IRENE SEVERINA
0706291306
UNIVERSITAS INDONESIA
IRENE SEVERINA
0706291306
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas rahmat dan karuniaNya hingga tugas karya akhir ini dapat selesai tepat waktu. Tugas karya akhir ini
merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sosial dari Fakultas Ilmu Politik dan
Ilmu Sosial Universitas Indonesia.
Krisis Finansial Global AS yang mulai terjadi pada akhir tahun 2007 silam
merupakan sebuah fenomena global yang sangat menarik untuk diteliti dalam kajian
hubungan internasional. Krisis Finansial Global AS yang bermula dari krisis
subprime mortgage dan juga kejatuhan Lehman Brothers telah menjadi titik awal
bagi komunitas internasional untuk menyadari kelemahan di dalam sistem
perdagangan internasional yang didasarkan pada prinsip perdagangan bebas (liberal).
Ilmu Hubungan Internasional memiliki tiga paradigma utama: realisme,
liberalisme, dan konstruktivisme. Tulisan ini akan melihat dan membandingkan
bagaimana ketiga paradigma ini memandang dampak krisis finansial global AS
terhadap sistem perdagangan internasional. Kelemahan serta karakter khas dari
masing-masing paradigma ini akan berusaha ditampilkan dalam tulisan ini.
Penulis di satu sisi menyadari bahwa masih terdapat banyak kelemahan dan
kekurangan dalam tugas karya akhir ini baik secara teknis maupun substansi. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun dan dapat
memperkaya penelitian ini. Pada akhirnya, penulis berharap tugas karya akhir ini
dapat bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.
IV
Penulis mengucapkan puji syukur dan terima kasih kepada Tuhan YME yang
telah senantiasa menyertai penulis dalam menyelesaikan tugas karya akhir. Penulis
menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
perkuliahan sampai pada penyusunan tugas karya akhir ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan tugas karya akhir ini. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Syamsul Hadi, Ph.D, selaku pembimbing TKA
2. Dosen pengajar mata kuliah colluqium, Mbak Anin dan Mas Andi yang telah
memberikan banyak masukan bagi penulis terkait cara penulisan tugas karya
akhir maupun pemahaman terhadap isu krisis finansial global AS yang
diangkat oleh penulis
3. Mbak Riris, selaku salah satu dosen program konsentrasi Masyarakat
Transnasional, yang telah berbaik hati untuk menyarankan penulis agar
memilih jalur tugas karya akhir di saat penulis mengalami deadlock dengan
proses penulisan skripsi
4. Dosen pengajar program hubungan internasional lainnya yang telah
memberikan banyak bekal bagi penulis di dalam memahami berbagai teori
dasar hubungan internasional
5. Kedua orang tua penulis, paman (sisuk), dan juga adik penulis yang terus
bersabar di dalam memberikan dukungan moral dan menaruh kepercayaan
terhadap penulis di dalam proses penyusunan tugas karya akhir ini. Terima
kasih atas semua telepon dan kiriman paket makanan dari Medan yang
diberikan kepada penulis selama proses penulisan tugas karya akhir ini
6. Teman seperjuangan kelas colluqium penulis, Caroline, Pettisa, Citra, dan
Zahro yang menjadi sumber semangat dan informasi selama proses
penyusunan tugas karya akhir ini berlangsung
7. Teman-teman dari EDS (English Debating Society) UI yang tidak hanya telah
memberikan dukungan moral dan semangat kepada penulis secara verbal,
sms, BBM tetapi juga telah menjadi teman yang berarti di dalam berbagai
kompetisi dan latihan debat serta aktivitas hang out lainnya selama penulis
menjalani kehidupan sebagai mahasiswi di UI. Ucapan terima kasih ini
terutama ingin disampaikan oleh penulis kepada Ahdiat, Colley, Gesa, dan
Odi yang telah meluangkan waktu untuk datang pada saat sidang penulis. Dan
juga kepada anak-anak JOVED12 (Denys, Fiska, Reta, Tom, Fiky, Asih) dan
ALSA UNPAD12 (Patty, Anas, Elvia, Andre, Boy, Terry, Sindhu, Reza,
Nisna, Lisia) yang mampu menjadi sumber motivasi bagi penulis.
8. Aji, teman seangkatan penulis, yang telah menjadi teman penyemangat
penulis di masa-masa genting proses penulisan tugas karya akhir ini
9. Resi, teman seangkatan penulis, yang sering menjadi tempat tumpuan curhat
penulis melalui berbagai sesi hang out yang dilakukan bersama
10. Dina, teman seangkatan penulis dan Mbak Ayu yang telah membantu penulis
di berbagai urusan administrasi terkait proses kelulusan penulis
11. Teman-teman seangkatan HI UI 2007 lainnya
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas karya
akhir dan menyelesaikan studi di program Hubungan Internasional
Universitas Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu per satu
VI
ABSTRAK
Nama
Irene Severina
Program Studi :
Judul
Tugas karya akhir ini membahas mengenai dampak krisis finansial global AS
terhadap sistem perdagangan internasional dengan menggunakan tiga paradigma
utama ilmu hubungan internasional yang mencakup realisme, liberalisme, dan
konstruktivisme. Paradigma realisme dalam tulisan ini berupaya untuk menganalisis
kemunduran AS sebagai kekuatan hegemoni dalam sistem perdagangan internasional.
Selanjutnya paradigma liberalisme dalam tulisan ini menganalisis mengenai
timbulnya bentuk kerja sama ekonomi baru di antara negara pasca krisis finansial
global AS. Sedangkan paradigma konstruktivisme dalam tulisan ini menggunakan
pendekatan analisis jaringan untuk menganalisis bagaimana krisis kepercayaan
masyarakat internasional terhadap sistem perdagangan bebas mampu memunculkan
sebuah gerakan masyarakat global yang dikenal dengan Occupy Movement.
Kata kunci:
Krisis finansial global AS, sistem perdagangan internasional, hegemoni, kerja sama
ekonomi, Occupy Movement
VIII
ABSTRACT
Name
Irene Severina
Study Program:
Judul
This final paper discusses about the impact of US global financial crisis towards
international trade system by utilizing three main paradigms in International
Relations study: realism, liberalism, and constructivism. The realism paradigm tries
to analyze the US declining hegemonic power in international trade system. Next, the
liberalism paradigm analyzes about the occurrence of new economic cooperation
among countries after the crisis. Meanwhile the constructivism paradigm uses the
networking approach analysis to analyze about how the international society distrust
towards free trade system has enabled the rise of global society movement known as
the Occupy Movement.
Key words:
US global financial crisis, international trade system, hegemony, economic
cooperation, Occupy Movement
IX
DAFTAR ISI
DAFTAR BAGAN
XII
DAFTAR GRAFIK
XII
DAFTAR TABEL
XII
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang1
1.2 Pertanyaan Permasalahan3
1.3 Kerangka Pemikiran........4
1.3.1 Teori Stabilitas Hegemoni (Hegemonic Stability).................4
1.3.2 Teori Liberal Institusionalis (Liberal Institutionalism).9
1.3.3 Analisis Jaringan Sosial (Social Network Analysis)15
1.4 Metodologi............................................................................19
BAB 3 PEMBAHASAN..31
3.1 Paradigma Realisme dalam Memandang Dampak Krisis Finansial Global
AS terhadap Sistem Perdagangan Internasional Melalui Teori Hegemonic
Stability31
3.1.1 Sejarah Awal Mula AS Sebagai Hegemon dalam Sistem
Perdagangan Internasional...31
3.1.2 Analisis Krisis Finansial Global AS terhadap Perannya sebagai
Hegemon dalam Sistem Perdagangan Bebas...35
3.1.2.1 Hegemoni AS dalam Sistem Perdagangan
X
3.2
3.3
Internasional35
3.1.2.2 Krisis Finansial Global AS dan Kemunduran Hegemon
AS dalam Sistem Perdagangan Internasional..42
Paradigma Liberalisme dalam Memandang Dampak Krisis Finansial
Global AS terhadap Sistem Perdagangan Internasional Melalui Teori
LiberalInstitutionalism.........46
3.2.1 Sejarah dan Tujuan Pendirian WTO (World Trade
Organization)47
3.2.2 Analisis Dampak Krisis Finansial Global AS terhadap Kerja
Sama Perdagangan Bebas WTO..49
Paradigma Konstruktivisme dalam Memandang Dampak Krisis
Finansial Global AS terhadap Sistem Perdagangan Internasional
Melalui
Pendekatan
Social
Network
Analysis.53
3.3.1 Faktor-Faktor Penyebab Runtuhnya Kepercayaan Masyarakat
Internasional terhadap Sistem Perdagangan Bebas (Liberal)...53
3.3.2 Analisis Proses Terbentuknya Jaringan yang Mendasari Occupy
Movement..57
3.3.3 Occupy movement.61
BAB 4 KESIMPULAN...65
4.1 Dampak Krisis Finansial Global AS sebagai Pemicu Occupy
Movement.....65
4.2 Dampak Krisis Finansial Global AS terhadap Sistem Perdagangan
Internasional Menurut Paradigma Liberalisme...65
4.3 Dampak Krisis Finansial Global AS terhadap Sistem Perdagangan
Internasional Menurut Paradigma Liberalisme...65
4.4 Tabel Perbandingan Ketiga Paradigma.66
XI
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Perbandingan Model Pembiayaan Bank terhadap Kredit Hipotek
Rumah.21
DAFTAR GRAFIK
Grafik 2.1 Nilai Saham Pasar Modal AS Tahun 2007 (Kuarter Kedua).22
Grafik 3.1 Sirkulasi Uang Kertas Dolar AS di luar AS.40
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Laporan Negara Pengguna dolar AS dalam Transaksi Nilai
Tukarnya41
XII
BAB 1
PENDAHULUAN
Dick K. Nanto, The Global Financial Crisis: Analysis and Policy Implications, Report,
Congressional Research Service, (Oktober 2009), halaman 10.
