus yang telah disediakan dari pihak perusahaan.

3.4.2.Breefing

12

Sebelum melakukan kegiatan, pihak perusahaan selalu mengadakan


breefing (rapat pengarahan kegiatan) untuk pembagian kerja kepada seluruh
karyawan. Pembagian kerja disesuaikan dengan kegiatan yang hendak dilakukan
atau sesuai kebutuhan. Seluruh mahasiswa yang melakukan kegiatan magang juga
ikut berkumpul dan mendapat arahan mengenai kegiatan apa yang harus
dilakukan setiap hari selama kegiatan magang berlangsung.
Breefing (rapat pengarahan kegiatan) dipimpin langsung oleh salah satu
supervisor hatchery dan dilakukan setiap pagi pada pukul 06.30 WIB. Seluruh
karyawan dan seluruh mahasiswa magang (kecuali koordinator dan manager) akan
bergantian melakukan kegiatan setiap hari. Hal ini bertujuan agar seluruh
karyawan dan seluruh mahasiswa magang bisaa menguasai semua ilmu dan
penerapan dari keseluruhan proses penetasan.
3.4.3.Penerimaan Telur Tetas (Hatching Egg)
Kegiataan penerimaan telur tetas (Hatching Egg) penting untuk dilakukan
karena kegiatan tersebut berupa pencatatan setiap telur tetas (Hatching Egg) yang
masuk dan hendak ditetaskan yang bertujuan untuk mengetahui identitas dari
setiap kandang dari farm sehingga bisa dilakukan analisis data produktivitas telur
dari masing-masing kandang. Pengangkutan atau pemindahan telur tetas dari farm
juga harus disertai surat jalan dari farm untuk ditetaskan di hatchery. Bangunan
ruangan penerimaan telur tetas memang didesain khusus untuk ruangan
penerimaan dengan terdapat jendela yang tembus dengan area di luar bangunan
yang digunakan untuk mobil box pengangkut telur memindahkan telur ke dalam
ruangan.
3.4.4.Fumigasi
Telur tetas yang telah diterima kemudian dilakukan fumigasi untuk
membunuh mikroorganisme dan bakteri patogen yang bisa menyebabkan telur
terkontaminasi dan menurun tingkat produktivitasnya. Fumigasi dilakukan di
ruangan khusus untuk fumigasi selama 20 menit dengan lebar ruangan 4x4 meter.
Di dalam ruangan fumigasi juga terdapat exhaust fan yang berrfungsi untuk
membuang cairan fumigasi di dalam ruangan yang otomatis berjalan setelah 20
menit dilakukannya fumigasi. Fumigasi dilakukan dengan cara menggunakan

13

cairan formalin dan kalium yang dosisnya telah disesuaikan dengan besar ruangan
fumigasi.
3.4.5.Penyimpanan Telur (Holding)
Penyimpanan telur (holding) dilakukan setelah telur tetas melewati tahap
fumigasi. Ruang penyimpanan telur tetas tertutup rapat dan dilengkapi dengan AC
yang berfungsi menjaga suhu d idalam ruangan agar tetap sejuk sehingga selama
penyimpanan, telur tetas tidak mengalami perkembangan embrio. Penyimpanan
telur (holding) juga berfungsi untuk embrio dengan demikian embrio yang berada
di dalam telur akan menetas secara serentak. Sebelum memasuki ruangan
penyimpanan telur, seluruh karyawan harus melakukan biosecurity dengan
mencelupkan kaki ke dalam tempat yang berisi air desinfektan setiap kali
memasuki ruangan.
3.4.6.Prewarm
Setelah telur tetas dipindahkan dari ruangan penyimpanan telur (holding),
tahap selanjutnya yaitu prewarm. Telur tetas diangin-anginkan terlebih dahulu
agar embrio yang berada di dalam telur tidak shock dari suhu rendah yang berada
di dalam ruangan penyimpanan telur (holding), langsung menuju ke ruangan yang
bersuhu tinggi yaitu di dalam mesin setter. Prewarm dilakukan minimal selama 6
jam agar suhu telur telah stabil dan siap masuk dalam masa inkubasi.
3.4.7.Inkubasi (Setter)
Telur tetas yang telah dilakukan prewarm kemudian siap untuk di
inkubasi. Mesin setter merupakan tempat inkubasi atau pengeraman telur tetas
selama 18 sampai 19 hari. Telur ayam harus dibolak-balik sehari minimal 6 kali
frekuensi, karena berpengaruh pada daya tetas telur semakin banyak maka
semakin baik. Pada hari keempat telur tersebut perlu untuk diangin-anginkan
dengan cara membuka penutup atau pintu mesin setter selama kurang lebih 10
sampai 15 menit. Proses ini dilakukan setiap 3 sampai 4 hari sampai pada hari ke
18. Dalam masa pengeraman ini yang perlu diperhatikan selain suhu dijaga
supaya tetap konstan, kelembaban udara (humidity) juga harus diperhatikan
karena juga berpengaruh terhdadap daya tetas telur.
3.4.8.Transfer dan Candling
14

