Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
: Rifemi Ihza N.
Tanggal Praktikum
: 6 Desember 2016
Tanggal Pengumpulan : 27 Desember 2016
PEMBUATAN TELUR ASIN
Alvia Sindi Hastuti (240210130036)
ABSTRAK
Salah satu cara pengawetan telur adalah dengan cara penambahan garam.
Olahan telur dengan menggunakan garam ini disebut juga telur asin. Telur
asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang diawetkan
dengan cara diasinkan. Proses pembuatan telur asin ini dapat menggunakan dua
cara yaitu dengan cara perendaman dalam larutan garam dan dengan cara
pembalutan dengan menggunakan pasta abu dan garam. Tujuan dari praktikum ini
adalah untuk mengetahui cara pembuatan telur asin dengan menggunakan dua
metode dan mengetahui karakteristik telur asin yang dihasilkan pada masingmasing metode. Metode yang digunakan dalam praktikum pembuatan telur asin
ini secara eksperimental dengan menggunakan 8 sampel perlakuan. Sampel yang
digunakan yaitu telur ayam dan telur bebek dengan perlakuan masing-masing dua
metode yaitu metode pembalutan campuran garam dan bau dengan perbandingan
1:2 dan 1:4 dan metode larutan garam konsentrasi 23% dan 26,5%. Secara
keseluruhan aroma yang dihasilkan pada telur asin metode larutan garam lebih
amis, kemudian rasa asin yang dihasilkan pada telur asin bebek lebih asin
dibandingkan dengan telur ayam, warna yang dihasilkan pada telur asin putih
pada bagian putih telur dan kuning muda hingga kuning keorangenan, warna
kuning pada kuning telur asin metode pembalutan lebih merata dan tekstur yang
dihasilkan pada telur asin metode pembalutan lebih baik.
Kata Kunci : Abu Gosok, Karakteristik Telur Asin, Larutan Garam
ABSTRACT
One way of preserving eggs is by the addition of salt. Processed eggs
using this salt also known as salted egg. Salted egg is a general term for dishes
made from eggs preserved by marinated. The process of making salted eggs can
be used in two ways, namely by soaking in a salt solution and a way of dressings
by using a paste of ash and salt. The purpose of this lab is to find ways of making
salted eggs using two methods and know the characteristics of salted eggs
produced on each method. The method used in lab making salted eggs is
experimentally using 8 sample treatment. Samples were used that chicken eggs
and duck eggs treated with each of the two methods is the method of wrapping a
mixture of salt and smell the ratio of 1: 2 and 1: 4 and methods of saline
concentration of 23% and 26.5%. Overall scent produced in salted egg method
salt solution is fishy, then salty taste generated in salted duck saltier than the
chicken egg, the resulting color on salted egg white in the egg white and pale
yellow to yellow keorangenan, yellow the salted egg yolk bandaging methods
more evenly and texture resulting in salted egg wrapping method is better.
Keywords: Abu Rub, Characteristics of Salted Egg, Salt Solution
PENDAHULUAN
Telur asin adalah istilah umum untuk masakan berbahan dasar telur yang
diawetkan
dengan
cara
diasinkan
(diberikan
garam
berlebih
untuk
dari luar dan kerusakan yang baru dapat diketahui setelah telur pecah. Kerusakan
pertama berupa kerusakan alami (pecah, retak). Kerusakan lainadalah akibat udara
dalam isi telur keluar sehingga derajat keasaman naik. Sebab lain adalah karena
keluarnya uap air dari dalam telur yang membuat berat telur turun serta putih telur
encer sehingga kesegaran telur merosot. Kerusakan telur dapat pula disebabkan
oleh masuknya mikroba ke dalam telur, yang terjadi ketika telur masih berada
dalam tubuh induknya. Kerusakan telur terutama disebabkan oleh kotoran yang
menempel pada kulit telur. Cara mengatasi dengan pencucian telur sebenarnya
hanya akan mempercepat kerusakan. Jadi pada umumnya telur yang kotor akan
lebih awet daripada yang telah dicuci. Penurunan mutu telur sangat dipengaruhi
oleh suhu penyimpanan dan kelembaban ruang penyimpanan. Tujuannya yaitu
mengetahui proses pembuatan telur asin dengan menggunakan 2 perlakuan.
Mengetahui penanganan pengawetan telur dengan teknologi pengolahan.
