Anda di halaman 1dari 27

BAB II

TUNJAUAN PUSTAKA

2.1

Landasan Teori

2..1.1 Sistem Pengendalian Internal


Dalam rangka pencapaian visi, misi, dan tujuan serta pertanggung jawaban
kegiatan Instansi Pemerintah, pimpinan Instansi Pemerintah wajib menerapkan
setiap unsur dari Sistem Pengendalian Internal. Untuk memastikan bahwa Sistem
Pengendalian Intern tersebut sudah dirancang dan di implementasikan dengan
baik, dan secara memadai diperbaharui untuk memenuhi keadaan yang terus
berubah perlu dilakukan pemantauan secara terus-menerus. Pimpinan Instansi
Pemerintah melakukan pemantauan antara lain melalui evaluasi terpisah atas
Sistem Pengendalian Internnya masing-masing untuk mengetahui kinerja dan
efektivitas Sistem Pengendalian Intern serta cara meningkatkannya. Pemantauan
juga berguna untuk mengidentifikasi dan mengatasi risiko utama seperti
penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan, dan salah-kelola (mismanagement).

2.1.1.1 Pengertian Pengendalian Internal


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah menyatakan bahwa:
Sistem Pengendalian Internal Pemerintah adalah proses integral pada
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,

14

15

keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan ketaatan


terhadap peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah, yang kemudian disingkat SPIP adalah Sistem Pengendalian
Internal yang dielenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah.
Sistem Pengendalian Internal merupakan kegiatan pengendalian terutama
atas pengelolaan sistem informasi yang bertujuan untuk memastikan akurasi dan
kelengkapan informasi. Kegiatan pengendalian atas pengelolaan informasi
meliputi Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi, yang masing-masing
akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Pengendalian umum
Pengendalian ini meliputi sistem informasi, pengendalian atas akses,
pengendalian atas pengembangan dan perubahan perangkat lunak
aplikasi, pengendalian atas perangkat lunak sistem, pemisahan tugas,
dan kontinuitas pelayanan.
b. Pengendalian Aplikasi
Pengendalian ini meliputi pengendalian kelengkapan, pengendalian
akurasi, dan pengendalian terhadap keandalan pemrosesan dan file
data.

2.1.1.2 Tujuan Pengendalian Internal


Arens et. Al. (198:2011) yang dialih bahasakan oleh Herman wibowo
mepaparkan tiga tujuan umum manajemen dalam merancang sistem pengendalian
intern yang efektif, yaitu:

16

1. Reliability Of Financial Reporting.


2. Efficiency and Effectiveness Of Operation.
3. Compliance With Laws and Regulation.
Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para
investor, kreditor dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik tanggung jawab
hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan
secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Tujuan pengendalian intern yang efektif atas pelaporan
keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut.
Pengendalian intern dalam perusahaan akan mendorong pemakaian
sumber daya secara efektif dan efisien untuk mengoptimalkan sasaran-sasaran
perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh
informasi keuangan dan non-keuangan yang akurat tentang operasi perusahaan
untuk keperluan pengambilan keputusan.Manajemen harus menguji efektivitas
pelaksanaan pengendalian.
Menurut

Peraturan

Pemerintah

No.

71

Tahun

2010

Sistem

Pengendalian Internal Pemerintah sendiri memiliki tujuan untuk mencapai


kegiatan pemerintahan yang efektif dan efisien, perlindungan aset Negara,
keterandalan laporan keuangan, kepatuhan pada perundang-undangan dan
peraturan serta kebijakan yang berlaku.

17

2.1.1.3 Unsur-Unsur Sistem Pengendalian Internal


Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah menyebutkan bahwa:
SPIP terdiri dari unsur-unsur berikut: lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, kegiatan pengendalian, informasi dan komunikasi
serta pemantauan.
Adapun penjabaran unsur-unsur tersebut seperti berikut:
1. Lingkungan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan
kondusif untuk penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam
lingkungan kerjanya. Lingkungan pengendalian terdiri dari:
a. Penegakan integritas dan nilai etika;
b. Komitmen terhadap kompetensi;
c. Kepemimpinan yang kondusif;
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang
pembinaan sumber daya manusia;
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang
efektif;
h. Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.