Transfer merupakan proses telur tetas dipindahkan dari mesin setter ke


mesin hatcher. Pada hari ke 18 atau 19 dilakukan peneropongan (candling)
dengan cara meletakkan telur tetas di atas meja yang disinari lampu di bawah
meja untuk memisahkan telur fertil dan telur infertil. Telur yang tidak ada tunas
embrio yang berkembang, jika disinari dengan lampu terlihat lebih terang dari
telur yang fertil, sedangkan telur explode adalah telur yang terkontaminasi bakteri
dan atau jamur. Telur tersebut dibuang, sedangkan telur fertil dipindahkan ke
dalam basket hatcher dan dimasukkan ke dalam mesin hatcher. Sebelum proses
transfer dan candling dimulai, mesin hatcher harus dihidupkan telebih dahulu
minimal 6 jam sebelum proses transfer dan candling dilakukan.
3.4.9.Penetasan (Hatcher)
Masa menetas kurang lebih 3 hari, pada hari ke 19 telur sudah tidak perlu
dibolak-balik. Mesin tetas harus dikontrol dari parameter suhu ruangan dan
kelembabannya. Setelah hari ke 21 telur ayam telah menetas, bahkan pada hari ke
20 sudah ada telur ayam yang telah menetas. Segera pindahkan anakan ayam
(DOC) ke ruang lain agar tidak mengganggu telur yang belum menetas. Seiring
dengan bertambahnya umur ayam, maka suhu di dalam ruangan harus perlahan
diturunkan.
3.4.10.Pullchick
Satu hari sebelum pullchick, dilakukan perakitan box DOC sesuai jumlah
ayam yang ditetaskan, lakukan pullchick sesegera mungkin apabila DOC sudah
siap dikeluarkan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
bulu leher ayam masih basah maksimal sekitar 5%
pusar tertutup dengan sempurna (tidak bengkak)
shank kaki berwarna mengkilap dan tidak kering
remas kulit telur (cangkang) akan terasa kering renyah sebagai
indikasinya.
Total waktu tetas normal sekitar 500 kurang lebih 6 jam dari setting awal
sesuai jenis mesin, musim dan umur induk. Keluarkan semua DOC dari seluruh
basket dan pindahkan ke dalam chick box sesuai dengan kode kandang masingmasing. Cangkang telur DIS dimasukkan ke dalam secepat mungkin, kemudian
dikeluarkan untuk menghindari kontaminasi pada DOC. Basket yang kosong

15

langsung di bawa ke ruang pencucian agar segera dibersihkan. Telur yang tidak
menetas harus dihitung dan dicatat masing-masing kandang pada saat proses
pullchick berlangsung. Exhaust fan ruangan harus tetap hidup, setlelah selesai
proses puulchick ruangan harus segera disanitasi.
3.4.11.Seleksi, Culling, dan Packing
Kegiatan seleksi, culling, dan, packing, dilakukan dalam satu ruangan
khusus untuk melakukan ketiga kegiatan tersebut. Seleksi DOC dibagi menjadi 2
macam grade sebagai berikut:
Grade A
Grade C
Seleksi DOC harus dilakukan dengan sebaik mungkin dengan melihat kesehatan,
aktifitas, warna, bulu dan performa dari DOC. Setelah dilakukan seleksi,
kemudian dilakukan pengemasan (packing) dengan chick box sesuai dengan grade
dan didistribusikan di bagian pemasaran.