BAHAN DAN METODE
Metode yang digunakan dalam praktikum pembuatan telur asin ini secara
eksperimental dengan menggunakan 2 metode yaitu metode abu dan metode
larutan garam. Praktikum tersebut dilakukan di salah satu laboratorium di Gedung
Teknologi Pangan UNPAD. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 6 Desember
2016 pada pukul 08.00-selesai WIB.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah baskom, sendok, jar,
plastik, panci, kompor dan gas. Bahan yang digunakan adalah telur ayam, telur
bebek, garam krosok, kain lap, air, abu dan amplas.
Prosedur dalam pembuatan telur asin menggunakan 2 metode yaitu
metode abu dan metode larutan garam. Pembuatan telur asin dengan
menggunakan metode larutan garam yaitu menyiapkan air sebanyak 50 gram
kemudian dilakukan pendidihan dengan menambahkan garam dan jadilah larutan
garam. Konsentrasi garam yang digunakan yaitu 23% dan 26,5%. Selanjutnya
telur diamplas terlebih dahulu dan direndam dalam larutan garam selama 2
minggu. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2 minggu, telur di rebus dan
diamati karakteristik telur asin meliputi berat, warna, aroma, tekstur, aroma, rasa
dan kenampakan.
Pembuatan telur asin menggunakan metode abu yaitu menyiapkan abu dan
garam dengan perbandingan 1:2 dan 1:4 hingga menjadi pasta abu. Kemudian
telur diamplas dan dilakukan pembalutan dalam pasta abu tersebut selama 2
minggu. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2 minggu, telur di rebus dan
diamati karakteristik telur asin meliputi berat, warna, aroma, tekstur, aroma, rasa
dan kenampakan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum kali ini mengenai pembuatan telur asin. Telur asin merupakan
salah satu produk olahan dari telur yang banyak mengandung zat gizi seperti
protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh kita.
Lemak di dalam telur asin mengandung kolesterol, kandungan kolesterol dalam
kuning telur tergolong tinggi yaitu 550 mg setiap 100 gram bahan dengan kategori
berbahaya. Bahan makanan yang mengandung kolesterol yang tinggi apabila
dikonsumsi secara terus menerus akan memicu penyakit seperti tekanan darah
tinggi/hipertensi, penyakit jantung, stroke dan gagal ginjal. Prinsip pengawetan
telur adalah untuk mencegah masuknya bakteri pembusuk ke dalam telur dan
mencegah keluarnya air dari dalam telur. Pembuatan telur asin ini bertujuan untuk
meningkatkan daya simpan telur. Secara tradisional telur asin biasanya dibuat dari
telur bebek dan telur ayam dengan memiliki daya simpan antara 1-3 minggu.
Ketahanan simpan ini dikarenakan kadar garam yang tinggi dalam pembuatan
telur asin ini (Haryoto, 2004).
Prosedur dalam pembuatan telur asin menggunakan 2 metode yaitu
metode abu dan metode larutan garam. Pembuatan telur asin dengan
menggunakan metode larutan garam yaitu menyiapkan air sebanyak 50 gram
kemudian dilakukan pendidihan dengan menambahkan garam dan jadilah larutan
garam. Konsentrasi garam yang digunakan yaitu 23% dan 26,5%. Selanjutnya
telur diamplas terlebih dahulu dan direndam dalam larutan garam selama 2
minggu. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2 minggu, telur di rebus dan
diamati karakteristik telur asin. Pembuatan telur asin menggunakan metode abu
yaitu menyiapkan abu dan garam dengan perbandingan 1:2 dan 1:4 hingga
menjadi pasta abu. Kemudian telur diamplas dan dilakukan pembalutan dalam
pasta abu tersebut selama 2 minggu. Setelah dilakukan penyimpanan selama 2
minggu, telur di rebus dan diamati. Karakteristik telur asin meliputi berat, warna,
aroma, tekstur, aroma, rasa dan kenampakan.
Prinsip kedua cara tersebut termasuk dehidrasi osmosis yaitu proses
pengurangan air dari bahan dengan cara membenamkan garam dalam suatu
larutan berkonsentrasi tinggi, larutan tersebut mempunyai tekanan osmosis tinggi.
Dehidrasi osmosis (osmotic dehydration) merupakan proses perpindahan masa
secara simultan (countercurrent flows) antara keluarnya air dari bahan dan zat
terlarut berpindah dari larutan ke dalam bahan. Perpindahan massa osmosis
dinyatakan sebagai kehilangan air (Water Loss) dan penambahan padatan (Solid
Gain).
