Anda di halaman 1dari 19

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama

: An. Z. F.

Umur

: 4 tahun 5 bulan

Jenis kelamin

: laki-laki

Alamat

: Jl. Cengkeh Dalam Jakarta Barat

Agama

: Islam

Tanggal masuk RS

: 07 Agustus 2006

Tanggal keluar RS

: 13 Agustus 2006

IDENTITAS ORANG TUA


Nama Ayah

: Tn. S

Nama Ibu

: Ny. H

Umur

: 32 tahun

Umur

: 28 tahun

Pendidikan

: SMA

Pendidikan

: SMP

Pekerjaan

: Karyawan swasta

Pekerjaan

: Karyawati swasta

Penghasilan

: Rp 2.000.000

Penghasilan

: Rp 2.000.000

Hubungan dengan orang tua : Anak kandung


II. ANAMNESIS
Alloanamnesis dari ibu pasien tanggal 07 Agustus 2006
Keluhan utama

: demam sejak 5 hari SMRS

Keluhan tambahan

: muntah, sakit kepala, badan terasa lemas dan


pegal.

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sejak lima hari SMRS pasien mengalami demam yang timbul mendadak
(suhu tidak diukur dengan termometer).

Demam naik turun tidak tentu

waktu, ada sakit kepala, badan terasa lemas dan pegal.

Pasien tidak

menggigil, tidak kejang, tidak mimisan, gusi tidak berdarah, tidak ada bintikbintik merah pada kulit dan tidak ada batuk pilek serta sesak napas.
Sejak satu hari SMRS pasien muntah dua kali. Muntah terjadi setiap kali
makan, banyaknya kira-kira seperempat gelas aqua berisi makanan yang
dimakan dan tidak ada warna kemerahan pada muntahan.

Pasien tidak

pernah berpergian ke luar kota dalam waktu dekat. Pasien sudah berobat ke
dokter dan diberi obat penurun panas serta antibiotik. Karena tidak ada
perbaikan, pasien kembali ke dokter kemudian dilakukan pemeriksaan darah
dan dianjurkan untuk rawat inap di rumah sakit. Pasien masih mau minum
seperti biasa namun makannya agak berkurang sejak sakit.
Riwayat BAK : lancar, warna kuning jernih, tidak nyeri, tidak ada warna
kemerahan, jumlah tidak berkurang.
Riwayat BAB : pasien belum BAB sejak dua hari SMRS.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Kejang, batuk-batuk lama dan campak disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di rumah pasien dan lingkungan sekitarnya

tidak ada yang menderita

demam dan muntah seperti pasien.


Riwayat Kehamilan dan Persalinan :
Perawatan antenatal

: Teratur

Tempat kelahiran

: Klinik bersalin

Ditolong oleh

: Dokter

Cara persalinan

: Ekstraksi vakum

Penyakit kehamilan

: Tidak ada

Masa gestasi

: Cukup bulan

Berat badan lahir

: 3300 gram

Panjang badan lahir

: 51cm

Sianosis

: Tidak ada

Ikterus

: Tidak ada

Kesan : Neonatus cukup bulan dan sesuai masa kehamilan


Corak Reproduksi :
Pasien anak ke 1 dari 1 bersaudara.

Data Perumahan
Pasien tinggal bersama kedua oragtuanya, status rumah milik sendiri, luas
8 m x 6 m dengan 1 buah pintu masuk, 2 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1
dapur, 1 ruang tamu, tidak ada halaman rumah. Ventilasi baik dengan 3
jendela, lantai keramik. Terdapat selokan di depan rumah, tidak berbau, dan
alirannya lancar.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi
0
BCG
DPT
Polio (OPV)
Hepatitis B
Campak

I
I

2
I
I
II

II

3
II
III

Waktu Pemberian
Bulan
4
6
9 15 18

Tahun
6 12

III
IV
III
I

Kesan : Imunisasi dasar lengkap, namun booster tidak dilakukan dan


imunisasi tambahan (non-PPI) belum dilakukan.
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan gigi pertama

: 5 bulan

Psikomotor
- Tengkurap

: 4 bulan

- Duduk

: 6 bulan

- Berjalan

: 15 bulan
-

Berlari

: 18 bulan
- Merangkak

: 7 bulan

- Berbicara

: 24 bulan

- Berdiri

: 9 bulan

- Membaca dan menulis : belum

Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan sesuai usia.


