Anda di halaman 1dari 6

1

Rancang Bangun Sistem Kontrol


Total Dissolved Solid Berbasis Mikrokontroler
Akhmad Khusaeri, Muhammad Rivai, Tasripan
Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: muhammad_rivai@ee.its.ac.id
AbstrakAir memiliki peranan yang sangat ubah dengan cepat dan secara tidak beraturan sesuai dengan kondisi
penting bagi kehidupan. Banyak diantara kita hanya lingkungan sekitar, sehingga bisa berakibat negatif bagi ikan.
mengetahui bahwa air yang sehat adalah air yang bebas Sebagian besar ekosistem perairan yang melibatkan fauna ikan
bakteri dan virus, padahal kualitas air yang sehat lebih dapat mentolerir tingkat TDS hingga 1000 mg/l [1].
dari itu. Salah satu faktor yang sangat penting dan Peningkatan padatan terlarut dapat membunuh ikan secara
menentukan bahwa air yang sehat adalah kandungan TDS langsung, meningkatkan penyakit dan menurunkan tingkat
(Total Dissolved Solids) atau kandungan unsur mineral pertumbuhan ikan serta perubahan tingkah laku dan penurunan
dalam air. Contoh unsur mineral dalam air adalah: zat reproduksi ikan. Selain itu, kuantitas makanan alami ikan akan
kapur, besi, timah, magnesium, tembaga, sodium, chloride, semakin berkurang [2].
dan chlorine. Sebagian besar ekosistem perairan yang
Metode yang ditawarkan dalam publikasi ini adalah dengan
melibatkan fauna ikan dapat mentolerir tingkat TDS menggunakan sistem kontrol TDS berbasis mikrokontroler.
hingga 1000 mg/l. Peningkatan padatan terlarut dapat Sensor yang digunakan adalah dengan menggunakan prinsip
membunuh ikan secara langsung, meningkatkan penyakit konduktansi. Sensor ini mampu mengukur level TDS air
dan menurunkan tingkat pertumbuhan ikan serta secara real time, yang hasil pembacaanya diproses oleh
perubahan tingkah laku dan penurunan reproduksi ikan.
mikrokontroler. Hasil pengolahan data oleh mikrokontroler
Pada tugas akhir ini penulis akan membuat digunakan untuk mengontrol level TDS air. Jika level TDS air
Sistem kontrol TDS Berdasarkan Pada Pengukuran melebihi set point sistem, maka pompa Membran RO akan
Konduktansi. Hasil pengukuran nilai konduktansi akan melakukan proses filterisasi oleh membrn RO, sehingga TDS
dirubah menjadi tegangan melalui rangkaian pembagi
air selalu dapat dijaga sesuai dengan keinginan kita secara real
tegangan yang kemudian dilakukan proses ADC dengan
time.
menggunakan mikrokontroler. Hasil pengolahan data
pada mikrokontroler ditampilakan pada LCD sebagai
II. TEORI PENUNJANG
pengukuran nilai TDS serta digunakan untuk mengontrol
pompa. Pompa dilengkapi dengan membran RO untuk 2.1. Konsep Konduktansi
filterisasi yang kecepatannya terkontrol. Pompa akan aktif
Konduktansi atau EC (Electrical Conductivity) adalah
jika tingkat TDS melebihi set point yang di inginkan , ukuran kemampuan suatu bahan untuk menghantarkan arus
filterisasi dilakukan secara terus-menerus hingga tingkat listrik. Konduktansi (G) merupakan kebalikan (invers) dari
TDS kembali normal.
resistansi (R). Sehingga persamaan matematisnya adalah :
Berdasarkan hasil pengujian yang telah
1
dilakukan, sistem ini telah bekerja secara efektif. Dalam
(1)
G=
proses pengujian, sistem mampu menurunkan TDS rataR
rata sebesar 50 PPM dalam 20 menit untuk volume air
Sehingga dengan menggunakan Hukum Ohm, maka
sebanyak 1 liter.
didapatkan definisi lainnya :
Kata Kunci : TDS, ATmega 16, Membran RO
I. PENDAHULUAN
engontrolan TDS air merupakan hal yang penting
dilakukan.
Banyaknya
pencemaran
lingkungan
menyebabkan naiknya TDS air hingga melebihi batas normal.
Hal ini bisa diatasi dengan menggunakan sistem otomatisasi
TDS air.

