BAB III - Pendekatan & Metodologi
BAB III - Pendekatan & Metodologi
Pemerintah,
Dunia Usaha terkait Sanitasi,
LSM/KSM terkait Sanitasi, dan
Dunia usaha pada umumnya.
Dalam kajian ini lebih di fokuskan untuk penyedia layanan selain pemerintah.
Lingkup peran swasta sebagai penyedia layanan mencakup di antaranya: pengoperasian TPA
sampah, kontrak pekerjaan penyapuan jalan protokol dan pengangkutan sampah, jasa
penyedotan lumpur tinja dari tangki septik, pengelolaan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
(IPLT), pengelolaan atau daur ulang sampah 3R, pengadaan sarana dan prasarana Sanitasi
dan lain-lain.
Hasil dari kajian ini diharapkan dapat menggambarkan peta peran swasta dalam penyediaan
layanan Sanitasi, pembelajaran yang dapat diambil serta potensinya dalam pembangunan
Sanitasi di kabupaten/kota.
Hal lain yang lebih penting adalah pada saat pelaksanaan kaijan juga hendaknya terjadi proses
advokasi kepada para responden. Selanjutnya dari hasil advokasi tersebut diharapkan ada
tindak lanjut berupa usaha penggalangan sinergi atau partsipasi antara para penyedia layanan
Sanitasi tersebut dengan pihak pemerintah serta ada peluang pendanaan dalam
pembangunan Sanitasi.
4. Penyusunan Visi dan Misi
Visi dan misi merupakan elemen yang menjadi ruh bergeraknya sebuah organisasi. Visi dan
misi digunakan agar dalam operasionalnya bergerak pada track yang diamanatkan oleh para
stakeholder dan berharap mencapai kondisi yang diinginkan dimasa yang akan datang
(junaedy; 2006).
Pada saat perumusan visi & misi biasanya merupakan proses yang melelahkan bahkan sering
menjadi perdebatan sendiri antar anggota organisasi. Tetapi pada saat visi dan misi sudah
terbentuk, pelaksanaannya menjadi tidak sesuai.
Jadi sungguh disayangkan sekali jika proses perumusan visi misi yang melelahkan pada
akhirnya hanya menjadi hiasan dinding semata. Dalam sebuah blognya (Heru; 2006)
mengungkapkan Sering kali pernyataan visi misi organisasi kurang tepat menggambarkan
tujuan organisasi sehingga sering di jumpai adanya kesulitan pada saat melakukan deploy visi
misi menjadi set of action yang akan digunakan untuk mengukur kinerja organisasi dengan
menggunakan metode balance scorecard.
Pertanyaannya adalah kenapa hal ini bisa terjadi? Tentunya ada yang salah dengan visi misi
tersebut sehingga hanya dijadikan hiasan dinding semata.
Jansen Sinamo (2005) yang memberikan 7 kriteria mengenai visi dan misi yang hidup dan
efektif, yaitu:
a. Visi-misi harus sesuai dengan roh zaman dan semangat perjuangan organisasi
b. 2. Visi-misi harus mampu menggambarkan sosok organisasi idaman yang
mampu memikat hati orang
c. Visi-misi harus mampu menjelaskan arah dan tujuan organisasi
d. Visi-misi harus mudah dipahami karena diungkapkan dengan elegan sehingga
mampu menjadipanduan taktis dan strategis
e. Visi-misi harus memiliki daya persuasi yang mampu mengungkapkan harapan,
f.
Fred R. David (2003) berpendapat visi dirumuskan lebih dulu baru misi
Gerry Johnson dan Kevan Scholes (1996) serta Robert S. Kaplan dan David P. Norton
Visi adalah suatu pandangan yang memproyeksikan tujuan global dari sebuah perusahaan
atau institusi. Visi berfungsi sebagai tujuan global yang membantu perusahaan atau institusi
untuk selalu bisa merencanakan strategi manajemen yang relevan.
Visi merupakan dasar utama yang menjadi patokan sebuah perusahaan atau institusi untuk
merencanakan dan menentukan strategi manajemen.
Sejak sebelum berdiri, sebuah perusahaan harus menentukan visi yang menjadi tujuan global
dari pembentukannya. Visi yang lengkap merupakan salah satu ciri perusahaan yang
menerapkan manajemen strategis.
