Anda di halaman 1dari 17

HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PEKERJAAN DENGAN FUNGSI PARU

PADA PENYAPU JALANAN


CORRELATION BETWEEN JOB CHARACTERISTICS AND LUNG FUNCTION IN
STREET SWEEPERS

Felly1
Erlani Kartadinata2
1

Progam Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti


2

Departemen Mata Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Alamat korespondensi:
1

Jalan H Arief No. 684 Tembilahan Kab. Indragiri Hilir Prov. Riau. Telp: 081299001563,
Email: felly.idfl@gmail.com.
2

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jalan Kyai Tapa No. 260, Grogol, Jakarta Barat.

ABSTRAK
Hubungan antara Karakteristik Pekerjaan dengan Fungsi Paru pada Penyapu Jalanan

LATAR BELAKANG
Penyapu jalanan rentan mengalami gangguan kesehatan sistem pernapasan akibat pajanan
polutan lalu lintas yang dihasilkan dari kendaraan bermotor. Selain polutan banyak faktor
yang mempengaruhi fungsi paru seorang pekerja diantaranya dari faktor eksternal atau
pekerjaan yaitu kebiasaan merokok, pemakaian alat pelindung masker, masa kerja Oleh
karena itu peneletian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara karakteristik pekerjaan
dengan fungsi paru pada penyapu jalanan.
METODE
Penelitian ini menggunakan studi analitik observasional dengan desain potong lintang yang
mengikutsertakan 44 penyapu jalan di kelurahan Grogol dan Tomang Jakarta Barat. Data
dikumpulkan dengan cara wawancara dan spirometer untuk menentukan nilai fungsi paru.
Analisis data menggunakan uji statistik chi-square.
HASIL
Dari 44 responden yang mengalami gangguan fungsi paru ada 22 orang. Dari hasil penelitian
didapatkan ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dan fungsi paru dengan nilai p =
0,000. Tetapi tidak didapatkan hubungan yang bermakna antara status merokok dengan
fungsi paru dengan nilai p=0,131. Begitu pula dengan hubungan antara pemakaian APD
masker dengan fungsi paru tidak memilik hubungan yang bermakna dengan p = 0,741.
Walaupun, penyapu yang merokok dan tidak memakai APD masker cenderung lebih banyak
yang mengalami gangguan fungsi paru.
KESIMPULAN
Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara masa kerja dan
fungsi paru pada penyapu jalan. Sehingga individu dan pemerintah lebih memperhatikan
kesehatan mereka dengan tindakan pencegahan seperti modifikasi gaya hidup, mengontrol
hazard pekerja di jalanan.
Kata kunci: fungsi paru, APD masker, karakteristik pekerjaan

ABSTRACT
Correlation between Job Characteristics and Lung Function in Street Sweepers
BACKGROUND
Street sweeper susceptible to respiratory system problems due to exposure to traffic generated
pollutants from motor vehicles. In addition to the pollutants are many factors that affect lung
function including a worker of external factors that is smoking, using protective masks,
length of employment. Therefore, this study aims to determine correlation between job
characteristics with lung function in street sweeper.
METHODS
This study uses an observational analytic study with cross-sectional design that included 44
streets sweeper in kelurahan Grogol and Tomang, West Jakarta. Data was collected through
interviews and spirometry to determine lung function values. Data analysis using statistical
chi-square test.
RESULT
From 44 of respondents who have pulmonary function impairment 22 people. From the
results, there was significant correlation between length of employment and lung function
with a value of p = 0.000. But there is not significant correlation between smoking status with
lung function with a value of p = 0.131. Similarly, correlation between using PPE mask with
lung function does not have relationship with p = 0.741. Although, sweeper who smoke and
do not wear a mask APD tend more impaired pulmonary function.
CONCLUSION
This study shows that there is a significant association between length of employment and
lung function in a street sweeper. So that governments have to be more concerned to their
health with preventive measures such as lifestyle modification, hazard control workers on the
streets

KEYWORDS: Job Characteristics, pulmonary function, PPE mask.