18

2. Penilaian Risiko
Dalam rangka penilaian risiko, pimpinan Instansi Pemerintah dapat
menetapkan tujuan instansi pemerintah dan tujuan pada tingkatan
kegiatan, dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Penilaian risiko terdiri dari:
a. Penetapan tujuan instansi secara keseluruhan
b. Penetapan tujuan pada tingkatan kegiatan
c. Identifikasi risiko
d. Analisis risiko
e. Mengelola risiko selama perubahan
3. Kegiatan Pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib menyelenggarakan kegiatan
pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, dari sifat dan tugas
serta

fungsi

yang

bersangkutan.

Penyelenggaraan

pengendalian terdiri dari:


a. Reviu atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b. Pembinaan sumber daya organisasi;
c. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
d. Pengendalian fisik atau asset;
e. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f. Pemisahan fungsi;
g. Otorisasi atau transaksi dan kejadian yang penting;

kegiatan

19

h. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan


kejadian;
i. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
k. Dokumentasikan kejadian penting atas Sistem Pengendalian Intern.
4. Informasi dan Komunikasi
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib mengidentifikasi, mencatat, dan
mengkomunikasikan informasi dalam bentuk dan waktu yang
tepat.Komunikasi atas informasi wajib diselenggarakan secara efektif.
a. Informasi
b. Komunikasi
c. Bentuk dan sarana komunikasi
5. Pemantauan
Pimpinan Instansi Pemerintah wajib melakukan pemantauan Sistem
Pengendalian Intern melalui:
a. Pemantauan berkelanjutan
b. Evaluasi terpisah
c. Penyelesaian audit
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPIP dilakukan:
a. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi
pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan Negara;

20

b. Pembinaan penyelenggaraan SPIP.


Pengawasan intern dilakukan oleh aparat
pemerintah. Aparat

pengawasan intern

pengawasan intern pemerintah melakukan

pengawasan intern melalui:


a. Audit;
b. Riviu;
c. Evaluasi;
d. Pemantauan; dan
e. Kegiatan pegawasan lainnya.

2.1.1.4 Pihak Yang Bertanggungjawab atas Pengendalian Internal


Menurut Mulyadi (2002:182) terdapat pihak-pihak yang bertanggung
jawab atas pengendalian internal organisasi, diantaranya adalah:
1. Manajemen
Manajemen

bertanggungjawab

untuk

mengembangkan

dan

menyelenggarakan secara efektif pengendalian intern organisasinya.


Direktur utama perusahaan bertanggungjawab untuk menciptakan
atmosfer pengendalian ditingkat puncak, agar kesadaran terhadap
pentingnya pengendalian menjadi tumbuh di seluruh organisasi.
2. Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan komisaris bertanggung jawab untuk menentukan apakah
manajemen

bertanggung

jawab

dalam

menyelenggarakan pengendalian intern.

mengembangkan

dan

21

3. Auditor Intern
Auditor intern bertanggung jawab untuk memeriksa dan mengevaluasi
memadai atau tidaknya pengendalian intern entitas dan membuat
rekomendasi peningkatannya.
4. Personel lain entitas
Peran dan tanggung jawab semua personel lain yang menyediakan
informasi atau yang menggunakan informasi yang dihasilkan oleh
pengendalian intern harus ditetapkan dan dikomunikasikan dengan
baik.
5. Auditor Independen
Sebagai bagian dari prosedur auditnya terhadap laporan keuangan,
auditor dapat menemukan kelemahan pengendalian intern kliennya,
sehingga ia dapat mengkomunikasikan temuan auditnya tersebut
kepada manajemen, komite audit, atau dewan komisaris. Berdasarkan
temuan auditor tersebut, manajemen dapat melakukan peningkatan
pengendalian intern entitas.

2.1.2 Akuntabilitas
2.1.2.1 Pengertian Akuntabilitas
Akuntabilitas
accountability,

yang

berasal
berarti

dari

istilah

dalam

bahasa

pertanggungjawaban

atau

Inggris
keadaan

yaitu
untuk

dipertanggungjawabkan atau keadaan untuk diminta pertanggungjawaban (Salim,


1991).