Pada metode konvensional, cara yang digunakan adalah dengan


mengukur level TDS air secara berkala dengan menggunakan TDS
meter. Metode ini tidak bisa diandalkan karena TDS air bisa berubah-

V = IR =

I
G

(2)

Secara definisi diatas, jika dua plat yang diletakkan dalam


suatu larutan diberi beda potensial listrik (normalnya
berbentuk sinusioda), maka pada plat tersebut akan mengalir
arus listrik. Konduktansi suatu larutan akan sebanding dengan
konsentrasi ion-ion dalam larutan tersebut yang ditunjukkan
pada gambar dibawah ini :

2
Kontrol ON-OFF memiliki karakteristik sinyal keluaran
dari kontroler u(t) tetap pada salah satu nilai maksimum
atau minimum tergantung pada sinyal pembangkit
kesalahan positif atau negatif. Diagram blok kontroler ONOFF yang memiliki masukan r(t) dan keluaran u(t),
ditunjukkan pada Gambar berikut.
Gambar. 1. Hubungan Konduktansi dan Konsetrasi Ion

Satuan dasar untuk konduktansi adalah Siemens


(S), dan formalnya menggunakan satuan Mho (kebalikan
dari Ohm). Karena luas penampang plat dan jarak antar
plat juga mempengaruhi konduktansi, maka secara
matematis ditulis dengan [3]:

G=

CxA
L

(3)

Gambar. 2. Pengaruh luas penampang terhadap konduktansi

Dimana :
C : Konduktansi spesifik (S)
G : Konduktansi yang terukur (S)
L : Jarak antar plat (cm)
A : Luas penampang plat (cm2)
2.2. Total Dissolved Solid (TDS)
Total Dissolved Solid (TDS) yaitu jumlah zat
terlarut (baik itu zat organik maupun anorganik) yang
terdapat pada sebuah larutan. TDS menggambarkan jumlah
zat terlarut dalam part per million (ppm) atau sama dengan
milligram per liter (mg/L).
Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah
limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan
industri. Unsur kimia yang paling umum adalah kalsium,
fosfat, nitrat, natrium, kalium, Raksa, Timbal dan klorida.
Bahan kimia dapat berupa kation, anion dan molekul.
Kandungan TDS yang berbahaya adalah pestisida yang
timbul dari aliran permukaan. Beberapa padatan total
terlarut alami berasal dari pelapukan dan pelarutan batu
dan tanah [4].
Sebagai sampel ikan digunakan udang vaname di
lokasi Gresik, tingkat TDS perairan udang ini optimal
antara 300 - 400 PPM, kurang dari 300 PPM, tidak
dikatakan optimal, karena semakin kecil TDS akan
menyebabkan berkurangnya kandungan mineral yang
dibutuhkan plankton, yaitu Fosfat dan nitrat, dua mineral
ini sangat bagus untuk pertumbuhan plankton, dimana
plankton merupakan makanan alami bagi ikan.
2.3. On-Off Kontroller
Pada sistem kontrol ON-OFF, elemen pembangkit
hanya memiliki dua posisi tertentu yaitu ON atau OFF.

Gambar 3 Diagram Blok kontrol On-Off


Aksi kontrol ON-OFF ditunjukkan pada persamaan
berikut:

Persamaan diatas memiliki nilai U1 dan U2 yang


konstan. Nilai minimum U2 dapat sebesar nol atau U1.
Pada sistem kontrol close loop, sinyal e(t) merupakan
sinyal kesalahan aktuasi (error) sebesar selisih antara
sinyal input dengan sinyal umpan balik [5].

