IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : By. Ny. A
Umur
: 1 hari
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Tembalang
Nama ayah
: Tn. M
Umur
: 32 tahun
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Pendidikan
: SMU
Nama ibu
: Ny. A
Umur
: 28 tahun
Pekerjaan
Pendidikan
: SMU
Bangsal
: Peristi
No. CM
: 235692
Masuk RS
: 30 Oktober 2012
Ibu G1P0A0, usia 28 tahun, hamil 40 minggu, HPHT 23 Januari 2012, riwayat
haid teratur, siklus 28 hari, lama haid 7 hari per siklus. Ibu rutin
memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x. Riwayat
trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat dengan dukun pijat
1
Saat lahir, bayi meringis, tonus otot sedang, pernafasan tidak teratur, HR:
100, dengan warna merah jambu ujung2 biru.
Plasenta lahir secara manual, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-).
o O2 nasal 2 liter/menit
o Dilakukan pemasangan infus kemudian diambil darah untuk
diperiksakan di laboratorium.
o Infus D 10% 180cc/24/8 tpm
o Injeksi Ampisilin 2 x 150 mg iv
o Injeksi Gentamisin 1 x 15 mg iv
o Injeksi Ca glukonas 2x 1,5 cc ad aqua iv pelan
o Injeksi vit K 1 x 1mg im
o Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+), menangis kuat (-),
merintih (-), ikterik (-) . muntah (-) , napas spontan (+)
o Diet ditunda
HR
RR
T
30/10/1
31/10/1
2
150 x/m
58 x/m
37,8C
2
130 x/m
48 x/m
35,6C
Riwayat ayah menderita penyakit menular seksual sebelum dan selama istrinya hamil
disangkal.
Riwayat ibu mengidap batuk-batuk lama lebih dari 3 minggu, mendapat pengobatan
paru selama 6 bulan dan membuat kencing bewarna merah selama kehamilan
disangkal.
Riwayat ibu merokok disangkal
Riwayat ayah merokok (+)
Riwayat Pemeriksaan prenatal
Ibu rutin memeriksakan kehamilannya dan sudah mendapat suntikan TT 2x.
Riwayat trauma sebelum kehamilan disangkal, riwayat dipijat disangkal, riwayat
penyakit darah tinggi (-). riwayat kencing manis disangkal, riwayat minum jamu
jamuan disangkal oleh ibu
Kesan : pemeliharaan prenatal baik
Riwayat Persalinan dan Kehamilan
Bayi jenis kelamin perempuan dari ibu G 1P0A0, usia 28 tahun, dengan hamil 40
minggu, lahir secara vacum ekstraksi a.i. partus macet, dan ditolong oleh dokter
spesialis kandungan RSUD Semarang.
Saat lahir bayi meringis, tidak ada gerakan, pernafasan tidak teratur, dan tidak
peka rangsang. Berat badan lahir 2950 gram panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33
cm, lingkar dada 31 cm. APGAR score 5 6 7.
Kesan : neonatus aterm, lahir spontan, BBLC, asfiksia sedang, observasi
neonatal infeksi.
Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan
-
Panjang badan
: 48 cm
Lingkar kepala
: 33 cm
Lingkar dada
: 31 cm
Perkembangan
-
Riwayat Imunisasi
Hepatitis B : BCG
:Polio
:Kesan : Anak belum pernah mendapat imunisasi
Riwayat Keluarga Berencana
Ibu pasien menggunakan KB suntik 3 bulan sebelum hamil ini.
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai karyawan swasta dengan penghasilan Rp 800.000. Ibu
pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Menanggung 1 orang anak. Biaya
pengobatan ditanggung Jampersal.
Kesan : sosial ekonomi kurang
Data Obstetri
Anak ke
Tahun
Jenis,pembantu,tempat,penyuli
Jenis
Keadaan anak
t persalinan,usia kehamilan
kelamin,
sekarang
BBL
1
2012
Perempuan
Asfiksia sedang,
, 2950
obs.neonatus
gram
infeksi
Perkawinan
Ayah
1
Ibu
1
Umur
Konsanguitas
Keadaan sehat
32 tahun
Sehat
28 tahun
Sehat
Data Perumahan
Kepemilikan rumah
Keadaan rumah
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 31 Oktober 2012, pukul 16.00 WIB di ruang
perinatologi. Bayi perempuan usia 1 hari, berat badan lahir 2950 gram, panjang badan
48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 31 cm.