Akuntabilitas

(accountability),

menurut

Suherman

(2007)

yaitu

22

berfungsinya seluruh komponen penggerak jalannya kegiatan perusahaan, sesuai


tugas dan kewenangannya masing-masing.
Selanjutnya peneliti akan memaparkan definisi akuntabilitas menurut
Mardiasmo (2004), menerangkan bahwa pengertian akuntabilitas adalah:
Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk
memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan, dan
mengungkapkan segala aktifitas dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawabnya kepada pihak pemberi amanah (principal) yang memiliki hak
dan kewenangan untuk meminta pertanggung jawaban tersebut.
Dari kedua definisi diatas dapat dikatakan bahwa akuntabilitas merupakan
pertanggung jawaban atas segala yang dilakukan oleh pimpinan atau lembaga
yang memberi wewenang dan akuntabilitas merupakan prinsip yang menjamin
bahwa

setiap

kegiatan

suatu

organisasi

atau

perorangan

dapat

dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.


Berdasarkan beberapa akuntabilitas yang dilihat dari berbagai sudut
pandang tersebut, maka akuntabilitas dapat diartikan sebagai kewajiban untuk
menyajikan dan melaporkan segala tindak lanjut dan kegiatan seseorang atau
lembaga terutama bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi.
Akuntabilitas dalam konteks pemerintahan mempunyai arti pertanggungjawaban
yang merupakan salah satu ciri dari terapan good governance. Pemikiran ini
bersumber dari pemikiran administrasi publik yang merupakan isu menuju clean
government atau pemerintahan yang bersih. Akuntabilitas dilihat dari sudut
pandang pengendalian merupakan tindakan pada pencapaian tujuan.

23

2.1.2.2 Sifat Akuntabilitas


Laporan keuangan pemerintah harus menyediakan informasi yang dapat
dipakai

oleh

pengguna

laporan

keuangan

untuk

menilai

akuntabilitas

pemerintahan dalam membuat keputusan ekonomi, sosial, dan politik.


Akuntabilitas diartikan sebagai hubungan antara pihak yang memegang kendali
dan mengatur entitas dengan pihak yang memiliki kekuatan formal atas pihak
pengendali tersebut. Dalam hal ini dibutuhkan juga pihak ketiga yang accountable
untuk memberikan penjelasan atau alasan yang masuk akal terhadap seluruh
kegiatan yang dilakukan dan hasil usaha yang diperoleh sehubungan dengan
pelaksanaan suatu tugas dan pencapaian suatu tujuan tertentu.
Dalam konteks penyelenggaran pemerintah, akuntabilitas pemerintah tidak
dapat diketahui tanpa pemerintah memberitahukan kepada rakyat tentang
informasi sehubungan dengan pengumpulan sumber daya dan sumber dana
masyarakat beserta penggunaannya. Akuntabilitas dapat dipandang dari berbagai
perspektif. Dari perspektif akuntansi, American Accounting Association
menyatakan bahwa akuntabilitas suatu entitas pemerintahan dapat dibagi dalam
empat kelompok, yaitu akuntabilitas terhadap:
1. Sumber daya finansial
2. Kepatuhan terhadap aturan hukum dan kebijakan administrasi
3. Efisiensi dan ekonomisnya suatu kegiatan
4. Hasil program dan kegiatan pemerintah yang tercermin dalam
pencapaian tujuan, manfaat dan efektivitas.

24

Sedangkan dari perspektif fungsional, akuntabilitas dilihat sebagai suatu


tingkatan dengan lima tahap yang berbeda yang diawali dari tahap yang lebih
banyak membutuhkan ukuran-ukuran obyektif (legal compliance) ke tahap yang
membutuhkan lebih banyak ukuran-ukuran subyektif. Tahap-tahap tersebut
adalah:
1. Probility

and

legality

accountability.

Hal

ini

menyangkut

pertanggungjawaban penggunaan dana sesuai dengan anggaran yang


telah disetujui dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (compliance).
2. Process accountability. Dalam hal ini digunakan proses, prosedur, atau
ukuran-ukuran dalam

melaksanakan kegiatan

yang ditentukan

(planning, allocating and managing).


