Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KASUS BATU PYLEUM

DIRUANG MAWAR RSD dr. SOEBANDI JEMBER

Disusun oleh:
DWI SURTININGSIH
1501031007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2015

LEMBAR KONSULTASI
TGL

MATERI YANG DIKONSULKAN DAN URAIAN


PEMBIMBING

TTD
PEMBIMBING

LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan pendahuluan dengan batu pyleum, dilaksanakan tanggal 16 november 2015

Pembimbing Ruangan

(Ns. Sugito S. Kep)

Pembimbing Akademik

(Ns. Hendra Kurniawan ,S.Kep., M.Ked. Trop)

Kepala Ruangan

(Ns. Suheriyonos S.Kep)

LAPORAN PENDAHULUAN
BATU PYLEUM (BATU GINJAL)

A. Pengertian
Batu ginjal adalah satu keadaan terdapat suatu atau lebih batu didalam pelvis atau
calyces ginjal atau disaluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal disaluran kemih
(kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran
kemih dan bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandng kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis,
nefrolitiasis).
Batu ginjal adalah batu di kalik atau pyelum ginjal .batu perkemihan (urolithiosis
dapat timbul pada berbagai tingkat dari system perkemihan yaitu ginjal , ureter,kandung
kemih). Tapi yang seing ditemukan di dalam ginjal.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (nefrolithiasis), sudah dikenal sejak
zamanBabilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliksginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjalkemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran
kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.Batu ginjal
adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal danmerupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).

B. Anatomi dan fisiologi system perkemihan


a. Anatomi

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses


penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh
tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih)
(Speakman, 2008). Susunan sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang
menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih), c) satu vesika urinaria tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra
urin dikeluarkan dari vesika urinaria (Panahi, 2010).
1. Ginjal terletak pada dinding posterior di belakang peritoneum pada kedua sisi
vertebra torakalis ke-12 sampai vertebra lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji
kacang. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus
hepatis dextra yang besar.
2. Fungsi ginjal
Fungsi ginjal adalah memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan
keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, dan mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak.
3. Fascia renalis
Fascia renalis terdiri dari: a) fascia (fascia renalis), b) jaringan lemak perirenal,
dan c) kapsula yang sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan
erat pada permukaan luar ginjal
4. Stuktur ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat
korteks renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, medulla renalis di

bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla
renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang
merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap
ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal
dan tubulus urinarius (Panahi, 2010).

5. Proses pembentukan urin


Tahap pembentukan urin
a. Proses filtrasi, di glomerulus.
Terjadi penyerapan darah yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri
dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus
ginjal. Cairan yang disaring disebut filtrat glomerulus.
b. Proses reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida fosfat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara
pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus
distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan
tubuh. Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya
dialirkan pada papilla renalis.

c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).

6. Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang
menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis
yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang
masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut
arteriole eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena
cava inferior (Barry, 201l).
7.

Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011)
.

8. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
9. Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet
10. Uretra

Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm,
terdiri dari:
a. Uretra pars prostatika
b. Uretra pars membranosa
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak di
sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi (Panahi, 2010).

11. Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a.

ekskresi dalam 24 jam 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan


dan faktor lainnya.

b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya.
d.

Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.

e.

Berat jenis 1,015-1,020.

f.

Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).

Komposisi air kemih, terdiri dari:


a. Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b.

Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.

c. Elektrolit natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat.


d. Pigmen (bilirubin dan urobilin).
e.

Toksin.

f. Hormon (Velho, 2013).


12. Mikturisi

Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke-2.
b.

Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan


kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang
belakang). Sebagian besar pengosongan diluar kendali tetapi pengontrolan
dapat dipelajari latih. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat vesika
urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter
interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis : impuls menyebabkan otot
detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi mikturisi
(Roehrborn, 2009).

13. Ciri-ciri urin normal.


a.

Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.

b.

Warnanya bening tanpa ada endapan.

c. Baunya tajam.
d.

Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6 (Velho, 2013).

C. Etiologi dari batu ginjal


Batu ginjal mempunyai banyak jenis nama dan kandungan zat penyusunnya yang
berbeda-beda. Menurut Arimaudi (2007), ada empat jenis utama dari batu ginjal yang
masing-masing cenderung memiliki penyebab yang berbeda, diantaranya:
a. Batu Kalsium
Sekitar 75 sampai 85 persen dari batu ginjal adalah batu kalsium. Batu ini
biasanya kombinasi dari kalsium dan oksalat, timbul jika kandungan zat itu terlalu
banyak didalam urin, selain itu jumlah berlebihan vitamin D, menyebabkan tubuhh
terlalu banyak menyerap kalsium.
b. Batu Asam Urat
Batu ini terbentuk dari asam uric, produk sampingan dari metabolisme protein.
c. Batu Struvite