2.4. Regresi Polinomial


Regresi Polynomial digunakan untuk menentukan
fungsi polinomial yang paling sesuai dengan kumpulan
titik data (x n ,yn ) yang diketahui.

Gambar 4 Grafik regresi polinomial

Fungsi Pendekatan :
Untuk persamaan
hubungan [6]:

polinomial

orde

2,

didapatkan

3
III. PERANCANGAN SISTEM
3.1. Gambaran Umum Sistem

Gambar 6 Rangkaian Sensor TDS

V out :tegangan output sensor R 2 :resistansi beban


V IN :tegangan supply R 1 :resistansi sensor

Gambar 5. Diagram Blok Sistem

Pada sistem kontrol TDS ini, sensor utama yang digunakan


adalah sensor plat sejajar (prinsip konduktansi). Perubahan
nilai konduktansi air akan menyebabkan perubahan nilai
tegangan ADC, nilai ADC ini dikonversikan menjadi nilai
TDS air (dalam satuan PPM) dengan menggunakan
pendekatan regresi polynomial, semua proses pengolahan data
dilakukan oleh mikrokontroler yang hasil pengukurannya di
tampilkan oleh LCD. Pada system ini, digunakan pompa
sebagai pemberi tekanan tinngi kepada membrane RO yang
semuanya dikontrol oleh mikrokontroler, jika TDS air
melebihi set point yang diinginkan, maka pompa akan
melakukan filterisasi air dengan tekanan tinggi, sehingga
proses revers osmosis dapat terjadi. Air hasil filterisasi terbagi
menjadi 2, yaitu air buangan dengan nilai TDS yang tetap dan
yang kedua air hasil RO dengan nilai TDS yang lebih rendah
disbanding dengan air sebelumnya. Proses ini dilakukan
secara terus menerus hingga mencapai target.
3.2. Perancangan Hardware
Perancangan hardware terbagi menjadi beberapa bagian,
diantaranya adalah rangkaian instrumentasi dan akusisi data
sensor TDS, minimum sistem, rangkaian pengatur kecepatan
motor DC.
Untuk mendeteksi kadar zat terlarut dalam air digunakan
sensor TDS dengan menggunakan prinsip konduktansi yang
dikalibrasi dengan menggunakan alat TDS meter merk HMDigital, TDS meter ini bisa mengukur kadar zat terlarut pada
air hingga 9990 ppm.
Besarnya output dari sensor TDS dapat diketahui dari
persamaan berikut:

Out

R2
xVIn
R1 + R2

(4)

Gambar di atas (gambar 6) merupakan desain skematik


dari board sensor TDS. Output dari sensor tersebut akan
dihubungkan pada ADC mikrokontroler Atmega16 pada
PORTC.0.
Minimum sistem digunakan untuk membaca ADC,
pengontrol putaran dari pompa melalui PWM mikrokontroler.
Selain itu pada minimum sistem ini juga berperan dalam
pengaturan tampilan (display) nilai kadar zat terlarut pada air.
Pada gambar rangkaian minimum system Atmega16 di
bawah (gambar 7) menunjukkan konfigurasi penggunaan
masing masing pin dari mikrokontroler dalam menjalankan
fungsinya.

Gambar 7. Perancangan minimum sistem Atmega16

Komponen utama dari rangkaian driver motor DC ini


adalah Optocoupler Tipe TLP521 dan Transistor Power NPN
TIP3055. Rangkaian ini akan memicu motor DC jika pin 1 IC
TLP521 diberi logika 1 (High). Bit bit logika yang
diberikan pada IC tersebut berupa sinyal PWM yang diatur
oleh register OCR1A ditunjukkan oleh Gambar 8 di bawah
ini.

