Anda di halaman 1dari 12

TULI MENDADAK

DEFINISI
Gangguan pendengaran mendadak adalah istilah yang tampak sederhana namun memiliki
konsep definisi yang menantang. Berbagai peneliti telah mengemukakan definisi berdasarkan
keparahan, waktu, dan spektrum frekuensi kerugian, serta kriteria audiometri khusus. Definisi
paling umum digunakan adalah kerugian 30 desibel lebih dari tiga frekuensi berdekatan yang
terjadi dalam waktu 3 hari. Tiba-tiba dan kerusakan progresif keduanya telah mencakup dalam
definisi tunggal. Bangkitan gangguan pendengaran, gangguan pendengaran selama beberapa
hari, kehilangan selektif frekuensi rendah atau tinggi, dan distorsi dalam persepsi berbicara
semuanya telah diklasifikasikan sebagai gangguan pendengaran mendadak. 1
Kerusakan terutama terjadi di koklea, biasanya terjadi pada satu telinga dan bersifat
permanen. Kelainan ini disebabkan oleh berbagai hal antara lain iskemik koklea, infeksi virus,
trauma kepala, trauma bising yang keras, perubahan tekanan atmosfer, autoimun, obat ototiksik
penyakit Meniere dan neuroma akustik. Ketulian yang timbul dapat mendadak atau menahun
secara tidak jelas, bersifat sementara dan berulang tetapi biasanya menetap.2

EPIDEMIOLOGI
Diperkirakan kejadian tahunan tuli mendadak setiap tahun 5-20 kasus per 100.000 orang.
Banyak kasus kemungkinan tidak dilaporkan, dan kejadian yang mungkin lebih tinggi. Sebuah
kehilangan pendengaran mendadak mungkin menyelesaikan sebelum pasien dapat dievaluasi
secara medis, sehingga tidak mungkin untuk itu individu untuk mencari perawatan. Distrubusi
jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama. Gabungan data dari beberapa studi menunjukkan
yang dominan laki-laki sebesar 53%.3
Namun, sebuah studi besar tunggal 1220 pasien perempuan sedikit lebih. Jenis
tampaknya tidak menjadi faktor risiko. Distribusi yang sama dari kasus telinga kiri dan kanan.
Tuli mendadak bilateral terjadi pada sekitar 1-2% kasus. Umur orang dari semua kelompok usia

terkena gangguan pendengaran mendadak, tapi lebih sedikit kasus dilaporkan pada anak-anak
dan orang tua. Kejadian puncak tampaknya pada dekade keenam kehidupan. dewasa muda
memiliki tingkat insiden yang mirip dengan orang dewasa paruh baya. Median usia pada rentang
presentasi 40-54 tahun. Terjadinya gangguan pendengaran mendadak di semua kelompok umur
merupakan indikasi dari sifat multifaktorial ini masalah klinis.3

ANATOMI DAN FISIOLOGI PENDENGARAN

Gambar 1. Anatomi Telinga4

Telinga terdiri dari 3 komponen utama yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.
Terlinga luar memiliki fungsi utama mengumpulkan dan memindahkan gelombang suara ke
telinga tengah. Telinga luar terdiri dari beberapa truktur yaitu Pinna yang terdiri dari lempeng
tulang rawan yang terbungkus dan terletak di kedua sisi kepala. Pinna berfungsi mengumpulkan
gelombang suara dan menyalurkan ke saluran telinga yang berperan dalam lokalisasi suara.
Meatus auditorius externa merupakan saluran dari eksterior melalui tulang temporalis ke
membrane timpani, berfungsi dalam mengarahkan gelombang suara ke membrane timpani,
mengandung rambut-rambut penyaring dan mengsekresikan kotoran telinga (ear wax) untuk
menangkap partikel-partikel asing. Membrane timpani

merupakan membrane tipis yang

memisahkan telinga luar dan tengah, bergetar secara sinkron dengan gelombang suara yang
mengenainya, menyebabkan tulang-tulang pendengaran telinga tengah bergetar.5

