Disusun oleh:
DWI SURTININGSIH
1501031007
LEMBAR KONSULTASI
TGL
TTD
PEMBIMBING
LEMBAR PERSETUJUAN
Pembimbing Ruangan
Pembimbing Akademik
Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN
BATU PYLEUM (BATU GINJAL)
A. Pengertian
Batu ginjal adalah satu keadaan terdapat suatu atau lebih batu didalam pelvis atau
calyces ginjal atau disaluran kemih (Pratomo, 2007). Batu ginjal disaluran kemih
(kalkulus uriner) adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran
kemih dan bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandng kemih (batu
kandung kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis,
nefrolitiasis).
Batu ginjal adalah batu di kalik atau pyelum ginjal .batu perkemihan (urolithiosis
dapat timbul pada berbagai tingkat dari system perkemihan yaitu ginjal , ureter,kandung
kemih). Tapi yang seing ditemukan di dalam ginjal.
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (nefrolithiasis), sudah dikenal sejak
zamanBabilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliksginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjalkemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran
kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.Batu ginjal
adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal danmerupakan
batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan korteks. Bagian
medulla berbentuk kerucut yang disebut piramides renalis, puncak kerucut tadi
menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil yang disebut papilla
renalis (Panahi, 2010).
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus. Pelvis renalis berbentuk
corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga
calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga
calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang
merupakan unit fungsional ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap
ginjal. Nefron terdiri dari: glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal
dan tubulus urinarius (Panahi, 2010).
c. Proses sekresi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla
renalis selanjutnya diteruskan ke luar (Rodrigues, 2008).
6. Pendarahan
Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan
arteri renalis, arteri ini berpasangan kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang
menjadi arteri interlobularis kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis
yang berada di tepi ginjal bercabang manjadi arteriole aferen glomerulus yang
masuk ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut
arteriole eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena
cava inferior (Barry, 201l).
7.
Persarafan ginjal.
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis (vasomotor). Saraf ini
berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal (Barry, 2011)
.
8. Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya 25-34 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong
urin masuk ke dalam kandung kemih.Lapisan dinding ureter terdiri dari:
a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
b. Lapisan tengah lapisan otot polos
c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa
9. Vesika urinaria (kandung kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk seperti
buah pir (kendi). Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.
Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet
10. Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi
menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm,
terdiri dari:
a. Uretra pars prostatika
b. Uretra pars membranosa
c. Uretra pars spongiosa.
Uretra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm. sphincter uretra terletak di
sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai
saluran ekskresi (Panahi, 2010).
11. Urin.
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a.
b. Warna bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet, obat-obatan dan sebagainya.
d.
Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e.
f.
Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung daripada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein member reaksi asam).
Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan
kreatinin.
Toksin.
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin.
Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a. Kandung kemih terisi secara progesif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas, keadaan ini akan mencetuskan
tahap ke-2.
b.
Rata-rata dalam satu hari l-2 liter tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan
yang masuk.
b.
c. Baunya tajam.
d.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
E. Patofisiologi
Batu dalam perkemihan bersal dari obstruksi saluran kemih obstruksi mungkin
hanya perusal atau lengkap.obstruksi yang lengkap bisa menjadi hidronefrosis. Yang
ditandai dengan gejala-gejalanya. Proses pathofisiologis dari batu perkemihan sifatnya
mekanis . urolithisis merupakan kristalisasi dari mineral dari matrik seputar, seperti
pus,darah jaringan yang tidak vital, tumor atau urat. Komposisi mineral dari batu ginjal
bervariasi kira- kira tiga perempat bagian dari batu adalah kalsium, fosfat, sam urin dan
custine. Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake cairan rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau statis, mensajikan
kebasaan urin (oleh produksi ammonium), yang berakibat presipitasi kalsium fosfat dan
magnesium ammonium fosfat.
Urolithisis mengacu pada adanay batu (kalkuli) ditraktus urinaria. Batu terbentuk
ditraktus uranarium ketika konsentrasi substansi erlalu seperti kalsiumoksalat, kalsium
fosfat dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat defisiensi
substansi tententu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam urin.
Kondisi lain yang berpengaruh laju pembentukan batu mencakup PH urin dan
perubanhan metabolism kalsium.
Factor-faktor ini mencetuskan konsentrasi kalsium di dalam darah dan urin
menyebabkan pembentukan batu kalsium pembentukan batu urinaria juga dapat terjadi
pada panyakit inflamasi usu dan pada individu dengan ileustomi atau reseksi usus, karena
individu ini mengabsorbsi oklasat secara berlebih.