Tanpa visi yang jelas, baik visi jangka panjang maupun pendek, perusahaan/institusi/lembaga
tidak akan bisa menentukan srategi untuk pelaksanaan manajemen berkualitas. Oleh karena
itu, penentuan visi menjadi langkah pertama terpenting untuk kelancaran manajemen strategis
di masa depan.
Setelah visi jangka pendek dan panjang dibentuk, langkah selanjutnya adalah menuangkannya
ke dalam target kerja yang nyata dan lebih spesifik.
Setelah visi disusun dan dijadikan acuan, langkah berikutnya adalah menjadikan visi tersebut
sebagai rangkaian sasaran yang lebih nyata. Dengan kata lain, laporan manajerial harus bisa
diubah dari visi global serta strategi bisnis yang umum ke target kerja yang lebih nyata, spesifik
dan lebih terukur.
Banyak arti atau pengertian dari tujuan dan sasaran, yang salah satu pengertian dari tujuan
dan sasaran tersebut antara lain:
Tujuan adalah sesuatu yang telah menjadi niat organisasi/lembaga untuk dicapai pada suatu
saat,
sedangkan
Sasaran
adalah
Sesuatu
yang
ingin
dicapai/dihasilkan
oleh
Pemilihan dan penulisan strategi untuk satu kebijakan dilakukan dengan menuliskan
kebijakannya terlebih dahulu, kemudian disusul dengan penulisan strategi-strategi yang dipilih
untuk kebijakan yang bersangkutan.
Metodologi dalam kegiatan ini adalah tata cara kerja atau pedoman yang sistematis untuk memahami
obyek kegiatan dengan menggunakan alat dan melalui prosedur (tata kerja) ilmiah untuk mencapai
tujuan dan sasaran.
Metode yang digunakan dalam kegiatan ini sama dengan prosedur penelitian di bidang ilmu lain, hanya
ada spesifikasi tertentu yang membedakannya, yaitu terletak pada lingkup substansi yang diteliti dan
pendekatan yang digunakan. metode yang diterapkan untuk mencapai tujuan tersebut, antara lain
sebagai berikut :
a. Metode Sosialisasi
Sosialisasi adalah alat utama dalam pendekatan partisipatif untuk mencapai tujuan. Dalam
partisipasi, sosialisasi bersifat menerus, dan harus bisa menembus semua lapisan pelaku baik
pelaku aktif, maupun pasif dalam rangka pelaksanaan kegiatan PPIP. Pemilihan media sosialisasi
dan cara penyampaian yang tepat merupakan kunci utama dalam keberhasilan sebuah sosialisasi.
Dalam kegiatan ini terdapat beberapa simpul pelaku yang harus dilakukan sossialisasi baik itu
secara formal, maupun informal, agar kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar adalah dengan
melakukan Sosialisasi tingkat pemda, melakukan koordinasi pada tiap dinas/instansi yang terkait
mengenai sanitasi dan komponennya.
b. Metode dokumenter, alat pengumpul datanya disebut format pencatatan dokumenter, dan sumber
datanya berupa catatan atau dokumen yang tersedia. Untuk kegiatan pendataan dasar dalam
rangka kegiatan ini, maka metode dokumenter akan lebih tepat untuk diterapkan dalam pendataan
tentang:
Profil kab/kota yang meliputi variabel-varibel seperti posisi geografis, batas-batas administrasi, kondisi
jaringan jalan, kondisi penggunaan lahan, data kependudukan (jumlah dan komposisinya), struktur
penghasilan dan pengeluaran, kondisi fasilitas kota, kondisi utilitas kota, status tanah, harga tanah,
Data kondisi perumahan dan permukiman eksisting.
d. Metode Observasi, alat pengumpulnya disebut panduan observasi. Metode ini menggunakan
pengamatan atau penginderaan langsung terhadap obyek suatu benda, kondisi, situasi, proses,
atau perilaku.
Dalam hal ini lebih tepat diterapkan untuk mengobservasi secara langsung tentang situasi dan
kondisi kawasan, kondisi prasarana dan sarana permukiman, dan sebagainya. Untuk dapat
mendokumentasikan situasi dan kondisi lapangan dapat dilakukan pengambilan gambar secara
langsung (pemotretan) di lapangan.
e. Koordinasi dan Konsultansi,
Kegiatan ini sangat efektif karena dapat memudahkan pelaksanaan kegiatan yang terkait
bidang sanitasi.