Gambar 2. Telinga Tengah6

Telinga tengah terdiri dari 3 buah tulang yaitu maleus, inkus dan stapes merupakan
tulang yang dapat bergerak yang berjalan melintasi rongga telinga tengah; maleus melekat ke
membrane timpani dan stapes melekat ke jendela oval. Tulang terebut memindahkan getaran
membrane timpani ke cairan di koklea, dalam prosesnya memperkuat energI suara.5

Gambar 3. Telinga tengah dan telinga dalam.7

Telinga dalam terdiri dari koklea dan apparatus vestibularis. Koklea berfungsi dalam proses
fisiologi pendengaran dan apparatus vestibularis berfungsi dalam proses fisiologi keseimbangan.
Koklea terdiri dari jendela oval, skala vestibule, skala timpani, duktus koklealis (skala media),
membrane basilaris, organ corti, membrane tektorial dan jendela bundar. Jendela oval merupakan
membrane tipis di pintu masuk koklea yang memisahkan telinga tengah dan skala vestibule,
jendela ovak bergetar bersama dengan gerakan stapes yang melekat padanya; gerakan jendela
oval menyebabkan perilimfe koklea bergerak. Skala vestibule merupakan komponen atas koklea
dan skalaa timpani merupakan komponen bawah koklea mengandung perilimfe yang dibuat
bergerak oleh gerakan jendela oval yang didorong oleh gerakan tulang-tulang telinga tengah.
Skala media merupakan komponen tengah koklea yang mengandung endolimfe; tempat
membrane basilaris. Membrane basilaris membentuk lantai duktus koklearis yang bergetar
bersama dengan gerakan perilimfe; mengandung organ corti, organ indera untuk mendengar.
Organ korti terletak di bagian atas dan disepanjang membrane basilaris yang menadung sel
rambut, reseptor untuk suara, yang mengeluarkan potensial reseptor sewaktu tertekuk akibat
gerakan cairan koklea. Membrane tektorial merupakan membrane stasioner yang tergantung di
atas organ corti dan tempat sel-sel rambut reseptor permukaan terbenam di dalamnya menekuk
dan membentuk potensial reseptor ketika membrane basilaris yang begetar terhadap membrane
tektorial yang stasioner. Jendela bundar merupakan membrane tipis yang memisahkan skala
timopani daru telinga tengah yang bergeraj bersama dengan cairan di perilimfe untuk meredam
tekanandi dalam koklea.5
ETIOLOGI DAN PATOFISIOLOGI
Penyebab tuli mendadak sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Banyak ahli
berpendapat bahwa tuli mendadak merupakan gejala dengan banyak faktor penyebab. Umumnya
tuli mendadak diakibatkan oleh ganggian saraf telinga oleh beberapa hal seperti infeksi, trauma,
obat ototoksik, idiopatik dan vaskuler.2,7
1. Infeksi
Neuritis viral dan kokleitis merupakan penyebab terbanyak dari penyebab tuli
mendadak.

Penyebab yang lain seperti mumps, measles, herpes zoster dan infeksi

mononucleosis dan daengan infeksi rubella congenital dan citomegalovirus. Dari


penelitian dilaporkan sekitar 28% pasien yang datang dengan tuli mendadak diiduga