F. Komplikasi
1. Batu ginjal
Terjadinya kerusakan neuron yang lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi
batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini
menyebabkan iskemik ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2. Infeksi
Dalam aliran urin yng statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
mikroorganisme .sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
3. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terlambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk di
ginjaldan lama kelamaan ginjalnakan membesar karena penumpukan urin.
4. Avaskuler iskemik
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.
G. Pemeriksaan diagnostic
PEMERIKSAAN PENUNJANG BATU GINJAL
1. Pemeriksaan faal ginjal
2. Foto IVU
3. Pemeriksaan sedimen urine
4. Foto rontgen BNO untuk memperlihatkan sebagian besar batu ginjal
5. Urografi ekskretori untuk membantu memastikan diagnosis dan menentukan ukuran
6.
pada
7. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan laboratorium rutin meliputi:
b. Sedimen urin / tes dipstik untuk mengetahui sel eritrosit, lekosit, bakteri (nitrit),
c.
d.
dan pH urin.
Kreatinin serum untuk mengetahui fungsi ginjal.
C-reactive protein, hitung leukosit sel B, dan kultur urin biasanya dilakukan pada
e.
f.
keadaan demam.
Natrium dan kalium darah dilakukan pada keadaan muntah.
Kadar kalsium dan asam urat darah dilakukan untuk mencari faktor risiko
metabolik.
H. Penatalaksanaan Medis
1. Peningkatan asupan cairan meningkatkan aliran urin dan membantu mendorong
adanya batu.
2. Modifikasi makanan yang dapat mengurangi kadar pembentuk batu bila kadungan
batu teridentifikasi.
3. Ubah pH urin sedemikian untuk meningkatkan pemecahan batu.
4. Litotripsi (terapi gelombang kejut) ekstrakorporeal/ di luar tubuh atau terapi laser
yang digunakan untuk memecah batu
5. Bila diperlukan lakukan tindakan bedah untuk mengangkat batu yang besar atau
untuk meningkatkan setelah disekitar batu untuk mengatasi obstruksi
I. Pencegahan
Setelah batu dikelurkan, tindak lanjut yang tidak kalah pentingnya adalah upaya mencegah
timbulnya kekambuhan. Angka kekambuhan batu saluran kemih rata-rata 7%/tahun atau
kambuh >50% dalam 10 tahun. Prinsip pencegahan didasarkan pada kandungan unsur
penyusun batu yang telah diangkat. Secara umum, tindakan pencegahan yang perlu
dilakukan adalah:
1. Menghindari dehidrasi dengan minum cukup, upayakan produksi urine 2-3 liter per hari
2. Diet rendah zat/komponen pembentuk batu
3. Aktivitas harian yang cukup
4. Medikamentosa
Beberapa diet yang dianjurkan untuk untuk mengurangi kekambuhan adalah:
1. Rendah protein, karena protein akan memacu ekskresi kalsium urine dan
2.
3.
4.
5.
6.
J. Pengkajian focus
Didalam focus pengkajian ditemukan dasar pengkajian :
1. Aktivtas status istirahat
Pejerjaan menonton, pekerjaan dimana psien terpajan pada lingkungan bersuhu tinggi
keterbatasan aktifitas atau mobilisasi sehubungan dengan kondisi sebelumnya
(penyakit tidak sembuh, cedera medulla spinalis)
2. Sirkulasi
Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal).Kulit hangat dan kemerahan atau
pucat
3. Eliminasi
Riwayat adanya ISK kronis obstruksi sebelumnya (kalkulus), eneuruanan haluaraurin ,
kandung kemih penuh rasa terbakar , dorongan berkemih dan diera .ditandai dengan
adanya oligauria hematuria, perubahan pola berkemih.
4. Makanan atau cairan
Adanay gejalan mual, muntah nyeri tekan abdomen diet tinggi purin kalsium oksilat
atau fosfot, ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak minum air dengan cukuo.
Ditandai dengan distensi abnomial penurunan atau tidak adanya bising usus dan
muntah.
5. Nyeri atau keamanan
Gejala episode akut nyeri berat, nyeri kolik, kolasinya tergantung pada lokasi batu.
Dengan melindungi, pelaku distraksi , nyeri tekan pada area ginja pada palpasi.
6. Keamanan
Penggunaan alcohol, demam, dam mengigil
7. Penyuluhan atau pebelajaran
Gejala riwayat kalkunus dalam keluarga, penyakit ginjal,hipertensi, ISK kronis,riwayat
penyakit usus halus, bedah abdomen seblumnya.
a. Adapun pemeriksaan penunjang yang mendukung antara lain :
1) Urinaisis
Warna mungkin kuning, coklat gelap, berdarah, secara menunjukan SDM (sel
darah merah), sel darah putih Kristal (sistim,asam urat kalsium oksalat),
serpihan mineral bakteri, pus, PH mungkin asamatau alkanin atau batu kalsium
2)
3)
4)
5)
fosfat.
Urin 24 jam
Kreatinin asam urat, kalsium, fosfat oksalat atau sistim mungkin mingkat
Kultur urin
Mungkin menunjukan ISK
Survey biokimia
Peningkatan kadar magnesium, kalsium, asam urat,fosfat, protein, elektrolit
Kreatinin serum dan urin
Abnormal (tinggi pada serum atau rendah pada urin) sekunder terhadap
diagnostik.
5. Pemenuhan informasi berhubungan dengan rencana pembedahan, tindakan
diagnostik invasif (ESWL), perencanaan pasien pulang.
Intervensi
1. Nyeri kronis berhubungan dengan aktivitas peristaltik otot polos sistem kalises,
peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 jam nyeri yang dirasakan klien
berkurang, hilang atau teradaptasi.
Kriteria Hasil:
- Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi. Skala nyeri 0-1
(04)
- Dapat mengindentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri.
- Ekspresi pasien rilaks.
Rencana tindaka
1. Kaji skala nyeri
R: untuk mengetahui nyeri pasien
2. Ajarkan tehnik relaksasi pernapasan dalam.
R: agar dapat mengurangi rasa nyeri
3. Tingkatkan pengetahuan tentang: sebab nyeri yang berhubungan berapa lama nyeri
akan berlangsung.
R: pengertahuan penting untuk pasien
4. kolaborasi dengan dokteruntuk pemberian analgetik.
R : pemberian analgesic dapat mengurangi rasa nyeri
2. Perubahan pola miksi berhubungan dengan retensi urine, sering BAK, hematuria
sekunder dari iritasi saluran kemih.
Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jamdiharapkan pola
eliminasi optimal sesuai kondisi pasien.
Kriteria Hasil:
- Frekuensi miksi dalam batas 5-8 X/24 jam
- Pasien mampu minum 2.000 cc/24 Jam dan kooperatif untuk menghindari cairan
yang mengiritasi saluran kemih.
Tindakan keperawatan
1. Kaji pola berkemih, dan catat produksi urine tiap 6 jam
R: . Mempengaruhi pengaru iritasi kandung kemih dengan frekuensi miksi.
2. Anjurkan pasien untuk minum 2.000 cc/jam.
R :Membantu mempertahankan fungsi gijal, pemberian air secara oral adalah pilihan
terbaik untuk mendukung aliran darah rental dan untuk membilas bakteri dari traktus
3.
4.
urinarius.
Hindari minum kopi, teh, kola dan alkohol.
R: Menurunkan iritasi dengan menghindari minum yang bersifat meniritasi saluran
kemih.
Kolaborasi
Pemberian medikamentosa
Tindakan extracorporeal Shockwave Lithottripsy (ESWL).
Tindakan Endourologi
Pembedahan terbuka.
R: Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm
dan diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang diberikan bertujuan untuk
mengurangi nyeri, mempelancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan
minum banyak agar dapat mendorong batu keluar dari saluran kemih
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin.2011. Dasar- Dasar Dokumentasi keperawatan. Jakarta : EKG
Muttaqin, Arif, Kumala sari. 2012. Asuhan keperawatan gangguan system perkemihan. Jakarta:
Salemba Medika
Purnomo, Besuki. 2011. Dasar- Dasar Urologi. Jakarta: sagung Seto
Syaifudding, 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta: EGC.
Tarwoto.2009. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa keperawatan. Jakarta : EGC
PATHWAY
Infeksi saluran kemih kronis, gangguan Metabolisme (HIPERATIROSME,
HIPERURESEMIA, HIPERKALSIURIA) Dehidrasi, Benda asing, jaringan mati,
Inflamasi, Usus, masukan vitamin D yang berlebihan
Pembentukan Batu
Abstruksi diureter
anoreksia
Mual /muntah
Out put berlebihan
Pathway
kurang pengetahuan
cemas