Mayoritas ditemukan pada wanita, batu struvite biasanya diakibatkaninfeksi


saluran kencing kronis, disebabkan bakteri. Batu ini jika membesar, akan
menyebabkan kerusakan serius pada ginjal.
d. Batu Sistin
Batu ini mewakili sekitar 1 persen dari batu ginjal. Ditemukan pada orang dengan
kelainan genetic, sehingga ginjal kelebihan jumlah asam amino.
Faktor risiko yang dapat meningkatkan batu ginjal terjadi antara lain:
a. Memiliki seseorang dalam keluarga dengan kasus batu ginjal
b. Mereka yang berusia 40 tahun keatas, meskipun batu ginjal dapat terjadi pada
usia berapapun
c. Laki-laki lebih cenderung mengalami batu ginjal
d. Dehidrasi
e. Makanan tertentu yang tinggi protein, tinggi sodium dan gula dapat
meningkatkan risiko beberapa jenis batu ginjal
f. Obesitas
g. Memiliki penyakit atau operasi pada saluran pencernaan
h. Kondisi medis lain, antara lain renal tubular acidosis, cystinuria,
hyperparathyroidism dan infeksi saluran urin tertentu
D. Menifestasi klinis
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan tekanan
hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran osteovertebral
dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik renal. Diare,
demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala gastrointestinal ini
akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung, pangkereas dan usus besar.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar biasa, akut dan
kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering merasa ingin kemih,
namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi
batu gejala ini disebabkan kolik ureter. Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang
berdiameter 0,5 sampai dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1
cm biasanya harus diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan
dan saluran urin membaik dan lancar. ( Brunner and Suddarth. 2001).
Batu ginjal dapat ataupun tidak menyebabkan tanda dan gejala sampai batu
tersebut bergerak di dalam ureter pipa yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih.
Pada satu titik, tanda dan gejala yang dapat terjadi adalah:
a. Nyeri yang parah pada sisi tubuh atau punggung, di bawah pinggul

b.
c.
d.
e.
f.
g.

Nyeri yang menyebar ke bagian bawah tubuh dan pangkal paha


Nyeri pada saat buang air kecil
Urin berwarna pink, merah atau coklat
Mual dan muntah
Sering buang air kecil
Demam dan menggigil saat infeksi terjadi

E. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan bersal dari obstruksi saluran kemih obstruksi mungkin
hanya perusal atau lengkap.obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis. Yang
ditandai dengan gejala-gejalanya. Proses pathofisiologis dari batu perkemihan sifatnya
mekanis . urolithisis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar, seperti
pus,darah jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu ginjal
bervariasi kira- kira tiga perempat bagian dari batu adalah kalsium, fosfat, sam urin dan
custine. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau statis, mensajikan
kebasaan urin (oleh produksi ammonium), yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan
magnesium ammonium fosfat.
Urolithisis mengacu pada adanay batu (kalkuli) ditraktus urinaria. Batu terbentuk
ditraktus uranarium ketika konsentrasi substansi erlalu seperti kalsiumoksalat, kalsium
fosfat dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi
substansi tententu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin.
Kondisi lain yang berpengaruh laju pembentukan batu mencakup PH urin dan
perubanhan metabolism kalsium.
Factor-faktor ini mencetuskan konsentrasi kalsium di dalam darah dan urin
menyebabkan pembentukan batu kalsium pembentukan batu urinaria juga dapat terjadi
pada panyakit inflamasi usu dan pada individu dengan ileustomi atau reseksi usus, karena
individu ini mengabsorbsi oklasat secara berlebih.
F. Komplikasi
1. Batu ginjal
Terjadinya kerusakan neuron yang lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi
batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yng statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
mikroorganisme .sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.

3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terlambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk di
ginjaldan lama kelamaan ginjalnakan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler iskemik
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
G. Pemeriksaan diagnostic
PEMERIKSAAN PENUNJANG BATU GINJAL
1. Pemeriksaan faal ginjal
2. Foto IVU
3. Pemeriksaan sedimen urine
4. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar batu ginjal
5. Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran
6.

serta lokasi batu


Pemeriksaan USG ginjal untuk mendeteksi perubahan obatruksi, seperti
hidronefrosis unilateral atau bilateral dan melihat batu radiorusen yang tidak tampak

pada
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
b. Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit),
c.
d.

dan pH urin.
Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada

e.
f.

keadaan demam.
Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.