disebabkan oleh infeksi saluran napas akibat virus karena didapatkan riwayat infeksi
dalam satu bulan sebelum onset tuli mendadak. Bukti adanya infeksi pada tuli mendadak
yaitu meningkatknya titer virus pada pasien.8
Untuk beberapa virus, bukti adanya hubungan dengan tuli mendadak lebih
menyakinkan. Virus Mumps ditemukan pada isolasi dalam perilimfe pasien dengan tuli
mendadak, selain itu Labirinitis Mumps dibuktikan pada hewan percobaan Hamnster dari
inokulasi daerah subarachnoid di dapatkan virus Mumps. Demam Lassa, merupakan
infeksi arenovirus yang menjadi endemik di Afrika Barat dilaporkan menjadi penyebab
tuli mendadak dari 2/3 pasien. Measles, Rubella dan infeksi Mononukleosis juga
merupakan penyebab dari Labirinitis namun jarang ditemukan.8
2. Trauma
Cedera kepala baik tertutup maupun terbuka dapat menyebabkan tuli mendadak.
Mekanisme trauma pada pasien yang tuli mendadak melalui kerusakan dari sel rambut
dalam atau luar atau kerusakan membran koklea akibat adanya fraktur tulang daerah
labirin ataupun perdarahan intralabirin.8
Fistula pada foramen rotundum dan foramen ovale dapat terjadi setelah eksplorasi
pembedahan seperti stapedektomi atau setelah barotraumas. Fistula tersebut dapat
menyebabkan tuli mendadak atau tuli yang fluktuatif dan gejala gangguan sistem
keseimbangan. Ruptur membrane intrakoklea dapat pula menyebabkan tuli mendadak.
Hal ini telah dilaporkan pada pasien yang mengalami trauma tulang temporal. 8
Trauma akustik dapat menyebabkan ketulian mendadak. Lesinya dapat bervariasi
mulai dari disosiasi organ corti, ruptur membrane, perubahan sterosilia dan organel
subseluler. Intensitas bunyi 120 dB dan kualitas bunyi nada murni sampai bising dengan
waktu pajanan 1-4 jam menimbulkan beberapa tingkatan kerusakan sel rambut.9
3. Obat Ototoksik
Akibat penggunaan obat-obat yang bersifat ototoksik akan menimbulkan
terjadinya gangguan fungsional pada telinga dalam yang disebabkan telah terjadi
perubahan struktur anatomi pada telinga dalam. Obat-obat ototoksik dapat menyebabkan
degenerasi stria vaskularis, sel epitel sensori dan sel ganglion. Obat-obatan ototoksik
seperti interferon, aminoglikosida, eritromisin, loop diuretic, antiinflamasi, antimalaria,
antitumor dan obat tetes telinga. 8,10
4. Gangguan Idiopatik

Penyakit Meniere diduga dapat menyebabkan tuli mendadak, hal ini dilaporkan pada 5%
kasus tuli mendadak dan Penyakit Meneire. Multipel sklerosis diduga dapat
menyebabkan tuli mendadak akibat kerusakan saraf telinga. Kejadian tuli mendadak
didapatkan pada 1-5% kasus Sarcoidosis akibat kerusakan saraf koklearis.8
5. Gangguan Vaskuler
Tuli mendadak dapat ditemukan pada oklusi suplai darah koklea. Hal ini
disebabkan oleh gangguan cabang terminal sirkulasi serebral posterior. Gangguan
vaskuler pada Diabetes melitus dapat pula mencetuskan kejadian tuli mendadak. Migrain,
Penyakit Hemoglobin Sel Sabit dan makroglobulinemia dapat pula menyebabkan tuli mendadak.
Pada kasus yang jarang pada Penyakit Buerger dan infark cerebral. 8

GAMBARAN KLINIS
Timbulnya tuli pada iskemi koklea dapat bersifat mendadak atau menahun secara
tidak jelas. Kadang-kadang bersifat sementara atau berulang dalam serangan, tetapi
biasanya menetap. Tuli yang bersifat sementara biasanya tidak berat dan tidak
berlangsung lama. Kemungkinan sebagai pegangan harus diingat bahwa perubahan yang
menetap akan terjadi sangat cepat. Tuli dapat unilateral atau bilateral, dapat disertai
tinnitus dan vertigo.2
Pada infeksi virus, timbulnya tuli mendadak biasanya pada satu telinga, dapat
disertai dengan tinnitus dan vertigo. Kemungkinan ada gejala dan tanda penyakit virus
seperti parotis, varisela, variola atau pada anamnesis baru sembuh dari penyakit virus
tersebut. Pada pemeriksaan klinis tidak ditemukan kelainan telinga.2
DIAGNOSIS
Diagnosis tuli mendadak dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Anamnesis
Pada umumnya penderita mengeluhkan pendengaran menurun secara tiba-tiba, dalam
beberapa jam atau hari, biasanya unilateral. Keluhan lain berupa tinitus, rasa penuh pada
telinga dan vertigo yang kadang disertai mual, muntah dan sakit kepala.
Disamping itu ditanyakan pula riwayat penyakit yang pernah diderita, tindakan
pembedahan yang pernah dialami, riwayat truma kepala, riwayat pemakaian obat-obatan
yang bersifat ototoksik, riwayat pekerjaan apakah perenang, pilot pesawat, ataupun
bekerja ditempat yang terpapar bising, riwayat keluarga dengan gangguan pendengaran
dan riwayat penyakit metabolik.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan otoskopi biasanya didapati liang telinga dan membran timpani yang
normal
3. Pemeriksaan Audiologi
A. Tes Penala.
Di jumpai tes rinne positif, tes weber lateralisasi ke telinga yang sehat, tes schwabach
memendek.
Kesan : Tuli sensorineural.
B.

