BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama di Negara
maju. Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya PJK, sehingga upaya pencegahan
harus bersifat multifaktorial juga. Pencegahan harus diusahakan sedapat mungkin dengan
cara mengendalikan faktor-faktor resiko PJK dan merupakan hal yang cukup penting pada
penanganan PJK.
Penyakit Jantung Koroner adalah penyakit jantung yang menyangkut gangguan dari
pembuluh darah koroner yang dalam mengenal dan menanganinya membutuhkan
perhatian serta pengenalan daari factor resiko yang ada pada penderita serta tindakan
yang segera dapat diambil terhadap penderita tersebut dalam waktu yang singkat agar tidak
terjadi komplikasi yang dapat membawa akibat yang
pencegahan PJK
merupakan salah satu usaha yang cukup besar peranannya dalam penanganan PJK untuk
menurunkan resiko dan kematian akibat PJK yaitu dengan cara mengendalikan factor resiko
PJK. Factor resiko utama PJK adalah ; Hipertensi, hiperkolesterolami, dan merokok
merupakan factor yang dapat dikontrol dan bersifat reversible.
BAB II
PEMBAHASAN
I. Pengertian
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang menyangkut
gangguan dari pembuluh darah koroner. (Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) terutama disebabkan oleh proses aterosklerosis
yang merupakan suatu kelainan degenaratif, meskipun dipengaruhi banyak factor . (A. Muin
Rahman)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang pembuluh
darah koroner. (Dede Kusmana)
Dari pengertian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa Penyakit Jantung
Koroner adalah penyakit jantung yang di sebabkan oleh aterosklerosis pada pembuluh
darah koroner.
c. Keturunan / genetika
Jika ada anggota keluarga yang terkena PJK pada usia yang relative muda, dibawah 50
tahun. Meskipun demikian agaknya factor ini lebih banyak disebabkan kesamaan gaya
hidup.
2.
Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi :
a. Hipertensi
Peningkatan tekanan darah merupakan beban yang berat untuk jantung, sehigga
menyebabkan hipertropi ventrikel kiri atau pembesaran ventrikel kiri (factor miokard).
Keadaan ini tergantung berat dan lamanya hipertensi. Serta tekanan darah tinggi dan
menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap dinding pembuluh darah arteri
koronaria, sehingga memudahkan terjadinya aterosklerosis koroner (factor koroner). Hal ini
menyebabkan angina pectoris, insufisiensi koroner dan miokard infark lebih sering
didapatkan pada penderita hipertensi dibandingkan orang normal.
b. Hiperkolesterolmia
Kolesterol, lemak dan substansi lainnya dapat menyebabkan penebalan dinding pembuluh
darah arteri, sehingga lumen dari pembuluh darah tersebut menyempit aterosklerosis.
Penyempitan pembuluh darah ini akan menyebabkan aliran darah menjadi lambat bahkan
dapat tersumbat sehingga aliran darah pada pembuluh darah koroner yang fungsinya
memberi O2 ke jantung menjadi berkurang. Kurangnya O2 akan menyebabkan otot jantung
menjadi lemah, sakit dada, serangan jantung bahkan kematian.
c. Merokok
Efek rokok adalah menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya konsumsi O2 akibat inhalasi CO. Katekolamin juga dapat
menambah reaksi trombosis dan juga menyebabkan kerusakan dinding arteri, sedangkan
glikoprotein tembakau dapat menimbulkan reaksi hipersensitif dinding arteri.
d. Obesitas
Obesitas meningkatkan kerja jantung dan kebutuhan oksigen dan berperan gaya hidup
yang pasif. Lemak tubuh yang berlebih (terutama obesitas abdominal) dan ketidakaktifan
fisik berperan dalam terbentuknya resistensi insulin.
e. Kurang bergerak
berbagai penelitian menunjukkan orang yang kurang bergerak lebih mudah terkena PJK
dibandingkan dengan yang aktif bergerak atau aktif bekerja fisik, baik karena berolahraga
secara teratur, bertukang, berkebun maupun kegiatan fisik lainnya. Aktifitas fisik akan
meningkatkan kolesterol HDL dan menurunkan factor resiko koroner lainnya seperti
Tekanan Darah Tinggi, kegemukan maupun diabetes.
f.