Aplikasi dehidrasi osmosis dalam proses pengasinan, terlihat dengan
keluarnya air dari dalam telur bersamaan dengan masuknya larutan garam ke
dalam telur. Garam (NaCI) akan masuk ke dalam telur dengan cara merembes
melalui pori-pori kulit, menuju bagian putih dan akhirnya ke kuning telur. NaCI
mula-mula akan diubah menjadi ion natrium (Na +) dan ion klor (Cl-). Ion klor
inilah yang sebenarnya berfungsi sebagai bahan pengawet dengan menghambat
pertumbuhan mikroba pada telur. Semakin lama perendaman mengguanakan
dengan adonan maka semakin banyak garam yang merembes ke dalam telur,
sehingga telur menjadi semakin awet dan asin. Lamanya telur rendam adonan ini
harus disesuaikan dengan selera individu yang akan dikonsumsinya. Pada proses
pembuatan telur asin terjadi pertukaran ion yang bersifat stokiometri yakni satu
ion H+ diganti oleh suatu ion Na+. Pertukaran ion adalah suatu proses
kesetimbangan dan jarang berlangsung lengkap. Ion Na didapatkan dari garam
sedangkan ion H+ berasal dari air. Dengan demikian, ion Na masuk ke dalam telur
dan kadar air berkurang akibatnya telur menjadi asin (Underwood, 2001).
Tabel 1. Hasil Pengamatan Telur Asin
Jenis Metod Arom Rasa
Warna
Tekstur
Gambar
Kuning
Puti
h
Kunin
g
Putih
asin
+++
kuning
cerah
putih
keras
sangat
lunak
khas
telur
asin
asin
kuning
cerah
putih
lunak
berpasi
r
kenyal
larutan
garam
23 %
amis
asin
+++
kuning
cerah
putih
padat
padat
abu
1:2
sangat
amis
asin
+++
+
orange
agak
kuning
putih
keras
sangat
lunak
sangat
lunak
Telur
Ayam
larutan
garam
23 %
sangat
amis
Ayam
abu
1:2
Bebe
k
Bebe
k
Ayam
larutan
garam
26,5%
khas
telur
asin
asin
+++
+
kuning
kecoklata
n
putih
sedikit
keras
dan
berpasi
r
Ayam
abu
1:4
khas
telur
asin
asin
kuning tua
putih
empuk
kenyal
Bebe
k
larutan
garam
26,5%
amis
telur
asin
+++
+
kuning
agak
orange
putih
agak
keras
kenyal
Bebe
k
abu
1:4
amis
telur
asin
asin
+++
orange
agak
kuning
putih
padat
lembut
lembut
tekstur kenyal pada putih telur disebabkan karena putih telur mengalami koagulasi
pada saat proses pemanasan. Koagulasi terjadi pada suhu 60 0C (Zulaekah, 2002).
Tekstur pada bagian putih telur cenderung lebih lunak pada perlakuan perendaman
larutan garam.
Menurut Setyaningsih (2008), bahwa warna menjadi atribut kualitas yang
paling penting, walaupun suatu produk pangan bernilai gizi tinggi, rasa enak dan
tekstur baik, namun apabila warna yang ditampilkan kurang menarik akan
menyebabkan produk pangan kurang diminati oleh konsumen. Umumnya warna
yang disukai konsumen pada telur asin yaitu putih pada bagian putih telur dan
kuning keorangenan pada bagian kuning telurnya (Putri,2011). Hal ini sesuai
dengan hasil praktikum dimana warna kuning telur yang dihasilkan baik pada
telur ayam maupun telur bebek yaitu kuning cerah sedangkan pada bagian putih
telur yaitu putih.
Umumnya telur asin yang direndam dalam larutan garam maupun dibalut
dengan pasta abu mengalami kenaikan berat telur. Berat telur akan bertambah
akibat dari masuknya suatu molekul ke dalam telur, dalam hal ini air dan garam
yang masuk ke dalam telur. Berat telur bertambah sedangkan volume air
berkurang, hal ini dikarenakan molekul air dan garam bergerak masuk ke dalam
telur karena larutan garam lebih hipotonik dibanding isi telur yang hipertonik
sehingga menyebabkan hemolysis atau masuknya molekul air dan garam ke dalam
telur, sehingga berat telur bertambah tetapi volume air berkurang.
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa telur asin dengan metode larutan garam
memiliki aroma yang lebih amis, rasa asin yang dihasilkan pada telur asin bebek
lebih asin dibandingkan dengan telur ayam, warna yang dihasilkan pada telur asin
putih pada bagian putih telur dan kuning muda hingga kuning keorangenan, warna
kuning pada kuning telur asin metode pembalutan lebih merata dan tekstur yang
dihasilkan pada telur asin metode pembalutan lebih baik.
saya
ucapkan
kepada
teman-teman
kelompok
atas