Riwayat Makanan
Usia 0 - 4 bulan : ASI ad libitum dan on demand
Usia 4 - 12 bulan : Susu formula Morinaga 7-8 x @ 180 cc, Bubur susu Sun
2 x mangkuk kecil, nasi tim 2x mangkuk kecil, buah pisang atau pepaya
1x/hari.

Usia 1 tahun sampai sekarang : Susu Pediasure 4-5 x @ 180 cc, nasi 3 x @ 1
piring kecil + sayur (bayam/labu) + lauk (1 potong ayam/ikan/tahu), porsi
makan dihabiskan, buah pisang atau pepaya atau apel 1x/hari.
Kesan : Kualitas cukup

kuantitas : cukup

III.PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal 07 Agustus 2006
Status Generalis
Keadaan umum

: Tampak sakit sedang

Kesadaran

: kompos mentis

Tanda vital: - Tekanan darah

: 100/60 mmHg

- Nadi

: 120 x / menit

- Suhu

: 37,6 0C

- Pernapasan

: 22 x / menit

Data Antropometri

Berat badan

: 16 Kg (sesuai persentil 25 menurut NCHS)

Panjang badan

: 98 cm (sesuai persentil 10 menurut NCHS)

Lingkar kepala

: 50 cm

Lingkar lengan atas

: 15 cm

Kesan : status Gizi cukup


Pemeriksaan Sistematis
Kepala

: Bentuk tidak ada kelainan, rambut hitam, distribusi merata, tidak


mudah dicabut, tidak teraba benjolan.

Mata

: Bentuk tidak ada kelainan, palpebra superior dan inferior tidak


cekung, kedudukan bola mata simetris, konjungtiva anemis -/-,
sklera ikterik -/-, kornea jernih, pupil bulat, isokor 3 mm,
refleks cahaya +/+.

Telinga

: Bentuk normal, CAE lapang, serumen -/-, sekret -/-.

Hidung

: Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret -/-.

Mulut

: Bentuk tidak ada kelainan, bibir merah, tidak kering, sianosis


tidak ada, lidah tidak kotor, tepi tidak hiperemis, tidak ada

tremor, tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis. Jumlah gigi 20.


Gigi geligi tidak ada karies

V IV III II I I II III IV V
V IV III II I I II III IV V

Leher

: Bentuk tidak ada kelainan, kelenjar getah bening tidak teraba


membesar, trakea di tengah, kaku kuduk (-).

Thorax

Paru-paru
- Inspeksi : Bentuk normal, simetris dalam keadaan stasis dan dinamis.
- Palpasi

: Fremitus vokal kanan sama dengan kiri

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru.


- Auskultasi : Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus kordis
- Palpasi

: Teraba pulsasi iktus kordis di sela iga V MCL sinistra.

- Perkusi : Tidak dilakukan


- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
- Inspeksi : Datar, tidak tampak gambaran vena kolateral,
- Palpasi

: Supel, hepar teraba 1/2 -1/2, tepi tajam, konsistensi kenyal,


permukaan rata, nyeri tekan (-), lien tidak teraba.

- Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)


- Auskultasi : Bising usus (+)
Genitalia eksterna

: laki-laki, tidak ada tanda radang, fimosis(-).

Ekstremitas

: akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema

Kulit

: warna sawo matang, turgor kulit baik.


Tes Rumple Leede (+) di voler lengan bawah kanan.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Laboratorium tanggal 07 Agustus 2006 :
Hematologi :
- Hemoglobin : 12,8 g / dl

(11-15 g / dl)

- Hematokrit : 38 Vol %

(37-47 Vol %)

- Eritrosit

(4,8-6,2 juta / l)

: 4,8 juta / l

- Leukosit

: 2700 / l

(5-10 x 10 3 / l)

- Trombosit

: 61.000 / l

(150-350 x 103 / l)