BAB IV
PEMBAHASAN
4.1.Proses Penetasan
Proses penetasan yang dilaksanakan Hatchery Central PT. Satwa Borneo
Jaya meliputi penerimaan telur tetas (hatching egg), fumigasi, penyimpanan telur
(holding), prewarm, masa inkubasi (setter), transfer dan candling, masa penetasan
(hatcher), pullchick, seleksi, cullingdan packing.
4.2.Penerimaan Telur tetas (Hatching Egg)
Telur tetas yang di datangkan ke Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya
berasal dari Breeding Farm PT. Satwa Borneo Jaya Unit 1 dan PT. Satwa Borneo
Jaya unit 2 yang berada di Kota Singkawang, Kalimantan Barat. Strain ayam
broiler yang digunakan adalah strain ayam broiler hubbard classic. Penerimaan
16

telur tetas bermula dari datangnya mobil box (Egg van) pengantar telur tetas ke
area hatchery. Sebelum memasuki area hatchery, mobil box diseprai dan melewati
area car dipping menggunakan air yang sudah dicampur BKC (Benzalkonium
Chloride) dengan dosis 4 cc/liter selama satu menit, ini bertujuan untuk
mengurangi jumlah mikroorganisme yang terdapat pada mobil dan dapat
mengontaminasi telur tetas sehingga produktivitas daya tetas telur tersebut rendah.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mahfudz (2006) yang menyatakan bahwa
desinfeksi pada proses penetasan telur bukan hanya sebagai pelengkap pada
pembersihan mesin tetas, tetapi merupakan rangkaian sistem sanitasi dan memiliki
peran yang sangat penting untuk menekan perkembangan mikroorganisme dan
meningkatkan daya tetas telur. Mobil box (Egg Van) yang membawa telur tetas
dilengkapi dengan sejumlah peralatan seperti bantalan berupa triplek yang
berfungsi sebagai pembatas antar egg tray untuk menghindari benturan antar telur
sehingga telur tidak retak maupun pecah, selain itu mobil box (Egg Van) juga
dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) yang berfungsi mengatur suhu telur
selama perjalanan. Telur tetas yang diterima oleh petugas grading dibongkar
secara hati-hati untuk menghindari telur agar tidak retak maupun pecah,
dipisahkan berdasarkan kandang induk kemudian diperiksa dan dicocokkan
dengan catatan yang tertera pada surat jalan dengan rincian jumlah telur yang
diterima, asal farm telur, nomor kandang, tanggal produksi, umur induk, grade
telur, drivers dan nomor plat mobil. Proses pembongkaran telur tetas dari mobil
box dapat dilihat pada gambar 4.1. Telur tetas yang berasal dari Breeding Farm
tiba di hatchery dengan waktu yang berbeda-beda.
Telur yang dikirim dari Breeding Farm rata-rata 99% terseleksi menjadi
HE (Hatching egg) dan 1% merupakan telur terseleksi yang tidak layak untuk
ditetaskan karena persentase telur-telur tersebut dapat menetas sangat rendah
bahkan tidak dapat menetas, diantaranya telur abnormalitas, retak, pecah dan
kotor. Telur-telur yang tidak layak ditetaskan tersebut kemudian dijual ke
konsumen dengan harga yang telah disepakati. Posisi telur yang ditata pada tray
yaitu bagian tumpul berada pada bagian atas dan ujung lancip berada pada bagian
bawah. Hal ini sesuai dengan pendapat Rahayuningtyas et al. (2014) yang

17

menyatakan bahwa untuk mendapatkan telur tetas yang memiliki daya tetas tinggi
harus memperhatikan kebersihan dan keutuhan kerabang (cangkang) telur, bobot
dan bentuk telur.
Gambar 4.1 Proses pembongkaran telur tetas dari mobil box

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran

4.3.Fumigasi
Telur

yang

akan

ditetaskan

sebelum

dimasukkan

dalam

ruang

penyimpanan telur (holding room) terlebih dahulu dimasukkan dalam ruang


fumigasi selama 20 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadillah et al (2007)
bahwa proses fumigasi berlangsung selama 15-20 menit. Tujuan fumigasi adalah
untuk mensterilkan dan meminimalisir pertumbuhan mikroorganisme yang
terdapat pada kerabang telur maupun peralatan penetasan seperti tray dan kereta
pengangkut sebelum telur tetas disimpan. Fumigasi dilakukan dengan
menggunakan campuran formalin dan Kalium Permanganat (Gambar 4.2) dengan
dosis yang digunakan 40 ml dan 20 gr untuk setiap 2,83 m3. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suprijatna et al. (2008) yang menyatakan bahwa fumigasi yaitu dua
bagian larutan formalin dalam mililiter (cc) dicampur dengan kristal KmnO 4
dalam gram.
Gambar 4.2 Campuran formalin dan kalium permanganat
18