Setiap tingkatan, baik pada tingkat dinas/instansi teknis terkait maupun pada tingkat
kecamatan, kelurahan, tokoh masyarakat serta masyarakat sasaran.
f. Monitoring dan Evaluasi Kegiatan, upaya memaksimalkan kegiatan ini diperlukan monitoring dan
evaluasi dengan metode :
Mengevaluasi output dari kegiatan ini, untuk mengetahui apakah kegiatan dapat dilaksanakan
sesuai jadwal dan target program.
Metode Deskriptif, atau biasa disebut dengan analisis taksonomik dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai fenomena atau kenyataan di bidang pembangunan
infrastruktur dengan cara mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah
perumahan dan permukiman. Dalam pengolahan dan analisis data, lazimnya menggunakan
pengolahan tabel atau statistik yang bersifat deskriptif.
Metode Superimpose, atau juga disebut metode overlaping dmaksudkan untuk melihat gejala
perubahan dari dua variabel/kondisi atau lebih yang berbeda dari waktu yang berbeda pula.
Metode Prediksi, digunakan untuk memprediksi suatu fenomena atau kondisi dengan
menggunakan rumus empiris (regresi dan polinomial). Misalnya, prediksi terhadap kebutuhan
sarana dan prasarana tahun mendatang, maka dapat digunakan meode perhitungan empiris
yang biasa digunakan dalam proyeksi jumlah penduduk.
Dalam kegiatan ini, perlu ditetapkan sejumlah variabel atau jenis data yang akan digunakan dalam
analisis pada tahap penyusunan laporan akhir nantinya. Penetapan variabel atau jenis data tersebut
seluruhnya mengacu pada pedoman pelaksanaan.
B. Model Demografi
Model-model demografi yang digunakan dalam proses analisis penyusunan rencana ini antara lain
adalah model pertumbuhan penduduk chort sprague multiplier dan lain-lain.
1. Model Pertumbuhan Penduduk
Model pertumbuhan penduduk ini digunakan untuk memperkirakan jumlah penduduk pada
masa yang akan datang berdasarkan kecenderungan perkembangan yang ada. Beberapa
model pertumbuhan penduduk, yaitu:
a) Model pertumbuhan penduduk linier,
b) Model pertumbuhan penduduk eksponensial,
c) Model modifikasi pertumbuhan eksponensial,
d) Model eksponensial ganda dan logistik, dan
e) Motode komparatif.
Pemilihan model analisis didasarkan pada kecenderungan perkembangan penduduk kota atau
regional yang direncanakan selama minimal 5 tahun ke belakang dan pengujian statistik.
2. Metode Cohort
Teknik perhitungan ini didasarkan pada selisih angka kematian dan angka tetap hidup pada
berbagai kelompok usia, kelamin dan lain-lain. Umumnya penduduk dikelompokkan menurut
usia. Secara singkat penggunaan metode ini adalah sebagai berikut:
a) Untuk mengetahui pertambahan keseluruhan kelompok umur yang tetap hidup dijumlahkan.
b) Untuk mengetahui laju pertumbuhan penduduk masing-masing kelompok umur digunakan
daftar kematian tiap-tiap kelompok umur dan juga angka kesuburan wanita tiap kelompok
umur.
c) Untuk setiap selang (interval) usia, pertambahan jumlah penduduk diperhitungkan dari:
Jumlah tetap hidup dengan menggunakan laju kematian pada tiap kelompok usia.
Teknik ini digunakan untuk memprediksi jumlah penduduk berdasarkan struktur umur yang
nantinya akan sangat bermanfaat sekali bagi penaksiran jumlah usia sekolah, penyediaan
lapangan kerja dan lain-lain.
Kelompok umur TK
: 5-6 tahun
Kelompok umur SD
: 7-12 tahun
: 13-15 tahun
Teknik analisis dari metoda Spague Multiplier ini adalah sebagai berikut:
a) Metoda Sprague Multiplier ini pada dasarnya dikelompokkan menjadi 5 (lima) kelompok
perhitungan, yaitu:
First End Panel (FEP) untuk mendistribusikan kelompok umur 0-4 tahun.
First Next To-End Panel (FNTEP) untuk mendistribusikan kelompok umur 5-9 tahun.