4
24
25
26
27
28
29
30

596
578
573
542
536
526
512

406
354
344
292
275
265
241

54
55
56
57
58
59
60

295
293
286
265
220
213
195

80
77
72
64
49
41
40

2000
1500
Gambar 8. Perancangan rangkaian pengatur kecepatan motor DC

1000

Series1

500
3.3. Perancangan Software
Perancangan software dilakukan secara bertahap, dengan
melakukan bernbagai pengujian setiap blok hardware setelah
hardware siap dijalankan. Langkah-langkah dalam
perancangan software adalah sebagai berikut :
1. Uji dan kalibrasi data sensor TDS untuk kadar zat terlarut
pada air yang berbeda dengan pembacaan ADC.
2. Uji rangkaian driver motor AC dengan kontrol modulasi
PWM.
3. Pembuatan algoritma Kontroler P berdasarkan data uji
yang didapat.

0
0

500

1000
ADC

Gambar 9. Grafik nilai PPM

Dari hubungan tersebut, maka dibuat sebuah persamaan


konversi dari nilai ADC ke nilai PPM menggunakan curve
Fitting dengan bantuan Matlab. Sehingga didapatkan
persamaan berikut :

y = 0.0009 x 2 0.0313 x + 8.0538

(5)

Proses pembacaan ADC ditangani oleh mikrokontroler


slave ATMega16. Proses pembacaan adc dilakukan dengan
IV. HASIL PENGUJIAN
sampling rate 732.42 kHz/s. Pemilihan frekuensi sample ini
didasarkan pada respon sensor TDS yang lambat, sekitar 4.1. Analog to Digital Converter
1000ms. Jadi pemilihan frekuensi sample sebesar 732.42
Pengujian yang pertama kali adalah dengan melakukan
kHz/s masih jauh dari aliasing. Selain itu data pembacaan adc pengujian pembacaan data ADC. Hal ini sangat diperlukan
adalah sebesar 10bit, untuk itu diperlukan proses yang agak dikarenakan keakuratan pengukuran data sensor berdasarkan
lambat untuk mendapatkan data pembacaan yang akurat. Dari keakuratan pembacaan data ADC. Dalam pengujian ini ADC
beberapa pengujian sampel air, didapatkan hubungan antara diberikan inputan tegangan dengan nilai tertentu antara 0
pembacaan ADC terhadap nilai TDS yang sebenarnya.
4.71volt. Dan hasil pembacaannya akan dicocokkan dengan
pembacaan dari multimeter.
Tabel 1. Data PPM Vs ADC
Dari pengujian tersebut didapat data pembacaan ADC
sebagai berikut :
No ADC PPM No ADC
PPM
No
ADC
PPM
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

750
745
738
736
734
728
727
724
721
717
716
714
703
700
696
690
687
685
673
672
627
626
624

1500
1390
1300
1285
1280
1180
1170
1120
1100
1070
1040
1030
905
902
877
844
831
809
752
751
499
492
472

31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53

510
507
503
492
487
464
427
415
414
412
391
390
378
375
373
368
346
342
340
324
320
318
308

240
235
226
217
212
185
159
156
151
143
142
139
131
130
128
122
106
105
101
93
90
89
86