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran


Pada penetasan secara modern untuk usaha komersial (hatchery), dosis
fumigasi ini disesuaikan dengan besar-kecilnya ruangan dan tujuannya. Besar
ruang fumigasi pada Hatchery Cental PT. Satwa Borneo Jaya adalah 12m3 dengan
menggunakan 4 dosis cairan fumigasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Fadilah et
al. (2007) yang menyatakan bahwa fumigasi bisa dilakukan dengan menyemprot
telur tetas menggunakan desinfektan seperti golongan queternary ammonium
cumpound atau dioksida klorin (ozone/o3). Contoh fumigasi telur tetas dapat
dilihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.3. Fumigasi telur tetas

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran


4.4.Penyimpanan Telur (Holding)
Telur yang sudah difumigasi kemudian dipindah ke dalam ruangan
holding dengan tujuan untuk memaksimalkan kapasitas telur yang nantinya akan
dimasukkan ke dalam mesin setter. Ruangan holding dilengkapi sejumlah

19

peralatan seperti AC dan Humadifier (Gambar 4.4) yang berfungsi menjaga suhu
dan kelembaban di dalam ruang agar tetap sejuk sehingga selama penyimpanan
telur tetas tidak mengalami perkembangan embrio serta penyeragaman embrio
dengan demikian telur akan menetas secara serentak selain itu juga dilengkapi
dengan kipas berupa baling-baling yang berfungsi untuk meratakan suhu
keseluruh ruangan. Suhu dan kelembaban di dalam ruangan holding diatur
berdasar lama penyimpanan telur di dalam ruangan holding, semakin lama telur
disimpan di dalam ruangan holding maka semakin rendah suhu ruangan (Tabel
4.1). Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang menyatakan
bahwa temperatur ruang penyimpanan telur berkisar 18oC dengan kelembaban
ruangan berkisar 75-80% RH, telur tetas tidak boleh disimpan terlalu lama,
maksimal hanya sampai umur dua minggu dengan posisi penyimpanan ujung
tumpul terletak diatas.

Tabel 4.1 Pengaturan Suhu dan Kelembaban Telur Tetas di Holding Room
No
1
2
3

Lama penyimpanan (hari)


Suhu (OC)
Kelembaban (%)
13
19 21
75 77
47
14 16
77 80
8 14
11 - 12
80 85
Sumber: Hatchery Central PT.Satwa Borneo Jaya, 2016
Gambar 4.4 Ruang penyimpanan telur tetas (holding room)

20

Sumber: Perusahaan Penetasan PT. Panca Patriot Prima Unit Jabung, Malang
4.5.Prewarm
Telur yang disimpan sementara di dalam cooling room kemudian dipindah
ke dalam ruang prewarm, Tujuan telur tetas dimasukkan ke dalam prewarm
adalah agar telur ketika mulai dimasukkan ke dalam mesin penetas suhunya tidak
meningkat terlalu drastis yang dapat mengakibatkan embrio dalam telur shock
dengan lingkungan mesin penetas yang hangat sehingga perlu penyesuaian
(dikondisikan) dengan suhu ruangan. Ruangan prewarm dilengkapi dengan AC
yang berfungsi untuk menjaga kestabilan suhu ruangan agar tetap stabil pada suhu
250C. Waktu yang dibutuhkan telur berada dalam prewarm yaitu 6 - 12 jam untuk
telur broiler dan 16 jam untuk telur layer.
4.6.Masa Pengeraman (Setter)
Telur tetas yang telah melalui proses prewarm kemudian dilakukan setting,
yaitu pemindahan telur tetas dari prewarm ke dalam mesin pengeram (setter).
Proses pengeraman di dalam mesin setter dilakukan selama 19 hari dengan
temperatur 98,5 - 100,50F dan kelembaban 65-70% yang diatur secara otomatis
oleh mesin melalui box panel mesin.