Kesan umum :
Compos mentis, ditemukan tanda-tanda neonatus aterm, nafas spontan, gerakan
kurang aktif.
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Status Internus
Kepala
Mesocephale, ukuran lingkar kepala 33 cm, ubun-ubun besar masih terbuka,
ukuranya 2 cm, tidak tegang dan tidak menonjol, caput succedaneum (+), cephal
hematom (-), rambut hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut, kulit kepala
kebiruan.
Mata
pupil bulat, isokor, 2 mm, refleks cahaya (+/+) normal, kornea jernih, sklera
Telinga
bentuk normal, bila dilipat cepat membalik, discharge (-/-)
Mulut
sianosis (-), trismus (-), labioschizis (-), palatoschizis (-)
Thorax
Paru
Inspeksi
:simetris dalam keadaan statis maupun dinamis, retraksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi : pulsasi ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak melebar
Perkusi : batas jantung sulit dinilai
Auskultasi
:bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
6
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Tulang Belakang
Tidak ada spina bifida
Genitalia
Perempuan, ambigous genitalia (-), labia mayora sudah menutupi labia minora
Anorektal
Anus (+)
Anggota gerak
Rajah tangan dan kaki sempurna
Kulit
Lanugo berkurang, sianotik (-), ikterik (-)
Ekstremitas
Superior
- /- /- /- /< 2 detik
Normotoni
Deformitas
Akral dingin
Akral sianosis
Ikterik
CRT
Tonus
Inferior
- /- /- /- /< 2 detik
Normotoni
Refleks Primitif :
Refleks Oral :
- Refleks Hisap
:(+)
- Refleks Rooting
:(+)
- Refleks Moro
:(+)
:(+)
:(+)
:(+)
3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Rutin
Tanggal
Hb (gr/dl)
Ht (%)
Leukosit
Trombosit
7
30-10-2012
15,8
49,80
(mm3)
26,1
(mm3)
317
Pemeriksaan Khusus :
Ballard Score
Maturitas neuromuskuler
Poin
3
Calcium
GDS
Sikap tubuh
Jendela siku-siku
4
Lanugo
3
30/10/2012
103
mg/dl
135
mmol/L
4,7
mmol/L
1,38
Rekoil lengan
4
Lipatan telapak kaki
3 mmol/L
Sudut popliteal
4
Payudara
2
Tanda Selempang
3
Bentuk telinga
3
Tumit ke kuping
3
Genitalia (perempuan)
4
Total
22
Total
18
New Ballard Score = maturitas neuromuskular + maturitas fisik
= 22 + 18 = 40 minggu
Kesan : kelahiran aterm 40 minggu
KURVA LUBCHENKO
BBL : 2950 gr
Usia Kehamilan : 40 minggu
Hasil : sesuai masa kehamilan
APGAR SCORE
Klinis
10
Appearance
Pulse
Grimace
Activity
Respiratory Effort
3
2
2
2
1
2
1
III. RESUME
Telah lahir bayi perempuan dari ibu G 1P1A0 usia 28 tahun, hamil 40
minggu, lahir secara vakum ekstraksi, ditolong oleh Spesialis Obsgyn RSUD
Semarang. Saat lahir, bayi hanya meringis, tonus otot lemah, pernafasan tidak
teratur, HR> 100, dengan warna merah jambu ujung2 biru. Berat badan lahir
2950 gram, panjang badan 48 cm, lingkar kepala 33 cm, dan lingkar dada 31 cm.
Apgar score 5 6 7.
