Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita
utama di berbagai media. Sebagaimana diketahui,

masyarakat modern

menjadikan alat transportasi sebagai kebutuhan primer. Kecelakaan lalu lintas


(KLL) adalah kecelakaan fatal maupun non fatal akibat tabrakan di jalan umum
yang melibatkan paling tidak satu kendaraan yang bergerak (WHO, 2013). Pada
tahun 2010, cidera akibat kecelakaan lalu lintas membunuh setidaknya 1,24 juta
orang tiap tahunnya. Ini berarti rata-rata di seluruh dunia 3.397 orang terbunuh
tiap harinya di jalan. Hampir 90% dari kematian tersebut terjadi pada negaranegara berpenghasilan rendah dan menengah. Jika tidak segera
tindakan,

diperkirakan

dilakukan

jumlah korban yang mengakibatkan kematian akan

meningkat menjadi 1,9 juta orang pada tahun 2020.


Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi pada siapa saja dan telah merenggut
nyawa jutaan manusia. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun
2011-2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang. Menurut
Global Status Report on Road Safety 2013 yang dibuat oleh World Health
Organization (WHO), sebanyak 1,24 juta korban yang meninggal tiap tahunnya di
seluruh dunia akibat kecelakaan lalu lintas. Disebutkan juga pada data WHO
bahwa sebanyak 67% korban kecelakaan lalu lintas berada pada usia produktif,
yakni usia 22 50 tahun. Terdapat sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun
yang meninggal di jalan raya, dengan rata-rata angka kematian 1.000 anak-anak
dan remaja setiap harinya. Bahkan kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama
1

kematian anak- anak di dunia, dengan rentang usia 10-24 tahun. Sebanyak 12%
kecelakaan lalu lintas terjadi di negara dengan penduduk berpendapatan rendah
dan 80% pada negara dengan penduduk berpendapatan sedang (WHO, 2013).
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor dan perkembangan ekonomi
merupakan atribut mayor terhadap peningkatan jumlah kecelakaan lalu lintas pada
negara berpendapatan sedang tersebut.
Di Asia Tenggara dilaporkan bahwa pada tahun 2012 kecelakaan lalu
lintas telah merenggut 334.815 jiwa (WHO, 2013). Diperkirakan pada tahun
2030 kecelakaan lalu lintas akan menjadi penyebab kematian nomor lima di
seluruh dunia (WHO, 2013). Kecelakaan lalu lintas kini juga telah menjadi
perhatian

global,

sehingga

Perserikatan

Bangsa-

Bangsa

(PBB)

memproklamirkan tahun 2011-2020 sebagai Dekade Keselamatan Jalan sebagai


respon terhadap meningkatnya angka kematian akibat kecelakaan lalu lintas di
seluruh dunia. Program tersebut bertujuan untuk mengurangi kecenderungan terus
meningkatnya kematian akibat kecelakaan lalu lintas di jalan dan untuk
menyelamatkan kira-kira lima juta jiwa selama periode tersebut (WHO,2013).
PBB mensosialisakan hal ini ke seluruh dunia, termasuk Negara Indonesia, agar
bisa berpartisipasi.
Untuk di Indonesia sendiri dilaporkan bahwa pada tahun 2010 telah terjadi
31.234 kematian akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2013). Memang pada tahun
2012 telah terjadi penurunan, yakni 27.441 korban jiwa, namun angka tersebut
tetap dikatakan sebagai nilai yang tinggi dan merupakan masalah (Badan Intelejen
Negara, 2012). Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas di Indonesia yaitu faktor

manusia sebesar 93,52%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, faktor jalan 3,23%,
dan faktor lingkungan sebesar 0,49%. Jumlah kecelakaan lalu lintas bus di
Indonesia pada tahun 2012 sebesar 6.601 kasus dan mengalami penurunan di
tahun 2013 dengan 4.893 kasus kecelakaan lalu lintas bus, yang artinya setiap
hari terjadi kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus sebanyak 14 kasus
kecelakaan.
Provinsi Sumatera Utara menempati posisi keempat sebagai provinsi dengan
tingkat kejadian kecelakaan lalu lintas terbanyak di Indonesia. Menurut data
Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (2012) dalam Gus
(2013), sepanjang tahun 2012 telah terjadi sekitar 8.000 kejadian kecelakaan lalu
lintas, diantaranya meninggal 2.200 orang. Fakta yang juga menyedihkan, bahwa
Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara sekaligus kota terbesar
ketiga di Indonesia, pada tahun 2010 dilaporkan telah terjadi 731 kasus
kecelakaan lalu lintas dengan korban meninggal sebanyak 179 orang (Sinaga,
2012).
Menurut data kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus yang ada di
Kabupaten Deli Serdang periode bulan Januari sampai dengan November tahun
2016 terdapat 304 jumlah kecelakaan lalu lintas dengan kreteria jumlah korban
luka berat 4 orang, luka ringan 432 orang, dan 83 orang meninggaldunia.
Meskipun jumlah kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan bus di Kabupaten
Deli Serdang tahun 2016 ini menurun dari data sebelumnya, namun angka
kejadian kecelakaan lalulintas tersebut masih dianggap tinggi (Kepolisian Negara
Republik Indonesia Daerah Sumatera Utara Resor Deli Serdang, 2016).