Audiometri Nada Murni


Tuli sensorineural ringan sampai berat. Pemeriksaan harus diulang dengan interval
waktu 2 3 kali sampai menunjukkan hasil yang stabil.

C.

Audiometri Tutur ( Speech Audiometri )


SDS ( Speech Discrimination Score ) kurang dari 100 %.
Kesan : Tuli sensorineural koklea

4. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap, pembekuan darah, metabolik dan serologik. Tujuannya untuk
mencari kelainan yang mungkin berperan sebagai faktor pencetus atau predisposisi.
5. Pemeriksaan Radiologi
Ct-Scan ataupun MRI untuk melihat ada tidaknya kelainan pada tulang temporal dan meatus
akustikus internus. 11

PENATALAKSANAAN
Pengobatan tuli mendadak sampai saat ini masih kontroversial, walaupun telah banyak
cara yang dilakukan. Adanya penyembuhan yang spontan dari gangguan pendengaran menjadi
normal ataupun mendekati normal membuat sulit diketahui apakah penyembuhan tersebut akibat
pengobatan atau spontan.
Pengobatan ditujukan pada :
1. Faktor penyebab

2. Faktor disfungsi neurovaskular


3. Faktor edema
Diantara pengobatan yang sering dilakukan adalah :
1. Tirah baring total ( total bed rest )
Istirahat fisik dan mental selama 2 minggu untuk menghilangkan atau mengurangi stres yang
besar pengaruhnya pada kegagalan neurovaskular.
2. Vasodilator
Berbagai vasodilator telah dicobakan beberapa ahli seperti Inhalasi Carbogen ( 5% karbon
dioksida 95% oksigen), histamin fosfat, asam nikotinat dll.
3. Untuk menghilangkan edema dilakukan diet rendah garam dan diuretik serta kortikosteroid.
Kerja dari kortekosteroid secara nyata tidak diketahui, kemungkinannya berperan pada
keadaan infeksi, radang, dan reaksi imunologi. Kortikosteroid yang digunakan adalah
prednisone dengan dosis 4 x 10 mg, tappering off tiap 3 hari.
Snow JB, Telian SA menganjurkan dosis prednison sekali makan 40 60 mg per hari dan
diberikan pagi hari selama satu minggu penuh diikuti tappering off.
Pemberian injeksi deksamethason intra timpani efektif memperbaiki pendengaran penderita
tuli mendadak setelah pengobatan standar tidak berhasil.17
4. Anti virus
Acyclovir dan valacyclovir sangat terbatas digunakan pada penderita tuli mendadak.
Digunakan apabila perkiraan disebabkan oleh virus.
5. Hyperbaric oksigen terapi (HBOT)
- Pemberian terapi tekanan oksigen 100%. Khasiat HBOT masih dalam tahap evaluasi
sebagai terapi tuli mendadak.
- Tetapi sebagian ahli meyakini bahwa penderita tuli mendadak yang cepat terdiagnosa
menunjukan hasil yang baik dengan terapi HBOT. 11
PROGNOSIS
Prognosis tuli mendadak tidak sejelek yang diperkirakan. Hampir 1/3 penderita dapat
sembuh sampai normal kembali, 1/3 masih ada sisa 40-80 SRT (Speech Recognition Threshold)
dan 1/3 lainnya mengalami tuli total. Pada umumnya makin cepat diberikan pengobatan makin