Kesan Umum :
Compos mentis, ditemukan tanda-tanda neonatus aterm, tampak kurang aktif,
nafas spontan, sianosis (-)
Dari pemeriksaan fisik pada tanggal 31 Oktober 2012 didapatkan :
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
KU/KS
Hidung
Mata
Thorak
Abdomen
Ekstremitas
Kulit
Pemeriksaan Khusus :
GDS
Natrium
Kalium
Calcium
30/10/2012
103 mg/dl
135 mmol/L
4,7 mmol/L 1,38 mmol/L
Pemeriksaan laboratorium (Pemeriksaan Darah Rutin)
Tanggal
Hb (gr/dl)
30-10-2012
15,8
Kesan : Leukositosis
Ht (%)
Leukosit
Trombosit
49,80
(mm3)
26,1
(mm3)
317
1. Neonatus aterm
Aterm
11
b.
c.
Preterm
Postterm
2. BBLC
a. SMK (Sesuai Masa Kehamilan)
b. BMK (Besar Masa Kehamilan)
c. KMK (Kecil Masa Kehamilan)
3. Asfiksia sedang
a.Faktor ibu (hipertensi, perdarahan, CPD, SC berulang, partus lama,
kelahiran dengan ekstraksi forceps atau vakum)
b.
Medikamentosa
o Diberikan O2 nasal 2 liter/menit
o Infus D 10% 180cc/24/8 tpm
o Injeksi Ampisilin 2 x 150 mg iv (1)
o Injeksi Gentamisin 1 x 15 mg iv (1)
o Injeksi Ca glukonas 2x 1,5 cc ad aqua iv pelan
Diet
12
Injeksi Gentamisin 1 x 15 mg
Gerakan bayi kurang aktif, BAB(+), BAK (+). menangis kuat (+),
minum kuat (-), napas spontan (+)
VII. PROGRAM
Jaga kehangatan
VIII. PROGNOSIS
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
IX. USUL
Pemeriksaan GDS
X. NASEHAT
Setelah menyusui sendawakan bayi dengan cara meletakkan bayi tegak lurus
di pundak dan tepuk punggungnya perlahan-lahan sampai mengeluarkan
suara.
Pantau pertumbuhan dan perkembangan anak dengan cara kontrol untuk tahu
gejala sisa
Hindari asap rokok di sekitar bayi karena paru-paru bayi masih sangat rentan
terhadap infeksi pernapasan
NEONATAL INFEKSI
A. Definisi
14
Infeksi yang terjadi pada bayi baru lahir ada dua yaitu: early infection
(infeksi dini) dan late infection (infeksi lambat). Disebut infeksi dini karena
infeksi diperoleh dari si ibu saat masih dalam kandungan sementara infeksi lambat
adalah infeksi yang diperoleh dari lingkungan luar, bisa lewat udara atau tertular
dari orang lain
B. Patofisiologi
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya
dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu
melalui batas plasenta. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan
masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini
ialah :
a. Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion
b. Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues )
c. Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan
listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui
infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan
akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan
amnion tersebut.
2.
Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain.
Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion
setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam), mempunyai peranan penting
terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi
walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali
dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor
yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat
menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak
15
langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan
oral trush .
3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang
berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat
penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat
infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat
dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas
infeksi pascanatal ini sangat tinggi.
C. Penegakkan Diagnosis
Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Biasanya diagnosis dapat
ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan
yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisik dan laboratarium.
Infeksi lokal pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum,
sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis
dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku
neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus
terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak
menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba tiba tingkah
lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut
mungkin sekali disebabkan oleh infeksi.
Menegakkan kemungkinan infeksi pada bayi baru lahir sangat penting,
terutama pada bayi BBLR, karena infeksi dapat menyebar dengan cepat dan
menimbulkan angka kematian yang tinggi. Disamping itu, gejala klinis infeksi
pada bayi tidak khas. Adapun gejala yang perlu mendapat perhatian yaitu :
-
Malas minum
Bayi tertidur
Tampak gelisah
Pernapasan cepat
16
Panas badan bervariasi yaitu dapat meningkat, menurun atau dalam batas
normal
Terjadi edema
Sklerema
Kelainan bawaan
Asfiksia
Preterm
BBLR
Hasil
< 4 observasi NI
4 NI
b. Gupte score
Prematuritas
Ibu demam
Asfiksia
Partus lama
KPD
Hasil
3-5 Screening NI
5 NI
D. Klasifikasi
17
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam dua
golongan besar, yaitu berat dan infeksi ringan.
a. Infeksi berat ( major infections ) : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia,
diare epidemik, plelonefritis, osteitis akut, tetanus neonaturum.
b. Infeksi ringan ( minor infection ) : infeksi pada kulit, oftalmia neonaturum,
infeksi umbilikus ( omfalitis ), moniliasis.
1. Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum sering didahului oleh keadaan hamil dan persalinan
sebelumnya seperti dan merupakan infeksi berat pada neonatus dengan gejalagejala sistemik.
Faktor risiko :
-
Infeksi/febris pd ibu
Fetal distress
Merintih
Prinsip pengobatan:
-
18
Letargia
Malas minum
Rhonki (+)
Pengobatan :
-
4. Tetanus neonatorum
Etiologi
-
Gejala
-
Bayi yang semula dapat menetek menjadi sulit menetek karena kejang
otot rahang dan faring (tenggorok)
Tindakan
-
5. Oftalmia Neonatorum
Merupakan infeksi mata yang disebabkan oleh kuman Neisseria
gonorrhoeae saat bayi lewat jalan lahir
Dibagi menjadi 3 stadium
-
Stadium infiltrative
Berlangsung 1-3 hari. Palpebra bengkak, hiperemi, blefarospasme,
mungkin terdapat pseudomembran
Stadium supuratif
20
Stadium konvalesen
Berlangsung 2-3 minggu. Secret jauh berkurang, gejala lain tidak begitu
hebat lagi.
Penatalaksanaan
-
E. Pencegahan
Prinsip pencegahan infeksi antara lain:
o
Pegang instrumen tajam dengan hati hati dan bersihkan dan jika perlu
sterilkan atau desinfeksi instrumen dan peralatan.
Bersihkan unit perawatan khusus bayi baru lahir secara rutin dan buang
sampah.
21
ASFIKSIA NEONATORUM
A. Definisi
Asfiksia neonatorum adalah kegagalan napas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah saat lahir yang ditandai dengan
hipoksemia, hiperkarbia dan asidosis (IDAI). Sedangkan menurut WHO, asfiksia
neonatorum adalah kegagalan bernapas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir.
Asfiksia dapat bermanifestasi sebagai disfungsi multiorgan, kejang dan
ensefalopati hipoksik-iskemik, serta asidemia metabolik. Bayi yang mengalami
episode hipoksia-iskemi yang signifikan saat lahir memiliki risiko disfungsi dari
berbagai organ, dengan disfungsi otak sebagai pertimbangan utama.
B. Etiologi dan Faktor Risiko
Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari:
1. Faktor Ibu
a.
b.
CPD
c.
Hipertensi
Infeksi TORCH
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan
kondisi plasenta. .Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya kalsifikasi plasenta, solusio plasenta,
plasenta previa dan lain-lain.
3. Faktor Janin
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
a. Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarah intrakranial.
22
APGAR score
Klinis
Appearance
Seluruh tubuh
Badan merah,
Seluruh tubuh
biru / putih
kaki biru
merah
Pulse
Tidak ada
Grimace
Tidak ada
Perubahan mimic
Bersin /
menangis
Activity
Lumpuh
Resipiration effort
Tidak ada
extremitas fleksi
Lemah
Menangis keras
: Asfiksia ringan
Score 6-4
: Asfiksia sedang
Score 3-0
: Asfiksia berat
26
2. Pemeriksaan Penunjang
-
BGA
o PaO2 < 50 mm H2O
o PaCO2 > 55 mm H2
o pH < 7,30
Baby gram
USG kepala
E. Resusitasi Neonatus
Antisipasi, persiapan adekuat, evaluasi akurat dan inisiasi bantuan
sangatlah penting dalam kesuksesan resusitasi neonatus. Bayi prematur (usia
gestasi < 37 minggu) membutuhkan persiapan khusus. Bayi prematur memiliki
paru imatur yang kemungkinan lebih sulit diventilasi dan mudah mengalami
kerusakan karena ventilasi tekanan positif serta memiliki pembuluh darah imatur
dalam otak yang mudah mengalami perdarahan Selain itu, bayi prematur memiliki
volume darah sedikit yang meningkatkan risiko syok hipovolemik dan kulit tipis
serta area permukaan tubuh yang luas sehingga mempercepat kehilangan panas
dan rentan terhadap infeksi.