- LED

: 18 mm/jam

- Hitung jenis :
Basofil/eosinofil/batang/segmen/limfosit/monosit :0/0/0/50/50/0
Serologi :
Widal : S. typhi O : (-)
S. typhi H : (-)
Ig G Dengue : (+)
Ig M Dengue : (+)
V. RESUME
Telah diperiksa seorang anak laki-laki berusia 4 tahun 5 bulan dengan
keluhan demam sejak 5 hari SMRS. Demam timbul mendadak, naik turun
tidak tentu waktu, ada sakit kepala, badan terasa lemas dan pegal. Pasien
tidak menggigil, tidak kejang, tidak mimisan, gusi tidak berdarah, tidak ada
bintik-bintik merah pada kulit. Sejak 1 hari SMRS pasien muntah setiap kali
makan. Pasien tidak pernah berpergian ke luar kota dalam waktu dekat.
Pasien sudah berobat ke dokter dan diberi obat penurun panas serta
antibiotik, namun tidak ada perbaikan. Pasien belum BAB sejak 2 hari
SMRS, BAK tidak ada keluhan.
Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran

: kompos mentis

Tanda vital

: Tekanan darah : 100/60 mmHg


Nadi

: 120 x/menit

Nafas : 22 x/menit
Suhu : 37,6 0C

Berat Badan

: 16 kg

Tinggi Badan

: 98 cm

Kulit

: Turgor baik, Tes Rumple Leede : (+)

Laboratorium :
Hematologi :
- Hematokrit

: 38 Vol %

- Leukosit

: 2700 / l

- Trombosit

: 61.000 / l

Serologi :
- Ig G Dengue : (+)
- Ig M Dengue : (+)
VI. DIAGNOSIS KERJA
Demam Berdarah Dengue Grade I
VII.

DIAGNOSA BANDING
Tidak ada

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN


o Laboratorium : Hb, HT, Trombosit tiap 12 jam sekali
o Foto Rontgen Toraks
IX.

PENATALAKSANAAN
1. Non medikamentosa :
-

Tirah baring dan observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam

Kebutuhan cairan :
Maintenance: (10x100 cc) + (6x50 cc) = 1300
Koreksi suhu: 0,6 x 12% x 1300 cc
Total kebutuhan cairan

cc

93,6 cc
-------------= 1393,6 cc 1500 cc/hari
(IVFD RL 3 kolf/24 jam)

Diet lunak, kebutuhan kalori 1600 kkal/hari : karbohidrat 800


kkal/hari (200 g/hari), lemak 560 kkal/hari (62 g/hari), dan
protein 240 kkal/hari (60 g/hari).

2. Medikamentosa :
Antipiretik
X.

: Paracetamol 3 x 160 mg per oral bila suhu > 38C

PROGNOSIS
Ad vitam

: bonam

Ad fungsionam: bonam

Ad sanationam : bonam
FOLLOW UP
8/8-06

8/8 sore

pagi
KU

Tampak sakit
sedang

Kesadaran
Suhu
Hb
Leukosit
Hematokrit
Trombosit

KM
37,7
13
2600
37
53.000

14,3
1900
42
52.000

9/8-06

9/8

10/8-06

11/8-06

12/8-06

13/8-06

pagi
sore
Tampak sakit

Tampak

Tampak

Tampak

Tampak

sedang

sakit

sakit

sakit

sakit

sedang
KM
36,5
12,6
3100
38
52.000

sedang
KM
37
11,8
3600
36
54.000

sedang
KM
36,8
12,4
6000
37
60.000

ringan
KM
36,5
12,4
10.000
36
109.000

KM
37,1
12,2
1600
35
50.000

12
2300
36
48.000

TINDAK LANJUT
-

Melakukan imunisasi booster DPT, polio dan campak serta imunisasi


tambahan.

Untuk keluarga, melakukan 3M di rumah dan lingkungan sekitarnya.

TINJAUAN PUSTAKA

DEMAM BERDARAH DENGUE


DEFINISI
Demam Dengue (DD) adalah penyakit infeksi pada anak, remaja, dan
dewasa yang disebabkan virus Dengue dengan gejala utama nyeri otot, nyeri
sendi yang disertai leukopenia dengan atau tanpa ruam (rash) dan limfadenopati,
demam bifasik, sakit kepala, nyeri pada pergerakan bola mata, rasa mengecap
yang terganggu, dapat trombositopenia ringan/petekiae spontan.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi pada anak,
remaja, dan dewasa yang disebabkan virus Dengue dengan gejala utama demam,
nyeri otot, nyeri sendi, uji tourniket positif dengan atau tanpa ruam disertai
beberapa atau semua gejala perdarahan yang biasanya memburuk setelah 2 hari
pertama.
Dengue Shock Syndrome (DSS) adalah penyakit DBD yang disertai
renjatan.
ETIOLOGI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF)

adalah penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue yang

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.