Suhu dan kelembaban selama proses

pengeraman harus senantiasa konstan sesuai dengan standar suhu dan kelembaban
yang telah ditetapkan perusahaan dan dicek setiap 3 jam sekali. Hal ini sesuai
dengan pendapat Wicaksono et al. (2013) yang menyatakan bahwa suhu dan
kelembaban rata-rata selama proses penetasan sebesar 36,330C dan 57,22%.
Suprijatna et al. (2005) menyatakan bahwa temperatur optimal untuk
perkembangan embrio tidak sama untuk semua telur, tergantung banyak faktor
diantaranya besar telur, kualitas kerabang, genetis, umur telur dan kelembaban
udara selama penetasan. Selama di dalam mesin pengeram (setter) secara otomatis
akan dilakukan pemutaran telur (turning) setiap satu jam sekali dengan
kemiringan sudut sebesar 42 - 450 dengan arah pemutaran telur kekanan maupun
kekiri (Gambar 4.5). Pemutaran telur bertujuan untuk meratakan suhu dan
21

kelembaban di dalam telur sehingga mencegah menempelnya embrio pada


cangkang telur, dan membantu pertukaran CO2 dan O2 di dalam telur. Pemutaran
telur dilakukan sampai umur 18 - 19 hari selama proses pengeraman. Hal ini
sesuai dengan pendapat Winarto et al. (2008) yang menyatakan bahwa pemutaran
telur harus dilakukan setiap satu jam sekali, arah pemutaran telur untuk semua rak
yang ada dalam mesin tetas harus searah, hal ini penting untuk sirkulasi udara dan
panas.

Gambar 4.5 Posisi Telur pada Pemutaran (turning) Otomatis Mesin Pengeram

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran


4.7.Transfer dan Candling
Transfer dan candling merupakan suatu kegiatan pemindahan telur tetas
dari mesin pengeram (Setter) menuju mesin penetas (Hatcher). Kegiatan transfer
meliputi candling telur tetas yang dilaksanakan diruang candling dengan kondisi
gelap tanpa cahaya dan dilakukan diatas meja candling. Transfer dan Candling

22

dilaksanakan pada hari ke-19 dan harus dilakukan dengan cepat, karena embrio
akan mati akibat perubahan suhu telur yang drastis. Transfer dan candling pada
Hatchery Central PT. Satwa Borneo Jaya dilakukan 4 kali dalam satu minggu
yaitu pada hari Senin, Selasa, Kamis dan Sabtu dimulai pada pukul 08.00 WIB.
Telur yang tidak mengalami kematian embrio sebelum hari ke-19 akan
gelap seperti dipenuhi dengan embrio saat diletakkan diatas meja candling, telur
yang embrionya tidak berkembang hingga hari ke- 19 akan terlihat terang dan
berwarna kemerahan Telur yang tidak lolos seleksi saat dicandling akan
dikumpulkan, dicatat berdasar farm dan kandang kemudian dipisahkan dan dijual
kepada konsumen berdasar harga yang telah disepakati. Telur yang lolos seleksi
saat dicandling kemudian dipindah ke dalam keranjang (basket) kapasitas 150
butir telur, tujuannya agar ayam yang sudah menetas nantinya tidak terjatuh dan
memudahkan saat diambil.

Gambar 4.6 Proses candling

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran


4.8.Masa Penetasan (Hatcher)
Telur tetas yang lolos saat dicandling kemudian dipindahkan ke dalam
keranjang (basket) dan dimasukkan ke dalam mesin penetas (hatcher) selama 3
hari yaitu mulai umur ke 19 21 hari. Kapasitas mesin penetas (hatcher) yaitu 6
kali mesin pengeram (setter) dengan jenis yang sama. Pada proses penetasan di
23

dalam mesin penetas (hatcher) sudah tidak dilakukan pemutaran telur (turning).
Suhu di dalam mesin akan semakin meningkat ketika jumlah DOC yang menetas
semakin banyak sehingga suhu di dalam mesin harus tetap dijaga agar tidak
terlalu panas dan menimbulkan DOC mengalami dehidrasi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyantini (2010) yang menyatakan
bahwa selama proses penetasan ini tidak ada perlakuan pembalikan telur hanya
saja melakukan pengontrolan terhadap mesin hatcher seperti suhu, kelembaban,
ventilasi. Ventilasi di dalam mesin diatur oleh kipas sehingga udara kotor dalam
mesin dapat segera berganti dengan cepat. Pemberian formalin pada saat telur
tetas sudah mulai menetas, sebanyak 25 cc/mesin bertujuan untuk desinfektan
juga memberikan warna kuning pada bulu DOC supaya tampak cerah dan
menarik.