Apabila diperkirakan bayi akan memerlukan tindakan resusitasi, sebaiknya
sebelumnya dimintakan informed consent. Definisi informed consent adalah
persetujuan tertulis dari penderita atau orangtua/wali nya tentang suatu tindakan
medis setelah mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan yang berwenang.
Tindakan resusitasi dasar pada bayi dengan depresi pernapasan adalah tindakan
gawat darurat. Dalam hal gawat darurat mungkin informed consent dapat ditunda
setelah tindakan. Setelah kondisi bayi stabil namun memerlukan perawatan
lanjutan, dokter perlu melakukan informed consent.
27
29
2. Kompresi Dada
Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit
setelah dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Tindakan kompresi
dada (cardiac massage) terdiri dari kompresi yang teratur pada tulang dada,
yaitu menekan jantung ke arah tulang belakang, meningkatkan tekanan
intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh.
Kompresi dada hanya bermakna jika paru-paru diberi oksigen, sehingga
diperlukan 2 orang untuk melakukan kompresi dada yang efektif. Satu orang
menekan dada dan yang lainnya melanjutkan ventilasi.Orang kedua juga bisa
melakukan pemantauan frekuensi jantung, dan suara napas selama ventilasi
tekanan positif. Ventilasi dan kompresi harus dilakukan secara bergantian
Prinsip dasar pada kompresi dada adalah
-
Lokasi ibu jari atau dua jari : pada bayi baru lahir tekanan diberikan pada
1/3 bawah tulang dada yang terletak antara processus xiphoideus dan garis
khayal yang menghubungkan kedua puting susu. (Teknik ibu jari lebih
direkomendasikan
pada
resusitasi
bayi
baru
lahir
karena
akan
30
Jika frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit dan bayi dapat bernapas
spontan, ventilasi tekanan positif dapat dihentikan, tetapi bayi masih
mendapat oksigen alir bebas yang kemudian secara bertahap dihentikan.
31
4. Pemberian Obat-obatan
Epinefrin
Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari
60x/menit setelah dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi
selama 30 detik. Epinefrin tidak boleh diberikan sebelum melakukan
ventilasi adekuat karena epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi
oksigen
otot
jantung.
Dosis
yang
diberikan
0,1-0,3
ml/kgBB
Volume Ekspander
Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi
baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada
respon dengan resusitasi, hipovolemia kemungkinan akibat adanya
perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi
kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang
adekuat. Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat
diulang sampai menunjukkan respon klinis. Jenis cairan yang diberikan
dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) atau
tranfusi golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.
Bikarbonat
Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada
bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan
sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis
metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas
darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB atau 4
ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat
dengan konsetrasi 7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau
dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara intra vena dengan kecepatan
tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit.
Nalokson
Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan
indikasi depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya
menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam sebelum melahirkan. Sebelum
diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan diberikan
pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu obat narkotika,
sebab akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi. Cara
pemberian intravena atau melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik
33
hipoksia
yang
berkelanjutan,
kekurangan
oksigen
untuk
sehingga
terjadilah
asidosis
metabolik.
Perubahan
sirkulasi
dan
34
35
2. Sistem Pernapasan
Penyebab terjadinya gangguan pernapasan pada bayi penderita
asfiksia neonatus masih belum dapat diketahui secara pasti. Beberapa teori
mengemukakan bahwa hal ini merupakan akibat langsung hipoksia dan
iskemianya atau dapat pula terjadi karena adanya disfungsi ventrikel kiri,
gangguan koagulasi, terjadinya radikal bebas oksigen ataupun penggunaan
ventilasi mekanik dan timbulnya aspirasi mekonium.
3. Sistem Kardiovaskular
Bayi yang mengalami hipoksia berat dapat menderita disfungsi
miokardium yang berakhir dengan payah jantung. Disfungsi miokardium
terjadi karena menurunnya perfusi yang disertai dengan kerusakan sel
miokard terutama di daerah subendokardial dan otot papilaris kedua bilik
jantung. Kelainan yang ditemukan bersifat ringan berupa bising jantung
akibat insufisiensi katup atrioventrikuler dan kelainan ekokardiografi khas
yang menunjukkan iskernia miokardium.