Faktor

risiko

adalah

segala

sesuatu

yang

dapat

menimbulkan

kerugian/kehilangan harta benda dan nyawa, sedangkan kecelakaan lalu lintas


adalah kejadian yang tidak terduga dan sengaja yang melibatkan sedikitnya satu
kendaraan yang menyebabkan kerugian. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa
faktor risiko kecelakaan adalah suatu kejadian yang yang tidak terduga dan
sengaja

yang dapat menimbulkan kerugian/kehilangan materi dan nyawa yang

terjadi di jalan raya.


Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kecelakaan lalu lintas
dibagi menjadi 3 yaitu, faktor manusia, faktor kendaraan, faktor lingkungan dan
jalan . Manusia sebagai pengendara memiliki faktor- faktor yang mempengaruhi
dalam berkendara, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Keduanya adalah
faktor dominan yang mempengaruhi manusia dalam berkendara di jalan raya.
Faktor psikologis dapat berupa mental, sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Sedangkan faktor fisiologis mencakup penglihatan, pendengaran, sentuhan,
penciuman, kelelahan, dan sistem saraf. Tidak semua pengemudi mengerti
perilaku yang baik dan benar saat berkendara seperti tidak tertib lalu lintas,
mabuk alkohol/obat-obatan, kondisi psikis (stress, depresi). Menyetir dalam
keadaaaan mengantuk juga

menyebabkan syaraf sensorik dan motorik jadi

menurun kepekaannya. Minimnya pengetahuan mengemudi yang benar dan aman


kerap memicu terjadinya kecelakaan.
Rata-rata mereka hanya bermodalkan bisa nyetir saja, tanpa dibekali ilmu
yang cukup tentang seluk beluk mengemudi dan cara mengantisipasi kondisi
darurat. Ditambah dengan pemecah konsentrasi biasanya disebabkan karena

menelpon, mengirim pesan (sms), atau bercanda dengan penumpang. Sedetik saja
konsentrasi hilang, ditambah laju kendaraan yang cepat, bisa berakibat fatal.
Karena dalam kondisi biasa saja semakin cepat laju mobil semakin sedikit waktu
untuk melakukan antisipasi yang tepat.
Faktor kendaraan merupakan faktor yang memiliki

pengaruh

terhadap

terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kendaraan yang mengalami perawatan secara


berkala dan terus-menerus akan menciptakan rasa aman, nyaman dan selamat bagi
pengemudi dan penumpangnya. Kondisi fisik dan mesin bus yang meliputi rem,
ban, kaca spion, lampu utama, lampu sign dan sebagainya juga akan
mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas. Kerusakan mesin, spare parts,
komponen pada kendaraan sangat bahaya banget. Pemilik kendaraan sering
melupakan atau lalai mendeteksi adanya permasalahan di kendaraannya.
Kendaraan yang mengalami perawatan secara berkala dan terus-menerus akan
menciptakan

rasa

aman,

nyaman

dan

selamat

bagi

pengemudi

dan

penumpangnya. Kondisi fisik dan mesin bus yang meliputirem, ban, kacaspion,
lampu utama, lampu sign dan melakukan pengujian bus secara regular sebagainya
juga akan mempengaruhi terjadinya kecelakaan lalu lintas.
Sedangkan faktor lingkungan dan jalan meliputi kondisi jalan, geometric
jalan, jarak pandang dan ada tidaknya median jalan, cuaca dan letak geografis
wilayah. Kondisi ini juga termasuk sebagai pemicu terjadinya kecelakaan lalu
lintas.

Kondisi cuaca yang buruk bisa membuat jarak pandang pengemudi

berkurang, jarak pengereman menjadi jauh, dan kondisi jalanan yang licin.

Berdasarkan uraian dan data diatas diketahui bahwa terdapat faktor risiko
yang berhubungan dengan kecelakaan lalulintas pada supir bus. Oleh karena itu,
tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor risiko yang
berhubungan dengan kecelakaan lalu lintas pada supir bus di Terminal Lubuk
Pakam.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah : Apa saja faktor risiko yang berhubungan
dengan kecelakaan lalu lintas pada supir bus diterminal lubuk pakam?.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kecelakaan
Lalu Lintas pada Supir Bus Terminal Lubuk Pakam Sumatera Utara Tahun 2017.
1.3.2

Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui hubungan faktor manusia dengan kecelakaan lalu
lintas pada supir di Terminal Lubuk Pakam.
b. Untuk mengetahui hubungan faktor kendaraan dengan kecelakaan
dengn lalu lintas pada supir bus di Terminal Lubuk Pakam.
c. Untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dn jalan dengan
kecelakaan lalu lintas pada supir di Terminal Lubuk Pakam.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Bagi Supir Bus
Memberikan saran dan masukan pada supir-supir bus di Terminal Lubuk
Pakam agar dapat terhindar dari faktor risiko kecelakaan lalu lintas dan dapat
mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.
1.4.2

Manfaat Bagi Institusi/Pendidikan

Sebagai referensi perpustakaan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Medistra


Lubuk Pakam. Dan sebagai acuan bagi mahasiswa yang akan melakukan
penelitian selanjutnya.
1.4.3 Manfaat Bagi Masyarkat
Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan dapat bermanfaat
bagi masyarakat luas tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan
lalu lintas. Khususnya masyarakat yang menggunankan angkutan umum seperti
bus.
1.4.4 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi
atau sumber data bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan Kecelakaan
Lalu Lintas.

Anda mungkin juga menyukai