Morfologik virus Dengue merupakan partikel sferis dengan diameter
nukleokapsid 30 nm dan ketebalan selubung 10 nm sehingga diameter virion
kira-kira 50 nm. Virus ini berbentuk batang, bersifat termolabil, stabil pada suhu
70C. Biologik selubung virion berperan dalam hemaglutinasi, netralisasi, dan
interaksi antara virus dengan sel saat awal infeksi. Virus ini tergolong RNA
untai tunggal.

Merupakan famili Flaviviridae.

kelompok B Arthropode-Borne Virus (Arbovirus).

Virus ini juga termasuk


Virus ini terdiri dari 4

serotipe yaitu Den 1, Den 2, Den 3, dan Den 4. Den 3 paling dominan dan
diasumsikan menimbulkan manifestasi yang berat.
Sifat dari nyamuk Aedes aegypti yang perlu kita ketahui antara lain :
-

Hidup optimal pada iklim tropis dan subtropis

Habitatnya adalah tempat-tempat penampungan air bersih yang tidak


langsung berhubungan dengan tanah, suka istirahat pada benda-benda yang
tergantung di rumah.

Tersebar luas di seluruh pelosok tanah air baik kota maupun desa, tidak dapat
hidup pada ketinggian > 1000 m di atas permukaan laut.

Bersifat sangat antropofilik dan hidup dekat dengan manusia

Kemampuan jarak terbang 40-100 m dari tempat berkembang biaknya.

Dari telur hingga dewasa perlu waktu 12 hari.

Umur nyamuk betina rata-rata 6 minggu.

Hanya nyamuk betina yang menusuk dan menghisap darah.

Hanya darah manusia yang dipilihnya untuk mematangkan telur.

CARA PENULARAN
Virus Dengue masuk ke tubuh nyamuk Ae. Aegypti pada saat menghisap
darah manusia yang sedang terinfeksi virus Dengue dalam keadaan viremia (2
hari sebelum panas sampai dengan 5 hari setelah demam).
nyamuk tetap akan terinfeksi sepanjang hidupnya.

Bila terinfeksi,

Nyamuk betina yang

terinfeksi dapat menularkan virus secara transovarian. Di dalam tubuh nyamuk


tersebut, virus Dengue berkembang biak dengan cara membelah diri dan
menyebar ke seluruh tubuh nyamuk yang sebagian besar terdapat pada kelenjar
liur nyamuk. Dalam waktu 1 minggu, jumlahnya dapat mencapai ratusan ribu
dan siap untuk ditularkan kepada orang lain. Selanjutnya pada saat nyamuk
menggigit manusia, setelah alat tusuk nyamuk (probosis) menemukan kapiler
darah, sebelum darah manusia itu dihisap maka nyamuk terlebih dahulu
mengeluarkan air liur yang mengandung virus agar darah yang dihisap tidak
membeku. Bersama dengan air liur nyamuk inilah, virus Dengue dipindahkan
ke manusia.

Masa tunas yang diperlukan virus antara 4-6 hari sebelum

menimbulkan penyakit.
PATOGENESIS
Virus Dengue dibawa oleh nyamuk Ae. Aegypti dan Ae. Albopictus
sebagai vektor ke tubuh manusia melalui tusukan nyamuk tersebut. Namun tidak
semua orang yang terkena gigitan nyamuk tersebut dapat terserang penyakit

10

DBD. Apabila terdapat kekebalan yang cukup dalam tubuh manusia tersebut
maka tidak akan terserang sakit, meskipun dalam darahnya terdapat virus
tersebut.

Sebaliknya pada orang yang tidak mempunyai kekeblan akan

mengalami demam yang ringan bahkan sakit berat, yaitu demam tinggi yang
disertai perdarahan bahkan syok, tergantung dari tingkat kekebalan yang
dimilikinya.