PENDAHULUAN
Urbanisasi dan meningkat pesat jumlah kendaraan bermotor di

kota-kota besar

khususnya Jakarta akan mengakibatkan peningkatan polusi udara. Penelitian epidemiologi


telah mencatat perubahan fungsi paru dan berbagai masalah kesehatan lainnya terkait dengan
jangka panjang paparan polusi udara.(1) Pada studi prevalensi di india mendapatkan 42%
tenaga pengisi bahan bakar mengalami gangguan paru 32% diantaranya mengalami gangguan
restriktif.(2) Penyapu jalanan merupakan salah satu pekerja yang lingkungan pekerjaannya
sendiri adalah jalanan. Penyapu jalanan rentan mengalami gangguan kesehatan sistem
pernapasan akibat pajanan polutan lalu lintas yang dihasilkan dari kendaraan bermotor.
Paparan polusi udara, seperti polusi lalu lintas dan asap rokok, diketahui memiliki efek
merugikan pada organ pernapasan, fungsi paru-paru, dan pertumbuhan paru-paru. Hal ini
karena individu yang beresiko dengan asma dan penyakit paru-paru kronis, di mana paparan
jangka pendek untuk nitrogen dioksida (NO2) dan partikel (PM10) telah terbukti
mengakibatkan peningkatan gejala, eksaserbasi, dan rawat inap(3)
Lingkungan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan
seseorang. Kondisi lingkungan yang tidak sehat akan meningkatkan resiko seseorang
terserang suatu penyakit. Udara merupakan salah satu bagian dari lingkungan. Penyapu jalan,
merupakan salah satu profesi yang memiliki resiko tinggi terkena gangguan atau penyakit
paru akibat dari profesinya. Hampir setiap hari penyapu jalan terpapar oleh debu dan polusi
terutama yang berasal dari debu yang terbang ketika ia menyapu dan asap kendaraan
bermotor. Seseorang yang bekerja di lingkungan dengan tingkat polusi yang tinggi dalam
waktu lebih dari lima tahun memiliki resiko yang lebih besar terkena gangguan saluran
pernafasan.

(4-7)

Perubahan iklim dan cuaca juga memengaruhi masalah kualitas udara. Sinar

matahari dan temperatur tinggi dikombinasi dengan polutan lainnya seperti nitrogen oksida
dan volatile organic compound dapat menyebabkan peningkatan kadar ozon. Ozon dapat
4

merusak jaringan paru dan terutama pada penderita asma dan penyakit paru kronik lainnya.
Particulat matter atau PM juga dapat menyebabkan polusi udara. Bila PM terhirup partikel
ini dapat mencapai regio yang paling dalam di paru. Pajanan terhadap polutan partikel
dihubungkan dengan berbagai macam masalah kesehatan yang besar.(5) Perubahan iklim dan
cuaca juga memengaruhi masalah kualitas udara. Sinar matahari dan temperatur tinggi
dikombinasi dengan polutan lainnya seperti nitrogen oksida dan volatile organic compound
dapat menyebabkan peningkatan kadar ozon. Ozon dapat merusak jaringan paru dan terutama
pada penderita asma dan penyakit paru kronik lainnya. Particulat matter atau PM juga dapat
menyebabkan polusi udara. Bila PM terhirup partikel ini dapat mencapai regio yang paling
dalam di paru. Pajanan terhadap polutan partikel dihubungkan dengan berbagai macam
masalah kesehatan yang besar.(5)
Salah satu faktor pekerjaan adalah masa kerja. Semakin lama seseorang dalam
bekerja, maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan
kerja tersebut.

(8)

Penelitian di india menemukan bahwa proporsi morbiditas pernapasan

kronik (bronkitis kronik, asma bronkial dan bronkiektasis) secara signifikan lebih tinggi pada
penyapu jalanan dibandingkan subyek kelompok pembanding lainnya. Proporsi lebih tinggi
diantara penyapu jalanan adalah mereka yang masa kerjanya lebih lama dibandingkan
penyapu lainnya yang kemungkinan dikarenakan durasi paparan debu jangka panjang. (9)
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan antara masa kerja dengan gangguan fungsi paru.
Selain dari faktor pekerjaan gaya hidup merokok di usia dini juga memiliki risiko
kesehatan yang cukup besar yang dimulai segera pada masa remaja dan dewasa muda, seperti
gangguan pada sistem pernapasan dan kardiovaskular. Banyak penyakit jangka panjang yang
berhubungan dengan merokok, seperti kanker paru-paru, lebih cenderung di antara mereka
yang memulai merokok di usia dini.(10, 11) Pada sebuah penelitian yang di lakukan oleh Anong
dan Premtip di Thailand menyatakan semua parameter yang diukur pada remaja bukan