3. Performance accountability. Pada level ini dilihat apakah kegiatan
yang dilakukan sudah efisien (efficient and economy).
4. Program accountability. Di sini akan disoroti penetapan dan
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan tersebut (outcomes and
effectiveness).
5. Policy accountability. Dalam tahap ini dilakukan pemilihan berbagai
kebijakan yang akan diterapkan atau tidak (value).
Akuntabilitas pemerintahan di Negara yang menganut paham demokrasi
sebenarnya tidak terlepas dari prinsip dasar demokrasi yaitu kedaulatan adalah di
tangan rakyat. Pemerintahan demokrasi menjalankan dan mengatur kehidupan
rakyat dalam bernegara dengan mengeluarkan sejumlah aturan serta mengambil

25

dan menggunakan sumber dana masyarakat. Pemerintah wajib memberikan


pertanggungjawabannya atas semua aktivitasnya kepada masyarakat.Seiring
dengan meningkatnya aktivitas pemerintah dalam pengaturan perdagangan dan
industri, perlindungan hak asasi dan kepemilikan serta penyediaan jasa sosial,
timbul kesadaran yang luas untuk menciptakan sistem pertanggungjawaban
pemerintah yang lebih komprehensif. Sistem tersebut antara lain meliputi sistem
anggaran pendapatan dan belanja, organisasi pelayanan pemerintah, manajemen
wilayah yang professional serta pengembangan praktik akuntansi dan pelaporan
keuangan.
Ternyata dalam pelaksanaannya, keingintahuan masyarakat tentang
akuntabilitas pemerintahan tidak dapat dipenuhi hanya dengan informasi
keuangan saja. Masyarakat ingin tahu lebih jauh apakah pemerintah yang
dipilihnya telah beroperasi dengan ekonomis, efisien dan efektif. Beberapa teknik
yang dikembangkan untuk memperkuat sistem akuntabilitas sangat dipengaruhi
oleh metode yang banyak dipakai dalam akuntansi, manajemen dan riset seperti
management by objectives, anggaran kinerja, riset operasi, audit kepatuhan dan
kinerja, akuntansi biaya, analisis keuangan dan survey yang dilakukan terhadap
masyarakat sendiri. Teknik-teknik tersebut tentunya juga dipakai oleh pemerintah
sendiri untuk meningkatkan kinerjanya.

2.1.2.3 Jenis-Jenis Akuntabilitas


Dalam akuntabilitas publik ada dua macam akuntabilitas. Menurut
Mardiasmo (2009:5) akuntabilitas publik terdiri atas dua macam yaitu:

26

akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal


(horizontal accountability).
1. Akuntabilitas

Vertikal

(Vertical

Accountability)

adalah

pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih


tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, pertanggung jawaban pemerintah daerah kepada
pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.
2. Akuntabilitas

Horizontal

(Horizontal

Accountability)

adalah

pertanggungjawaban kepada DPRD dan masyarakat luas.


Dalam konteks organisasi pemerintah, akuntabilitas publik adalah
pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja financial pemerintah
kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan tersebut. (Mardiasmo,
2009:4).
Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) seperti yang dikutip oleh
BPKP ada tiga macam akuntabilitas yaitu:
1. Akuntabilitas

keuangan,

akuntabilitas

keuangan

merupakan

pertanggungjawaban mengenai integritas keuangan, pengungkapan,


dan ketaatan terhadap peraturan.
2. Akuntabilitas manfaat, akuntabilitas manfaat pada dasarnya member
perhatian kepada hasil dari kegiatan-kegiatan pemerintah.
3. Akuntabilitas prosedural, merupakan pertanggungjawaban mengenai
apakah suatu prosedur dari pelaksanaan suatu kebijakan telah
mempertimbangkan masalah moralitas, etika, kepastian hukum, dan

27

ketaatan pada keputusan politis untuk mendukung pencapaian tujuan


akhir yang telah ditetapkan.
Akuntabilitas

keuangan

merupakan

pertanggungjawaban

mengenai

integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Jenis akuntabilitas ini memerlukan dukungan sistem informasi
akuntansi yang memadai untuk terselenggaranya pelaporan. Sistem akuntansi
yang tidak memadai merupakan salah satu faktor penyebab tidak diperolehnya
laporan pertanggungjawaban pengelolaan keuangan pemerintah yang handal dan
dapat dipercaya untuk digunakan dalam penerapan akuntabilitas keuangan
pemerintah.
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik
terdiri atas beberapa aspek. Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh
lembaga-lembaga publik tersebut antara lain menurut Mahmudi (2010:28)
akuntabilitas terdiri dari:
1. Akuntabilitas Hukum dan Kejujuran
Akuntabilitas kejujuran dan hukum yang terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan dan jaminan adanya kepatuhan hukum adalah
pertanggungjawaban lembaga-lembaga publik untuk berperilaku jujur
dalam bekerja dan menaati ketentuan hukum.
Akuntabilitas kejujuran berarti penyajian informasi yang sesuai dengan
kenyataan yang ada. Akuntabilitas hukum dan peraturan terkait dengan
jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang

28

diisyaratkan dalam penggunaan sumber daya publik (Pristwanto


seperti dikutip Nurkholis, 2005:12).
Accountability for probability is concerned with the avoidance of
malfeasance. It ensures that fund used properly an in the manner
authorized. Accounting for legality is concerned with ensuring that the
powers given by the law are not exceeded.
Akuntabilitas hukum menghendaki kepatuhan terhadap hukum dan
peraturan lain dalam mengoperasikan organisasi sektor publik.
Akuntabilitas

kejujuran

berhubungan

dengan

penghindaran

penyalahgunaan jabatan.
2. Akuntabilitas Manajerial
Akuntabilitas manajerial adalah pertanggungjawaban lembaga publik
untuk melakukan pengelolaan organisasi secara efektif dan efisien.
Akuntabilitas manajerial juga dapat diartikan sebagai akuntabilitas
kinerja (performance accountability). Akuntabilitas manajerial juga
berhubungan dengan akuntabilitas proses (process accountability)
yang

berarti

bahwa

proses

organisasi

harus

dapat

dipertanggungjawabkan, dengan kata lain tidak terjadi inefisien dan


ketidakefektifan organisasi.
3. Akuntabilitas Program
Akuntabilitas program berkaitan dengan pertimbangan apakah tujuan
yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah organisasi telah
mempertimbangkan alternatif program yang memberikan hasil yang

29

optimal dengan biaya yang minimal. Lembaga publik harus


mempertanggungjawabkan program yang telah dibuat sampai pada
pelaksanaan program.
4. Akuntabilitas Kebijakan
Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik atas
kebijakan-kebijakan

yang

diambil.

Lembaga-lembaga

publik

hendaknya dapat mempertanggungjawabkan kebijakan yang telah


ditetapkan dengan mempertimbangkan dampak di masa depan. Dalam
membuat kebijakan harus dipertimbangkan tujuan kebijakan tersebut,
mengapa kebijakan diambil, siapa sasarannya, pemangku kepentingan
(stakeholder) mana yang terpengaruh dan memperoleh manfaat dan
dampak (negatif) atas kebijakan tersebut.
5. Akuntabilitas Finansial
Akuntabilitas yang terkait dengan pertanggungjawaban lembagalembaga publik untuk menggunakan uang publik (public money)
secara ekonomi, efisien, dan efektif, tidak ada pemborosan dan
kebocoran dana serta korupsi. Akuntabilitas finansial sangat penting
karena pengelolaan keuangan publik akan menjadi perhatian utama
masyarakat. Akuntabilitas finansial mengharuskan lembaga-lembaga
publik untuk membuat laporan keuangan untuk menggambarkan
kinerja finansial organisasi kepada pihak luar.
Mardiasmo (2009:5) menawarkan kategorisasi baru yang disebutnya
sebagai akuntabilitas langsung dan akuntabilitas tidak langsung. Akuntabilitas

30

tidak langsung merujuk pada pertanggungjawaban kepada pihak eksternal seperti


masyarakat, konsumen, atau kelompok klien tertentu, sedangkan akuntabilitas
langsung berkaitan dengan pertanggungjawaban vertikal melalui rantai komando
tertentu.
Berdasarkan deskripsi akuntabilitas yang demikian itu, maka akuntabilitas
kinerja

instansi

pemerintah

adalah

kewajiban

untuk

memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan


seseorang/badan hukum/pimpinan suatu organisasi kepada pihak yang memiliki
hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

2.1.2.4 Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)


Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap
pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan
serta cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan
pencapaian sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, serta terukur sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan dapat berlangsung secara
berdaya guna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab serta bebas dari
korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Sesuai dengan Inpres No. 7 Tahun 1999, pengertian akuntabilitas kinerja
adalah:
Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang telah
ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

31

Menurut

Simbolon (2006), menerangkan bahwa kinerja instansi

pemerintah adalah:
Perwujudan
kewajiban
suatu
instansi
pemerintah
untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan
melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik.
Sedangkan

menurut

Lembaga

Administrasi

Negara

(LAN

No.239/1X/6/8/2003) pengertian akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah:


Perwujudan
kewajiban
suatu
instansi
pemerintah
untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditentukan
melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.
Akuntabilitas ini dilakukan dengan memperhatikan indikator kinerja, yang
merupakan ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat
pencapaian

suatu

sasaran

atau

tujuan

yang

lebih

ditetapkan

dengan

mempertimbangkan indikator masukan (input), keluaran (output), proses


(process), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact).

2.1.2.5 Tujuan

dan

Sasaran

Sistem

Akuntabilitas

Kinerja

Instansi

Pemerintah
Tujuan dan sasaran sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah
untuk mendorong tercapainya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai
salah satu prasyarat untuk tercapainya pemerintahan yang baik dan terpercaya
(Inpres No.7, 1999).
Sugijanto (2002) menyatakan bahwa

akuntabilitas kinerja instansi

merupakan salah satu syarat mutlak dalam menciptakan pemerintahan yang bersih

32

dan berwibawa (good governance). Prinsip-prinsip good governance sebagai


berikut:
1. Transparansi, yaitu keterbukaan dalam pengelolaan pemerintahan dan
pengelolaan ekonomi.
2. Akuntabilitas, yaitu pelaksanaan kebijakan ekonomi dan sosial yang
baik serta pertanggungjawaban keuangan yang baik.
3. Partisipasi, yaitu penerapan pengambilan keputusan yang demokratis
dan pengakuan hak atas kebebasan manusia/hak azasi manusia, adanya
kebebasan pers, dan kebebasan ekspresi aspirasi masyarakat.

2.1.2.6 Persyaratan Pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


(AKIP)
Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN:2003) agar AKIP dapat
terwujud dengan baik, harus dipenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:
1. Beranjak dari sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber dayasumber daya yang konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan
Negara;
2. Komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan;
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan;
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat
yang diperoleh;
5. Jujur, obyektif, transparan, dan akurat;

33

6. Menyajikan keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan


tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2.7 Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP)


Setiap instansi pemerintah berkewajiban untuk menyiapkan, menyusun,
dan menyampaikan laporan kinerja secara tertulis, periodik dan melembaga.
Pelaporan kinerja ini dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja
instansi pemerintah dalam suatu tahun anggaran yang dikaitkan dengan proses
pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. Instansi pemerintah yang
bersangkutan harus mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan dan
kegagalan tingkat kinerja yang dicapainya. Pelaporan kinerja oleh instansi
pemerintah ini kemudian dituangkan dalam dokumen Laporan Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP dapat dikategorikan sebagai
laporan rutin, karena paling tidak disusun dan disampaikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan setahun sekali.
Instansi pemerintah yang berkewajiban menerapkan sistem akuntabilitas
kinerja dan menyampaikan pelaporannya adalah instansi dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Adapun penanggung jawab penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang
secara fungsional bertanggungjawab melayani fungsi administrasi di instansi
masing-masing. Selanjutnya pimpinan instansi bersama tim kerja harus
mempertanggungjawabkan dan menjelaskan keberhasilan atau kegagalan tingkat
kinerja yang dicapainya.