H. Penatalaksanaan Medis
1. Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urin dan membantu mendorong
adanya batu.
2. Modifikasi makanan yang dapat mengurangi kadar pembentuk batu bila kadungan
batu teridentifikasi.
3. Ubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
4. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal/ di luar tubuh atau terapi laser
yang digunakan untuk memecah batu
5. Bila diperlukan lakukan tindakan bedah untuk mengangkat batu yang besar atau
untuk meningkatkan setelah disekitar batu untuk mengatasi obstruksi

I. Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur
penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
2.
3.
4.
5.
6.

menyebabkan suasana urine menjadi lebih asam


Rendah oksalat.
Rendah garam karena natiuresis akan memacu timbulnya hiperkalsiuria.
Rendah purin.
Diet ini diberikan pada pasien yang menderita penyakit ginjal asam urat dan gout
Rendah kalsium tidak dianjurkan kecuali pada hiperkalsiuria absorbtif type II

J. Pengkajian focus
Didalam focus pengkajian ditemukan dasar pengkajian :
1. Aktivtas status istirahat
Pejerjaan menonton, pekerjaan dimana psien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi
keterbatasan aktifitas atau mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(penyakit tidak sembuh, cedera medulla spinalis)
2. Sirkulasi
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).Kulit hangat dan kemerahan atau
pucat
3. Eliminasi
Riwayat adanya ISK kronis obstruksi sebelumnya (kalkulus), eneuruanan haluaraurin ,
kandung kemih penuh rasa terbakar , dorongan berkemih dan diera .ditandai dengan
adanya oligauria hematuria, perubahan pola berkemih.
4. Makanan atau cairan
Adanay gejalan mual, muntah nyeri tekan abdomen diet tinggi purin kalsium oksilat
atau fosfot, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukuo.

Ditandai dengan distensi abnomial penurunan atau tidak adanya bising usus dan
muntah.
5. Nyeri atau keamanan
Gejala episode akut nyeri berat, nyeri kolik, kolasinya tergantung pada lokasi batu.
Dengan melindungi, pelaku distraksi , nyeri tekan pada area ginja pada palpasi.
6. Keamanan
Penggunaan alcohol, demam, dam mengigil
7. Penyuluhan atau pebelajaran
Gejala riwayat kalkunus dalam keluarga, penyakit ginjal,hipertensi, ISK kronis,riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen seblumnya.
a. Adapun pemeriksaan penunjang yang mendukung antara lain :
1) Urinaisis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara menunjukan SDM (sel
darah merah), sel darah putih Kristal (sistim,asam urat kalsium oksalat),
serpihan mineral bakteri, pus, PH mungkin asamatau alkanin atau batu kalsium
2)
3)
4)
5)

fosfat.
Urin 24 jam
Kreatinin asam urat, kalsium, fosfat oksalat atau sistim mungkin mingkat
Kultur urin
Mungkin menunjukan ISK
Survey biokimia
Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,fosfat, protein, elektrolit
Kreatinin serum dan urin
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin) sekunder terhadap

tingginya batu obstruksi pada ginjal menyebabkan iskemik atau nekrosis


6) Kadar klorida dan bikarbonat serum
Peningkatan kadar klorda dan penurunan kadar bikarbonat menunjukan
terjadinya tubulus ginjal
7) Hitung darah lengkap
SDP (sel darah putih) mungkin meningkat menunjukan infeksi atau septicemia
8) Hemoglobin dan hemotokrit
Abnormal bila pasien dehidrasi barat atau polisitemia terjadi (mendorong
presipitasi pemdatan) atau anemia (pendarahan disfungsi atau gagal ginjal)
9) Hormone paratiroid
Mungkin miningkat bila ada gagal ginjal (PTH meransang reabsorbsi kalsium
dari tulang meningkat sirkulasi serum dan kalsium urin)
10) Foto rontgen
Menunjukan adanya kaluli dan perubahan area ginjal dan sepanjang saluran
kemih
11) IVP (intravenous pyelography)

Memeberikan konfirmasi cepat urolitiasis seperti penyebab nyeri abdominal


pada struktur anatomi
12) Sistoureteroskopi
Visualisasi langsung kandung kemih dan ureter dapat menunjukan batu atau
obstruksi
13) CT scan
Mengindefikasi atau menggambarkan kalkuli dan masa lain ginjal, ureter, dan
distensi kandung kemih. Ginjal, ureter, dan distensi kandung kemih
14) Ultrasound ginjal
Untuk menentukan perubahan obstruksi lokasi batu
8. Diagnose keperawatan
1. Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
2. Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria
sekunder dari iritasi saluran kemih
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan
mual, muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
4.