2
___, Global Financial Crisis What Caused It and How the World Responded, diakses dari
http://www.canstar.com.au/global-financial-crisis/ diakses pada 18 April 2012 pukul 19.26.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
Krisis finansial yang dimulai dari negara-negara maju ini menyebar secara
cepat menuju negara dengan pasar emerging dan negara-negara berkembang. Para
investor menarik modal dari berbagai negara, bahkan dari sektor yang
diperkirakan memiliki tingkat resiko rendah, dan menyebabkan nilai saham-saham
dan mata uang domestik anjlok. Hal ini semakin diperburuk dengan anjloknya
jumlah ekspor dan harga barang-barang komoditas yang menyebabkan ekonomi di
seluruh dunia memasuki masa resesi atau masa tingkat pertumbuhan ekonomi
rendah. Krisis global ini sekarang sepertinya bermain pada dua level. Level
pertama terjadi di antara negara-negara maju di mana sebagian besar dari kerugian
yang diakibatkan oleh subprime mortgage debt, tingkat peningkatan investasi
yang berlebihan, dan credit swaps terjadi. Sedangkan level yang kedua terjadi di
antara negara-negara emerging dan berkembang yang mana sebenarnya
merupakan pihak yang tidak bersalah dalam krisis ini namaun juga terkena
dampak dari krisis ini dikarenakan kurang kuatnya sistem ekonomi yang mereka
miliki sehingga dapat dengan mudah terpengaruh oleh apa yang sedang terjadi di
pasar global. Sebagian besar negara maju (kecuali Islandia), telah mampu untuk
membiayai paket penyelamatan mereka sendiri dengan meminjam dana melalui
pasar modal domestik dan internasional, tetapi banyak dari negara-negara
emerging dan berkembang yang tidak memiliki sumber modal yang cukup
sehingga mereka telah beralih kepada IMF, World Bank, atau negara lainnya yang
memiliki surplus modal seperti Jepang dan EU untuk mencari pinjaman. 3
Penurunan dalam kegiatan ekonomi yang terjadi secara bersamaan di
seluruh dunia menandakan bahwa negara emerging dan berkembang masih belum
mampu untuk memisahkan dirinya dari negara-negara maju dan bahwa
pemerintahnya tidak dapat mengandalkan hanya pada kegiatan ekspor untuk
menarik mereka keluar dari keadaan resesi. 4
Sebagai akibat dari tingkat penyebaran dampak krisis finansial global AS
yang cepat ini, pada akhir tahun 2008-2009, dibentuk sebuah kelompok baru, G20
yang terdiri dari negara maju dan berkembang sebagai upaya untuk mencegah
dampak krisis ini menjadi tidak dapat dibendung. Pada KTT G20 London (April
3
4
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
2009), para pemimpin negara yang tergabung dalam kelompok baru ini sepakat
untuk mengumpulkan dana sebesar 5 triliun dolar AS sebagai bagian dari ekspansi
fiskal dan 1,1 triliun dolar AS untuk membantu IMF (International Monetary
Fund) serta institusi global lainnya agar dapat meningkatkan jumlah lapangan
pekerjaan dan melakukan reformasi terhadap bank-bank. 5
Krisis finansial global telah menegaskan satu poin penting yaitu bahwa
Amerika Serikat masih merupakan pusat dari finansial dunia. Krisis finansial
regional (seperti misalnya krisis finansial Asia, krisis perbankan Jepang, atau
krisis utang Amerika Latin) masih dapat terjadi tanpa memengaruhi sistem
finansial global lainnya secara serius. Akan tetapi, ketika sistem finansial AS
terjatuh, dampaknya juga dirasakan oleh bagian dunia lainnya secara signifikan.
Ini disebabkan oleh peran AS sebagai penjamin utama dalam sistem finansial
internasional, penyedia mata uang dollar yang mana sering digunakan sebagai
simpanan cadangan mata uang dan media penukar internasional, serta merupakan
penyumbang dari banyak modal finansial yang menyebar ke seluruh dunia dalam
rangka mendapatkan hasil yang lebih tinggi.6
Larry Elliott, Global Financial Crisis: Five Key Stages 2007-2011, (7 Agustus 2011), diakses
dari http://www.guardian.co.uk/business/2011/aug/07/global-financial-crisis-key-stages pada 17
April 2012 pukul 20.46
6
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
Arthur A. Stein, The Hegemons Dilemma: Great Britain and the United States, and the
International Economic Order dalam International Organization, Vol. 38, No. 2, (Spring, 1984),
halaman 355-356.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
ketidaksediaan
AS
untuk
menerima
tanggung
jawab
baru
dengan
8
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
12
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
13
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
14
Patrick K. OBrien dan Geoffrey Allen Pigman, Free Trade, British Hegemony and the
International Economic Order in the Nineteenth Century dalam Review of International Studies,
Vol. 18, No. 2, (April, 1992), halaman 89-90.
15
R. Gilpin, War and Change in the International System, (Cambridge, 1981).
16
D. Snidal, The Limits of Hegemonic Stability, dalam International Organization, Vol. 39,
(1985); D. Calleo, Beyond American Hegemony, (New York, 1987); R. O. Keohane, After
Hegemony, (Princeton, 1984).
17
S. Strange, The Persistent Myth of Lost Hegemony, dalam International Organization, Vol.
41, (1987).
18
R. Nye, Bound To Lead, (New York, 1990).
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
struktural bagi sebuah negara hegemon bermula dari tulisan oleh Gramsci dan
Wallerstein. Gramsci mengembangkan sebuah ide hegemoni yang berupaya untuk
menjelaskan bagaimana para golongan atas di dalam sistem sosial dan ekonomi
menggunakan kebudayaan mereka untuk mempertahankan kepopuleran dari
sistem mereka. Wallerstein kemudian juga mengaplikasikan ide hegemoni
Gramsci ke dalam sistem internasional. Wallerstein mendeskripsikan sistem yang
telah ada sejak abad ke-16 sebagai sebuah dunia-ekonomi kapitalis yang terdiri
dari berbagai negara di mana para elit di negara inti mengatur hubungan ekonomi
dan politik di antara negara dengan cara yang memungkinkan mereka untuk
mempertahankan posisi mereka terhadap area semi-periferi dan periferi yang
terdapat di dalam sistem, dengan memperkenalkan identitas kebudayaan nasional
mereka misalnya. Dengan cara ini, mereka juga mempertahankan dominasi
mereka atas golongan di bawah mereka di dalam wilayah negara mereka sendiri.19
Meskipun terdapat berbagai definisi yang berbeda mengenai apa yang dianggap
sebagai hegemon, semua pendapat tersebut berhasil menegaskan bahwa konsep
hegemoni mengacu kepada sebuah negara hegemon yang mampu untuk
menggunakan
kekuatannya
atas
negara
lain
di
dalam
sebuah
sistem
internasional. 20
1.3.2
untuk memberikan analisis mengenai bagaimana aktor negara yang pada dasarnya
bersifat egois dan selalu mementingkan kepentingan mereka masing-masing dapat
disatukan ke dalam sebuah hubungan kerja sama yang saling menguntungkan.
Menurut teori ini, hubungan kerja sama tersebut dapat dimungkinkan dengan
keberadaan
sebuah
institusi
internasional
yang
mengikat
para
negara
19
20
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
10
LIBERAL INSTITUSIONALIS
Karakter aktor negara
Terpecah-pecah ;
bukan
merupakan
pembentuk
internasional
internasional
Pandangan
terhadap
internasional
institusi Aktor
independen
yang
dapat
21
Douglass C. North and Robert P. Thomas, "An Economic Theory of the Growth of the Western
World," dalam The Economic History Review, 2nd series, Vol. 23, No. 1 (April 1970), halaman 5.
22
Stephen D. Krasner, ed., International Regimes, dalam International Organization (special
issue), Vol. 36, No. 2 (Spring 1982), halaman 186.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
11
berdampak
terhadap
prospek
untuk
memaksimalkan
perolehan
keuntungan mereka. Dalam skenario ini, strategi yang paling efektif bagi setiap
pihak negara yang terlibat adalah untuk berbuat curang dan berharap bahwa pihak
yang lainnya tetap menggunakan strategi kerja sama. Dengan kata lain, hasil yang
paling ideal bagi sebuah negara adalah ketika mereka mampu menipu pihak yang
lainnya untuk percaya bahwa mereka akan bekerja sama dan kemudian berbuat
curang. Akan tetapi, kedua belah pihak paham mengenai alur skenario ini, dan
oleh karena itu kedua belah pihak akan berupaya untuk berbuat curang satu
dengan yang lainnya. Sebagai konsekuensinya, kedua belah pihak akan berakhir
pada hasil yang jauh lebih buruk dibandingkan jika mereka memilih untuk bekerja
sama mengingat kecurangan yang dilakukan oleh kedua belah pihak juga akan
memicu hasil yang paling buruk. Inilah sebabnya walaupun ide untuk bekerja
23
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
12
sama sebenarnya tidak semenarik ide untuk mencurangi pihak lainnya, hal
tersebut masih akan jauh lebih baik dibandingkan jika kedua belah pihak memilih
untuk berbuat curang. 24
Kunci untuk menyelesaikan dilema ini adalah ketika setiap pihak mampu
untuk meyakinkan pihak lainnya bahwa mereka memiliki sebuah kepentingan
bersama di dalam menjadikan apa yang kelihatannya berupa pengorbanan jangka
pendek (keuntungan yang akan diperoleh dari upaya berbuat curang) demi
memperoleh manfaat jangka panjang di masa depan (manfaat besar yang
diperoleh dari kerja sama jangka panjang). Ini berarti bahwa setiap pihak yang
terlibat harus mampu meyakinkan pihak lainnya agar bersedia untuk menerima
hasil terbaik kedua, yakni kerja sama. Tantangan utama untuk mencapai hasil
kerja sama ini adalah perasaan khawatir untuk dicurangi. Ini, singkatnya,
merupakan permasalahan yang harus diselesaikan oleh institusi. 25
Untuk menangani permasalahan kegagalan pasar politik, sebuah institusi
harus menghalangi para pelaku tindakan kecurangan dan melindungi para korban.
Ada pun pesan yang harus mampu disampaikan oleh sebuah institusi terhadap
pihak yang akan berbuat curang mencakup tiga hal utama yaitu bahwa: pihak
tersebut akan ditangkap, dihukum dengan segera, dan dapat membahayakan upaya
kerja sama lainnya di masa depan. Para calon korban, di pihak lain, membutuhkan
sistem peringatan awal dari tindakan kecurangan agar dapat menghindari kerugian
yang serius dan membutuhkan metode untuk menghukum pihak yang berbuat
curang. 26
Teori liberal institusionalis tidak bertujuan untuk menangani para pelaku
kecurangan dan korban dengan mengubah norma-norma fundamental dari tingkah
laku negara. Teori ini juga tidak bermaksud untuk mengubah sifat mendasar dari
sebuah sistem internasional yang anarki. Teori ini menerima asumsi bahwa
negara-negara menjalankan agenda mereka di dalam sebuah kondisi yang anarkis
dan bertingkah laku sesuai dengan kepentingan mereka masing-masing. Teori
24
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
13
empat
perubahan
utama.
Pertama,
peraturan
tersebut
dapat
27
28
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
14
kerja sama di masa mendatang mengingat pihak korban kemungkinan besar akan
membalas. Sebagai tambahan, pertemuan yang berulang ini juga akan
memberikan kesempatan kepada para korban untuk memberikan bayaran yang
setimpal bagi para pelaku yang berbuat curang: pertemuan berulang tersebut akan
memungkinkan dilakukannya sebuah pembalasan ataupun penyusunan strategi
untuk menghukum para pelaku kecurangan dan tidak membiarkan mereka bebas
dengan tindakan pelanggaran mereka. Dan yang terakhir, pertemuan berulang ini
juga akan memberikan penghargaan bagi negara-negara yang mengembangkan
reputasi baik di dalam mengikuti peraturan yang berlaku dan menghukum negara
yang memiliki reputasi sebagai pelaku kecurangan. 29
Kedua, peraturan juga dapat menciptakan ikatan bersama di antara negara
dalam berbagai bidang isu yang berbeda. Tujuan bersama yang dikaitkan dengan
sebuah isu akan menciptakan interdependensi yang lebih besar di antara negara
yang mana kemudian akan membuat mereka menjadi lebih enggan untuk berbuat
curang dalam bidang isu tersebut dikarenakan rasa khawatir bahwa pihak korban
dan kemungkinan juga negara lainnya akan membalas di dalam bidang isu
lainnya. Dengan kata lain, ikatan yang tercipta melalui tujuan bersama dalam
bidang isu ini juga akan mengurangi kemungkinan terjadinya kecurangan melalui
metode yang sama seperti pertemuan berulang yang dijabarkan sebelumnya.
Tujuan bersama ini meningkatkan resiko dari tindakan kecurangan dan
menyediakan sebuah metode bagi para korbannya untuk membalas tindakan si
pelaku kecurangan. 30
Ketiga, serangkaian peraturan yang terstruktur juga dapat meningkatkan
jumlah informasi yang tersedia bagi para partisipan dalam perjanjian kerja sama
agar dimungkinkannya sebuah pengawasan yang ketat. Informasi yang dapat
didistribusikan ini antara lain misalnya informasi mengenai biaya pengeluaran
militer atau pun kapasitas para negara partisipan dari segi lainnya. Kemampuan
untuk berbagi informasi ini justru akan semakin berharga bagi sebuah negara yang
menurut para realis cenderung berfokus pada ide relative gain. 31 Peningkatan
29
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
15
level informasi ini akan memperkecil kemungkinan kecurangan melalui dua cara:
(1) hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa para pelaku kecurangan akan
ditangkap, dan yang lebih penting (2) hal ini juga akan memberikan peringatan
awal atas tanda-tanda kecurangan sehingga memungkinkan para calon korban
untuk mengambil langkah pencegahan sebelum mereka mendapatkan hasil yang
negatif. 32
Keempat, peraturan dapat mengurangi biaya transaksi dari perjanjian yang
dilakukan secara individual. Ketika sebuah institusi melakukan tugas seperti yang
dideskripsikan di atas, negara-negara dapat mendedikasikan upaya yang lebih
sedikit untuk menegosiasikan dan memonitor perjanjian kerja sama, dan
menghindar dari kemungkinan terjadinya pelanggaran. Dengan meningkatkan
efisiensi dari kerja sama internasional, institusi yang ada akan menjadi lebih
menguntungkan dan oeh karena itu menjadi lebih menarik bagi para negara yang
mengutamakan kepentingan mereka masing-masing. 33
32
33
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
16
34
Linton Freeman, The Development of Social Network Analysis, (Vancouver: Empirical Press,
2006).
35
Stanley Wasserman dan Katherine Faust, Social Network Analysis: Methods and Applications,
(Cambridge: Cambridge University Press, 1994).
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
17
melalui referensi terhadap atribut individu, melainkan pada hubungan sosial, polapola yang terbentuk, dan implikasinya terhadap pilihan dan perilaku. Bagi
Analisis Jaringan Sosial, penting untuk mengetahui bagaimana orang atau
organisasi dapat terkoneksi dan berhubungan satu sama lain dan pola struktural
apa yang muncul dari interconnectedness semacam itu. Interconnectedness inilah
yang menjadi fokus pada Analisis Jaringan Sosial, dan bukan pada atribut. 36
Pada dasarnya, Analisis Jaringan Sosial merupakan cara yang dipakai
untuk menemukan cara terbaik untuk mengurangi kompeksitas interaksi sosial
menjadi pola-pola yang lebih sederhana dan menemukan platform observasi yang
benar. Analisis Jaringan Sosial telah mengembangkan lima prinsip dasar atau
lensa konseptual-metodologis yang dapat terangkum di bawah dua heading utama:
1) single-mode networks, dan 2) hyper-networks. 37
Single-mode networks bisa jadi merupakan inti dari kebanyakan Analisis
Jaringan Sosial dan menekankan pada hubungan di antara nodes melalui dua
prinsip yang keduanya mengomplementasikan satu dengan yang lainnya, yaitu: 38
a) Cohesion yang menekankan interconnectedness dari hubungan sosial dan
tendensinya untuk membentuk kemungkinan meningkatkan intensitas
hubungan yang tercipta;
b) Equivalence yang menekankan sejauh mana anggota-anggota dari sebah
jaringan memiliki hubungan yang mirip dengan yang lainnya
36
Helmut K. Anheier dan Hagai Katz, Network Approaches to Global Civil, dalam Mary
Kaldor, Helmut Anheier, dan Marlis Glasius (eds), Global Civil Society, (Oxford: Oxford
University Press, 2003), hlm.207
37
Anheier dan Katz, Ibid., hlm.208-210.
38
Loc. Cit., Hemut K. Anheir.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
18
menghadiri pertemuan tertentu atau pertemuan tertentu mana yang dihadiri oleh
aktor tertentu. Ini akan menciptakan apa yang disebut dengan dual networks.
Contoh seperti ini bisa terlihat misalnya saja pada keanggotaan organisasional
dalam organisasi payung (umbrella organisations).
Hal lainnya yang tidak kalah penting untuk diperhatikan ialah data
jaringan (network data). Ini bisa didapat melalui survei atau wawancara. Aktoraktor yang berpartisipasi dalam jarangan ditanya mengenai koneksinya dengan
aktor lainnya dan juga mengenai konten dan efek dari koneksi tersebut. Analisis
Jaringan Sosial menempatkan bebas spesial terhadap pengumpulan data karena
biasanya mensyaratkan data dalam jaringan yang lengkap dikumpulkan meskipun
batasan-batasan dari satu jaringan sulit untuk diketahui. 39
Masuk ke dalam pembahasan singkat mengenai NGO dan networking
yang dilakukannya yang akan dijelaskan secara lebih lanjut pada bagian analisis.
Pada era 1990-an, pada dasarnya partisipasi NGO telah meluas ke dalam
konferensi resmi dan paralel forum sejauh NGO tersebut terbagi ke dalam
prosedur yang harus diikutinya: lobbying atau networking. Mereka yang berfokus
pada lobbying biasanya benar-benar ikut dalam konferensi resmi atau berkoarkoar di sepanjang hallway di mana mereka cenderung dieksklusikan. Oleh karena
itu biasanya NGO lebih tertarik di ranah networking di mana mereka bisa
memanfaatkan fertile ground bagi pertukaran NGO yang disediakan forum. Selain
usaha untuh memengaruhi mereka yang memegang posisi resmi, strategi yang
berbeda dan seringkali komplementer ini berlangsung pada forum NGO paralel
yang
bisa
dirangkum
sebagai
diskusi
kebijakan
NGO-to-NGO
yang
39
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
19
1.4 Metodologi
Tulisan ini secara keseluruhan menggunakan metode positivis dengan
pendekatan triangulasi. Hal ini dikarenakan tulisan ini menggunakan data-data
kualitatif dan kuantitatif namun dalam melakukan pengambilan kesimpulan
digunakan metode kualitatif yang kemudian diikuti dengan komparasi kesimpulan
antara paradigma yang digunakan dalam tulisan ini.
Metode kuantitatif tidk digunakan dalam tulisan ini karena setiap teori
tidak dikeluarkan menjadi variabel pengukur yang ketat. Pembahasan paradigma
dalam tulisan ini dilakukan secara general, tidak mendetail, sehingga tidak
menggunakan operasionalisasi variabel yang mendalam.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
20
BAB 2
Krisis Finansial Global AS
Universitas Indonesia
21
41
___, The Downturn in Facts and Figures, dalam BBC (21 November 2007), diakses dari
http://news.bbc.co.uk/2/hi/7073131.stm pada 22 Juni 2012 pukul 02.51.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
22
para broker mortgage ini untuk menjual lebih banyak jenis kredit hipotek rumah
suprime ini. Sebagai akibatnya, pasar saham mortgage ini pada akhirnya bernilai
sebesar 6 triliun dolar AS dan merupakan bagian terbesar dari seluruh pasar
saham AS yang bernilai sebesar 27 triliun dolar AS, jumlah yang bahkan lebih
besar dari nilai saham Departemen Keuangan AS. 42
Grafik 2.1 Nilai Saham Pasar Modal AS Tahun 2007 (Kuarter Kedua)
Pada tahun 2005, satu di antara lima kredit hipotek rumah yang terdapat di
AS merupakan jenis subprime, dan jenis kredit hipotek rumah ini sangat popular
terutama di kalangan para imigran yang berupaya untuk membeli rumah untuk
pertama kalinya di daerah pasar perumahan yang sedang hangat seperti wilayah
selatan California, Arizona, Nevada, dan daerah pinggiran Washington DC serta
New York City. Akan tetapi, jenis kredit hipotek rumah ini memiliki tingkat
penyitaan rumah yang lebih tinggi dibandingkan jenis yang tradisional
dikarenakan suku bunga yang dikenakan merupakan adjustable rate mortgages
(ARMs); yang mana memang lebih rendah daripada tingkat suku dari pemerintah
tetapi hanya berlaku untuk periode 2 tahun dan selanjutnya tingkat suku bunganya
akan menjadi lebih tinggi dan sangat bergantung pada tingkat suku bunga dari
pemerintah. Akibatnya, gelombang penyitaan rumah melanda AS mengingat
42
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
23
kebanyakan dari tingkat suku bunga yang dikenakan bagi para pencicil kredit
hipotek rumah meningkat dalam kurun waktu dua tahun berikutnya. 43
Gelombang penyitaan rumah ini berdampak dramatis terhadap harga
rumah, dan bahkan membalikkan ledakan pasar rumah yang terjadi pada beberapa
tahun terakhir sebelum terjadinya krisis subprime mortgage menjadi terjadinya
penurunan harga rumah nasional di AS sejak periode 1930an. Pengajuan
penyitaan rumah telah meningkat sebesar 75% pada 2007 di antara menurunnya
nilai rumah dan kredit yang lebih ketat. Bank dan institusi peminjam lainnya
melaporkan pengajuan penyitaan rumah senilai 2,2 juta US dollar selama 2007,
yang mana merupakan representasi dari 1% atas semua rumah tangga di AS,
meningkat sebesar 0,58% pada tahun 2006. Kegiatan penyitaan ini diperkirakan
akan semakin meningkat lagi ke depannya. 44 Di samping itu, terdapat lebih
kurang empat juta rumah yang tidak terjual dalam keadaan harga anjlok seraya
para pembangun rumah juga dipaksa untuk menurunkan harga rumah dalam
rangka menyingkirkan properti yang belum terjual di pasaran.45
Dampak krisis subprime mortgage terhadap perekonomian AS dapat
dilihat dari tiga sektor utama. Pertama, dari sektor industri perumahan yang
diperkirakan akan berkurang setengah jumlahnya, dan berakibat pada hilangnya
lebih kurang satu hingga dua juta lapangan pekerjaan. Industri perumahan
menyumbang 15% terhadap keseluruhan perekonomian AS, akan tetapi
melambatnya sektor ini juga berdampak terhadap industri lainnya seperti misalnya
industri perlengkapan rumah tangga yang mencakup perabotan maupun alat-alat
elektronik rumah tangga. Kedua, timbulnya fenomena credit crunch (keengganan
bank untuk memberikan kredit terhadap nasabahnya). Pasca terjadinya krisis
subprime mortgage, bank-bank memotong jumlah kredit yang mereka tawarkan
terhadap nasabahnya. Mereka menolak aplikasi kartu kredit dan meminta jumlah
setoran yang lebih besar bagi pembelian rumah, serta memeriksa secara lebih
detail aplikasi peminjaman untuk kepentingan pribadi. Credit crunch ini semakin
43
44
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
24
46
48
Jamie Oliver and Tony Goodwin, The King of Subprime, dikases dari
http://www.director.co.uk/ONLINE/2010/11_10_vince_cable_responsible_capitalism.html pada
22 Juni 2012 pukul 00.18
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
25
49
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
26
perbankan
atau
manajemen
aset.
Perusahaan
ini
berhasil
mengasuransikan nilai mortgage sebesar 146 milyar dolar AS pada tahun 2006,
yang mana merupakan peningkatan sebesar 10% dari tahun 2005. Lehman
Brothers mencatat keuntungan setiap tahunnya dari periode 2005-2007. Pada
tahun 2007, perusahaan ini melaporkan pendapatan bersih senilai 4,2 milyar dolar
AS dari total pendapatan sebesar 19,3 milyar dolar AS. 53
Akan tetapi sayangnya, semua investasi yang menguntungkan tersebut
dibangun di atas landasar pasir yang terbukti tidak kokoh. Pada kuarter pertama
2007, keretakan pada pasar rumah AS mulai terlihat dampaknya seraya kegagalan
pada subprime mortgage telah meningkat jumlahnya hingga mencapai tujuh
angka. Seraya krisis kredit ini memuncak pada Agustus 2007 dan juga dibarengi
dengan kegagalan dari dana bendungan dari Bear Stearns, nilai saham Lehman
51
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
27
54
55
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
28
kondisi perekonomian tersebut dari krisis finansial yang sedang melanda. Selain
AS, pemerintah Australia juga melakukan hal yang serupa dengan memberikan
dana tunai langsung kepada para pembayar pajaknya dari semua tingkat usia dan
juga berfokus pada proyek infrastruktur yang berjangka panjang. Pemerintah
Australia menghabiskan 10,4 milyar dolar AS di dalam upaya pemberian paket
stimulus ini. Selain berbagai paket stimulus yang ditawarkan oleh pemerintah,
kejatuhan Lehman Brothers juga telah membuat banyak orang untuk mulai
berinvesatsi dalam emas, saham-saham dan juga mata uang dolar AS atau Euro
yang dilihat sebagai alternatif yang jauh lebih aman dibandingkan dengan pasar
saham secara umum ataupun pasar saham perumahan. 56
56
___, Global Financial Crisis - What caused it and how the world responded, diakses dari
http://www.canstar.com.au/global-financial-crisis/ pada 22 Juni 2012 pukul 02.09.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
29
57
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
30
60
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
31
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1.1
bermula dari kejatuhan Inggris sebagai hegemon pada akhir abad ke-19. Pada
awalnya AS menolak untuk memikul tanggung jawab sebagai hegemon baru
dalam sistem ekonomi internasional hingga akhir Perang Dunia II. Penerimaan AS
atas perannya yang baru bisa dikatakan dimulai pada tahun 1933 ketika Menteri
Luar Negeri pada saat itu, Cordell Hull menyatakan komitmen negara adikuasa
tersebut terhadap perdagangan bebas internasional. Meskipun demikian, kesediaan
badan eksekutif AS untuk memikul tanggung jawab baru ini tetap membutuhkan
persetujuan dari badan kongresnya. Pada tahun 1934, Kongres AS meresmikan
UU Perjanjian Perdagangan Timbal Balik (Reciprocal Trade Agreements Act)
yang memberikan kekuasaan kepada Presiden untuk menegosiasikan perjanjian
31
Universitas Indonesia
32
yang
akan
bertanggung
jawab
untuk
menjamin
perdamaian
dapat
membangun
sebuah
dunia
yang
damai,
makmur,
dan
61
Arthur A. Stein, The Hegemons Dilemma; Great Britain, the United States, and the
International Economic Order, dalam International Organization, Vol. 38, No. 2, (Spring, 1984),
halaman 376-377.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
33
Prinsip-prinsip
fundamental
dan
institusi
internasional
yang
62
Robert Gilpin, The Rise of American Hegemony, dalam Two Hegemonies:Britain 1846-1914
and the United States 1941-2001 diedit oleh Patrick Karl OBrien dan Armand Clesse (Aldershot:
Ashgate Publishing, Ltd., 2002), halaman 165-182 yang diakses dari
http://www.mtholyoke.edu/acad/intrel/ipe/gilpin.htm pada 1 Mei 2012 pukul 21.14, halaman 3.
63
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
34
Dunia II berakhir. Ekonomi Jepang dan Eropa yang lesu, problem kekurangan
dolar, dan terutama keadaan darurat pada periode Perang Dingin yang membawa
perubahan signifikan terhadap sistem yang pada awalnya dibentuk. Dalam rangka
untuk membentuk sistem aliansi melawan Uni Soviet, AS berbalik dari posisi
awalnya pada beberapa isu ekonomi internasional dan mengambil peran
pemimpin (hegemon) yang tegas di dalam upayanya untuk membentuk sistem
ekonomi pasca perang. Kemunculan tatanan ekonomi internasional pasca perang
tidak dapat dipahami tanpa mengakui adanya kebutuhan akan kerja sama untuk
mencari sekutu melawan Uni Soviet. 64
Untuk menjalankan perannya sebagai sebuah hegemon, AS yang pada
masa tersebut merupakan negara kreditor terpenting di dunia, menggunakan
cadangan devisanya, terutama melalui Marshall Plan, untuk memfasilitasi upaya
pembangunan kembali ekonomi Eropa Barat sebagai penyangga untuk melawan
ekspansi Uni Soviet. Sebagai persyaratan untuk menerima bantuan AS ini,
pemerintah Eropa Barat diwajibkan untuk menghilangkan rintangan perdagangan
di dalam Eropa dan untuk bekerja sama serta mengkoordinasikan rencana
ekonomi mereka melalui Organization for European Economic Cooperation
(OECC). Eropa Barat juga dianjurkan untuk menjalankan reformasi ekonomi
domestik termasuk upaya untuk mengadopsi teknik manajemen dan manufaktur
AS yang lebih produktif. Dalam rangka mengembangkan proses integrasi Eropa
ini, AS bahkan memberikan toleransi terhadap diskriminasi Eropa terhadap ekspor
produk pertanian dan industrinya. Selain bantuan ke Eropa, AS juga memberikan
bantuan ekonomi kepada Jepang untuk membangun ekonominya dan kemudian
mengintegrasikan sistem ekonomi negara tersebut ke dalam sistem Barat. Oleh
karena faktor inilah, selama masa Perang Dingin, tatanan ekonomi dan keamanan
internasional pasca perang menjadi lebih bergantung satu dengan yang lainnya. 65
Inti dari BWS yang telah dimodifikasi ini terdiri dari dua rejim
internasional yang mengemban peran penting pada masa awal kesuksesan sistem
ekonomi internasional. Rejim pertama, International Monetary Fund (IMF)
64
65
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
35
memiliki kewajiban resmi untuk mengatur sistem moneter internasional agar tetap
didasarkan pada sistem nilai tukar tetap yang dapat disesuaikan. Meskipun pada
kenyataannya AS menggunakan sumber daya ekonomi dan pengaruh politiknya
untuk memastikan kesuksesan awal dari sistem moneter tersebut. Rejim yang
kedua adalah General Agreement on Tariff and Trade (GATT) yang memiliki
kewajiban utama untuk mengatur sistem perdagangan internasional. Kewajiban ini
tersebar di antara sejumlah negara dan seraya jumlah negara yang terlibat di
dalamnya semakin bertambah, rejim perdagangan ini menjadi semakin susah
untuk mencapai kesepakatan. 66
3.1.2
66
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
36
67
Richard Garner, Sterling-Dollar Diplomacy, (New York: Columbia University Press, 1980).
Joseph Gold, Voting and Decisions in the International Monetary Fund, (Washington DC: IMF,
1972), halaman 238.
69
Brian Tew, International Monetary Cooperation, 1945 70, (London: Hutchinson, 1970).
68
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
37
70
Ngaire Woods, The United States and International Financial Institutions: Power and Influence
within the World Bank and the IMF, diakses dari
www.globaleconomicgovernance.org/wp.../US%20and%20IFIs.pdf pada 19 Juni 2012 pukul
06.06, halaman 6-8.
71
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
38
movement) yang dibasiskan pada pola voting yang dilakukan oleh IMF. 72 Hal
yang sama juga terjadi di dalam Bank Dunia, di mana pada masa Perang Dingin,
institusi ini menjadi salah satu alat politik yang penting bagi AS di dalam
mencegah penyebaran pengaruh Uni Soviet. Misalnya, pada tahun 1944, AS
menggunakan Bank Dunia sebagi penyalur dana Marshall Plan yang
diperuntukkan bagi negara Eropa Barat. Kemudian pada tahun 1948, ketika
Yugolaviabaru pecah dari Uni Soviet, AS dengan segera memberikan pinjaman
dana bagi negara tersebut melalui Bank Dunia. 73
Ketiga, pengaruh AS terhadap pengaturan staf dan manajemen kedua
institusi tersebut. Berbeda halnya dengan institusi multilateral lainnya seperti
PBB, IMF dan Bank Dunia tidak menetapkan kuota kewarganegaraan yang akan
memastikan representasi adil baik secara formal di dalam dewan pemerintahannya
maupun secara informal di dalam urusan staf yang direkrut. Selain itu, persyaratan
untuk bekerja dengan menggunakan beberapa bahasa berbeda juga tidak ada. Hal
ini pada akhirnya mengarah pada fakta bahwa sebagian besar staf baik di tingkat
senior maupun junior yang dipekerjakan di kedua institusi tersebut umumnya
berasal dari negara-negara berbahasa Inggris dengan mayoritas berasal dari AS
dan Inggris. Tindakan diskriminasi ini semakin diperkuat oleh fakta bahwa
penunjukan anggota staf senior di kedua institusi tersebut harus selalu merupakan
kandidat yang paling disukai oleh AS. Hal ini terbukti dalam kasus penunjukan
Presiden Bank Dunia dan juga Direktur IMF yang hingga saat ini tetap berasal
dari AS walaupun kandidatnya ditunjuk oleh negara Eropa Barat. Tindakan
dominasi ini dilakukan untuk memastikan bahwa setiap proses pengambilan
keputusan yang dilakukan di dalam kedua institusi tersebut menggunakan sistem
ekonomi dari AS sehingga dominasi AS di sistem finansial internasional akan
selalu tetap dapat dipertahankan. 74
Keempat, bagaimana sistem representasi dan juga pembentukan mandat
dari kedua institusi tersebut. Dari segi representasi dan pembentukan mandat, AS
72
Strom Thacker, The High Politics of IMF Lending, dalam World Politics, Vol. 52, No.1,
(1999), halaman 58 dan 64.
73
Loc. Cit., Woods, halaman 12.
74
Ibid., Woods, halaman 16-17.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
39
75
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
40
nominal 20 dan 50 dolar AS berasal dari luar AS, sementara dua per tiga dari
seluruh sirkulasi uang kertas dolar AS berasal dari luar AS sejak 1990. 77
Grafik 3.1 Sirkulasi Uang Kertas Dolar AS di luar AS
Sumber: Federal Reserve Bank of New York estimates, based on U.S. Treasury Department
(2005), http://voxeu.org/index.php?q=node/4819
Dolar AS juga tetap menjadi pilihan mata uang yang utama di dalam
berbagai transaksi valuta asing di seluruh dunia. Jika pada masa Bretton Woods
dolar AS merupakan mata uang dominan, pada periode sekarang telah terdapat
banyak pilihan mata uang lainnya yang dapat dijadikan sebagai alternatif.
Meskipun demikian, banyak negara yang masih tetap melakukan transaksi valuta
asing menggunakan dolar AS. Hingga tahun 2007, terdapat tujuh negara yang
menggunakan dolar AS di dalam dewan pengurus mata uang mereka, dan 89
77
Lina Goldberg, What is the status of the international roles of the dollar?, diakses dari
http://voxeu.org/index.php?q=node/4819 pada 19 Juni 2012 pukul 10.37.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
41
negara yang menetapkan nilai tukar mata uang mereka terhadap dolar AS.
Pembagian negara-negara yang menghubungkan dolar AS terhadap mata uang
mereka telah stabil sejak 1995 dan grup yang direpresentasikan dalam tabel
berikut merepresentasikan sepertiga dari GDP dunia (tidak termasuk AS). 78
Tabel 3.1 Laporan Negara Pengguna dolar AS dalam Transaksi Nilai
Tukarnya
Sumber: Reinhart dan Rogoff (2004); Ilzetzki, Reinhart, dan Rogoff (2008); dan Lina Goldberg,
http://voxeu.org/index.php?q=node/4819
78
Ibid., Goldberg.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
42
sistem fixed exchange rate ini harus berakhir pada tahun 1971 ketika inflasi yang
terjadi mengakibatkan devaluasi yang tinggi terhadap nilai dolar. Sebagai respon
atas kejadian tersebut, diadakan Smithsonian Agreement yang menggagaskan ide
agar dolar menggantikan fungsi emas, namun berujung pada kegagalan. Akhirnya
pada tahun 1976, melalui Jamaican Agreement, dibentuk Bretton Wood II yang
pada intinya mengubah sistem fixed exchange rate menjadi floating exchange rate
yang terkendali. Ini berarti bahwa meskipun setiap negara dapat tetap membiarkan
nilai tukar mata uang mereka terhadap dolar untuk berubah, namun ketika
perubahan tersebut terlalu drastis, bank sentral negara yang bersangkutan masih
tetap dapat melakukan intervensi. 79
memberikan
dampak
negatif
yang
signifikan
terhadap
keadaan
79
80
Patrick K. OBrien dan Geoffrey Allen Pigman, Free Trade, British Hegemony and the
International Economic Order in the Nineteenth Century dalam Review of International Studies,
Vol. 18, No. 2, (April, 1992), halaman 89-90.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
43
dengan
ideologi
perdagangan
bebas
yang
selama
ini
81
Susan Strange, The Persistent Myth of Lost Hegemony, dalam International Organization,
Vol. 41, (1987), halaman 551-574.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
44
penting dari sektor industri ini yang dimiliki oleh perusahaan asing termasuk
perusahaan AS seperti General Motors. 82
Di pihak lain, Cina juga merupakan pemegang cadangan devisa dolar AS
terbesar, seperti misalnya obligasi Departemen Keuangan AS. Hal ini juga yang
sering menjadi salah satu alasan mengapa Cina mengurangi konflik dalam skala
penuh dengan AS saat ini, mengingat Cina memiliki bagian yang sangat besar
dalam perekonomian AS, baik sebagai pemegang saham obligasi dan sebagai
eksportir utama barang-barang ke AS. Meskipun demikian, AS telah menghalangi
beberapa investasi skala besar dari Cina dan juga upaya pembelian negara tersebut
atas beberapa perusahaan minyak, teknologi, dan perusahaan lainnya. 83
Sebagai tambahan, Cina pada saat ini juga merupakan konsumen terbesar
dunia atas produk-produk logam mendasar dan merupakan salah satu importir
terbesar hidrokarbon. Sejumlah investasi penting dan perdagangan oleh Cina di
Arab Saudi, Iran, dan Venezuela ditambah dengan keterlibatannya dengan negaranegara Asia Tengah, mengindikasikan kebutuhan Cina yang semakin meningkat
atas minyak dan gas serta ketertarikannya terhadap kepentingan geostrategi AS di
negara dan kawasan yang disebutkan sebelumnya. Dengan tingkat konsumsi
energi Cina yang mencapai 20% dari total konsumsi energi dunia, Cina
diperkirakan akan menggantikan posisi AS sebagai konsumen hidrokarbon
terbesar pada abad berikutnya. 84
(b) Peran Cina dalam IMF
Partisipasi Cina dalam institusi perdagangan internasional seperti IMF
pada beberapa tahun terakhir jelas membuktikan bahwa negara tersebut
memandang partisipasi aktifnya dalam institusi internasional sebagai kesempatan
untuk meningkatkan power ekonominya. Hal ini berkaitan erat dengan upayanya
untuk mencapai kepentingan nasionalnya dan juga untuk meningkatkan image
82
Fran Shor, Declining US Hegemony + Rising Chinese Power: A Formula for Conflict?,
diakses dari http://www.stateofnature.org/decliningUsHegemony.html pada 22 Juni 2012 pada
pukul 06.15.
83
Ibid., Shor.
84
Ibid., Shor.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
45
dirinya sebagai rising power yang benign (tidak mengancam) terkait dengan
timbulnya kekhawatiran dari masyarakat internasional akan kebangkitannya yang
dianggap sebagai ancaman bagi sistem internasional yang sedang berlangsung. 85
Cina juga menyadari bahwa perannya di dunia internasional tidak hanya
ditentukan oleh seberapa besar kekuatan ekonomi atau bahkan militer yang
dimilikinya tetapi juga oleh seberapa besar pengaruhnya dalam menentukan
norma dan peraturan internasional. Terkait dengan hal tersebut, Cina memulai
perannya secara aktif di dalam IMF untuk mengubah sistem moneter internasional
yang sedang berlaku saat ini. Salah satu kepentingan utama Cina untuk melakukan
hal tersebut terkait dengan bagaimana selama ini negara tersebut tidak menaati
aturan sistem nilai tukar floating dan justru menggunakan sistem nilai tukar fixed
yang pada akhirnya menimbulkan hubungan perdagangan yang tidak adil dengan
AS. 86
Terkait dengan hal kepentingan tersebut, Cina mulai menekankan
pentingnya penggunaan SDR (special drawing rights) yang mana merupakan
sebuah bentuk mata uang berupa basket of currencies yang setiap lima tahun
sekali akan diubah komposisinya. Cina menginginkan supaya yuan juga
dimasukkan ke dalam kelompok mata uang SDR ini karena negara yang mata
uangnya masuk ke dalam kategori ini dapat dipastikan memiliki kontrol yang
lebih terhadap sistem moneter internasional mengingat mata uang negara yang
bersangkutan akan dijadikan sebagai acuan bagi mata uang negara lain. Namun,
Cina juga sadar bahwa mata uang yang diperbolehkan untuk menjadi mata uang
SDR, sesuai dengan persyaratan dari IMF yang baru dibuat pada November 2005,
bukanlah mata uang yang hanya digunakan secara lokal seperti halnya Yuan. Oleh
karena itulah, internasionalisasi mata uang yuan mulai menjadi salah satu agenda
utama Cina pada beberapa tahun terakhir.
87
terlihat didukung oleh IMF yang belum lama ini mengubah status yuan dari yang
sebelumnya berstatus substantially undervalued menjadi moderately undervalued.
85
Men Honghua, Learn to Play by the Rules: Chinas Role in International Institutions, diakses
dari http://www.irchina.org/en/pdf/mhh3.pdf, halaman 10-11.
86
Eryan Tri Ramadhani, Internasionalisasi Yuan: Transisi China Menuju Kekuatan Hegemon,
Skripsi, Universitas Indonesia, Depok, 2010, Print, halaman 101.
87
Ibid,. Eryan Tri Ramadhani, halaman 102.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
46
dukungan
suara
dari
negara-negara
berkembang
yang
mendukungnya agar mendapatkan hak suara yang lebih besar dalam IMF. Kedua
aspek di atas menunjukkan bagaimana meskipun AS masih memiliki pengaruh
yang dominan di dalam sistem perdangangan internasional, perannya tidak lagi
sekuat dulu di mana AS dapat dikatakan sebagai hegemon tunggal yang tidak
memiliki saingan dominan.
mengenai
bagaimana
krisis
finansial
global
AS
mampu
88
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
47
3.2.1
(World
Trade
Organization)
merupakan
sebuah
institusi
Prinsip ini
89
Ian F. Ferguson, "The World Trade Organization: Background and Issues", dalam
Congressional Research Service, (9 Mei 2007), halaman 4.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
48
(3) Komitmen yang mengikat dan dapat diwajibkan. Komitmen tarif yang
dibuat oleh anggota WTO dalam sebuah negosiasi multilateral akan dihitung
dalam sebuah daftar konsesi. Daftar ini selanjutnya akan menciptakan ikatan
maksimum; di mana setiap negara dapat mengubah ikatannya, tetapi hanya
setelah negara tersebut bernegosiasi dengan mitra dagangnya yang mana dapat
mencakup kewajiban untuk mengkompensasikan kerugian yang ditimbulkan
dari perubahan tersebut. Jika tidak terdapat kesepakatan di antara pihak yang
terlibat, negara yang terlibat dapat melaporkan hal tersebut melalui prosedur
penyelesaian konflik WTO.
(4) Transparansi. Anggota WTO diwajibkan untuk mempublikasikan peraturan
dagang mereka, mempertahankan institusi yang berugas untuk memonitor
keputusan administratif yang berkaitan dengan perdagangan sebagai persiapan
untuk merespons permintaan informasi dari anggota lainnya, dan juga untuk
memberitahukan kepada pihak WTO setiap perubahan yang dibuat dalam
kebijakan perdagangan. Semua informasi tersebut harus diberikan melalui
laporan spesial secara berkala.
(5) Katup pengamanan. Dalam kondisi spesifik, sebuah negara diizinkan untuk
membatasi perdagangan. Keadaan spesifik ini dapat mencakup upaya untuk
melindungi lingkungan, kesehatan masyarakat, hewan, dan tanaman. 90
Untuk memastikan setiap negara anggotanya benar-benar menerapkan
semua prinsip tersebut, WTO secara berkala mengadakan proses negosiasi yang
dibagi per babak di mana setiap babak mendiskusikan aspek perdagangan yang
berbeda-beda. Pada masa GATT, terdapat tujuh babak negosiasi yang diadakan
untuk mendiskusikan permasalahan perdagangan yang pada intinya bertujuan
untuk mematangkan sistem yang benar-benar dapat menghilangkan tarif sebagai
salah satu tantangan utama dalam perdagangan internasional. Sedangkan pada
masa WTO, terdapat dua babak negosiasi yang telah berjalan yaitu babak
90
WTO, Understanding The WTO: Basics; Principles of the Trading System, diakses dari
http://www.wto.org/english/thewto_e/whatis_e/tif_e/fact2_e.htm pada 22 Juni 2012 pukul 08.55.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
49
Uruguay (yang menjadi babak di mana WTO didirikan) dan babak Doha yang
masih berlangsung hingga saat ini. 91
Sesuai dengan teori liberal institusionalis yang menyatakan bahwa
keberadaan sebuah institusi akan memastikan berlangsungnya proses kerja sama
mengingat sebuah institusi dapat menetapkan norma ataupun peraturan bagi
anggotanya, WTO terbukti mampu untuk menggalang negara-negara agar
bersedia untuk bersatu di bawah kerangka perdagangan bebas meskipun hal
tersebut menuntut dilakukannya pengorbanan dari setiap negara anggota yang
terlibat. Hubungan kerja sama tersebut dapat terjadi dalam kasus ini karena pada
akhirnya setiap negara yang pada dasarnya ingin mendapatkan keuntungan
terbesar dalam hubungan perdagangan menyadari bahwa partisipasi mereka dalam
WTO akan dapat memastikan bahwa persaingan yagn terjadi dalam hubungan
perdagangan menjadi dapat lebih diprediksikan. Kemampuan prediksi ini
berangkat dari fakta bahwa setiap negara mengetahui aturan tingkah laku
perdagangan yagn seharusnya dilakukan dan juga bahwa setiap negara harus
menyediakan informasi yang transparan mengenai kebijakan perdagangan
mereka.
3.2.2
91
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
50
peningkatan tarif baja di India, peningkatan tarif terhadap 940 produk impor oleh
Ekuador, pembatasan terhadap titik masuk bagi sejumlah produk impor di
Indonesia, peningkatan tarif terhadap impor minyak bumi oleh Korea Selatan,
pengenalan kembali subsidi ekspor bagi beberapa produk susu tertentu oleh
Komisi Eropa, dan peningkatan kewajiban pajak pada mobil dan truk impor di
Rusia. Cina juga telah mengumumkan serangkaian kebijakan yang mencakup
penyediaan dana sebesar 586 milyar dolar AS untuk mendorong konsumsi
domestik. AS bahkan pada Februari 2009 juga meluncurkan paket stimulus yang
mendengungkan tema
92
Dick K. Nanto, The Global Financial Crisis: Analysis and Policy Implications, Congressional
Research Service, (Oktober 2009), halaman 19-20.
93
Ibid., Nanto, halaman 20.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
51
negara
lainnya
serta
mendukung
infrastruktur
finansial
yang
penyebab
dari
krisis
finansial,
penyediaan
mekanisme
94
Dick K. Nanto, The Global Financial Crisis: Analysis and Policy Implications, Congressional
Research Service, (Oktober 2009), halaman 2.
95
Ibid., Nanto, halaman 4.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
52
96
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
53
3.3 Paradigma
Konstruktivisme
dalam
Memandang
Dampak
Krisis
3.3.1 Faktor-Faktor
Penyebab
Runtuhnya
Kepercayaan
Masyarakat
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
54
masyarakat di negara-negara maju yang selama ini memang menjadi pilar utama
dari kapitalisme yang merupakan hasil dari sistem perdagangan bebas. Secara
umum, terdapat tiga faktor utama yang mengakibatkan dampak ini yaitu: (1)
meningkatnya tingkat pengangguran, (2) kebijakan austerity, dan (3) kesenjangan
sosial antara kelompok masyarakat elit ekonomi dengan kelompok masyarakat
pada umumnya.
krisis
finansial
global
AS
telah
meningkatkan
jumlah
pengangguran secara drastis di seluruh dunia hingga lebih dari 210 juta orang
(pada September 2010), yang mana merupakan kenaikan sebesar 30 juta orang
sejak tahun 2007. Tingkat pengangguran telah meningkat sebanyak 3% di
sebagian besar negara maju sejak tahun 2007 dan sebanyak persen di negara
emerging (hingga Sepetember 2010). Di antara negara maju, beberapa negara
yang mengalami tingkat pengangguran paling tinggi terjadi di Spanyol (10%)
serta AS dan New Zealand. Hal ini cukup berbeda dari negara berkembang dan
emerging yang meskipun pada awalnya mengalami tingkat pengangguran tinggi di
bidang ekspor, sekarang telah mulai pulih, mengingat banyak dari para eksportir
di negara tersebut telah mengalihkan pasar mereka menjadi lebih beragam dan
tidak lagi bergantung pada pasar dari negara maju. Tingkat pengangguran yang
tinggi ini sangat berpotensi untuk mengakibatkan dampak sosial jangka panjang
seperti faktor biaya kesehatan dan anak-anak dari para penganguran tersebut.
Selain itu, berdasarkan analisis dari dampak krisis ekonomi sebelumnya, tingkat
penganggruan tinggi juga akan berdampak terhadap menurunnya jangka umur
hidup masyarakat, prestasi akademis, dan juga berkurangnya kohesi sosial
masyarakat. 99 Dengan kata lain, tingkat pengangguran yang tinggi berkaitan
99
IMF, Sharp Rise in Unemployment from Global Recession, (2 September 2010), diakses dari
http://www.imf.org/external/pubs/ft/survey/so/2010/NEW090210A.htm pada 6 Juli 2012 pukul
12.00.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
55
100
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
56
austerity senilai 1 triliun dolar AS (jumlah ini bahkan akan ditingkatkan dengan
tambahan pemotongan 1,2 triliun dolar AS pada awal tahun 2013 nanti).
Pemotongan anggaran pengeluaran pemerintah AS ini berdampak pada
berkurangnya budget untuk membiayai asuransi kesehatan negara, Medicare dan
juga berbagai bentuk pengeluaran sosial lainnya seperti fasilitas bagi para
pengangguran serta pemotongan lapangan pekerjaan di sektor sosial pemerintah
dan dana pensiun. 101 Kebijakan ini juga dilakukan oleh Perancis yang
mengumumkan akan melakukan pemotongan anggaran pengeluaran sebesar 6 8
milyar Euro pada November 2011. Pemotongan anggaran ini direncanakan akan
dilakukan dengan mengurangi jumlah lapangan pekerjaan di sektor publik. 102
101
Patrick Martin, Obama, Congress Make New Austerity Plans, (23 November 2011), diakses
dari http://www.wsws.org/articles/2011/nov2011/budg-n23.shtml pada 8 Juli 2012 pukul 17.26.
102
James Boxell, Sarkozy to Unveil Austerity Budget, (7 November 2011), diakses dari
http://www.irishtimes.com/newspaper/world/2011/1107/1224307165379.html?via=rel pada 8 Juli
2012 pukul 17.33.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
57
di atas 1 juta dolar pada tahun 2009 tidak membayar pajak apa pun. Selain itu,
tariff pajak bagi para milioner pada tahun 2009 adalah 22,4% yang mana menurun
dari 30,4% dari tarif pajak pada tahun 1995. 103
Dengan semua perlakuan khusus yang mereka dapatkan, akumulasi
kekayaan para elit ekonomi ini juga semakin meningkat pasca terjadinya krisis
finansial global AS. Menurut data statistik dari salah satu kelompok riset AS,
AlterNet, 74 warga Amerika yang tergabung dalam kelompok elit ekonomi
berpenghasilan di atas 50 juta dolar AS per tahun, mendapatkan penghasilan ratarata sebesar 91,2 juta dolar AS pada tahun 2008. Tetapi pada tahun 2009,
penghasilan rata-rata dari kelompok elit yang sama mencatat penghasilan rata-rata
sebesar 518,8 juta dolar AS. Dengan kata lain, kelompok elit ekonomi ini berhasil
meningkatkan pendapatan mereka sebanyak 5 kali dari jumlah yang sebelumnya
hanya dalam kurun waktu setahun pada masa terjadinya krisis finansial global
AS. 104
3.3.2
terdapat dua faktor utama yang dapat memicu terbentuknya sebuah gerakan sosial
yang bersifat grass root atau bottom up. Adapun faktor tersebut mencakup: 105
1. Cohesion yang menekankan interconnectedness dari hubungan sosial dan
tendensinya untuk membentuk kemungkinan meningkatkan intensitas
hubungan yang tercipta;
2. Equivalence yang menekankan sejauh mana anggota-anggota dari sebuah
jaringan memiliki hubungan yang mirip dengan yang lainnya
103
David DeGraw, Meet the Global Financial Elites Controlling $46 Trillion in Wealth, (11
Agustus 2011), diakses dari
http://www.alternet.org/investigations/151999/meet_the_global_financial_elites_controlling_$46_
trillion_in_wealth?page=entire pada 8 Juli 2012 pukul 18.32.
104
Ibid., David DeGraw, Meet the Global Financial Elites Controlling $46 Trillion in Wealth.
105
Helmut K. Anheier dan Hagai Katz, Network Approaches to Global Civil, dalam Mary
Kaldor, Helmut Anheier, dan Marlis Glasius (eds), Global Civil Society, (Oxford: Oxford
University Press, 2003), halaman 208-210.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
58
terbentuknya
interconnectedness
adalah
teknologi
digital
(internet). Teknologi digital telah menjadi sebuah kultur politik bagi kegiatan
jaringan aktivis. Alasannya adalah karena infrastruktur dari teknologi digital ini
telah membentuk sebuah jaringan global di komunitas internasional yang
memungkinkan berbagai individu maupun organisasi dengan latar belakang yang
berbeda untuk saling bertukar informasi dan ide. Hal ini pada akhirnya membuat
teknologi digital sebagai sebuah wadah baru yang mampu untuk menciptakan
sebuah norma bersama yang disepakati oleh komunitas internasional terutama di
kalangan grass root. Teknologi digital ini mampu misalnya membuat sebuah
NGO lokal yang kekurangan sumber daya untuk mencari dukungan dari NGO
lainnya yang bergerak di bidang isu yang sama untuk mewujudkan norma
bersama yang telah disepakati di dalam isu yang bersangkutan. Dengan kata lain,
peran teknologi digital ini telah memungkinkan dibentuknya sebuah politik
jaringan yang menjadi dasar pembentukan organisasi payung di mana berbagai
organisasi, kelompok maupun individu saling mendukung untuk mencapai tujuan
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
59
bersama sambil tetap mempertahankan otonomi dan spesifikasi dari setiap elemen
yang terlibat. 106
Peran
teknologi
digital
(internet)
di
dalam
menimbulkan
melalui
teknologi
internet
untuk
semakin
memperkuat
106
Jeffrey S. Juris, The New Digital Media and Activist Networking within Anti-Corporate
Globalization Movements, dalam Annals of the American Academy of Political and Social
Science, Vol. 597, Cultural Production in a Digital Age, (Januari, 2005), halaman 197 -200.
107
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
60
jaringan. Pada kasus ini, krisis finansial global AS telah menciptakan sebuah
identitas yang sama di kalangan sebagian besar masyarakat AS dan internasional.
Identitas tersebut merupakan fakta bahwa mereka semua merupakan korban dari
sistem perdagangan bebas (kapitalisme) yang tidak adil. Hal ini diidentifikasi
secara jelas melalui Occupy Movement melalui slogan mereka yang mengusung
tema Were the 99%. Krisis finansial global AS telah memperkuat identitas
masyarakat AS dan internasional yang tidak termasuk dalam kelompok elit
ekonomi sebagai kelompok yang terlupakan oleh pemerintah. Hal ini semakin
diperkuat terutama ketika banyak pemerintah di negara maju yang lebih memilih
untuk memfokuskan anggaran pemerintah bagi upaya bailout institusi investasi
besar yang sebenarnya menjadi dalang dari krisis finansial global AS. Kebijakan
tersebut pada akhirnya semakin menguntungkan kelompok elit ekonomi yang
seharusnya bertanggung jawab dan sebaliknya semakin merugikan kelompok
masyarakat luas karena pemerintah terpaksa harus memotong anggran
pengeluaran di sektor publik yang berfokus pada pemberian fasilitas dan servis
dari pemerintah. 108
Menurut pendekatan analisis jaringan sosial, pembentukan sebuah
identitas merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk memunculkan sebuah
gerakan grass root. Hal ini dikarenakan sebuah identitas akan memungkinkan
terciptanya sebuah gerakan yang bersifat memberdayakan (empowering) menuju
tujuan bersama yang lebih baik. Sebuah jaringan sosial yang terbentuk tidak akan
ada artinya ketika tidak memiliki sebuah tujuan untuk memberdayakan sebuah
kelompok masyarakat ke arah yang lebih baik. Tujuan untuk memberdayakan ini
jugalah yang juga akan semakin memotivasi terjadinya pertukaran informasi.