34

Penanggung jawab penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi


Pemerintah (LAKIP) adalah pejabat yang secara fungsional bertanggungjawab
melakukan dukungan administratif di instansi masing-masing. Pimpinan instansi,
sebagaimana tersebut dalam Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2014 tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dapat menentukan tim kerja
yang bertugas membantu penanggung jawab LAKIP di instansinya masingmasing dengan mengacu pada pedoman ini. Apabila dipandang perlu, tim kerja
dan penanggung jawab LAKIP dimaksud dapat berkonsultasi dengan Lembaga
Administrasi Negara (LAN) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP). Konsultasi dimaksud dengan memberitahukan terlebih dahulu secara
lisan maupun tertulis.
Adapun mekanisme LAKIP adalah sebagai berikut:
a. Setiap pemimpin Departemen/LPND, Pemerintah Daerah, Satuan
Kerja atau Unit Kerja di dalamnya wajib membuat laporan
akuntabilitas kinerja secara berjenjang serta berkala untuk disampaikan
kepada atasannya.
b. LAKIP tahunan dan tiap Departemen/LPND, masing-masing Menteri
pimpinan LPND menyampaikan kepada Presiden dan Wakil Presiden
dengan tembusan kepada Menteri yang bertanggung jawab di bidang
Pendayagunaan Aparatur Negara (PAN) serta Kepala Badan
Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
c. LAKIP tahunan dari setiap Pemerintah Provinsi disampaikan kepada
Presiden dan Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam

35

Negeri, Menteri yang bertanggungjawab di bidang PAN, dan Kepala


BPKP.
d. LAKIP tahunan Pemerintah Kabupaten/Kota disampaikan kepada
Presiden dan Wakil Presiden dengan tembusan kepada Menteri Dalam
Negeri, Gubernur Kepala Pemerintah Daerah Provinsi dan Kepala
Perwakilan BPKP.
e. Kepala BPKP melakukan evaluasi terhadap LAKIP dan melaporkan
hasilnya kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggungjawab di
bidang PAN dan salinannya kepada Kepala Lembaga Administrasi
Negara (LAN).
f. Kepala LAN melakukan kajian dan penilaian terhadap perkembangan
pelaksanaan sistem akuntabilitas dan kinerjanya, serta melaporkannya
kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggungjawab di bidang
PAN.

2.2

Kerangka Pemikiran
Setiap pimpinan organisasi selalu berupaya agar tujuan organisasi

yang dipimpin dapat tercapai secara efektif, untuk mencapai hal tersebut tentu saja
membutuhkan dukungan dari semua pihak yang terlibat didalam organisasi
tersebut.Dengan semakin berkembang dan kompleksnya suatu organisasi, maka
diperlukan suatu penanganan lebih dalam melakukan pengendalian.Salah satu
implementasinya

adalah

dengan

mendelegasikan

wewenangnya

kepada

bawahannya. Namun pendelegasian wewenang tersebut haruslah diikuti dengan

36

langkah pengawasan untuk menghindari penyalahgunaan kekuasaan, karena


bagaimanapun pada akhirnya yang akan bertanggung jawab adalah pimpinan
organisasi.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Mengenai Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah ( SPIP ) adalah :
Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh
pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Namun dari keempat tujuan di atas tidak perlu dicapai secara khusus atau
terpisah-pisah. Dengan kata lain, instansi pemerintah tidak harus merancang
secara khusus pengendalian untuk mencapai satu tujuan. Suatu kebijakan atau
prosedur dapat saja dikembangkan untuk dapat mencapai lebih dari satu tujuan
pengendalian.
Pada saat yang sama kemajuan dalam teknologi telah meningkatkan
pentingnya menerapkan sistem pengendalian internal (Rezaee et al, 2001). COSO
mengenalkan bahwa terdapat 5 (lima) komponen kebijakan dan prosedur yang
didesain dan diimplementasikan untuk memberikan jaminan bahwa tujuan
pengendalian intern dapat dicapai. Kelima komponen pengendalian intern tersebut
adalah:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment).
Komponen ini meliputi tindakan, kebijakan dan prosedur yang
menggambarkan:
a. Integritas dan nilai etika

37

b. komitmen terhadap kompetensi


c. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
d. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab
e. Filosofi manajemen dan gaya operasi
f. Dewan direksi dan partisipasi komite audit
g. Struktur organisasi contoh:
2. Penilaian Risiko Manajemen (Management Risk Assessment )
Perusahaan

harus

mewaspadai

dan

mengelola

risiko

yang

dihadapinya.Perusahaan harus menetapkan tujuan, terintegrasi dengan


penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan aktivitas-aktivitas lainnya
sehingga organisasi beroperasi secara harmonis. Perusahaan juga harus
menetapkan mekanisme untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan
mengelola risiko-risiko terkait.
3. Sistem Komunikasi dan Informasi Akuntansi (Accounting Information and
Communication System).
Komunikasi informasi tentang operasi pengendalian intern memberikan
substansi yang dapat digunakan oleh manajemen untuk mengevaluasi
efektifitas kontrol dan untuk mengelola operasinya. Keakuratan dan
ketepatan informasi dibutuhkan guna mengambil suatu keputusan. Selain
itu dengan sistem informasi dan komunikasi memungkinkan karyawan
perusahaan mendapatkan dan menukar informasi yang diperlukan untuk
melaksanakan, mengelola, dan mengendalikan operasinya.