4. Sistem Urogenital
36
5. Sistem Gastrointestinal
Kelainan saluran cerna ini terjadi karena radikal bebas oksigen yang
terbentuk pada penderita hipoksia beserta faktor lain seperti gangguan
koagulasi dan hipotensi, menimbulkan kerusakan epitel dinding usus.
Gangguan fungsi yang terjadi dapat berupa kelainan ringan yang bersifat
sementara seperti muntah berulang, gangguan intoleransi makanan atau
adanya darah dalam residu lambung sampai kelainan perforasi saluran cerna,
enterokolitis nekrotikans kolestasis dan nekrosis hepar.
6. Sistem Audiovisual
Gangguan pada fungsi penglihatan dan pendengaran dapat terjadi
secara langsung karena proses hipoksia dan iskemia, ataupun tidak langsung
akibat hipoksia iskernia susunan saraf pusat atau jaras-jaras yang terkait
yang menimbulkan kerusakan pada pusat pendengaran dan penglihatan.
Retinopati yang ditemukan ternyata tidak hanya karena peninggian tekanan
oksigen arterial tetapi pada beberapa penderita disebabkan oleh hipoksemia
yang menetap. Selain retinopati, kelainan perdarahan retina dilaporkan pula
pada bayi penderita perinatal hipoksia.
Penelitian jangka panjang dengan alat brainstem auditory evoked
responses yang dilakukan pada bayi dengan riwayat asfiksia, menemukan
gangguan fungsi pendengaran pada sejumlah bayi.
37
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Menurut Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia 2003. Angka Kematian Bayi Menurun (artikel) 31
Desember 2003. http://www. Depkes.org.id.
2. Diyah, Indri. 2009. Askep Sepsis http://www.wordpress.com Neonatorum. FKP
UNAIR.
3. Djaja, S. 2003. Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir dan Sistem
Pelayanan
Kesehatan
yang
Berkaitan
di
Indonesia.http://www.litbang.depkes.go.id
4. Djaja, Sarimawar dan Soeharsono Soemantri, 2003. Penyebab Kematian Bayi
Baru Lahir (Neonatal) dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di
Indonesia Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001. Buletin Penelitian
Kesehatan Vol. 31 No. 3, Jakarta.
5. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 12-20.
6. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 512-21.
7. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG, Zenk KE. Neonatology, management,
procedures, on call problems disease and drugs; edisi ke-5. New York : Lange
Books/Mc Graw-Hill, 2004; 247-50.
8. Gomella. TL, 2004. Neonatology Management, procedures, On-Call Problems,
Diseases, and Drugs. Edisi ke-5. Lange Medical Books/McGrawHill, New York.
9. HTA (Health Technology Assessment) Dep. Kes. RI Tahun 2008. Sepsis
Neonatorum. http://www.scribd.com/doc/12912905/Final-Koreksi-Draft-Akhir
10. http://kuliahbidan.wordpress.com/2008/07/16/bayi-berat-lahir-rendah-bblr/
11. Kattwinkel J, Short J, Niermeyer S, Denson SE, Zaichkin J, Simon W. Neonatal
resuscitation textbook; edisi ke-4. AAP & AHA, 2000; 1-1 2-25.
12. Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah
bayi baru lahir untuk dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI,
MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 42-8.
13. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan
obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 69-79.
14. Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan
obstetri Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta : Depkes RI, 2006; 58-63.
15. Martin CR, Cloherty JP. Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Stark
AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams
&Wilkins, 2004;
185-222.
16. Monintja, HE. 1997. Beberapa Masalah Perawatan Intensif Neonatus. Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
38
17. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London : Arnold, 2002; 62-88
18. Rennie MJ, Roberton NRC. A manual of neonatal intensive care; edisi ke-4.
London : Arnold, 2002; 414-31.
19. Ringer SA. Resuscitation in the delivery room. Dalam: Cloherty JP, Stark AR,
eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins,
2004; 53-71.
39