Infeksi yang pertama kali mungkin memberikan gejala sebagai

Demam Dengue dan menimbulkan antibodi terhadap serotipe tersebut tetapi


tidak untuk serotipe yang lain. Apabila orang itu mendapat infeksi ulang oleh
tipe virus yang berlainan akan menimbulkan reaksi yang berbeda dan lebih berat.
Patogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah kontroversial.
Teori yang banyak dianut pada DBD adalah teori hipotesis infeksi sekunder
(secondary heterogenous infection theory) dan teori hipotesis immune
enhancement. Teori tersebut secara tidak langsung menyatakan bahwa manusia
yang mengalami infeksi yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang
heterolog punya risiko berat yang lebih besar untuk menderita DBD berat.
antibodi heterolog yang sudah ada sebelumnya akan mengenali virus lain yang
menginfeksi. Membentuk kompleks antigen-antibodi.

Kompleks tersebut

berikatan dengan Fc reseptor membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh


karena antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisirkan oleh tubuh, maka
bebas bereplikasi dalam sel makrofag.
Teori lain yaitu Antibody Dependent Enhancement (ADE) menyatakan
bahwa suatu proses akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue dalam
mononuklear sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut.

Terjadi sekresi

mediator vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas


pembuluh darah sehingga mengakibatkan keadaan-keadaan seperti hipovolemia
dan syok.
Berdasarkan teori secondary heterolog infection bahwa akibat infeksi sekunder
oleh tipe virus dengue yang berlainan pada seorang pasien, respon antibodi
amnestik yang terjadi dalam beberapa hari mengakibatkan proliferasi dan
transformasi limfosit yang menghasilkan titer tinggi antibodi If G anti dengue,
terbentuk kompleks virus antigen-antibodi.

Dampak dari kompleks tersebut

adalah :

11

1. Sistem komplemen C3 dan C5 akan teraktivasi yang berakibat


dilepaskannya anafilaktosin C3a dan C5a, hal ini menyebabkan
meningkatknya permeabilitas dinding pembuluh darah dan merembesnya
plasma dari intravaskuler ke ekstravaskuler, yang ditandai dengan
peningkatan kadar hematokrit, penurunan natrium, an terdapat caira
dalam rongga serosa (efusi pleura, ascites)
2. Timbulnya agregasi trombosit yang akan melepaskan ADP dan menglami
perubahan.

Agregasi

trombosit

menyebabkan

terjadinya

trombositopenia, koagulopati konsumtif (KID) dan gangguan fungsi


trombosit.
3. Aktivasi faktor Hageman (XII) dengan akibat terjadinya pembekuan
intravaskuler yang luas dalam hal ini plasminogen akan menjadi plasmin
yang berperan dalam pembentukan anafilaktosin dan penghancuran fibrin
sehingga terbentuk FDP.
Fenomena patofisiologi yang menentukan berat penyakit dan membedakan
DD dengan DBD adalah kebocoran plasma akibat peningkatan permeabilitas
vaskuler yang berakibat berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.

Adanya kebocoran

plasma dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga serosa seperti


peritoneum, pleura dan pericardium.
Syok hipovolemia dapat berakibat anoksia jaringan, asidosis metabolik,
kematian. Sebab lain kematian pada DBD adalah perdarahan hebat yang timbul
setelah renjatan berlangsung lama dan tidak teratasi.
MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinik virus Dengue sangat bervariasi tergantung daya tahan
tubuh dan virulensi itu sendiri. Mulai dari tanpa gejala (asimptomatik), demam
ringan tidak spesifik (undifferential fever), demam dengue, demam berdarah
dengue dan sindrom syok dengue (SSD).
A. Demam denue (DD) dapat dijumpai keadaan berikut :
-

Demam tinggi tiba-tiba (>39oC), menetap 2-7 hari, kadang bersifat


bifasik.

12

Muka kemerahan (flushing face)

Nyeri seluruh tubuh : nyeri kepala, nyeri belakang mata terutama bila
digerakan, nyeri otot, nyeri tulang, nyeri sendi dan nyeri perut.

Mual, muntah, tidak nafsu makan.

Timbul ruam merah halus samapi petektae.

Labolatorium terdapat leukopeni hingga trombositopenia.