Gambar. 4.7 Telur tetas di dalam keranjang hatcher

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran


4.9.Pullchick
Pull chick merupakan serangkaian kegiatan pengeluaran DOC dari mesin
penetas (hatcher), memisahkan dari sisa-sisa proses penetasan (cangkang telur
dan telur yang tidak menetas). Pengeluaran DOC dimulai ketika kondisinya 5%

24

bulu leher masih basah, ini bertujuan agar DOC dapat berdiri tegak dan kuat
selain itu juga bertujuan untuk menghindari DOC menjadi cacat akibat bulu yang
masih basah. Proses pengeluaran DOC dari mesin hatcher dapat dilihat pada
Gambar 4.8. Hal ini sesuai dengan pendapat Suprijatna et al. (2005) yang
menyatakan bahwa pengeluaran DOC dari mesin penetas dilakukan sampai bulu
DOC kering dan DOC dapat berdiri tegak untuk mencegah terjadinya cacat. DOC
yang telah dikeluarkan dari mesin penetas kemudian dipindahkan di dalam kardus
atau boks yang telah disiapkan. Kegiatan Pull Chick dilaksanakan 4 kali dalam
seminggu yaitu pada hari senin, rabu, kamis, dan sabtu. DOC dikeluarkan dari
mesin penetas menuju tempat seleksi dilaksanakan pukul 01.30 WIB kemudian
dilanjutkan kegiatan seleksi pada pukul 02.30 WIB.

Gambar 4.8 DOC yang telah dikeluarkan dari mesin hatcher

Sumber: PT. Japfa Comfeed Indonesia Tbk. unit Hatchery Tengaran


4.10.Seleksi, Culling, dan Packing
Seleksi adalah memilih ayam yang kualitasnya memenuhi standar dari
kelompoknya meliputi kesehatan, aktifitas, warna bulu, dan performa. Culling
adalah proses pengeluaran DOC yang tidak diinginkan dari kelompoknya dengan

25

cara melihat tanda-tanda kelainan atau cacat yang diderita (Hartono dan Isman,
2010). Setelah pullchick dilakukan kemudian DOC langsung diseleksi dengan
cara dilihat secara langsung dan ditimbang untuk pembagian grade A dan grade
C. DOC yang masuk dalam kategori grade A yaitu DOC yang berwarna kulit
kuning cerah, bergerak lincah, berat di atas standar, jika ditelungkupkan maksimal
2 detik kembali ke posisi semula.
DOC yang masuk kategori grade C adalah DOC yang tidak masuk dalam
kriteria yang telah ditetapkan oleh standar perushaan seperti yang cacat, warna
kulit pucat, tidak aktif bergerk, berat di bawah standar, pusar di dalam peru
berwarna hitam. Hal ini sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (2005)
penilaian DOC yang baik yaitu bobot kuri per ekor minimal 37 gram; kondisi fisik
sehat, kaki normal dan dapat berdiri tegak, paruh normal, tampak segar dan aktif,
tidak dehidrasi, tidak ada kelainan bentuk dan tidak cacat fisik, sekitar pusar dan
dubur kering dan pusar tertutup, warna bulu seragam sesuai dengan warna galur
(strain) dan kondisi bulu kering dan berkembang, jaminan kematian kuri
maksimal 2%.
Packing dilakukan setelah DOC telah dibagi pada masing-masing grade
yang telah dipilih sesuai dengan standar yang berlaku kemudian dimasukkan ke
dalam box khusus untuk DOC. Box khusus DOC berisi 102 ekor DOC dengan
dibagi menjadi dalam 4 bagian di dalam 1 box, 2 bagian terdapat 25 ekor dan 2
bagian lainnya terdapat 26 ekor DOC. Box DOC disertakan total bobot rata-rata
dari DOC yang ada di dalam box tersebut dan disertakan jenis atau strain ayam
broiler yang dipelihara pada Breeding Farm PT. Satwa Borneo Jaya yaitu
Hubbard Classic. Sesuai dengan pendapat Rasyaf (1995) Bentuk dan ukuran box
disesuaikan dengan jumlah anak ayam yang akan ditempatkan, suhu lingkungan
dan jarak pengiriman yang ditempuh. Proses pengepakan atau pengemasan DOC
menggunakan kotak, setiap kotaknya berisi 100 ekor DOC yang dibagi atas empat
petak, dimana tiap petak berisi 25 ekor. Pada kotak kemasan perlu dicantumkan
label yang memuat keterangan seperti tanggal dan jam DOC menetas, galur
(strain) DOC, jumlah isi kemasan, nama dan alamat perusahaan, nama
peternak/penerima dan alamat, vaksinasi yang telah diberikan, serta cap
perusahaan pengirim (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).
26