besar kemungkinan untuk sembuh dan bila penyakit sudah lebih dari 2 minggu kemungkinan
sembuh menjadi lebih kecil.
Prognosis juga dipengaruhi oleh :
1. Tipe audiogram
Audiogram tipe mendatar dan penurunan pada nada tinggi mempunyai prognosa yang lebih
jelek dibandingkan dengan penurunan pada nada rendah.
2. Keluhan vertigo
Penderita dengan keluhan vertigo mempunyai prognosa yang jelek.
3. Usia
Semakin tua usia penderita sewaktu mendapat serangan tuli mendadak prognosanya semakin
jelek.
4. Penyakit yang menyertainya
Bila disertai penyakit penyerta seperti diabetes melitus, hipertensi, maka prognosanya
semakin jelek. 11, 12

DAFTAR PUSTAKA

1. Hashisaki George. Sudden Sensory Hearing Loss. In: Bailey Byron, Johnson Jonas,
editors. Head and Neck Surgery- Otolaryngology. 4 th edition. USA: Lippincott Williams
& Wilkins; 2006. p. 2232-5. 2007. h. 46-8
2. Bashiruddin Jenny, Soetirto Indro. Tuli Mendadak. Dalam: Soepardi E, Iskandar
Nurbakti, Bashiruddin Jenny, Restuti Ratna. Buku Ajar Kesehatan Telinga Hidung
Tenggorokan Kepala leher. Edisi keenam. Indonesia: Fakultas kedokteran universitas
Indonesia; 2007. h. 46-9
3. Mayers Arlen. Sudden hearing lose. [online] 2010 [cited 2011 May 20] available from
URL: http://emedicine.medscape.com/article/856313-overview#showall
4. Anonym, Identify symptons of Ear Infection in Children. [online] 22 June 2011 cited
[ 2011 May 20] available from URL: http://brandyoumedialab.net/identify-symptoms-ofear-infection-in-children/
5. Sherwood Lauralee. Telinga: Pendengaran dan keseimbangan. Dalam: Sherwood
Laurelee, editor. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Indonesia: Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 2001. h.176-89
6. Agamemnon. Conduction of sound, Sound Sensor. In: Agamemnon, editor. Atlas Color of
Physiology. New York: Thieme; 2006.P.364-5
7. Diza Miralza, Tuli Mendadak. [online] 2008 Juli 23 [cited 2011 May 21 ] available from
URL: http://d132a.wordpress.com/2008/07/23/tuli-mendadak/
8. Alexander. Sudden sensorineural hearing loss. In: Cummings Charles. Cummings
Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th edition. USA: Elsevier Inc; 2007
9. Bashiruddin Jenny, Soetirto Indro. Gangguan Pendengaran akibat Bising. Dalam:
Soepardi E, Iskandar Nurbakti, Bashiruddin Jenny, Restuti Ratna. Buku Ajar Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorokan Kepala leher. Edisi keenam. Indonesia: Fakultas kedokteran
universitas Indonesia; 2007. h. 49-52
10. Bashiruddin Jenny, Soetirto Indro. Gangguan Pendengaran Akibat Obat Ototoksik.
Dalam: Soepardi E, Iskandar Nurbakti, Bashiruddin Jenny, Restuti Ratna. Buku Ajar
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorokan Kepala leher. Edisi keenam. Indonesia: Fakultas
kedokteran universitas Indonesia; 2007. h. 53-6
11. Markian riki, Haryuna siti. Oktober 2009. Tuli Mendadak. Dalam : Refarat Otologi.
[online]

cited

2011

May

21.

Available

from

URL:

file:///E://Telingahidungtenggorokan/kesehatantelinga.htm.
12. Supriyono dr. Sp.THT. Tuli Mendadak. Januari 2009. Dalam : Artikel Kedokteran Telinga
hidung

Tenggorokan.

[online]

cited

http://www.nawalahusada.com.
10

2011

May

21.

Available

from

BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

REFERAT
MEI 2011

TULI MENDADAK

OLEH :
A. ST. AISYAH AMINI

110 203 047

11

BERRY ERIDA HASBI

110 206 128

Pembimbing :
Dr. ANTON

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


PADA BAGIAN ILMU KESEHATAN THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

12

Anda mungkin juga menyukai