Anda di halaman 1dari 9

Nama : M.

Najmul Hayat
Nim

: F1C315009

Prodi : Fisika 2015

Aplikasi Aplikasi Biomekanika


Biomekanika merupakan ilmu yang membahas aspek-aspek biomekanika dari gerakan
gerakan tubuh manusia. Biomekanika merupakan kombinasi antar keilmuan mekanika,
antropometri, dan dasar ilmu kedokteran ( biologi dan fisiologi ). Menurut Frankel dan Nordin,
biomekanika menggunakan konsep fisika dan teknik untuk menjelaskan gerakan pada berbagai
macam bagian tubuh dan gaya yang bekerja pada bagian tubuh pada aktivitas sehari-hari.
Adapun aplikasi-aplikasi biomekanika dalam kehidupan sehari-hari yaitu :

1.

Bidang Industri :

a. Dalam perindustrian, ilmu mekanika digunakan untuk mengukur besarnya gaya yang
dibutuhkan oleh seorang operator untuk melakukan suatu pekerjaan dengan postur tubuhnya.
b. Dengan ilmu biomekanika, aplikasinya dalam industri menyatakan besarnya gaya otot yang
diperlukan oleh seorang operator dalam menyelesaikan pekerjaan dengan menggunakan
prinsip-prinsip fisika dan mekanika.
c. Dengan meng-aplikasikan ilmu biomekanika, kita mengetahui dan memahami serta dapat
menentukan sikap kerja yang berbeda dapat menghasilkan kekuatan atau tingkat
produktivitas yang terbaik.
d. Dengan ilmu biomekanika, aplikasinya digunakan dalam mengevaluasi pekerjaan operator
sehingga dapat menghasilkan cara kerja yang lebih baik yang meminimumkan gaya dan
momen yang dibebankan pada operator supaya tidak terjadi kecelakaan kerja.
e. Aplikasinya yang lain adalah menentukan perancangan sistem tempat kerja dengan
pertimbangan dari gerakan-gerakan tubuh manusia/ pekerja.

2. Mekanika Tubuh (Body Mekanik)


Mekanika Tubuh adalah suatu usaha mengkoordinasikan sistem muskuloskeletal dan
sistem syaraf dalam mempertahankan keseimbangan, postur dan kesejajaran tubuh selama

mengangkat, membungkuk, bergerak, dan melakukan aktivitas sehari-hari ( Potter & Perry,
2005).
a. Body Mekanik meliputi 3 elemen dasar yaitu :
1. Body Alignment (Postur Tubuh)
Susunan geometrik bagian-bagian tubuh dalam hubungannya dengan bagian
tubuh yang lain.
2. Balance / Keseimbangan
Keseimbangan tergantung pada interaksi antara pusat gravity, line gravity dan
base of support.
3. Koordinated Body Movement (Gerakan Tubuh Yang Terkoordinir)
Dimana body mekanik berinteraksi dalam fungsi muskuloskeletal dan sistem
syaraf.
c.

Prinsip body mekanik


1. Gravity
2. Balance (Keseimbangan)
3. Weight (berat)

d. Pergerakan dasar yang digunakan dalam Body Mekanik


1. Walking / Berjalan
Kestabilan berjalan, sangat berhubungan dg ukuran base of support.
2. Squating / Jongkok
Squating mempertinggi atau meningkatkan keseimbangan tubuh, ketika seseorang
mengangkat obyek yg terletak dibawah pusat grativitas tubuh.
3. Pulling / Menarik
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum menarik benda, diantaranya ketinggian,
letak benda, posisi kaki dan tubuh sewaktu menarik (seperti condong ke depan dari panggul),
sodorkan telapak tangan dan lengan atas dibawah pusat gravitasi pasien, lengan atas dan siku
diletakkan pada permukaan tempat tidur, pinggul, lutut dan pergelangan kaki ditekuk dan lalu
lakukan penarikan.
4. Pivoting / Berputar
Pivoting adalah suatu tehnik dimana tubuh dibungkukkan dalam rangka menghindari
terjadinya resiko keseleo tulang.

e. Faktor-faktor yang mempengaruhi body mekanik :


1. Status kesehatan
2. Kondisi kesehatan seseorang akan berpengaruh terhadap keseimbangan tubuh sehingga
aktivitasnya menjadi terganggu.
3. Nutrisi
4. Pemenuhan kebutuhan tubuh akan nutrisi sangat penting karena mempengaruhi produksi
energi yang digunakan untuk mobilisasi.
5. Emosi
6. Situasi dan kebiasaan
7.

Gaya hidup

8. Pengetahuan
f. Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan aktivitas
1. Tulang
Tulang merupakan organ yang mempunyai berbagai fungsi, fungsi mekanis untuk
membentuk rangka dan tempat melekatnya berbagai otot, fungsi sebagai tempat menyimpan
mineral kususnya kalsium dan fosfor yang bisa dilepaskan setiap saat sesuai kebutuhan,
fungsi tempat sumsum tulang dalam membentuk sel darah, dan fungsi pelindung organ-organ
dalam.
2. Otot dan Tendo
Tubuh memiliki mempunyai kemampuan berkontraksi yang memungkinkan tubuh
bergerak sesuai keinginan. Otot memiliki origo dan insersinya tulang, serta dihubungkan
dengan tulang melalui tendon, yaitu suatu jaringan ikat yang melekat sangat kuat pada tempat
insersinya tulang.
3. Ligamen

Ligamen merupakan bagian yang menghubungkan tulang dengan tulang. Ligamen


pada lutut merupakan penjaga stabilitas.
4. Sistem Syaraf
Syaraf terdiri dari syaraf pusat (otak dan medula spinalis) dan syaraf tepi (percabangan
dari syaraf pusat). Bagian somatis memiliki fungsi sensorik dan motorik. Kerusakan pada
syaraf pusat seperti kerusakan tulang belakang akan menyebabkan kelemahan umum,
sedangkan kerusakan saraf tepi menyebabkan terganggunya daerah yang diinervasi dan
kerusakan pada saraf radial akan menyebabkan drop hand atau gangguan sensorik di daerah
radial tangan.
5. Sendi
Sendi merupakan tempat dua atau lebih tulang bertemu.
g. Konsekuensi body mekanik yang buruk
1. Jatuh.
2. Cidera belakang.
Harber (1985), memberikan daftar penyebab cidera belakang yang paling sering terjadi pada
perawat yang bekerja di rumah sakit yaitu :
1. Mengangkat pasien ke atas tempat tidur (48%)
2. Membantu pasien turun dari tempat tidur (30%)
3. Memindahkan bed (27%)
4. Mengangkat pasien keatas brankat(22%)
h. Macam-macam bodi mekanik
1.

Body alignment
a. Membantu pasien berdiri
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien
lemah untuk memberikan bantuan berdiri.
b. Membantu Pasien Duduk
Suatu tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien yang imobilisasi atau klien
lemah untuk memberikan bantuan duduk ditempat tidur. Adapun tujuannya yaitu untuk
mengurangi risiko cedera muskuloskeletal pada semua orang yang terlibat.
c. Mengatur berbagai posisi klien

3. Posisi Tubuh
a. Posisi fowler
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan setinggi 15 0-900. Tujuannya untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi kenyamanan pasien, melakukan
aktivitas tertentu. Mengatasi kesulitan pernafasan dan KV pernafasan pasien. Fowler :
450-900 dan Semi Fowler : 150-450.
b. Posisi dorsal recumbent
Adalah dimana posisi kepala dan bahu pasien sedikit mengalami elevasi diatas
bantal, kedua lengan berada di samping sisi tubuh, posisi kaki fleksi dengan telapak kaki
datar diatas tempat tidur. Tujuannya untuk memeriksa daerah genetalia, pasang cateter,
serta pada proses persalinan.
c. Posisi Trendelenburg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dg bagian kepala lebih rendah daripada
bagian kaki yang tujuannya untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
d. Posisi antitrendelenberg
Adalah posisi pasien berbaring di TT dengan kaki lebih tinggi dari kepala yang
tujuannya untuk menurunkan tekanan intrakranial pada pasien trauma kapitis.
e. Posisi pronasi/ tengkurap
Adalah dimana posisi pasien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh
kesalah satu sisi. Kedua lengan fleksi disamping kepala. Posisi ini memiliki beberapa
tujuan diantaranya :
Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut.
Mencegah terjadinya fleksi kontraktur dari pinggul dan sendi.
3.
Membantu drainase dari mulut.
f. Posisi lateral (side lying)

1.
2.

Yaitu seorang tidur di atas salah satu sisi tubuh, dengan membentuk fleksi pada
pinggul dan lutut bagian atas dan meletakkannya lebih depan dari bagian tubuh yang lain
dengan kepala menoleh ke samping. Tujuannya yaitu untuk mengurangi lordosis dan
meningkatkan kelurusan punggung, baik untuk posisi tidur dan istirahat, membantu
menghilangkan tekanan pada sacrum.
g. Posisi supine/ terlentang.

Ini biasanya disebut berbaring terlentang, datar dengan kepala dan bahu sedikit
elevasi dengan menggunakan bantal. Posisi pasien di tengah-tengah tempat tidur, sekitar
tiga inci di bawah kepala tempat tidur.
h. Posisi Sims
Adalah posisi dimana tubuh miring ke kiri atau tekanan. Adapun tujuannya yaitu
1.
2.
3.
4.
5.
i.

untuk :
untuk memberikan kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria).
Memfasilitasi drainase dari mulut pada klien tidak sadar.
Mengurangi penekanan pada sacrum dan trokanter mayor pada klien paralisis.
Memudahkan pemeriksaan perineal.
Untuk tindakan pemberian enema.
Posisi Genu pectoral / knee chest position
Posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada

bagian alas TT yang tujuannya untuk memeriksa daerah rectum & sigmoid.
j. Posisi Litotomi
Posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut, tujuannya untuk merawat atau memeriksa genetalia
pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi.
k. Posisi Orthopneik
posisi adaptasi dari fowler tinggi. Klien duduk di TT atau tepi TT dg meja yang
menyilang diatas TT (90o) tujuannya untuk membantu mengatasi masalah kesulitan
bernafas dg ekspansi dada maksimum, membantu klien yg mengalami inhalasi.
l. Posisi Genu pectoral/knee chest position
Posisi pasien berbaring dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada
bagian alas TT dengan tujuan yaitu untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid.
m. Posisi Litotomi
Posisi pasien berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya keatas bagian dengan tujuan yaitu untuk merawat atau memeriksa genetalia
pada proses persalinan, memasang alat kontrasepsi.
n. Posisi Orthopneik
Posisi adaptasi dari fowler tinggi, pasien duduk di TT atau tepi TT dengan meja
menyilang di atas TT 900 dengan tujuan untuk membantu mengatasi masalah kesulitan bernafas
dengan ekspansi dada maksimum.

4.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan tulang.

2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neurovascular.


3. Resiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan yang disertai kelemahan
otot.
4. Perencanaan Keperawatan.

5.

Nyeri akut
perasaan sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat
kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi berlangsung < 6 bulan.

Tujuannya:
1.

Klien mengatakan nyeri yang dirasakan berkurang.

2.

Klien dapat mendeskripsikan bagaimana mengontrol nyeri.

3.

Klien mengatakan kebutuhan istirahat dapat terpenuhi.

4.

Klien dapat menerapkan metode non farmakologik untuk mengontrol nyeri.

Intervensi:
1.

Identifikasi nyeri yang dirasakan klien (P, Q, R, S, T).

2.

Eksplor faktor-faktor penyebab nyeri.

3.

Kaji pengalaman klien masa lalu dalam mengatasi nyeri.

4.

Pantau tanda-tanda vital.

5.

Berikan tindakan kenyamanan.

6.

Ajarkan teknik non farmakologik (relaksasi, fantasi, dll) untuk menurunkan nyeri.

7.

Jelaskan prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan mengurangi nyeri.

8.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian: analgetik sesuai indikasi.

3. TRAKSI
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk menangani
kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi adalah untuk menangani

fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha memperbaiki deformitas dan mempercepat
penyembuhan.
Prinsip traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh., tungkai,
pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan pada arah yang berlawanan
disebut dengan countertraksi.
Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu. Suku Aztec dan mesir
menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon. Traksi telah menjadi sebuah
ketetapan dalam management ortopedi hingga 1940 ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin
dan plate menjadi praktek yang sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya
pembedahan fraktur dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang lebih.
Dapat menggunakan traksi :
1. Untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai.
2. Untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu.
3. Untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya ikuti dengan yang lain.
Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan jalan untuk
mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk beberapa minggu jika diperlukan.
Ada 2 cara melakukan hal tersebut :
1. memberi pengikat ke kulit (traksi kulit).
2. dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau kirschner wir melalui tulangnya
(traksi tulang).
Traksi membutuhkan waktu untuk diaplikan dan diatur, tetapi hal ini dapat dengan mudah
diatur dengan asisten. Traksi kebanyakan berguna pada kaki. Di lengan hal ini masih kurang
nyaman, tidak menyakinkan, sulit untuk dijaga, dan frustasi untuk pasien. Untuk kesemua alas an
ini, traksi lengan hanya digunakan dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh.
Klasifikasi traksi di dasari pada penahan tububh yang di capai:
1. Traksi Manual, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan terhadap
seseorang dibagian tubuh yang terkena melalui tangan mereka.Traksi manual
digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana sebelum aplikasi plesrer atau selama
pembedahan.
2. Traksi Skeletal, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan langsung ke
sekeleton melalui pin, wire, atau baut dimasukkan dalam tulang. Traksi skeletal
digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk mengontrol rotasi dimana berat lebih
besar dari 25 kg dibutuhkan dan fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
3. Traksi kulit, menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada bagian
tubuh yang terkena melalui jaringan lunak.

Anda mungkin juga menyukai