Kecemasaan berhubungan dengan pronogsis pembedahan, tindakan invasif

diagnostik.
5. Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana pembedahan, tindakan
diagnostik invasif (ESWL), perencanaan pasien pulang.
Intervensi
1. Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan klien
berkurang, hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1
(04)
- Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Ekspresi pasien rilaks.
Rencana tindaka
1. Kaji skala nyeri
R: untuk mengetahui nyeri pasien
2. Ajarkan tehnik relaksasi pernapasan dalam.
R: agar dapat mengurangi rasa nyeri

3. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri
akan berlangsung.
R: pengertahuan penting untuk pasien
4. kolaborasi dengan dokteruntuk pemberian analgetik.
R : pemberian analgesic dapat mengurangi rasa nyeri

2. Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria
sekunder dari iritasi saluran kemih.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamdiharapkan pola
eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 X/24 jam
- Pasien mampu minum 2.000 cc/24 Jam dan kooperatif untuk menghindari cairan
yang mengiritasi saluran kemih.
Tindakan keperawatan
1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam
R: . Mempengaruhi pengaru iritasi kandung kemih dengan frekuensi miksi.
2. Anjurkan pasien untuk minum 2.000 cc/jam.
R :Membantu mempertahankan fungsi gijal, pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk mendukung aliran darah rental dan untuk membilas bakteri dari traktus
3.

4.

urinarius.
Hindari minum kopi, teh, kola dan alkohol.
R: Menurunkan iritasi dengan menghindari minum yang bersifat meniritasi saluran
kemih.
Kolaborasi
Pemberian medikamentosa
Tindakan extracorporeal Shockwave Lithottripsy (ESWL).
Tindakan Endourologi
Pembedahan terbuka.
R: Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm
dan diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, mempelancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan
minum banyak agar dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih

3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual,


muntah efek sekunder dari nyeri klonik.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan asupan nutrisi klien
terpenuhi.
Kriteria Hasil:
- Klien dapat mempertahankan status asupan nutrisi yang adekuat.
- Pernyataan motivasi kuat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Tindakan keperawatan
1. Kaji status nutrisi klien, torgur kulit, berat badan, dan drajat penurunan berat badan,
intergritas mukosa oral, kemampuan menelan, riwayat mual/muntah dan diare.
R: Memvalidasi dan menetapkan derajat masalah untuk menetapkan pilihan
intervensi yang tepat.
2. Fasilitasi klien memperoleh diet biasa yang disukai klien (sesuai indikasi).
R: Memperhitungkan keinginan individu dapat memperbaiki asupan nutrisi.
3. Pantau intake dan output, anjurkan untuk timbang berat badan secara periodik (sekali
seminggu).
R: Berguna untuk mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan. Makanan dan
cairan tidak diijinkan melalui mulut selama beberapa jam atau beberapa hari sampai
gejala akut berkurang. Bila makanan diberikan, adanya gejala yang menunjukan
berulangnya episode gastritis dievaluasi dan dilaporkan
4. Lakukan dan ajarkan perawatan mulut sabelum dan sesudah makan, dan sebelum dan
sesudah intervensi/pememriksaan peroral.
R: Intake minuman mengandung kafein dihindari karena kafein merupakan stimulan
sistem saraf pusat yang meningkatkan aktivitas lambung dan sekresi pepsin.
Penggunaan alkohol juga dihindari, demikian juga merokok karena nikotin akan
mengurangkan sekresi bikarbonat pankreas dan karenanya menghambat netralisasi
asam lambung dalam duodenum. Nikotin juga meningkatkan stimulasi parasimpatis
yang meningkatkan aktivitas otot dalam usus dan dapat menimbulkan mual dan
muntah.
5. Fasilitasi pasien memperoleh diet sesuai indikasi dan anjurkan menghindari assupan
dari agen iritan.
R: . Merencanakan diet dengan kandungan nutrisi yang adekuat untuk memenuhi
peningkatan kebutuhan energi dan kalori sehubungan dengan status hipermetabolik
klien.
6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetapkan kombinasi dan jenis diet yang tepat

R: Meningkatkan rasa nyaman gastrointestinal dan meningkatkan kemauan asupan


nutrisi dan cairan peroral
7. Kolaborasi untuk memberikan anti-muntah.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin.2011. Dasar- Dasar Dokumentasi keperawatan. Jakarta : EKG
Muttaqin, Arif, Kumala sari. 2012. Asuhan keperawatan gangguan system perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
Purnomo, Besuki. 2011. Dasar- Dasar Urologi. Jakarta: sagung Seto
Syaifudding, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC.
Tarwoto.2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC

PATHWAY
Infeksi saluran kemih kronis, gangguan Metabolisme (HIPERATIROSME,
HIPERURESEMIA, HIPERKALSIURIA) Dehidrasi, Benda asing, jaringan mati,
Inflamasi, Usus, masukan vitamin D yang berlebihan

Pengendapan Garam Numeral, infeksi mengubah PH,


urin dari asam MJ Alkalis

Pembentukan Batu

Obstransi saluran kemih

Abstruksi diureter

peningkatan distensi abnomen

Kalkulus berada di ureter

anoreksia

Gerakan pada dinding ureter

Mual /muntah
Out put berlebihan

Gangguan rasa nyaman


nyeri
Gangguan pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi aktifitas

Pathway

kurang pengetahuan

cemas

Anda mungkin juga menyukai