Diabetes Melitus
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi penyakit
pembuluh darah. Mekanismenya belum jelas, akan tetapi terjadi peningkatan tipe IV
hiperlipidemi dan hipertrigliserid, pembentukan platelet yang abnormal dan DM yang
disertai obesitas dan hipertensi.
e. Stres
Stres
akan
3.
Lesi lanjut atau komplikata terjadi bila suatu plak fibrosa rentan mengalami
gangguan akibat kalsifikasi, nekrosis sel, perdarahan,trombosis, atau ulserasi dan dapat
menyebabkan infark miokardium.
Patofisiologi
Infark miokard
Penurunan kemampuan pembuluh
vascular untuk melebar.
Ketidakseimbangan antara suplay dan
kebutuhan O2 miokardium (resiko
tinggi penurunan cardiac output).
Ganggguan pertukaran gas nyeri dada
Resistensi terhadap
aliran darah meningkat
Perdarahan. Kalsifikasi,
dan trombosis
Ateroma
(kompleks
aterosklerosis)
Regresi sebagian dan
sebagian berkembang
menjadi plak fibrosia
Lumen pembuluh darah
menyempit
Penimbunan lipid dan jaringan
fibrosa dalam arteri koroner
Etiologi
(Aterosklerosis pembuluh
koroner)
Nyeri dada yang timbul saat melakukan aktifitas, bersifat kronis (> 2 bulan). Nyeri
precordial terutama di daerah retrosternal, terasa seperti tertekan benda berat atau terasa
panas, seperti di remas ataupun seperti tercekik.rasa nyeri sering menjalar ke lengan kiri
atas / bawah bagian medial, ke leher, daerah maksila hingga ke dagu atau ke punggung,
tetapi jarang menjalar ke lengan kanan. Nyeri biasanya berlangsung seingkat (1-5) menit
dan rasa nyeri hilang bila penderita istirahat. Selain aktifitas fisik, nyeri dada dapat
diprovokasi oleh stress / emosi, anemia, udara dingin dan tirotoksikosis. Pada saat nyeri,
sering disertai keringat dingin. Rasa nyeri juga cepat hilang dengan pemberian obat
golongan nitrat. Jika ditelusuri, biasanya dijumpai beberapa faktor risiko PJK. Pemeriksaan
elektrokardiografi sering normal (50 70% penderita). Dapat juga terjadi perubahan
segmen ST yaitu depresi segmen ST atau adanya inversi gelombang T (Arrow Head).
Kelainan segmen ST (depresi segmen ST) sangat nyata pada pemeriksaan uji beban
latihan.
Mekanisme terjadinya iskemia
Pada prinsipnya iskemia yang terjadi pada PJK disebabkan oleh karena terjadi
gangguan keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokard. Dengan adanya
aterosklerosis maka aliran darah koroner akan berkurang, terutama pada saat kebutuhan
meningkat (saat aktifitas) sehingga terjadilah iskemia miokard (Ischemia On Effort).
3. Angina Pektoris Tidak Stabil (Unstable Angina)
Pada subset klinis ini, kualitas, lokasi, penjalaran dari nyeri dada sama dengan
penderita angina stabil. Tetapi nyerinya bersifat progresif dengan frekuensi timbulnya nyeri
yang bertambah serta pencetus timbulnya keluhan juga berubah. Sering timbul saat
istirahat. Pemberian nitrat tidak segera menghilangkan keluhan. Keadaan ini didasari oleh
patogenesis yang berbeda dengan angina stabil. Angina tidak stabil sering disebut
sebagai Pre-Infarction sehingga penanganannya memerlukan monitoring yang ketat. Pada
angina tidak stabil, plaque aterosklerosis mengalami trombosis sebagai akibat plaque
rupture (fissuring), di samping itu diduga juga terjadi spasme namun belum terjadi oklusi
total atau oklusi bersifat intermitten. Pada pemeriksaan elektrokardiografi didapatkan
adanya depresi segmen ST, kadar enzim jantung tidak mengalami peningkatan.
4. Variant Angina (Prinzmetals Angina)
Variant angina atau Prinzmetals angina pertama kali dikemukakan pada tahun 1959
digambarkan sebagai suatu sindroma nyeri dada sebagai akibat iskemia miokard yang
hampir selalu terjadi saat istirahat. Hampir tidak pernah dipresipitasi oleh stress / emosi dan
pada pemeriksaan EKG didapatkan adanya elevasi segmen ST. Mekanisme iskemia
pada Prinzmetals angina terukti disebabkan karena terjadinya spasme arteri koroner.