Mid Panel (MP) untuk mendistribusikan kelompok umur 10-14, 15-19, sampai dengan
55-59 tahun.
Last Next To-End Panel (LNTEP), untuk mendistribusikan golongan umur 60-64 tahun.
Last End Panel (LEP) untuk mendistribusikan golongan umur 65 tahun ke atas.
b) Data penduduk yang digunakan dalam analisis ini adalah kelompok umur dari 0-29 tahun,
karena kelompok umur yang akan dicari adalah umur 5-18 tahun.
Dengan diketahuinya jumlah usia sekolah tersebut selanjutnya merupakan dasar untuk
menentukan jumlah kebutuhan fasilitas sanitasi
Metoda skoring digunakan untuk menilai tingkat pelayanan kota sehingga dapat ditentukan
fungsi kota yang bersangkutan. Rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:
Bi = Pi/p x 1000
dimana:
Bi = bobot dari kegiatan atau fasilitas.
Pi = jumlah aktivitas atau fasilitas i di kota yang bersangkutan (dalam hal ini dapat berupa
produksi maupun pelayanan sosial seperti hasil pertanian, fasilitas pendidikan,
jumlah fasilitas kesehatan dan lain-lain).
P = jumlah penduduk di kota yang bersangkutan.
Makin tinggi nilai Bi dapat diinterpretasikan bahwa kota atau daerah tersebut mempunyai
tingkat pelayanan yang semakin optimal/potensial.
b) Metoda Sentralitas
Merupakan metoda penentuan hirarki tingkat pelayanan desa-desa atau bagian-bagian
wilayah kota. Perhitungan merupakan kelanjutan dari hasil yang diperoleh dengan metoda
skalogram. Berdasarkan penilaian terhadap jumlah fasilitas yang terdapat di setiap desa
(bagian wilayah kota). Selanjutnya desa-desa tersebut dikelompokkan menurut hirarkinya,
yaitu hirarki I, II, atau III.
c) Metoda Threshold
Dalam konsep pengembangan tata ruang kota atas beberapa bagian wilayah kota yang
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan
permasalahan yang memilikinya. Untuk menentukan tingkat pelayanan fasilitas dari setiap
bagian wilayah kota digunakan pendekatan batas ambang penduduk minimal bagi
kehadiran suatu fasilitas yang dikenal dengan metoda threshold. Metoda analisis ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
Urutan setiap bagian wilayah kota (unit administratif yang tersedia datanya)
berdasarkan jumlah penduduk dengan demikian dapat diperoleh jenjang bagian wilayah
kota berdasarkan jumlah penduduk.
Susun ke samping fasilitas yang ada pada kota yang direncanakan serta diisikan pada
kecamatan tersebut kode penomoran fasilitas. Kode tersebut adalah berdasarkan ada
tidaknya fasilitas yang bersangkutan. Kode tersebut adalah sebagai berikut:
Tentukan batas pada jenis fasilitas sedemikian rupa sehingga jumlah kode 0 sama
dengan jumlah kode 1. Batas tersebut merupakan batas ambang suatu jenis fasilitas.
Peraturan geometris jalan raya dan jembatan (Bina marga, dan Dep. PU).
Undang-undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, serta
Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 1993 Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
Namun demikian standar-standar tersebut masih perlu dimodifikasi lagi sesuai dengan
karakteristik wilayah perencanaan.
.
E. Analisis SWOT
i.
Pengertian
Dalam bidang manajemen, definisi mengenai strategi cukup beragam dan bervariasi. Dalam konteks
penyusunan Jakstrada Bidang Sanitasi, strategi adalah rencana tentang serangkaian manuver, baik
yang kasat mata maupun yang tak-kasat mata, untuk lebih menjamin keberhasilan mencapai tujuan
pembangunan sanitasi. Mengingat perumusan strategi adalah untuk mencapai tujuan organisasi, maka
tentu saja sebelum merumuskan strategi harus dipahami dulu tujuan (termasuk sasaran) yang ingin di
capai.
Pemahaman akan tujuan pembangunan sanitasi akan menumbuhkan spirit Shared Purposes guna
menyatukan kepentingan bersama dalam rangka mencapai tujuan tersebut. Apabila sudah tumbuh
spirit Shared Purposes maka diharapkan ego sektoral yang kadang muncul bisa diminimasi.