38

4. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)


Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan diambil untuk
menghadapi risiko-risiko yang terkait dalam mencapai tujuan satuan usaha
(entitas).
5. Pemantauan (Monitoring).
Keseluruhan proses harus dimonitor, dan dibuat perubahan bila
diperlukan. Dengan cara ini, sistem dapat bereaksi secara dinamis,
berubah sering dengan perubahan kondisi.
Pengendalian intern mempunyai tujuan untuk mendapatkan data tepat dan
dapat dipercaya, melindungi harta atau aktiva organisasi, dan meningkatkan
efektivitas organisasi sehingga organisasi dapat berjalan sesuai dengan tujuan
yang ditetapkan. Hal ini tidak terlepas dari peran kinerja instansi pemerintah
dalam melaporkan data yang tepat dan dapat dipercaya kepada publik. Apabila
pengendalian intern didalam organisasi berjalan dengan baik, maka kinerja
instansi organisasipun akan berjalan dengan baik sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.
Kinerja diartikan sebagai hasil dari usaha seseorang yang dicapai dengan
adanya kemampuan dan perbuatan dalam situasi tertentu. Berdasarkan S.K
Menteri Keuangan RI No. 740/KMK.00/1989, kinerja adalah prestasi yang
dicapai dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan.
Kinerja menjadi ukuran prestasi yang disesuaikan dengan tingkat
kemampuan yang dapat dilakukan. Oleh karena itu, istilah kinerja perusahaan

39

kerap kali disamakan dengan kondisi keuangan perusahaan yang dengan


pengukuran-pengukuran keuangan mampu memberikan kepuasan setidaktidaknya bagi pemilik saham perusaan itu maupun bagi karyawannya. (Munawir,
2002:73)
Terwujudnya akuntabilitas merupakantujuan utama dari reformasi sektor
publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-lembaga sektor
publik untuk lebih menekankan pada pertanggungjawaban horizontal (horizontal
accountability)

bukan

hanya

pertanggungjawaban

vertikal

(vertical

accountability). Tuntutan yang kemudian muncul adalah perlunya dibuat laporan


keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.
Dapat diartikan bahwa apabila pengendalian intern diterapkan dengan baik
dalam organisasi maka akan berdampak baik pada akuntabilitas kinerja, begitu
pula sebaliknya, apabila sistem pengendalian intern tidak diterapkan dengan baik
maka akan berdampak kurang baik pada akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.
Melihat penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rina Tresnawati
(2012) yang berjudul Pengaruh Efektivitas Pengendalian Intern terhadap Kinerja
Instansi Pemerintah Di Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung menyatakan
bahwa antara pengendalian internal dengan kinerja memiliki hubungan yang kuat
atau memiliki pengaruh yang signifikan.

40

Berdasarkan paparan diatas, struktur hubungan antara variabel independen


dan variabel dependen adalah sebagai berikut :
Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah

Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah

2.3 Hipotesis Penelitian


Pengujian hipotesis pada penelitian ini berkaitan dengan adakah pengaruh
dari variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Hipotesis nol (Ho) digunakan
unutk menguji bahwa pengaruh tidak berarti atau tidak signifikan. Sedangkan
hipotesis alternative (Ha) digunakan untuk menguji bahwa terdapat pengaruh yang
berarti dan signifikan. Perumusan Ho dan Ha untuk penelitian ini adalah :
H0: = 0 artinya tidak terdapat pengaruh positif dan signifikan dari
efektivitas sistem pengendalian internal pemerintah terhadap kinerja
instansi pemerintah.
Ha:

0 artinya

terdapat

pengaruh

positif

dan

signifikan

dari

efektivitassistem pengendalian internal pemerintah terhadap kinerja


instansi pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai