Laporan Pendahuluan Akut Miokard Infark
Laporan Pendahuluan Akut Miokard Infark
Disusun oleh :
Edita Pusparatri
J 230.165.081
g. Pasien dengan diabetes melitus tidak akan mengalami nyeri yang hebat
karena neuropati yang menyertai diabetes dapat mengganggu
neuroreseptor (mengumpulkan pengalaman nyeri).
2.
Laborat
Pemeriksaan Enzim jantung menurut Nurarif dan Kusuma (2013):
a. CKMB (Creatine Kinase Myokardial Band) berupa serum creatinine
kinase (CK) dan fraksi MB merupakan indikator penting dari nekrosis
miokard. creatinine kinasi (CK) meningkat pada 6-8 jam setelah
awitan infark dan memuncak antara 24 dan 28 jam pertama. Pada 2-4
hari setelah awitan AMI normal.
Meningkat
3-8 jam
3-6 jam
1-6 jam
14-24 jam
14-24 jam
Puncak
10-30 jam
10-24 jam
4-8 jam
48-72 jam
48-72 jam
3. EKG
a.
b.
c.
Kembali Normal
2-3 hari
2-3 hari
12-48 jam
7-14 jam
7-14 jam
D. Patofisiologi
Patofisiologi dari infark miokard akut diawali dari proses atherosklerosis.
Proses atherosklerosis terdiri dari 3 proses, yaitu dimulai dari terbentuknya
fatty streak, lalu pertumbuhan plak, dan terjadinya ruptur plak (Jung, dkk,
2011).
migrasi sel otot polos dari arterial media ke intima, sehingga akan
mempengaruhi sintesis dan degradasi dari matriks ekstraseluler dan
mengakibatkan terbentuknya dinding fibrous cap yang mengandung inti lipid.
Proses inilah yang berperan dalam perubahan fatty streak menjadi plak ateroma
fibrosa (Jung, dkk, 2011).
Proses dari sintesis dan degradasi matriks terjadi selama bertahun - tahun.
Sel otot polos dan foam cell yang mati akibat dari stimulasi inflamasi yang
berlebihan atau akibat aktivasi dari proses apoptosis akan membebaskan isi
dari sel berupa lipid yang terserap dan sel debris, dimana akan menyebabkan
semakin besarnya inti lipid, yang akan memicu terjadi stres mekanik. Sebagai
respon dari peningkatan stres mekanik, akan terjadi akumulasi lokal dari foam
cell dan T limfosit di area tersebut. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
destruksi dari fibrous cap dan mempercepat proses degradasi dari matriks
ekstraseluler, sehingga menyebabkan rentannya plak mengalami ruptur (Jung,
dkk, 2011).
Distribusi dari fibrous cap dan net deposition merupakan faktor penentu
dalam integritas plak. Plak yang stabil (ditandai dengan fibrous cap yang tebal
dan inti lemak yang kecil) dapat menimbulkan penyempitan arteri, tetapi kecil
kemungkinan untuk terjadi ruptur. Sedangkan plak yang tidak stabil (ditandai
dengan fibrous cap yang tipis, inti lemak yang besar, infiltrasi makrofag yang
luas dan sedikit sel otot polos) lebih rentan untuk mengalami ruptur (Jung, dkk,
2011).
Rupturnya
fibrous
cap
dari
plak
atherosklerosis
tersebut
akan
Pathway
Faktor resiko : obesitas,
perokok,ras, umur > 40thn,
jenis kelamin laki - laki
Lesi
komplikata
Aterosklerosis
Ketidak efektifan
perfusi jaringan
perifer
Penurunan
kontraktilitas
miokard
Kelemahan
miokard
Endapan lipoprotein
ditunika
intima
Cedera endotel :
interaksi antara
fibrin & platelet
proliferasi otot
tunika media
Penurunan curah
jantung
Suplai darah ke
jaringan tak adekuat
Iskemia
Invasi dan
akumula
si dari
lipit
Penurunan suplai
darah ke miokard
Tidak seimbang
kebutuhan
dengan suplai
oksigen
E. Penatalaksanaan
Menurut Alwi (2006), penatalaksanaan pada klien dengan infark miokard
akut adalah sebagai berikut:
1. Dirawat di ruang intensif (ICCU)
2. Istirahat total (bed rest)
3. Terapi trombolitik
Obat intravena trombolitik mempunyai keuntungan karena dapat diberikan
melaluin veana perifer. Sehingga terapi ini dapat diberikan seawal
mungkin, dikerjakan dimanapun (rumah, mobil ambulan, helikopter dan
unit gawat darurat) dan relatif murah. Direkomendasikan penderita infark
miokard akut <12 jam yang mempunyai elevasi segmen ST atau left
bundle branch block (LBBB) deberikan IV fibrinolitik jika tanpa kontra
indikasi. Sedangkan penderita yang mempunyai riwayat perdarahan intra
kranial, stroke atau perdarahan aktif tidak diberikan terapi fibrinolitik.
Dosis streptokinase diberikan 1,5 juta IU diberikan dalam tempo 30-60
4.
menit.
Terapi antiplatelet
a. Aspirin
Aspirin mempunyai efek menghambat siklooksigenase platelet secara
ireversibel. Proses tersebut mencegah formasi tomboksan A2.
Pemberian aspirin untuk penghambatan agregasi platelet diberikan
dosis awal paling sedikit 160 mg dan dilanjutkan dosis 80-325 mg per
hari.
b. Tiklopidin
Tiklopidin merupakan derivat tienopiridin yang efektif sebagai
pengganti
aspirin
untuk
pengobatan
angina
tidak
stabil.
6.
pooling vena yang akan mengurangi curah jantung dan tekanan arteri.
Penyekat beta
Tujuan pemberian penyekat beta adalah memperbaiki keseimbangan suplai
dan kebutuhan oksigen miokard, mengurangi nyeri, mengurangi luasnya
7.
dan
Pengkajian Primer
a. Airways
1) Sumbatan atau penumpukan secret
2) Wheezing atau krekles
b. Breathing
1) Sesak dengan aktifitas ringan atau istirahat
2) RR lebih dari 24 kali/menit, irama ireguler dangkal
3) Ronchi, krekles
4) Ekspansi dada tidak penuh
5) Penggunaan otot bantu nafas
c. Circulation
1) Nadi lemah , tidak teratur
2) Takikardi
3) TD meningkat / menurun
4) Edema
5) Gelisah
6) Akral dingin
7) Kulit pucat, sianosis
8) Output urine menurun
2.
Pengkajian Sekunder
a.
Aktifitas
1) Gejala :
a) Kelemahan
b) Kelelahan
c) Tidak dapat tidur
d) Pola hidup menetap
e) Jadwal olah raga tidak teratur
2) Tanda :
a) Takikardi
b) Dispnea pada istirahat atau aaktifitas
b.
Sirkulasi
1) Gejala: riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah, diabetes mellitus.
2) Tanda :
a) Tekanan darah
Dapat normal / naik / turun
Perubahan postural dicatat dari tidur sampai duduk atau berdiri
b) Nadi
Dapat normal , penuh atau tidak kuat atau lemah / kuat
kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratus
(disritmia)
c) Bunyi jantung
g) Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau
ventrikel
h) Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukossa atau
bibir
c.
Integritas ego
1) Gejala: menyangkal gejala penting atau adanya kondisi takut mati,
perasaan ajal sudah dekat, marah pada penyakit atau perawatan,
khawatir tentang keuangan , kerja , keluarga
2) Tanda: menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,
marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri
d.
Eliminasi
Tanda :
e.
f.
Hygiene
Gejala atau tanda : lesulitan melakukan tugas perawatan
g.
Neurosensori
1) Gejala : pusing, berdenyut selama tidur atau saat bangun (duduk
atau istrahat)
Crushing
dapat dilihat .
d) Intensitas :
Biasanya 10(pada skala 1 -10), mungkin pengalaman nyeri
paling buruk yang pernah dialami.
e) Catatan
Pernafasan:
1) Gejala: dispnea tanpa atau dengan kerja, dispnea nocturnal, batuk
dengan atau tanpa produksi sputum, riwayat merokok, penyakit
pernafasan kronis
2) Tanda: peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat,
sianosis, bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
j.
Interaksi sosial
1) Gejala: Stress, Kesulitan koping dengan stressor yang ada missal :
penyakit, perawatan di RS
2) Tanda: Kesulitan istirahat dengan tenang, Respon terlalu emosi
(marah terus-menerus, takut), Menarik diri.
3.
b.
e.
Tujuan :
Oksigenasi dengan GDA dalam rentang normal (pa O2 < 80 mmHg, pa
Co2 > 45 mmHg dan Saturasi < 80 mmHg ) setelah dilakukan tindakan
keperawtan selama di RS.
Kriteria hasil :
1) Tidak sesak nafas
2) tidak gelisah
i.
/ reaksi
merugikan
2) Menyebutkan gangguan yang memerlukan perhatian cepat.
Intervensi :
1) Berikan informasi dalam bentuk belajar yang berfariasi, contoh
buku, program audio/ visual, Tanya jawab dll.
2) Beri penjelasan factor resiko, diet ( Rendah lemak dan rendah
garam ) dan aktifitas yang berlebihan,
3) Peringatan untuk menghindari paktifitas manuver valsava
4) Latih pasien sehubungan dengan aktifitas yang bertahap contoh :
jalan, kerja, rekreasi aktifitas seksual