Salah satu cara atau metode digunakan dalam perencanaan strategis adalah SWOT. Metode ini
mengkaji kondisi internal dan eksternal suatu oraganisasi/lembaga/entitas tertentu dari aspek empat
(4), yaitu Strenght (Kekuatan), Weaknsess (Kelemahan), Opportunities (Peluang/kesempatan)
dan Threat (Ancaman). Dalam penyusunan Jakstrada, SWOT digunakan sebagai pilihan metode
perumusan strategi dengan tiga (3) pertimbangan berikut:
Analisis SWOT ini sudah sering digunakan oleh SKPD dalam menyusun rencana strategisnya.
Merupakan cara yang paling baik, realistis dan dapat dilaksanakan oleh SKPD terkait.
Menumbuhkan semangat kebersamaan dan menyatukan kepentingan-kepentingan stakeholder
dalam mencapai tujuan.
ii.
1
Cermati hasil proses curah pendapat ini dan periksa ulang hasil yang didapatkan dengan
memperhatikan dua hal utama berikut:
Kekuatan dan Kelemahan merupakan kondisi yang ada di dalam wadah pemerintah kabupaten/kota
atau ada dalam kendali pemerintah kabupaten/kota. Dengan demikian hal yang diidentifikasikan adalah
hal-hal yang melekat pada SKPD, peraturan, SDM, sarana dan prasarana yang ada dalam kendali
pemerintah kabupaten/kota.
Peluang dan Ancaman merupakan kondisi yang ada diluar pemerintah kota/ kabupaten atau ada di
luar kendali pemerintah kabupaten/kota. Oleh karena itu hal yang diidentifikasikan adalah aspek yang
ada di luar SKPD, misalnya hal-hal yang ada di masyarakat, legislative, swasta, kondisi geografis, atau
hal-hal yang terjadi di lingkungan pemerintah provinsi, Pemerintah Pusat, dll, kondisi social, budaya,
ekonomi.
Klasifikasikan isu yang dihasilkan di langkah 1 di atas sesuai dengan aspek-aspek yang terkait
langsung dengan pengelolaan sanitasi baik aspek teknis maupun non teknis. Dalam analisis
selanjutnya sudah harus diklasifikasikan sebagai berikut; Internal meliputi aspek: teknis
opresaional, kelembagaan, keuangan, komunikasi dan suberdaya manusia. Sedangkan
Eksternal meliputi aspek: teknis operasional (termasuk kondisi geofrafis), kelembagaan,
keuangan, komunukasi, partisipasi masyarakat, swasta, praktik jender (sosial budaya) dan
kemiskinan.
Contoh Keterkaitan Aspek Dalam elemen SWOT untuk Pembobotan
Untuk mendapat hasil analisis yang baik dan mendalam, minimal 10 isu perlu diidentifikasi
untuk masing-masing aspek berdasarkan data dan fakta yang ada baik data sekunder maupun
hasil-hasil studi yang telah dilakukan. Hal ini penting karena akan membantu dalam penentuan
isu-isu stratagis dalam langkah berikut.
Lakukan pembobotan atas isu yang telah diklasifikasn tersebut. Gunakan instrumen
pembobotan sebagaimana digambarkan berikut ini.
Faktor Internal
KEKUATAN (STRENGHTS)
1
Aspek Kelembagaan
Skor
1,00
2,00
Angka
3,00
4,00
No.
Faktor Internal
Skor
1,00
2,00
Angka
3,00
4,00
1.1
1.2
Aspek Keuangan
2.1
2.2
3.1
3,2
Aspek Komunikasi
4.1
4.2
SDM
5,1
5,2
0,00
Maksud dari rentang nilai tersebut adalah apabila suatu aspek dipandang sangat penting dan
berpengaruh untuk digunakan sebagai kekuatan (untuk mencapai tujuan), maka diberi nilai 4
dan bila isu tersebut sangat tidak penting dan tidak berpengaruh maka diberi nilai 1.
Komponen : PERSAMPAHAN
No.