Namun demam dengue yang disertai pendarahan harus dibedakan dengan


DBD. Pada penderita demam dengue tidak ada tanda-tanda kebocoran
plasma.
B. Demam Berdarah Dengue
Perbedaan DD dengan DBD terletak pada patofisiologi penyakit tersebut,
dimana pada DBD terdapat kelainan homeostatis dan pembesaran plasma
yang

dibuktikan

dengan

adanya

trombositopenia

dan

peningkatan

hematokrit.
Kriteria diagnosa DBD menurut WHO 1997 :
a. Klinis
-

Demam tinggi tiba-tiba selama 2-7 hari, tanpa sebab jelas

Terdapat manifestasi pendarahan berupa : uji tourniquet +, petekiae,


ekimosis, purpura, pendarahan mukosa, epitaksis, pendarahan gusi,
hematemesis dan atau melena.

Pembesaran hati (hepatomegali)

b. Laboratoris
-

trombositopenia (trombosit < 100.000/mm3

hemokonsentrasi, peningkatan hematokrit > 20 %

Diagnosis ditegakkan dengan dua kriteria klinis dan satu kriteria laboratoris.
Adanya efusi pleura dan atau hipoalbuminemia memperkuat diagnosis.
Menurut WHO 1997, DBD dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :
I. Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan adalah uji tourniquet positif.
II. Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit atau perdarahan
lain.

13

III. Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan dalam, tekanan nadi
menurun < 20 mmHg, hipotensi, sianosis sekitar mulut, kulit dingin dan
lembab, tampak gelisah.
IV. Syok berat, nadi tidak dapat diraba, tekanan darah tidak dapat diukur.
C. SINDROM SYOK DENGUE (SSD)
Biasanya terjadi pada saat atau segera setelah suhu turun, biasanya antara
hari ke-3 sampai ke-7.
Gelisah yang timbul sesuai dengan keadaan syok :
-

Pasien tampak gelisah

Akral dingin dan pucat, kulit lembab

Hipotensi, penurunan tekanan nadi (<20 mmHg), nadi cepat dan


lemah.

LABORATORIUM DAN PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. LABORATORIUM
-

Trombositopenia (trombosit <100.000/mm3)

Hematokrit meningkat > 20%

Hipoproteinemia, penurunan kadar fibrinogen, protrombin, faktor VIII,


faktor XII dan antitrombin III

PT dan PTT memanjang

Asidosis metabolik dan kadar BUN (Basal Urea Nitrogen) meningkat


pada syok berat

SGOT dan SGPT meningkat ringan

Serum komplemen menurun

B. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologis
- Rontgen toraks PA terdapat gambaran efusi pleura terutama pada
hemitoraks kanan
- USG abdomen tampak ascites dan efusi pleura bagian kanan
2. Serologis

14

Dikenal 6 jenis serologi yang dapat menentukan adanya virus dengue


yaitu :
a. Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test), paling sering dipakai dan
merupakan gold standard serologi untuk dengue. Uji HI sensitif tapi
tidak spesifik. Untuk diagnosis positif bila terdapat kenaikan titer 4x
lipat dari titer serum akukt (>1280).
b. Ig M Elisa, kelebihan uji ini adalah hanya perlu satu serum akut saja.
Spesifitas sama dengan uji HI, sensitifitas sedikit di bawah uji HI.
c. Ig MAC Elisa, sedikit lebih spesifik dibanding Ig M Elisa
d. Uji netralisasi, paling spesifik dan sensitif untuk virus Dengue
e. Uji komplemen fiksasi
f. PCR, sangat spesifik dan sensitif.
KOMPLIKASI PENYAKIT
A. Ensefalopati Dengue
Pada umumnya terjadi akibat komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan perdarahan (tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai
syok),

gangguan

metabolik

seperti

hipoksemia,

hiponatremia

perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya ensefalopati.

atau

Karena

ensefalopati DBD bersifat sementara, maka kemungkinan dapat juga


disebabkan oleh trombosis pembuluh darah otak sementara sebagai akibat
dari KID (Koagulasi Intravaskular Diseminata).
Pada ensefalopati dengue, kesadaran pasien menurun menjadi apatis atau
somnolen dan dapat disertai kejang, peningkatan kadar transaminase
(SGOT/SGPT),

PT

dan

PTT

memanjang,

alkalosis,

hiponatremia,

hipoglikemia. Pungsi lumbal dikerjakan bila syok teratasi dan kesadaran


tetap menurun.
B. Gagal Ginjal Akut
Umumnya terjadi pada fase terminal sebagai akibat syook yang tiak
teratasi dengan baik.

Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik dan akut

tubular nekrosis. Untuk mencegahnya maka setelah syok diatasi, perhatikan


apakah benar syok telah teratasi dengan baik. Diuresis merupakan parameter

15

yang penting dan paling mudah dilakukan dalam memonitor kelainan ginjal.
Diuresis diusahakan >1 mm3/kg/jam. Pada syok yang tidak diatasi dengan
baik dapat terjadi syok berulang. Pada keadaan syok berat sering dijumpai
akut tubular nekrosis yang ditandai dengan penurunan jumlah urin dan
peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
C. Edema Paru
Terjadi akibat pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada
hari ketiga sakit sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya
tidak akan menyebabkan edema paru oleh karena perembesan plasma masih
terjadi. Bila pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskuler,
cairan tetap diberikan (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan kadar
Hb dan Ht tanpa memperhatikan hari sakit) pasien akan mengalami distress
pernafasan disertai sembab pada kelopak mata.

Rontgen toraks PA

memberikan gambaran bat wing appearance yang sesuai dengan gambaran


edema paru.
D. Sepsis
Akibat penggunaan jalur intravena yang terkontaminasi
E. Syok hingga kematian
Terjadi karena penanganan yang tidak adekuat.
DIAGNOSIS BANDING
1. Adanya demam pada awal penyakit dapat dibandingakn dengan infeksi
bakteri, virus atau infeksi parasit seperti bronkopneumonia, kolesistitis,
pielonefritis, demam tifoid, malaria, demam chikungunya, campak,
influenza,

hepatitis,

trombositopenia

yang

leptospirosis
jelas

dan

disertai

sebagainya.
hemokonsentrasi

Adanya
dapat

membedakannya.
2. Demam Chikungunya (DC). Pada DC biasanya seluruh anggota keluarga
dapat terserang dan penularannya mirip dengan influenza. Gejalanya
serangan demam mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih

16

tinggi, hampir disertai ruam makropapular, infeksi konjungtiva dan


sering dijumpai nyeri sendi. Uji tourniquet positif, petekie dan epistaksis
hampir sama dengan DBD.

Pada DC tidak ditemukan perdarahan

gastrointestinal dan syok.


3. Adanya ruam yang akut seperti pada morbili perlu dibedakan dengan
DBD, biasanya pada morbili ruamnya lebih banyak.
4. Adanya pembesaran hati perlu dibedakan dengan hepatitis akut dan
leptospirosis.

Pada hari ke3-4 demam dengan adanya manifestasi

perdarahan, kemungkinan diagnosis DBD lebih besar.


5. Perdarahan di kulit dapat terjadi juga pada meningitis meningokok dan
sepsis.
6. DBD derajat II sulit dibedakan dengan idiopatik trombositopenia purpura
(ITP). Demam pada ITP cepat hilang dan tidak terjadi hemokonsentrasi.
Pada masa penyembuhan jumlah trombosit lebih cepat kembali normal.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan menurut FKUI / RSCM terdiri dari 5 protokol.
Protokol I : tersangka DBD
Pasien pulang bila : Hb, Ht normal, trombosit >100.000/mm 3 dalam 24
jam. Dengan catatan kontrol kembali bila keadaan makin memburuk. Bila
meragukan, observasi dan berikan infus kristaloid 500 cc per 4 jam, ulang Hb,
Ht, Trombosit.
Pasien dirawat bila Hb, Ht normal tapi trombosit <100.000/mm 3. Atau
Hb, Ht tetap/meningkat dengan trombosit normal atau menurun. Monitor tanda
vital serta jumlah urin tiap 4 jam.
Protokol II : DBD tanpa perdarahan masif dan syok
Berikan infus larutan kristaloid 4 jam/kolf. Bila Hb, Ht normal dan trombosit
>100.000-150.000, maka cukup monitor lagi tiap 24 jam. Tapi bila Hb, Ht
meningkat periksa ulang tiap 12 jam.
Setelah 24 jam bila Hb, Ht, trombosit :
Stabil, pasien pulang

17

Normal/meningkat trombosit >100.000, ulang periksa tiap 12 jam selama 24


jam. Bila normal dan stabil, boleh pulang.
Klinis memburuk, menunjukkan tanda syok, terapi disesuaikan seperti pada
syok.
Pasien pulang bila : tidak demam, hemodinamik baik. Kontrol poliklinik 24 jam
kemudian sambil periksa darah perifer lengkap.
Protokol III : DBD dengan perdarahan spontan dan masif tanpa syok
Segera infus larutan kristaloid 4 jam/kolf.