perokok lebih tinggi daripada yang remaja perokok. Ekpansi dinding dada, VEP1, kekuatan
otot pernafasan pada kelompok bukan perokok secara signifikan berbeda dengan dengan nilai
masing-masing kelompok perokok.(12) Hubungan antara merokok dan tes fungsi paru pada
remaja juga telah dipelajari sebelumnya oleh Gold et al menemukan bahwa terdapat
penurunan FEV1 / FVC di kalangan perokok remaja (13)
Penulis sehari-hari selalu berpapasan dengan penyapu jalan, melihat aktivitas kerja
mereka mulai dari menyapu jalanan dengan sapu lidi, membakar sampah yang seperti
dedaunan kering dan lainnya. Aktivitas ini setiap hari dilakukan oleh mereka sehingga timbul
pertanyaan bagaimanakah fungsi paru pada penyapu jalanan ini, bagaimana pemerintah
memerhatikan kesehatan kalangan pekerja yang sangat berjasa membersihkan lingkungan
tempat kita melakukan aktivitas sehari-hari.
Beberapa penelitian tentang fungsi paru pada penyapu jalan di indonesia telah
dilakukan, namun masih bisa dihitung dengan jari penelitian yang meneliti hubungan antara
karakteristik pekerjaan dengan fungsi paru pada penyapu jalanan, sehingga mendorong
penulis untuk melakukan penelitan tersebut.

METODE PENELITIAN
Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross sectional,
dimana variabel bebas (karakteristik pekerjaan) dan variabel tergantung (fungsi paru) diukur
pada satu waktu yang sama sehingga dapat digunakan untuk menentukan hubungan antara
keduanya. Penelitian dilakukan di Universitas Trisakti Kampus B, Grogol, Jakarta Barat.
Waktu penelitian dimulai dari Oktober 2015 hingga November 2015. Populasi target dalam
penelitian ini adalah penyapu jalan kelurahan Grogol dan Tomang Jakarta Barat. Kriteria
inklusi adalah penyapu jalan Grogol dan Tomang. Kriteria eksklusi adalah responden yang
mempunyai riwayat atau sedang menderita penyakit paru dan tidak bersedia menjadi subjek
6

penelitian. Sampel penelitian dipilih menggunakan metode consecutive non-random


sampling, yaitu semua penyapu jalan kelurahan Grogol dan Tomang yang memenuhi kriteria
sampel penelitian sampai memenuhi jumlah sampel penelitian yang diinginkan, yaitu
sebanyak 44 orang. Bagi subjek yang memenuhi kriteria, selanjutnya peneliti akan
menjelaskan prosedur uji fungsi paru dan membagikan informed consent, apabila subjek
penelitian bersedia untuk ikut serta dalam penelitian, maka akan dilakukan pengukuran berat
badan dan tinggi badan dengan menggunakan alat pengukur berat dan tinggi badan
Yamamoto Giken ZT-120 dan uji fungsi paru menggunakan spirometer tipe MINATO
Autospiro AS-505 buatan Jepang. Semua data yang dikumpulkan dicatat dan dilakukan
editing dan coding kemudian dimasukkan ke dalam program komputer IBM SPSS versi 21
untuk diolah lebih lanjut. Analisis dilakukan dengan uji statistik chi-square.
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi dan
persentase dari setiap variabel yang diteliti sehingga memperoleh gambaran karakteristik
subjek penelitian berupa status merokok, status merokok, pemakaian APD masker, masa
kerja, fungsi paru. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara
karakteristik pekerjaan (masa kerja, pemakaian APD masker, status merokok) dengan fungsi
paru. Data dianalisis dengan uji statistik chi-square dan variabel dapat dikatakan mempunyai
hubungan secara bermakna jika p<0,05.
HASIL
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik responden
dan pekerjaan (usia, status merokok, pemakaian APD masker, masa kerja), dan fungsi paru
dari subjek penelitian.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden


Distribusi frekuensi
Karakteristik responden
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia
20-30 tahun
31-40 tahun
41-50 tahun
51-60 tahun
Masa kerja
< 5 Tahun
> 5 Tahun
Status merokok
Tidak merokok
Merokok
Pemakaian APD masker
Ya
Tidak
Fungsi Paru
Normal
Tidak normal

Frekuensi (n)

Persentase (%)

34
10

77,3
22,7

12
15
13
4

27,3
34
29,6
9,1

24
20

54,5
45,5

21
23

47,7
52,3

13
31

29,6
70,4

22
22

50
50

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa dari 44 penyapu jalan di kelurahan grogol dan
tomang yang memiliki usia dalam kategori 20-30 tahun sebanyak 12 responden (27,3%).
Kategori usia 31-40 tahun terdapat 15 responden (34%). Kategori usia 41-50 tahun sebanyak
13 responden (29,6%). Kategori usia 51-60 tahun terdapat 4 responden (9,1%). Sebanyak 21
responden (47,7%) bukan perokok, dan 23 reponden (52,3%) perokok.
Berdasarkan tabel 1 juga diketahui juga sebanyak 24 responden (54,5%) mempunyai
masa kerja < 5 tahun dan 20 responden mempunyai masa kerja > 5 tahun (45,5%). Dan
sebanyak 13 responden memakai APD masker (29,6%) 31 responden tidak memakai APD
masker (70,4%). Dari total responden yang mengalami tidak mengalami gangguan fungsi
paru sebanyak 22 (50%) dan 22 (50%) responden mengalami gangguan fungsi paru

Tabel 2. Hubungan antara masa kerja dengan fungsi paru


Variabel
Fungsi paru
Chi-square
Normal (n)
Tidak normal (n)
Masa kerja
< 5 tahun
21
3
0,000 a
> 5 tahun
1
19
a

: Uji statistik chi-square


n: Jumlah responden
Berdasarkan tabel diatas menggambarkan hubungan antara masa kerja dengan fungsi
paru diperoleh hasil bahwa 21 orang dengan masa kerja < 5 tahun

tidak mengalami

gangguan fungsi paru sedangkan 3 orang sisanya mengalami gangguan fungsi paru.
Sedangkan pada responden dengan masa kerja > 5 tahun yang tidak mengalami gangguan
fungsi paru sebanyak 1 orang dan sisanya 19 orang mengalami gangguan fungsi paru. Hasil
uji statistik chi-square diperoleh nilai probabilitas p = 0,000 dimana lebih kecil dari nilai =
0,05 sehingga dapat disimpulkan adanya hubungan bermakna antara masa kerja dengan
fungsi paru.
Tabel 3. Hubungan antara status merokok dengan fungsi paru
Variabel
Fungsi paru
Chi-square
Normal (n)
Tidak normal (n)
Status merokok
Bukan perokok
13
8
0,131 a
Perokok
9
14
a

: Uji statistik chi-square


n: Jumlah responden
Berdasarkan tabel diatas menggambarkan hubungan antara status merokok dengan
fungsi paru diperoleh hasil bahwa 13 orang responden bukan perokok tidak mengalami
gangguan fungsi paru sedangkan 8 orang sisanya mengalami gangguan fungsi paru.
Sedangkan pada responden perokok yang tidak mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 9
orang dan sisanya 14 orang mengalami gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai probabilitas p = 0,131 dimana lebih besar dari nilai = 0,05 sehingga dapat
disimpulkan tidak adanya hubungan bermakna antara status merokok dengan fungsi paru.
9

Tabel 4. Hubungan antara pemakaian APD masker dengan fungsi paru


Variabel
Fungsi paru
Chi-square
Normal (n)
Tidak normal (n)
Pemakaian APD
Ya
6
7
0,741 a
Tidak
16
15
a

: Uji statistik chi-square


n: Jumlah responden
Berdasarkan tabel diatas menggambarkan hubungan antara pemakaian APD masker
dengan fungsi paru diperoleh hasil bahwa 6 orang responden yang memakai APD masker
tidak mengalami gangguan fungsi paru sedangkan 7 orang sisanya mengalami gangguan
fungsi paru. Sedangkan pada responden yang tidak memakai APD masker yang tidak
mengalami gangguan fungsi paru sebanyak 16 orang dan sisanya 15 orang mengalami
gangguan fungsi paru. Hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai probabilitas p = 0,741
dimana lebih besar dari nilai = 0,05 sehingga dapat disimpulkan tidak adanya hubungan
bermakna antara pemakaian APD masker dengan fungsi paru.

PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 2, hasil uji statistik antara masa kerja dengan fungsi paru
didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p<0,05) membuktikan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara masa kerja dan fungsi paru.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hutama AP dimana
mendapatkan hubungan yang bermakna antara masa kerja dan fungsi paru pada pekerja unit
spinning I bagian ring frame PT. Pisma Putra Tekstil Pekalongan dengan nilai p<0,000. (14)
Pekerja yang bekerja dilingkungan berdebu sangat beresiko untuk terpajan paparan berdebu
sehingga dapat menyebabkan gangguan fungsi paru. Masa kerja mempengaruhi fungsi paru,
karena semakin lama seseorang bekerja, maka semakin lama pula terjadi paparan pada
bahaya lingkungan pekerjaan mereka.
10

Dalam penelitian lapangan Nku C et al, menemukan gejala gangguan saluran


pernapasan pada penyapu jalanan di Calabar Nigeria seperti batuk, sesak nyeri dada, bersin
dan radang kataral. Gejala gangguan saluran napas ini sebagian besar dipicu oleh debu
jalanan, asap pembuangan kendaraan bermotor, debu ban, polen dari tanaman dan allergen
lainnya yang dalam jangka waktu panjang akan mempengaruhi fungsi paru penyapu yang
bekerja dijalanan.(15) Hasil penelitian oleh Smilee J et al di Karnatak India menunjukkan
bahwa terdapat penurunan yang signifikan dalam nilai prediksi dan nilai rata-rata dari FVC,
FEV1, PEF, FEF25-75% dan FEF200-1200 pada 25 penyapu wanita dibandingkan 25 wanita
bukan penyapu. Fungsi paru setelah menyapu juga menunjukkan penurunan yang
signifikan.(16) Pada penelitian Yogesh SD dan Zodpey SP mendapatkan prevalensi bronkitis
kronis secara signifikan lebih tinggi di antara penyapu jalan daripada subyek dari kelompok
pembanding.(17)
Penyapu jalan di wilayah kelurahan Grogol dan Tomang setiap harinya terpapar asap
kendaraan bermotor yang ada di Jakarta, bekerja 8 jam perhari dimulai dari jam 6 pagi hingga
jam 2 siang dengan volume kendaraan yang sangat padat dan macet setiap harinya
menjadikan lingkungan pekerjaan penyapu menjadi rentan untuk menjadikan pekerja yang
terlibat dijalanan untuk mengalami gangguan fungsi paru.
Penyapu jalan di wilayah kelurahan Grogol dan Tomang setiap harinya terpapar asap
kendaraan bermotor yang ada di Jakarta, bekerja 8 jam perhari dimulai dari jam 6 pagi hingga
jam 2 siang dengan volume kendaraan yang sangat padat dan macet setiap harinya
menjadikan lingkungan pekerjaan penyapu menjadi rentan untuk menjadikan pekerja yang
terlibat dijalanan untuk mengalami gangguan fungsi paru.
Pada tabel 3 disebutkan hasil uji statistik antara status merokok dan fungsi paru
didapatkan nilai p sebesar 0,131 (p>0,05) membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara status merokok dan fungsi paru. Hal ini bertentangan dengan penelitian

11

Anes NI yang mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dan
fungsi paru pada pekerja industri semen dengan nilai p<0,005. Pada penelitiannya terhadap
pekerja industri semen PT Semen Tonasa kota Bitung, responden yang mengkonsumsi rokok
dan terpapar dengan debu semen mempunyai risiko 10,688 kali untuk terjadi gangguan fungsi
paru dibandingkan dengan responden yang tidak mengkonsumsi rokok dan tidak terpapar
dengan debu semen. Pada perokok terjadi gangguan makrofag dan meningkatkan resistensi
saluran napas dan permeabilitas epitel paru. Rokok akan menurunkan sifat responsif antigen.
Tenaga kerja perokok dan berada di lingkungan yang berdebu cenderung mengalami
gangguan saluran pernapasan dibanding dengan tenaga kerja yang berada di lingkungan yang
sama tapi tidak merokok. Pada penelitian ini responden yang perokok ringan sebagian besar
tidak mengalami gangguan fungsi paru sehingga kurang mempengaruhi nilai fungsi paru,
tetapi beberapa responden perokok berat yang sudah lebih dari 20 tahun merokok mengalami
gangguan paru obstruktif karena rokok.(18)
Berdasarkan tabel 4 diketahui, hasil uji statistik antara pemakaian APD masker dan
fungsi paru diperoleh nilai p sebesar 0,741 (p>0,05) membuktikan bahwa secara statistik
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian APD masker dan fungsi paru pada
penyapu jalanan. Hal ini sesuai dengan penelitian pada pekerja pengumpul semen PT Tonasa
Line kota Bitung oleh Simanjuntak ML. Pada penelitian tersebut juga didapatkan tidak
adanya hubungan antara pemakaian APD masker dengan fungsi paru. (19)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneiti bertentangan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Rikmiarif DE et al yang mendapatkan adanya hubungan antara pemakaian APD masker
dengan tingkat kapasitas vital paru (fungsi paru) pada pekerja pembuat genteng di desa
Singorojo kabupaten Jepara dengan nilai p<0,0001. pekerja yang tidak selalu menggunakan
masker berisiko untuk mengalami gangguan fungsi paru hampir 15 kali lebih besar jika
dibandingkan dengan pekerja yang selalu menggunakan masker. (20) Ketidaksesuaian ini

12

disebabkan oleh distribusi responden yang menggunakan masker terlalu sedikit yaitu pada
penelitian ini hanya berjumlah 13 responden yang menggunakan masker dibandingkan yang
tidak berjumlah 31. Ketika melakukan wawancara juga para responden yang tidak memakai
masker mengaku jika memakai masker terasa tidak nyaman dan terkadang terasa sesak
sehingga mereka enggan untuk memakai masker selama bekerja. Disisi lain responden yang
memakai masker dalam wawancara saat penelitian mengatakan bahwa masker yang mereka
gunakan hanyalah sebuah kain menutup mulut dan hidung, bukan masker N95 respirator
yang dapat menyaring particulate matter berukuran 0,3 mikron. Masker N95 respirator
sangat ideal untuk para pekerja yang sehari-harinya bekerja dilingkungan yang berdebu,
masker ini juga sudah diuji oleh The National Personal Protective Technology Laboratory
(NPPTL) di National Insitute for Occupational Safety and Health (NIOSH), dibawah Pusat
Pengendalian dan Pencegahan (CDC). Sehingga dalam penelitian kali ini responden yang
memakai APD masker masih tetap terkena gangguan fungsi paru karena mereka tidak
memakai masker khusus untuk bekerja.

KESIMPULAN
Penyapu jalan kelurahan Grogol dan Tomang mempunyai masa kerja lebih dari 5
tahun sebesar 54,5% dan sisanya yang mempunyai masa kerja kurang dari 5 tahun sebesar
45,5%. penyapu jalan memakai masker saat bekerja sebesar 29,6% dan yang tidak memakai
masker sebesar 70,4%, penyapu jalan yang merokok sebesar 52,3% dan yang tidak merokok
sebesar 47,7%, responden yang mengalami gangguan fungsi paru dan tidak mengalami
gangguan fungsi paru adalah masing-masing sebesar 50%.

Terdapat hubungan yang

bermakna antara masa kerja dengan fungsi paru pada penyapu jalanan dan tidak terdapat
hubungan yang bermakna antara status merokok, pemakaian APD masker dengan fungsi paru
pada penyapu jalanan.
13

UCAPAN TERIMAKASIH
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan penelitian ini, di antaranya: Seluruh penyapu jalan kelurahan Grogol dan
Tomang yang telah bersedia untuk ikut serta sebagai responden penelitian. Selanjutnya
seluruh teman-teman, keluarga serta dosen-dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti
yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk membantu menyelesaikan skripsi ini.

14

DAFTAR PUSTAKA
1.

Biggeri A, Bellini P, Terracini B. Meta-analysis of the Italian studies on short-term


effects of air pollution--MISA 1996-2002. Epidemiologia e prevenzione. 2003;28(4-5
Suppl):4-100.