Faktor Internal
Skor
1,00
2,00
3,00
4,00
Angka
KEKUATAN (STRENGHTS)
1
1.1
2
2.1
3
3.1
4.1
5
5,1
Aspek Kelembagaan
Perda mengenai Retribusi Daerah (sampah)
sudah ada
4,00
Aspek Keuangan
Tren pembiayaan/alokasi anggaran bagi
pengelolaan sampah relatif mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun
2,00
4,00
4,00
Aspek Komunikasi
Komunikasi di internal lembaga (DPU Bidang
Taru PK) sudah relatif baik, dengan adanya
rakor mingguan antara Kabid dengan operator
armada sampah)
SDM
Jumlah tenaga kerja lepas untuk penyapuan
jalan dan angkutan sampah cukup
3,00
17,00
Lakukan proses penetapan isu strategis berdasarkan hasil langkah 2. Proses ini dilakukan
dengan cara hanya memilih aspek-aspek yang memiliki bobot/skor dengan nilai 3 dan 4. Isu
strategis didefinisikan sebagai isu yang paling relevan dan memberikan efek penyelesaian
paling besar terhadap pencapaian tujuan.
Tetapkanlah isu strategis untuk setiap komponen. Jumlah isu strategis yang ditetapkan untuk
masing-masing komponen berkisar antara 5 sampai 7 isu.
Analisis ini dilakukan dengan cara menghitung selisih antara nilai Kekuatan dan Kelemahan
serta selilisih antara Peluang dan Ancaman. Kedua selisih tersebut akan menentukan posisi
kuadran pengelolaan sanitasi. Gambar berikut memberikan ilustrasi proses analisis untuk
menentukan posisi pengelolaan sanitasi.
Keterangan
Kuadran 1, menggambarkan bahwa selisih antara Kekuatan dan Kelematan menunjukkan nilai positif demikian juga
selilisih antara Peluang dan Ancaman bernilai positif.
Kuadran 2, menggambarkan bahwa selisih antara Kekuatan dan Kelematan menunjukkan nilai negatif sedangkan
selilisih antara Peluang dan Ancaman bernilai positif.
Kuadran 3, menggambarkan bahwa selisih antara Kekuatan dan Kelematan menunjukkan nilai negatif demikian juga
selilisih antara Peluang dan Ancaman bernilai negatif.
Kuadran 4, menggambarkan bahwa selisih antara Kekuatan dan Kelematan menunjukkan nilai positif demikian juga
selilisih antara Peluang dan Ancaman bernilai negatif.
Rumuskan strategi
-
Faktor internal
Faktor eksternal
KEKUATAN (S):
KELEMAHAN (W):
1
2
3
4
1
2
3
4
Isu strategis 1
Isu strategis 2
.....
.... dst
Isu strategis 1
Isu strategis 2
...
dst.
PELUANG (O):
Strategi S-O :
Strategi W-O:
1
2
3
Isu strategis 1
Isu strategis 2
......
Strategi 1
Dst
2
3
Strategi 2
dst
1
2
3
Strategi 1
Strategi 2
dst.
ANCAMAN (T):
Strategi S-T:
Strategi W-T:
1
2
3
4
Isu strategis 1
Isu strategis 2
..
...dst
1
2
3
1
2
3
Tuliskan isu-isu strategis yang telah disepakati pada tempat yang sesuai dengan kategorinya
Strategi 1
Strategi 2
dst.
Strategi 1
Strategi 2
dst
Selanjutnya, padukan kekuatan dengan peluang (Strategi S-O) , maupun kekuatan dengan
ancaman (Strategi S-T) dapat dituliskan pada kisi-kisi yang tersedia. Demikian pula untuk
strategi yang memadukan kelemahan dengan peluang (Strategi WO), dan kelemahan dengan
ancaman (Strategi W-T).
Rumusan strategi yang benar adalah perkawinan antara dua elemen (S-O, W-O, S-T, WT)
Rumusan strategis menggunakan kata kerja dalam kalimat aktif. Beberapa kata kunci yang
umumnya digunakan adalah:
Meningkatkan,....
Mendayagunakan,....
Mengoptimalkan,.....
Mengefektifkan,....
Memaksimalkan,....
Mensinergikan,....
Mengejawantahkan,....dll
Periksa kembali apakah pernyataan yang dihasilkan sudah benar merupakan rumusan
strategi ataukah merupakan rumusan program atau kegiatan.
mempertimbangakan hasil studi yang telah dituangkan dalam Buku Putih dan pandangan
dari masing-masing tenaga ahli bilamana diperlukan.
-