BAB V
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan magang yang dilakukan pada Hatchery Central
PT. Satwa Borneo Jaya tentang tata laksana penetasan (hatchery) adalah sebagai
berikut:
1. Kegiatan yang pertama kali dilakukan dimulai dari biosecurity dengan
melakukan

sanitasi,

mengikuti

rapat

mengenai

arahan

kegiatan,

penerimaan telur tetas atau hatching egg (HE), holding, pre warm, setter,
transfer dan candling, hatcher, pullchick, seleksi, culling, dan packing.
2. Seluruh proses tata laksana penetasan telur sudah berjalan dengan baik,
sesuai dengan teori yang harus diimplementasikan pada setiap tahapan
pelaksanannya.
3. Menghasilkan Day Old Chick (DOC) yang berkualitas harus melaksanakan
tata laksana proses penetasan dengan sebaik mungkin. Karena seluruh
kegiatannya seperti mata rantai yang saling berkaitan satu sama lain.
Selain hal-hal teknis seluruh tata laksana penetasan, induk ayam yang
menghasilkan DOC juga sangat berpengaruh untuk menghasilkan DOC
yang baik. Induk ayam yang berkualitas akan menghasilkan DOC yang
berkualitas.
5.2.Saran
Grading telur tetas atau hatcing egg (HE) perlu dilakukan kembali
sebelum dilaksanakan proses fumigasi. Hal ini bertujuan agar telur tetas atau yang
hendak ditetaskan benar-benar yang telah lolos seleksi dengan ciri-ciri telur fertil,
27

tidak kotor, tidak retak, tidak abnormal dan tidak mempunyai cangkang tipis.
Proses transfer dan candling harus dilakukan dengan lebih cepat dan lebih teliti
agar telur tetas atau hatcing egg (HE) tidak terlalu lama berada di luar mesin
dengan suhu ruangan yang bisa menyebabkan embrio dalam telur tidak
berkembang atau mati.
DAFTAR PUSTAKA
Ensminger, M. E. 1992. Poultry Science. Interstate Inc. Danville, Illionois.
Fadilah, R., A. Polana., S. Alam., E. Parwanto. 2007. Sukses Beternak ayam
Broiler. Agromedia Pustaka, Jakarta.
Kartasudjana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Mahfudz, L. D. 2006. Hidrogen Peroksida Sebagai Pengganti Gas Formaldehyde
Pada Penetasan Telur Ayam. Jurnal Protein. 13 (2): 128-133.
Mulyantini. 2010. Ilmu Manajemen Ternak Unggas. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Rahayuningtyas, A., M. Furqon dan T. Santoso. 2014. Rancang bangun alat
penetas telur sederhana menggunakan sensor suhu dan penggerak rak
otomatis. Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains,
Teknologi dan Kesehatan. ISSN 2089-3582: 245-252.
Rasyaf, M. 2001. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprijatna, E, U. Atmomarsono dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak
Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Surat Keputusan Direktur Jenderal Peternakan No.274 kpts / Ditjenpet / Deptan /
1980.
Winarto, B. Syah, dan Harmen,. 2008. Rancang bangun sistem kendali suhu dan
kelembaban udara penetas ayam berbasis PLC (Programmable Logic
Controller). 2 (1) : 23-32.

28

LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Kecamatan Singkawang Selatan

29

Lampiran 2. Surat Keterangan Jalan

30

Lampiran 3. Surat Permohonan Praktek Kerja Lapangan

31

Lampiran 4. Surat Kendali Magang Mahasiswa


32

Lampiran 5. Daftar Kondite Magang Mahasiswa


33

34

Lampiran 6. Sertifikat Magang Sujaya Group Unit PT. Satwa Borneo Jaya
Breedinfg Farm

35

Anda mungkin juga menyukai