2.

Ravi B. Solanki ARB, Dr. Jagdeep C. Jadav Prevalence of Lung Function


Abnormalities in Petrol Filling Workers. International Journal of Scientific Research.
2014;3(9):372-4.

3.

Baccarelli AA, Zheng Y, Zhang X, Chang D, Liu L, Wolf KR, et al. Air pollution
exposure and lung function in highly exposed subjects in Beijing, China: a repeatedmeasure study. Part Fibre Toxicol. 2014;11(1):51.

4.

Putra DP, Rahmatullah P, Novitasari A. Hubungan usia, lama kerja, dan kebiasaan
merokok dengan fungsi paru pada juru parker di jalan Pandanaran Semarang. Jurnal
Kedokteran Muhammadiyah. 2012;1(3).

5.

Ikhsan M. Pemanasan Global. J Respir Indo. 2010;30:179-80.

6.

Sugiarti. Gas pencemar udara dan pengaruhnya bagi kesehatan manusia. Jurnal
Chemical. 2009;10:50-8.

7.

Aprajita PN, Sharma R. A study on the lung function tests in petrol-pump workers. J of
Clinical and Diagnostic Research. 2011;5:1046-50.

8.

Anugrah Y. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada


Pekerja Penggilingan Divisi Batu Putih Di Pt. Sinar Utama Karya. UJPH. 2014;3(1):19.

9.

Yogesh SD, Zodpey SP. Respiratory morbidity among street sweepers working at
Hanumannagar Zone of Nagpur Municipal Corporation, Maharashtra. Indian journal of
public health. 2007;52(3):147-9.

15

10.

Hymowitz N. Cigarette Smoking and Lung Cancer: Pediatric Roots. Lung Cancer
International. 2012;2012:7.

11.

Isabel U, Alberto C, Mara QJ, Nerea M, Xavier B, Jordi S. Smoking habit, respiratory
symptoms and lung function in young adults. The European Journal of Public Health.
2005;15(2):160-5.

12.

Tantisuwat A, Thaveeratitham P. Effects of smoking on chest expansion, lung


function, and respiratory muscle strength of youths. Journal of physical therapy
science. 2014;26(2):167.

13.

Gold DR, Wang X, Wypij D, Speizer FE, Ware JH, Dockery DW. Effects of Cigarette
Smoking on Lung Function in Adolescent Boys and Girls. New England Journal of
Medicine. 1996;335(13):931-7.

14.

Hutama AP. Hubungan Antara Masa Kerja dan Penggunaan Alat Pelindung Diri
dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Unit Spinning I Bagian Ring Frame PT.
Pisma Putra Tekstil Pekalongan. Unnes Journal of Public Health. 2014;2(3):1-9.

15.

Nku C, Peters E, Eshiet A, Oku O, Osim E. Lung function, oxygen saturation and
symptoms among street sweepers in Calabar, Nigeria. Nigerian journal of
physiological sciences. 2006;20(1):79-84.

16.

Smilee J, Dhanyakumar G, Vivian S, Ajay K, Suresh YB. Acute lung function


response to dust in street sweepers. J Clin Diagn Res. 2013;7(10):2126.

17.

Sabde YD, Zodpey SP. A study of morbidity pattern in street sweepers: a crosssectional study. Indian journal of community medicine: official publication of Indian
Association of Preventive & Social Medicine. 2008;33(4):224.

18.

Anes NI. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Gangguan Fungsi Paru Pada
Pekerja di PT. Tonasa Line Kota Bitung. JIKMU. 2015;5(6):600-7.

16

19.

Simanjuntak ML. Hubungan Antara Kadar Debu, Masa Kerja, Penggunaan Masker
Dan Merokok Dengan Kejadian Pneumokoniosis Pada Pekerja Pengumpul Semen Di
Unit Pengantongan Semen PT. Tonasa Line Kota Bitung. JIKMU. 2015;5(5):520-32.

20.

Rikmiarif DE. Hubungan Pemakaian Alat Pelindung Pernapasan dengan Tingkat


Kapasitas Vital Paru. UJPH. 2012;1(1):12-7.

17

Anda mungkin juga menyukai