Periksa tanda-tanda vital, darah

perifer lengkap dan homeostatis tiap 4-6 jam. Bila ada tanda-tanda KID berikan
heparin. Transfusi komponen darah diberika sesuai indikasi. FFP diberikan bila
terdapat defisiensi faktor pembekuan (PT dan PTT memanjang). PRC diberikan
bila nilai Hb kurang dari 10 g/dl, transfusi trombosit diberikan pada DBD
dengan perdarahan spontan dan masif dengan jumlah trombosit < 100.000
disertai atau tanpa KID.
Pada kasus dengan KID pemeriksaan homeostasis diulang 24 jam kemudian,
sedangkan pada kasus tanpa KID pemeriksaan dikerjakan bila masih ada
perdarahan.

Penderita DBD dengan gejala-gejala tersebut, idealnya diinfus

dengan plasma exkpander (dekstran) 1-1,5 liter/24 jam. Bila tidak tersedia dapat
diberikan kristaloid. Juga diberikan terapi simtomatik sesuai indikasi.
Protokol IV : DBD dengan syok dan perdarahan spontan.
Fase awal segera berikan infus larutan kristaloid terutama RL 20 ml/kgBB/jam.
Berikan O2 2-4 liter/menit, periksa elektrolit dan ureum, kreatinin. Evaluasi
selama 30-120 menit. Syok dikatakan teratasi bila keadaan umum membaik,
keadaan sistem saraf pusat baik, sistole di atas 100 mmHg dengan tekanan nadi
>20 mmHg. Nadi 100x/menit dengan volume yang cukup. Akral hangat, tidak
pucat serta diuresis 0,5-1 ml/kgBB/jam. Bila syok telah teratasi infus dikurangi
menjadi 10 ml/kgBB/jam lanjut evaluasi 60-120 menit beriktu.

Bila klinis

menjadi stabil kurangi lagi menjadi 4 jam/kolf. Selama ini peruksa ulang Hb,
Ht, Trombosit serta elektrolit tiap 4-6 jam.
Bila hemodinamik masih belum stabil dengan Ht > 30% anjurkan kombinasi
kristaloid dan koloid dengan perbandingan 3-4:1 namun bila Ht <30% berikan

18

transfusi darah merah.

Bila syok dari awal tidak teratasi langsung berikan

larutan koloid 10-20 ml/kgBB/jam maksimal 1500 cc/24 jam. Bila Ht <30%
segera transfusi darah merah. Bila syok masih juga belum teratasi berikan obatobatan vasopresor seperti dopamin, dobutamin atau epinefrin. Bila ternyata ada
KID berikan heparin dan transfusi komponen darah sesuai indikasi. Tanpa KID
periksa homeostatis diulang bila masih ada perdarahan. Berikan juga obatobatan sesuai gejala yang ada.
Protokol V : DBD dengan syok tanpa pendarahan.
Sama prinsipnya dengan protocol no IV hanya pemeriksaan klinis dan lab
dilakukan seteliti mungkin untuk menentukan kemungkinan pendarahan
tersembunyi disertai KID, maka heparin dapat diberikan. Bila tidak didapatkan
tanda-tanda pendarahan, walau hasil pemeriksaan homeostatis menunjukan KID
maka heparin tidak diberikan, kecuali bila ada perkembangan kearah perdarahan.

Referensi :
1. Dengue Hemorrhagic Fever. August11,2004. www.emedicine.com/ ped/
topic 589.htm-124k
2. Hassan R, Alatas H. Demam Berdarah Dengue. Dalam : Buku Kuliah 2
Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :FKUI, 2002 .hal 593-598.
3. Rampengan T, Laurentz I. Demam Berdarah Dengue. Dalam : penyakit
infeksi Tropik pada Anak. Jakarta : EGC,1997. hal 135-55.
4. Rezeki S, Irawan H. Demam Berdarah Dengue, Naskah Lengkap, Jakarta
: FKUI, 2005. hal 32-131.

19

Anda mungkin juga menyukai