Identitas yang terbentuk dapat menjadi titik tolak ukur awal untuk mengetahui
sejauh mana perubahan yang harus diperjuangkan. 109
108
Loc. Cit., David DeGraw, Meet the Global Financial Elites Controlling $46 Trillion in
Wealth.
109
Josefina Stubbs, Powerful Connections: South-South Linking, dalam Focus on Gender, Vol.
1, No. 1, (Februari, 1993), halaman 53.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
61
Dari analisis di atas, kita telah melihat bagaimana krisis finansial global
AS telah menjadi sebuah fenomena global yang mampu menciptakan elemen yang
diperlukan bagi terbentuknya sebuah jaringan yang membentuk sebuah gerakan
massal, Occupy Movement. Occupy Movement merupakan sebuah gerakan protes
yang diinisiasikan oleh gerakan Occupy Wall Street yang dimulai pada 17
September 2011 di Taman Zucotti yang terletak di daerah finansial Wall Street
,New York. Gerakan protes Occupy Wall Street ini pada awalnya diinisiasi oleh
sebuah grup aktivis Kanada bernama Adbusters. Isu utama yang diangkat oleh
protes ini adalah kesenjangan ekonomi dan sosial, keserakahan, korupsi, dan
pengaruh perusahaan besar yang dianggap terlalu besar di kalangan pemerintah
terutama di bagian jasa finansial. Slogan yang diangkat oleh gerakan ini adalah
We are the 99% (Kami adalah bagian dari 99%) yang berupaya untuk
mengangkat isu kesenjangan pendapatan dan juga distribusi kekayaan di AS di
antara kelompok masyarakat konglomerat yang membentuk 1% populasi di AS
dengan 99% sisa populasi AS lainnya. 110
Gerakan Occupy Wall Street terinspirasi dari sebuah gerakan protes
mahasiswa Inggris pada tahun 2010, gerakan protes anti austerity (aksi
penghematan oleh pemerintah dengan memotong budget mereka di berbagai
sektor pelayanan masyarakat seperti penyediaan asuransi kesehatan) di Yunani
dan Spanyol yang dikenal sebagai indignados dan juga gerakan protes Arab
Spring. 111 Akan tetapi serangkaian kejadian yang memicu gerakan protes ini
adalah serangkaian percakapan email di antara pendiri organisasi aktivis Kanada
Adbusters Media Foundation dengan salah satu editor senior di organisasi
tersebut. Percakapan tersebut pada akhirnya memicu organisasi tersebut untuk
mengadakan gerakan okupasi di daerah Manhattan. Inisiasi gerakan protes ini
dilakukan dengan pembentukan sebuah website bernama OccupyWallStreet.org
110
___, "Intellectual Roots of Wall St. Protest Lie in Academe Movement's principles arise from
scholarship on anarchy", dalam The Chronicle of Higher Education, diakses dari
http://chronicle.com/article,Intellectual-Roots-of-Wall/129428 pada 23 April 2012 pukul 14.14.
111
Peter Apps, (October 11, 2011), "Wall Street action part of global Arab Spring?", Reuters,
diakses dari http://www.reuters.com/article/2011/10/11/uk-global-politics-protestidUSLNE79A03220111011 pada 28 Maret 2012 pukul 01.27.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
62
112
Loc. Cit.,Mattathias Schwartz, "Pre-Occupied".
113
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
63
dan kota-kota besar lainnya. Semua gerakan Occupy Wall Street ini mengangkat
permasalahan isu yang sama yaitu ketimpangan ekonomi yang dianggap berasal
dari sistem perdagangan internasional yang tidak adil dan hanya mengutamakan
kelompok elit tertentu. Dengan kata lain, gerakan Occupy Wall Street merupakan
sebuah bentuk respons dari rasa tidak percaya masyarakat AS terhadap sistem
perdagangan bebas (kapitalisme).
Gerakan Occupy Wall Street ini selanjutnya semakin menyebar bahkan
hingga tingkat internasional dan disebut sebagai Occupy Movement. Occupy
Movement ini dilakukan di berbagai kota besar di berbagai negara baik yang
merupakan sesama negara Barat (negara Eropa Barat, Australia, Kanada, dsb.),
Asia (Korea Selatan, Malaysia, Hongkong, dsb.) dan bahkan Timur Tengah (Iran).
Adapun metode yang digunakan sama seperti yang diterapkan dalam Occupy Wall
Street yaitu metode demonstrasi dengan menempati tempat umum serta
penyebaran informasi yang dilakukan melalui media jaringan sosial seperti
Facebook dan Twitter. 114
Secara garis besar, kronologis krisis finansial global AS hingga
terbentuknya Occupy Movement dapat dilihat pada tabel berikut:
Periode Waktu
Keterangan
Titik awal krisis finansial global AS di
Akhir 2007
September 2008
114
Ken Voigt, Beyond Wall Street: 'Occupy' protests go global, diakses dari
http://edition.cnn.com/2011/10/07/business/wall-street-protest-global/index.html pada 22 Juni
2012 pukul 12.15.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
64
Awal 2011
Juni 2011
September 2011
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
65
BAB 4
KESIMPULAN
65
Universitas Indonesia
66
percaya ini diwujudkan dalam bentuk gerakan protes massal yang disebut sebagai
Occupy Movement yang bertujuan untuk memprotes ketidakadilan sistem
perdagangan bebas yang selalu menguntungkan kelompok elit ekonomi yang
hanya membentuk 1% dari populasi masyarakat pada umumnya.
Liberalisme
Konstruktivisme
Menurunnya hegemoni
AS dalam sistem
perdagangan
internasional
Terbentuknya jaringan
yang berujung pada
timbulnya gerakan
Ocuupy Movement
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
68
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
69
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Anheier,Helmut K. dan Hagai Katz. 2003. Network Approaches to Global Civil,
dalam Mary Kaldor, Helmut Anheier, dan Marlis Glasius (eds), Global Civil
Society. Oxford: Oxford University Press.
Freeman, Linton. 2006. The Development of Social Network Analysis. Vancouver:
Empirical Press.
Gilpin, Robert. 2002. The Rise of American Hegemony," dalam Two Hegemonies:
Britain 1846-1914 and the United States 1941-2001 diedit oleh Patrick Karl
O'Brien dan Armand Clesse Aldershot: Ashgate Publishing, Ltd.
Gilpin, Robert. 1990. War and Change in the International System. Cambridge,
1981.
International
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
70
Laporan Ilmiah:
Nanto, Dick K. 2009. The Global Financial Crisis: Analysis and Policy
Implications, Congressional Research Service, (Oktober 2009).
Internet:
___, Global Financial Crisis What Caused It and How the World Responded,
diakses dari http://www.canstar.com.au/global-financial-crisis/ diakses pada 18
April 2012 pukul 19.26.
Larry Elliott, Global Financial Crisis: Five Key Stages 2007-2011, (7 Agustus
2011), diakses dari http://www.guardian.co.uk/business/2011/aug/07/globalfinancial-crisis-key-stages pada 17 April 2012 pukul 20.46
___, The Downturn in Facts and Figures, dalam BBC (21 November 2007),
diakses dari http://news.bbc.co.uk/2/hi/7073131.stm pada 22 Juni 2012 pukul
02.51.
Stephen Foley, Crash of a Titan: The Insisde Story of the Fall of Lehman
Brothers, dalam The Independent (7 September 2009), diakses dari
http://www.independent.co.uk/news/business/analysis-and-features/crash-of-atitan-the-inside-story-of-the-fall-of-lehman-brothers-1782714.html pada 21 Juni
2012 pukul 23.47.
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012
71
Jamie Oliver and Tony Goodwin, The King of Subprime, dikases dari
http://www.director.co.uk/ONLINE/2010/11_10_vince_cable_responsible_capital
ism.html pada 22 Juni 2012 pukul 00.18
___, Case Study: The Collapse of Lehman Brothers, diakses dari
http://www.investopedia.com/articles/economics/09/lehman-brotherscollapse.asp#axzz1yRhJLU7E pada 22 Juni 2012 pukul 00.32
___, Global Financial Crisis - What caused it and how the world responded,
diakses dari http://www.canstar.com.au/global-financial-crisis/ pada 22 Juni 2012
pukul 02.09
IMF, Sharp Rise in Unemployment from Global Recession, (2 September
2010),
diakses
dari
http://www.imf.org/external/pubs/ft/survey/so/2010/NEW090210A.htm pada 6
Juli 2012 pukul 12.00
___,
Austerity,
diakses
dari
http://www.investopedia.com/terms/a/austerity.asp#axzz1zoqKBezA pada 6 Juli
2012 pukul 13.00
Patrick Martin, Obama, Congress Make New Austerity Plans, (23 November
2011), diakses dari http://www.wsws.org/articles/2011/nov2011/budg-n23.shtml
pada 8 Juli 2012 pukul 17.26
James Boxell, Sarkozy to Unveil Austerity Budget, (7 November 2011), diakses
dari
http://www.irishtimes.com/newspaper/world/2011/1107/1224307165379.html?via
=rel pada 8 Juli 2012 pukul 17.33
David DeGraw, Meet the Global Financial Elites Controlling $46 Trillion in
Wealth,
(11
Agustus
2011),
diakses
dari
http://www.alternet.org/investigations/151999/meet_the_global_financial_elites_c
ontrolling_$46_trillion_in_wealth?page=entire pada 8 Juli 2012 pukul 18.32
Universitas Indonesia
Paradigma realisme..., Irene Severina, FISIP UI, 2012