Kejadiannya tidak didahului oleh meningkatnya kebutuhan oksigen miokard. Hal ini dapat
terjadi pada arteri koroner yang mengalami stenosis ataupun normal. Proses spasme
biasanya bersifat lokal hanya melibatkan satu arteri koroner dan sering terjadi pada daerah
arteri koroner yang mengalami stenosis.
Manifestasi klinis
Penderita dengan Prinzmetals angina biasanya terjadi pada penderita lebih muda
dibandingkan dengan angina stabil ataupun angina tdiak stabil. Seringkali juga tidak
didapatkan adanya faktor risiko yang klasik kecuali perokok berat. Serangan nyeri biasanya
terjadi antara tengah malam sampai jam 8 pagi dan rasa nyeri sangat hebat. Pmeriksaan
fisik jantung biasanya tidak menunjukkan kelainan. Pemeriksaan elektrokardiografi
menunjukkan adanya elevasi segmen ST (kunci diagnosis). Pada beberapa penderita bisa
didahului depresi segmen ST sebelum akhirnya terjadi elevasi. Kadang juga didapatkan
perubahan gelombang T yaitu gelombang T alternan, dan tidak jarang disertai dengan
aritmia jantung.
5. Infark Miokard Akut
Patologi
Sebgaimana dijelaskan bahwa PJK didasari oleh proses aterosklerosis yang bersifat
progresif. Fibrous cap yang menutupi plaque aterosklerosis pada beberapa bagiannya
dapat menjadi tidak stabil (melalui mekanisme yang komplek) sehingga akan mudah terjadi
perlukaan (fissuring) dan akhirnya pecah (plaque rupture). Proses selanjutnya adalah terjadi
trombosis baik di dalam plaque (intra plaque) dan seterusnya semakin meluas hingga
memenuhi / menyumbat aliran darah koroner thrombus propagation
Manifestasi klinis
Gejala prodomal
Penderita infark miokard akut sering didahului oleh keluhan dada terasa tdiak enak
(chest discomfort). Keluhan ini menyerupai gambaran angina yang klasik pada saat istirahat
sehingga dianggap terjadi angina tidak stabil. Tiga puluh persen penderita mengeluh gejala
tersebut 1-4 minggu sebelum penderita mengeluh gejala tersebut dirasakan kurang dari 1
minggu. Selain itu penderita sering mengeluh rasa lemah dan kelelahan.
Nyeri dada
Intentisitas nyeri biasanya bervariasi, seringkali sangat berat bahkan banyak penderita
tidak dapat menahan rasa nyeri tersebut. Nyeri dada berlangsung > 30 menit bahkan
sampai berjam-jam. Kualitas nyerinya
sering dirasakan seperti menekan,
(compressing), constricting, crushing atau squeezing (diremas), choocking (tercekik), berat
(heavy pain). Kadang juga bisa tajam (knife like) atau pun seperti terbakar (burning). Lokasi
nyeri biasanya retrosternal, menjalar ke kedua dinding dada terutama dada kiri, ke bawah
ke bagian medial lengan menimbulkan rasa pegal pada pergelangan, tangan dan jari.
Kadang-kadang nyeri dapat dirasakan pada daerah epigastrium hingga merasa perut tidak
enak (abdominal discomfort). Gejala lain yang sering menyertai adalah mual, muntah,
badan lemah, pusing, berdebar dan keringat dingin.
V. Komplikasi :
1.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.
2.
3.
4.
Nyeri dada hampir sama tempat dan kualitasnya, yang membedakan adalah lama
terjadinya. Pada angina pectoris biasanya 1-5 menit sedangkan pada infark miokardium
lebih dari 20 menit.
DAFTAR PUSTAKA
A.Muin
Rahman.
Penyakit
Jantung
Koroner
Kronik.
Manifestasi
Klinis
dan
Prinsip
Dede Kusmana. 1996. Pencagahan dan Rehabilitas Penyakit Jantung Koroner Jurnal
Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal.106
Drs. Tan Hoan Tjay dan Drs. Rahadja Kirana. 2007. Obat-obat Penting Edisi VI. Jakarta, Elex
Media Komputindo. Hal.528
Mansjoer Arif dkk.2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jakarta, Media Aesculapius, Hal.
437
Sylvia A. Price dan Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis, Proses-proses, dan
Penyakit Edisi 6. Jakarta. EGC. Hal. 576