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80

147
136
131
127
122
115
111
107
98
84
78
75
72
65
59
54
52
43
38
15

25
23
22
21
20
19
18
17
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
2

Tabel 2. Data pembacaan ADC


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

V INP
3.59
3.56
3.53
3.52
3.51
3.48
3.48
3.46
3.45
3.43
3.43
3.42
3.36
3.35
3.33
3.30
3.29
3.28
3.22

ADC
750
745
738
736
734
728
727
724
721
717
716
714
703
700
696
690
687
685
673

No
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49

V INP
2.44
2.43
2.41
2.35
2.33
2.22
2.04
1.99
1.98
1.97
1.87
1.87
1.81
1.79
1.78
1.76
1.66
1.64
1.63

ADC
510
507
503
492
487
464
427
415
414
412
391
390
378
375
373
368
346
342
340

No
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79

V INP
0.70
0.65
0.63
0.61
0.58
0.55
0.53
0.51
0.47
0.40
0.37
0.36
0.34
0.31
0.28
0.26
0.25
0.21
0.18

ADC
147
136
131
127
122
115
111
107
98
84
78
75
72
65
59
54
52
43
38

5
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

3.22
3.00
3.00
2.99
2.85
2.77
2.74
2.59
2.56
2.52
2.45

672
627
626
624
596
578
573
542
536
526
512

50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60

1.55
1.53
1.52
1.47
1.41
1.40
1.37
1.27
1.05
1.02
0.93

324
320
318
308
295
293
286
265
220
213
195

80

0.07

15

4.3. Pengujian Awal TDS air


Sebelum semua hal diatas dilakukan, hal yang terpenting
yang harus dilakukan adalah mencari nilai saturasi sensor
terhadap kandungan TDS, dengan tujuan untuk melakukan
kalibrasi. Sensor TDS memerlukan waktu yang relatif lambat
untuk mencapai nilai yang stabil, waktu yang diperlukan oleh
1 liter air dengan nilai TDS awal sebesar 100 untuk mencapai
keadaan saturasi (25 PPM) adalah kurang lebih 20 menit.
Tabel ini menampilkan respon sensor waktu pertama kali
dinyalakan hingga dalam keadaan saturasi.
Tabel 3. Daftar respon sensor terhadap waktu

ADC

VINP (Volt)
Gambar 10. Grafik nilai ADC

Dari persamaan ADC maka dapat diketahui error dari


pembacaan.

DataADC = (Vin / Vref ) x1024

(6)
Diketahui referensi ADC = 4.9 volt, dan resolusi yang dipakai
adalah 10 bit.
Pada No 20

DataADC = (3.22 / 4.9) x1024


DataADC = 672.9 672

4.2. Pengujian sensor TDS


Pengujian sensor ini dimaksudkan untuk
mengetahui presisi alat. Dengan membandingkan
pengukuran dengan alat buatan sendiri terhadap alat TDS
meter yang berada di pasaran. TDS meter yang digunakan
adalah merk HM-Digital. perhatikan gambar-gambar
dibawah ini :

Gambar 11. pengukuran TDS

Waktu ke
(detik)
0
10
40
70
100
130
160
190
220
250
280
310
340
370
400
430
460
490
520
550
580
610

TDS
(PPM)
100
99
95
90
84
79
75
70
65
62
58
55
52
49
46
44
43
41
39
38
37
35

untuk siap digunakan

Waktu ke
(detik)
640
670
700
730
760
790
820
850
880
910
940
970
1000
1030
1060
1090
1120
1150
1180
1210(20 menit )
1240
1270

TDS
(PPM)
34
33
32
31
31
30
30
29
29
28
28
27
27
27
26
26
26
26
25
25
Stabil
stabil

Dari pegujian diatas jika sensor TDS memerlukan rentang


waktu sekitar 20 menit untuk mencapai keadaan yang stabil.
Dan pada saat sensor mencapai keadaan yang stabil maka nilai
yang ditunjukkan dari hasil pembacaan sensor relative berada
pada kondisi satrurasi, yaitu pada nilai 25 ppm dari 100 ppm.
Pengujian respon resistansi sensor TDS terhadap kandungan
zat terlarut pada air
4.4. Pengujian pembangkit sinyal PWM
Pengujian PWM dilakukan untuk mengetahui respon dari
rangkaian PWM baik Duty cycle maupun frekuensi yang
dihasilkan. Gambar 12 menunjukkan hasil pengujian PWM
dengan menggunakan osiloschope. Frekuensi PWM
dibangkitkan melalui mikrokontroler Atmega16, dengan
memanfaatkan fasilitas timer counter. Dalam hal ini
digunakan timer counter 1 sehingga untuk mengatur duty cyle
dilakukan dengan mengganti nilai OCR1A untuk kondisi high
dan kondisi low.
Dalam membangkitkan sinyal PWM digunakan Mode Fast
Correct PWM dengan pengaturan sebagai berikut:

6
Tabel 4.4 Tegangan sensor terhadap TDS buatan

TCCR1A (Timer/Counter Control Register 1A) = 0x82

PPM
Tegangan sensor (Volt)
451.13
2.99
244.39
2.33
159.10
1.97
81.22
1.53
29.32
1.05
13.22
0.7
11.93
0.58
11.94
0.55
12.16
0.51
14.02
0.4
15.15
0.36
15.80
0.34
18.12
0.28
21.50
0.21
Pada saat tegangan sensor (V RL = 2.99 Volt)
Dengan alat ukur standard : TDS = 472 PPM
Dengan alat ukur buatan : TDS = 451.2 PPM
Pada saat tegangan sensor (V RL = 0.58 Volt)
Dengan alat ukur standard : TDS = 20 PPM
Dengan alat ukur buatan : TDS = 11.94 PPM

TCCR1B (Timer/Counter Control Register 1B) = 0x12

Gambar 12. Sinyal PWM dengan duty cycle 36% dan 60%

4.5. Pengujian tegangan sensor TDS terhadap kandungan zat


terlarut pada air
Pengujian disini akan dilakukan dengan mengamati
perubahan tegangan output dari sensor TDS sebagai
bentuk respon terhadap perubahan kadar zat terlarut dalam
air. Selnjutnya setiap perubahan nilai tegangan dari sensor
akan dicatat untuk setiap perubahan kadar TDS. Untuk
mendapatkan nilai TDS dengan sensor buatan sendiri,
dapat digunakan persamaan (4.2) berikut:
y = 74.8629x2 85.0167x + 36.0513

(7)

dimana
y : nilai TDS yang terukur ( ppm atau mg/L)
x : tegangan sensor (V)
Berikut tabel 4.3 dan grafik hasil pengujian sensor untuk
beberapa macam sampel air.

V. KESIMPULAN
Setelah melakukan pengujian dari keseluruhan sistem pada
tugas akhir ini, dan berdasarkan data yang telah didapat dapat
diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Dengan menggunakan sistem Pengontrolan tingkat TDS
air secara otomatis, maka air untuk budidaya ikan dapat
terkontrol. Sehingga system ini dapat membantu para
peternak ikan (terutama peternak pada aquarium) dalam
mengontrol tingkat TDS air.
2. Sistem Penurunan TDS dengan menggunakan Membran
RO memiliki kemampuan yang cukup optimal untuk
menurunkan tingkat TDS.
3. Dengan digunakannya Sistem otomatisasi TDS air di
dalam betrnak, maka tingkat kesehatan ikan lebih terjaga
dibandingkan tanpa menggunakan system pengontrolan
TDS.

Tabel 4.3 Tegangan sensor terhadap TDS alat ukur standard

PPM
472
212
143
90
49
25
20
19
17
14
12
11
9
6

Tegangan sensor (Volt)


2.99
2.33
1.97
1.53
1.05
0.7
0.58
0.55
0.51
0.40
0.36
0.34
0.28
0.21

UCAPAN TERIMA KASIH


Penulis Ery mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Muhammad Rivai, selaku dosen pembimbing pertama, dan
Bapak Tasripan , selaku dosen pembimbing kedua, yang telah
memberikan dukungan dan motivasi berupa ide dan pemberian
referensi, serta kepada rekan-rekan asisten yang turut
membantu dalam proses pengerjaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
[2]

[3]
[4]
[5]
[6]

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya


dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta
Alabaster, JS dan R Lloyd. 1982. Water Quality Criteria for Freshwater
Fish. Second Edition. Food and Agriculture Organization of United
Nations. Butterworths. London.
http://insansainsprojects.wordpress.com/tds-meter
http://www.airminumisiulang.com/product/12/14/Total Dissolved Solid
http://amryagus.blogspot.com/2011/04/sistem-kontrol.html
Algifari. 1997. Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Solusi, Edisi pertama.
BPFE. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai